Professional Documents
Culture Documents
Gagal Ginjal Kronik merupakan Gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia ( Retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah ) . ( Bruner dan Suddart 2001).
Gagal ginjal Kronik Merupakan Kerusakan Ginjal Progresif yang berakibat fatal
dan di tandai dengan uremia (urea dan Limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam
darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialysis atau transplantasi ginjal) .
(Nursalam.2006.
Gagal Ginjal Kronik merupakan destruksi struktur ginjal yang progresif dan terus
menerus. ( Patofisiologi, Elizabeth corwin, 2000)
2. Etiologi
Penyakit-penyakit sistemik seperti Diabetes Melitus, Glomerulonefritis kronis,
Pielonefritis, Hipertensi yang tidak dapat dikontrol, Obstruksi traktus urinarius, lesi
Herediter
seperti
penyakit
Polikistik,
gangguan
vaskuler,
infeksi.(Smeltzzer
Suzzane,2001 )
3. Tahapan Gagal Ginjal Kronik
Gagal Ginjal Kronik bekaitan dengan kerusakan nefron dan penurunan progresif
GFR. Tahapan gagal ginjal kronik didasarkan pada kerusakan nefron dan tingkat GFR
yang tersisa dan mencakup:
a. Stadium penurunan cadangan ginjal sekitar 40-75 % nefron tidak berfungsi, laju
glomerulus 40-50 % normal, BUN dan kreatinin serum masih normal dan pasien
asimtomatik.
b. Stadium ensufiensi ginjal, 75-80 % nefron tidak berfungsi, laju glomerulus 20-40 %
normal, BUN dan kreatinin serum mulai meningkat, anemia ringan dan azotemia
ringan
c. Stadium gagal ginjal apabila laju glomerulus 10-20 % normal, BUN dan kreatinin
serum meningkat, anemia , azotemia, dan asidosis metabolik.
d. Penyakit ginjal stadium akhir, laju glomerulus kurang dari 5-10 % lebih dari 85 %
nefron tidak berfungsi (Syamsyir Alam dan Iwan Hadibroto. 2008 )
Hitung CCT untuk menentukan stadium Gagal Ginjal Kronik (Rumus Cockeroft dan
gautt)
1.
a.
interlobaris kemudian menjadi arteria arkuata. Arteria interlobaris yang berada di tepi ginjal
bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut glomerolus.
Glomerolus ini dikelilingi alat yang disebut simpai bowman. Disini terjadi penyaringan pertama
dan kapiler darah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk
kedalam vena kava inferior. (Syaifudin, H, 2006)
Gambaran Khusus Aliran Darah Ginjal
Ginjal diperfusi oleh sekitar 1.200 ml darah / menit. suatu volume yang sama dengan 20%
sampai 25% curah jantung (5.000 ml/m).
c.
d. Persarafan ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari fleksus renalis, saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah
darah yang masuk ke dalam Ginjal, saraf ini berjalan bersama dengan pembuluh darah. Diatas
ginjal terdapat kelenjar suprenalis kelenjar ini merupakan suatu kelenjar buntu yang
menghasilkan 2 macam hormon yaitu hormon adrenalin dan hormon kortisol.
(Syaifuddin, H 2006)
e. Fungsi Ginjal
1) Mengatur volume cairan dalam tubuh. Kelebihan air dalam tubuh akan di keluarkan sebagai
urine. Kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang dieksresikan menjadi
sedikit.
2)
3)
Mangatur keseimbangan asam basah dalam cairan tubuh bergantung pada apa yang dimakan,
campuran makanan.
4) Menghasilkan urine yang bersifat asam, ph kurang dari 6 disebabkan metabolisme protein
5) Eksresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat , kreatinin) zat-zat toksik, obat-obatan dan
bahan kimia yang lain
6) Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal memproduksi rennin dan eritropoitin.
(Syaifuddin, H 2006)
1.
