You are on page 1of 23

KETERAMPILAN PROSES SAINS

Keterampilan Poses Sains (KPS)


kps-1
Keterampilan