Patofisiologi
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke
dalam urine) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak tertimbun produk sampah, maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala
uremia membaik setelah dialisis.
Penurunan laju filtrasi ginjal (GFR) dapat di deteksi dengan mendapatkan urine 24 jam untuk
pemeriksaan klirens kreatinin. Menurunnya filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya
glomerulus) klirens kreatinin akan menurun dan kadar kreatinin akan meningkat selain itu kadar
nitrogen urea dalam darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indikator
yang paling sensitif kerana renal substansi ini di produksi secara konstan oleh tubuh.
Retensi cairan dan natrium. Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasi atau
mengencerkan urine secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai
terhadap perubahan masukan cairan dan elekrolit sehari-hari. Pasien sering menahan natrium dan
cairan, meningkat resiko terjadinya edema, gagal jantung kongesif, dan hipertensi, hipertensi
juga dapat terjadi akibat aktivitas aksis renin angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan
sekresi aldsteron.
Asidosis, dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi Asidosis Metabolik seiring
dengan ketidakmampuan ginjal mensekresikan muatan asam (H+) yang berlebihan
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendekan
usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecendurungan untuk mengalami perdarahan akibat
status uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal. Eritropoetin, suatu substansi normal
yang di produksi oleh ginjal, menstimulasi sum-sum tulang untuk menghasilkan sel darah merah.
Pada ginjal, produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai keletihan. (Smeltzer
& Bare, 2001)
Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat, abnormalitas utama yang lain pada gagal ginjal
kronis adalah gangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh
memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat yang lain akan turun.
Dengan menurunnya filtrasi glomerulus ginjal terdapat peningkatan kadar fosfat serum dan
sebaliknya penurunan kadar serum kalsium.
Perdarahan gastroenteritis. Kadar ureum yang tinggi dalam darah berpengaruh pada
trombosit dimana trombosit tidak dapat lagi membentuk bekuan. Akibatnya akan timbul
perdarahan dari hidung, gastrointestinal dan sering terjadi perdarahan bawah kulit.(Smelzer &
Bare, 2001)
Gejalah dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah (pruritis) akibat
butiran uremik, suatu penumpukan Kristal urea di kulit.(Sibuea, Herdin 1992)
2.
Gmbaran Klinis
Karena pada penyakit gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi
uremia, maka pasien akan memperlihatkan sejumlah tanda dan gejala bergantung pada bagian
dari tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien.
Manifestasi kardiovaskuler pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi (akibat retensi
cairan dan natrium dari aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron), gagal jantung kongestif
dan edema pulmoner (Akibat cairan berlabih) dan perikarditis (akibat iritasi dari lapisan
perikardial).
Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah (Pruritus), Kulit
kering dan bersisik, Ekimosis, Kuku tipis dan rapuh, Rambut tipis dan kasar. Butiran uremik,
Suatu penumpukan Kristal urea di bawah kulit, saat ini jarang terjadi akibat penanganan yang
dini dan agresif pada penyakit ginjal tahap akhir.
Gejala Gastrointestinal juga sering terjadi yang mencakup anoreksia, mual, mulut berbau
amoniak, ulserasi mulut, perdarahan dari saluran gastrointestinal . Perubahan neuromuskuler
mencakup perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi, dan kejang. (Smeltzer &
Bare, 2001).
Gejala Respirasi juga sering terjadi Edema paru, Efusi pleura, dan pleuritis.
Gejala Neuromuskuler Juga sering terjadi misalnya gangguan tidur, sakit kepala, letargi,
gangguan muskular, bingumg dan koma.
Metabolik Endokrin juga sering terjadi misalnya gangguan hormon seks menyebabkan
penurunan libido, impoten.
Gejalah Hematologi misalnya anemia
(Nursalam, 2006)
3.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Umum
1) Urin
a) Volume : biasanya kurang dari 400ml/24 jam (oliguria) atau urine tak ada (anuria)
b) Warna : secara abnormal urine mungkin disebabkan oleh pus, bakteri, fosfat atau urat
c) Klirens kreatinin (normal 117-120 ml/menit)
d) Protein:derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan kerusakan glomerulus.
2) Darah
a) Ureum meningkat (normal 20-40 mg/dl), kreatinin meningkat (normal 0,5-1,5 mg/dl)
b) Hitung darah lengkap : Ht menurun, Hb biasanya kurang dari 7-8 g/dl (normal laki-laki 13-16
gr/dl, perempuan 12-14 gr/dl).
c) Natrium serum : meningkat (normal 135-147 mEq/L)
d) GDA (Gas Darah Arteri) : pH kurang dari 7,2 (normal 7,38-7,44)
e) Kalium : meningkat (normal 3,55-5,55 mEq/L)
f)
Dalam pielografia retrograde chateter ureter biasanya lewat ureter ke dalam pelvis ginjal dengan
bantuan sistoskopi kemudian media kontras dimasukan dengan grafitasi atau penyuntikan
melalui chateter pielografi retrograde biasanya di lakukan jika pemeriksaan IVP kurang
memeperlihatkan dengan jelas sistem pengumpul.
6)
Pemeriksaaan foto dada dapat terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air (fluid
overload), efusi pleura, kardiomegali dan efusi pericardial
7)
Pemeriksaan radiologi
Komplikasi
a. Hiperkalemia
b. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung
c. Hipertensi
d. Anemia, perdarahan gastrointestinal
e. Penyakit tulang
(Smeltzer & Bare, 2001)
5.
Penatalaksanaan medis
Pengobatan gagal ginjal kronik di bagi menjadi dua tahap :
a.
Tahap
pertama
yaitu
tindakan
konservatif yang
ditujukan
untuk
merendakan
atau
memperlambat perburukan progresif gangguaan fungsi ginjal. Tindakan konservatif dimulai bila
penderita mengalami asotemia penatalaksanaan konservatif meliputi :
4)
1)
2)
3)
6)
7)
8)
9)
b. Tahap kedua pengobatan dimulai ketika tindakan konservatif tidak lagi afektif dalam
mempertahankan kehidupan. Pada keadaan ini terjadi penyakit ginjal stadium terminal.
Penatalaksanaan, meliputi :
1)
Hemodialisa.
Hemodialisa adalah dialisis yang dilakukan diluar tubuh. Tujuan hemodialisa adalah untuk
mengambil zat-zat toksik di dalam darah, menyesuaikan kadar air dan elektrolit di dalam darah.
Pada hemodialisa darah dikeluarkan dari tubuh melalui sebuah kateter masuk ke dalam sebuah
alat besar. Di dalam mesin tersebut terdapat ruang yang dipisahkan oleh sebuah membran
semipermeabel. darah di masukan ke salah satu ruang, sedangkan ruang yang lain diisi oleh
cairan dialisis, dan diantara keduanya akan terjadi difusi darah dikembalikan ke tubuh melalui
sebuah pirau vena. Hemodialisa memerlukan waktu sekitar 3-5 jam dan dilakukan sekitar
seminggu. Pada akhir interval 2-3 hari di antara terapi, keseimbangan garam,air, dan pH sudah
tidak normal lagi. Hemodialisa tampaknya ikut berperan menyebabkan anemia karena sebagian
besar sel darah merah ikut masuk dalam proses tersebut, infeksi juga merupakan resiko.
2) Dialisis peritoneum
Dialisis peritoneum berlangsung didalam tubuh. Pada dialisis peritoneal permukaan
peritoneum yang luasnya sekitar 22.000 cm3 berfungsi sebagai difusi. Membran peritoneum
digunakan sebagai sawar semipermeabel alami. Larutan dialysis yang telah dipersiapkan
sebelumnya (sekitar 2 liter) di masukan ke dalam rongga peritoneum melalui sebuah kateter tetap
yang di letakan di bawah kulit abdomen. Larutan dibiarkan di dalam rongga peritoneum selama
waktu yang telah di tentukan (biasanya 4-6 jam). Selama waktu ini, terjadi proses difusi air dan
elektrolit keluar masuk antara darah yang bersirkulasi. Dialysis peritoneum di lakukan sekitar 4
kali/ hari. Masalah-masalah terjadi pada dialysis peritoneum adalah infeksi dari kateter atau
malfungsi kateter.
3) Transplantasi ginjal
Transplantasi atau pencangkokan ginjal adalan penempatan sebuah ginjal donor ke dalam
abdomen seseorang yang mengidap penyakit ginjal stadium akhir. Ginjal yang di cangkok dapat
di peroleh dari donor hidup atau mati. Semakin mirip sifat-sifat antigenik ginjal yang didonorkan
Prognosis
Penderita gagal ginjal kronik stadium akhir biasanya yang tidak dapat atau tidak mampu
mengusahakan pengobatan yang optimal biasanya berakihir dengan kematian.
A.
Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. (lyer dkk, 1996 dalam
Nursalam,2001).
Eliminasi
Gejala : Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (Pada tahap lanjut)
Abdomen kembung, diare atau konstipasi
Tanda :
Neurosensori
Gejala : Sakit kepala , penglihatan kabur.
Kram otot/ kejang,
Kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstrimitas bawah
Tanda
Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot nyeri kaki
Tanda : Perilaku berhati-hati, gelisah.
Pernapasan
Gejala : Napas pendek; batuk dengan/tanpa sputum
Tanda : Takipnea, dispnea, Peningkatan frekwensi/ kedalaman (kusmaul)
Batuk produktif dengan sputum merah muda
Keamanan
Gejala : Kulit gatal
Ada/ berulangnya infeksi
Tanda : Pruritus
Demam; sepsis dehidrasi, Normotermia dapat secara atual terjadi peningkatan pada pasien yang
mengalami suhu tubuh lebih rendah dari normal
Fraktur tulang, Deposit fosfat kalsium pada kulit, jaringan lunak, sendi, keterbatasan gerak sendi
Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, amenorea, infertilitas
Interaksi sosisal
Gejala : Kesulitan menentukan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran dalam
keluarga.
Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat DM keluarga (Resiko tinggi untuk gagal ginjal) Penyakit polikistik, Nefritis, Riwayat
terpajan pada toksik, contoh obat dan racun lingkungan ,Penggunaan antibiotik berulang.
2.
Diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status
kesehatan/resiko perubahan pola ) dari individu atau kelompok dimana perawat dapat
mengidentifikasi
dan
memberikan
intervensi
secara
pasti
untuk
menjaga
status
kesehatan menurunkan, membatasi , mencegah dan merubah (carpenito 2000 dan Nursalam
2001 ).
NANDA menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputasan klinis tentang respon
individu keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau potensial sebagai dasar
seleksi dan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan
kewenangan perawat.
Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien dengan gagal ginjal kronik adalah (menurut
doenges Marilyn, 2000 & Nursalam, 2006).
Diagnosa keperawatan I
a.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin dan retensi air dan
natrium.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, nausea, vomitus,
perubahan membrane mukosa oral.
an
c.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam kulit, gangguan turgor
kulit, penurunana aktivitas atau imobilisasi.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan atau tahanan, gangguan
metabolisme tulang
f.
Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan berhubungan dengan kurang terpajannya
informasi.
g. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit dan
akumulasi toksin.
h. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan gastrointestinal.
i.
3.
a.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin dan retensi air dan
natrium.
: -
Intervensi
1. Kaji status cairan
asional
asional
asional
asional
Rasional
asional
an
pengkajian merupakan data dasar dan berkelanjutan untuk memantau Perubahan dan
mengevaluasi intervensi
2. Batasi pemasukan cairan
Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urin dan respon
3. Identifikasi sumber potensial cairan
Medikasi cairan yang digunakan untuk pengobatan : oral dan intravena
Makanan
5.
:
6.
:
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, Nausea,
vomitus, perubahan membran mukosa oral.
:
ria hasil : -
Melaporkan peningkatan nafsu makan menunjukan tidak adanya penurunan berat badan yang
cepat
vensi
sional :
1.
Pengukuran antropometik
Nilai laboratorium (elektrolit serum, BUN, kreatinin, protein, transferin dan kadar besi )
Menyediakan data untuk memantau perubahan dan mengevaluasi intrvensi
riwayat diet
Makanan kesuakaan
Rasional :
asional
asional
asional
asional
asional
asional
3.
pola diet dahulu dan sekarang dapat di pertimbangkan dalam menyusun menu
Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi :
Depresi
Stomatitis
menyedikan informasi mengenai faktor lain yang dapat di ubah atau di hilangkan untuk
meningkatkan masukan diet
4.
5.
Anjurkan makanan yang tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium diantaranya waktu makan
Mengurangi makanan dan protein yang di batasi dan menyediakan kalori untuk energi,
membatasi protein untuk pertumbuhan dan penyembuhan jaringan
6. Jalaskan rasional pembatasan diet dan hubungnnya dengan penyakit ginjal dan peningkatan urea
dan kadar kalium
:
Maningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan antara diet, kadar kreatinin dengan penyakit
renal
7.
Sediakan daftar makanan yang di anjurkan secara tertulis dan anjurkan untuk memperbaiki rasa
tanpa menggunakan natrium dan kalium untuk pasien dan keluarga dapat di gunakan di rumah
Daftar yang dibuat menyediakan pendekatan positif terhadap pembatasan diet dan merupakan
referensi
8.
Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan dan menimbulkan anoreksia dihilangkan
9.
10.
asional
sional
ional
Pembentukan edema
masukan protein yang tidak normal dapat menyebabkan albumin protein lain pembentukan
edema dan perlambatan penyembuhan
asional
sional
Dibiarkan untuk menghilangkan mual/ muntah dan dapat menigkatkan pemasukan oral
c.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam kulit, gangguan turgor
kulit, penurunan aktivitas atau imobilisasi.
sional
Menurunkan tekanan pada edema, jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia.
Peninggian meningkatkan aliran balik stasi vena terbatas/pembentukan edema.
5.
Berikan peralatan kulit. Batasi penggunaan sabun. Berikan salep atau krim ( mis; lanolin,
sional
aquaphor ).
:
Lousion dan salep mungkin diinginkan untuk menghilangkan kering, robekan kulit.
sional
asional
Meskipun dialysis mengalami masalah kulit yang berkenan dengan uremik, gatal dapat terjadi
karena kulit adalah rute ekskresi untuk produk sisa, misalnya Kristal fosfat
( berkenan
sional
bila diperlukan.
:
Rasional
: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit.
orasi
asional
an
Menurunkan tekanan lama pada jaringan, yang dapat membatasi perfusi selular yang
menyebabkan iskemia/nekrosis.
ia hasil : -
rvensi
Anemia
Depresi
Rasional :
asional
Rasional
asional
asional
2.
4.
:
5.
:
Berikan indikasi sesuai resep mencakup suplemen zat besi dan asam folat dan multivitamin
Sel darah merah membutuhkan zat besi , asam folat dan multivitamin untuk produksi
e.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan atau tahanan, gangguan
muskuloskeletal.
Tujuan
Kriteria hasil : Menunjukan peningkatan kekuatan dan bebas dari komplikasi (kotraktur,) dekubitus
Intervensi
1.
2.
Ubuh posisi secara sering bila tirah baring, dukung bagian tubuh yang sakit/sendi dengan
bantalan sesuai indikasi
Rasional :
3.
Berikan pijatan kulit., pertahankan kebersihan dan kekeringan kulit, pertahankan linen kering
dan bebas kerutan
Rasional :
Dorong napas dalam dan batuk tinggikan kepala tempat tidur sesuai yang diperbolehkan.
Ubah satu sisi ke sisi lain.
Rasional :
Memobilisasi sekresi, memperbaiki ekspansi paru dan menurunkan resiko komplikasi paru
contoh atelektasis, pneumonia
5.
Rasional :
Berikan pengalihan dengan tepat pada kondisi pasien contoh kunjungan radio TV atau buku
Menurunkan kebosanan, meningkatkan relaksasi.
6.
Rasional
7.
Rational
8.
Rasional
an
pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir baik secara fisik dan emosional.
f.
Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan berhubungan dengan kurang terpajannya
informasi.
eria Hasil : -
vensi
1.
Kaji
pemahaman
mengenai
penyebab
gagal
ginjal
kronik,
konsekuensinya
dan
penanganannya
Rasional
2.
Jelaskan fungis renal dan konsekuensi gagal ginjal sesuai denga tingkat pemahaman dan
kesiapan pasien untuk belajar
Rasional
Rasional
Rasional
Pasien dapat belajar tentang gagal ginjal dan penanganan setelah mereka siap untuk memahami
dan menerima diagnosis dan konsekuensinya.
3.
Bantu pasien untuk mengidentifiaksi cara-cara untuk memahami berbagai perubahan akibat
panyakit dan penangan yang mempengaruhi dan penanganan yang mempengaruhi hidupnya.
:
4.
informasi
:
baik
tertulis
maupun lisan
dengan
tepat
g. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan elektrolit dan
akumulasi toksin.
ia evaluasi
: Mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas
normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler.
si
1. Auskultasi bunyi jantung dan paru. Evaluasi adanya edema perifer / kongesti vascular dan
keluhan dispnea.
Rasional
: Takikardia frekuensi jantung tak teratur, takipnea, mengi, dan edema / distensi jugular
menunujukan gagal ginjal kronik.
2. Kaji adanya / derajat hipertensi : awasi tekanan darah, perhatikan perubahan postural, contoh
duduk, berbaring, berdiri.
Rasional
: Hipertensi bermakna dapat terjadi karena gangguan pada sistem aldosteron renin angiontensin
(disebabkan oleh disfungsi ginjal ). Meskipun hipertensi umum, hipotensi ortostatik dapat terjadi
sehubungn dengan defisit cairan, respon terhadap obat anti hipertensi, atau temponade
pericardial uremik.
3. Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikan lokasi radiasi, beratnya
: Hipertensi dan GJK dapat menyebabkan IM, kurang lebih pasien gagal ginjal kronik dengan
dialysis mengalami perikaridtis, potensial resiko efusi perikardial / temponade.
4. Evaluasi bunyi jantung takanan darah, nadi perifer, pengisian kapiler, kongesti vaskuler, suhu
dan sensori / mental.
Rasional
: Adanya hipontensi tiba-tiba, penyempitan tekanan nadi, penurunan / tak adanya nadi perifer,
distensi jugular nyata, pucat, dan penyimpangan mental cepat menunjukan tempo nadi, yang
merupakan kedaduratan medik.
5. Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas.
Rasional : Kelelahan dapat menyertai GJK juga anemia.
Kolaborasi
1. Elektrolit ( kalium, natrium, kalsium, magnesium ), BUN.
Rasional
Rasional
: Berguna dalam mengidentifikasi terjadinya gagal jantung atau klasifikasi jaringan lunak.
3. Berikan obat anti hipertensi, contoh prazozin ( minipress ), kaptopril ( capoten ), klonodin
( catapres ), hidralazin
Rasional
( aprezoline).
: Menurunkan tahanan vascular sistemik dan/atau pengeluaran renin untuk menurunkan kerja
miokardial dan membantu mencegah GJK dan/atau IM.
4. Bantu dalam perikardiosentesis sesuai indikasi.
Rasional
: Akumulasi cairan dalam kantung perikardial dapat mempengaruhi pengisian jantung dan
kontraktilitas miokardial menganggu curah jantung dan potensial resiko henti jantung.
5. Siapkan dialisis.
Rasional
: Penurunan ureum toksik dan memperbaiki ketidakseimbangan elektrolik dan kelebihan cairan
dapat membatasi/mencegah manifestasi jantung, termasuk hipertensi dan efusi pericardial.
eria hasil :
asional
haluaran urin adekuat, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat
Intervensi
1.
2.
Catat respon fisiologis individual pasien terhadap perdarahan, misalnya perubahan mental,
kelembaban, gelisah, ansietas, pucat, berkeringat, takipnea, peningkatan suhu
asional
asional
Simtomatologi dapat berguna dalam mengukur barat badan atau lamanya episode perdarahan.
Memburuknya gejala dapat menunjukan berlanjutnya perdarahan atau tidak adekuatnya
penggantian cairan.
3.
Observasi perdarahan sekunder misalnya hidung atau gusi, perdarahan terus menerus dari area
suntikan, ekimosis setelah trauma kecil.
Kehilangan atau tidak adekuatnya penggantian faktor pembekuan dapat mencetuskan terjadinya
KID (congenital intravascular desiminata).
4.
sional
Kafein dan minuman karbonat, merangsang produksi asam hidroklorida, kemungkinan potensial
perdarahan ulang
5.
asional
asional
Trombosit adalah sumber baik factor pembekuan, penggantian trombosit dapat merangsang
pembentukan trombosit pada sisi cedera.
6. Awasi pemeriksaan laboratorium
Rasional
Rasional
valuasi
BUN/kadar kreatinin
: BUN > 40 dengan kadar kreatinin normal menunjukan.
i.
si
sional
sional
sional
1. Inspeksi rongga mulut, perhatikan kelembaban, karakter saliva adanya inflamasi, ulserasi.
:
Mencegah kekeringan mulut berlebihan dari priode lama tanpa masukan oral.
3. Berikan perawatan mulut sering/.cuci dengan larutan asam asetik 25 %, berikan permen karet,
mint pernapasan antara makan.
Membran mukosa dapat menjadi kering dan pecah-pecah. Perawatan mulut menunjukan ,
melumasi, dan membantu menyegarkan rasa mulut, yang sering tak menyenangkan karena
sional
sional
uremia dan keterbatasan masukan oral. Pencucian dengan asam asetik membantu mentralkan
pembentukan amonia dengan mengubah urea.
4. Anjurkan hiegyne gigi yang baik setelah makan dan pada saat tidur. Anjurkan menghindari floss
gigi.
:
Menurunkan pertumbuhan bakteri dan potensial terhadap infeksi. Floss gigi dapat melukai gusi,
menimbulkan perdarahan.
5. Anjurkan pasien menghentikan merokok dan menghindari produk/pencuci mulut lemon/gliserin
yang mengandung alcohol.
Bahan
ini
mengiritasi
mukosa
dan
mempunyai
efek
mengeringkan,
menimbulkan
ketidaknyamanan.
Kolaborasi
1. Berikan obat-obatan sesuai indikasi, mis; anti histamine : kiproheptadin ( periactin ).
Rasional
4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien
(Nursalam,2001)
Implementasi keperawatan dibedakan atas 3 bagian berdasarkan kewenangan dan tanggung
jawab perawat secara professional sebagaimana terdapat dalam standar praktek keperawatan
(Nursalam, 2001)
a.
Independen
Tindakan keperawatan independen adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa
petunjuk dan perintah dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
Tindakan terapeutik
3) Tindakan edukasi
4) Tindakan merujuk
b. Interdependen
Interdependen tindakan keparawatan menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan kerjasama
dengan tenaga kesehatan lainnya misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter.
c.
Dependen
Tindakan dependen berhubungan dengan pelaksanaan tindakan medis. Tindakan tersebut
menandakan suatu cara dimana tindakan dilaksanakan.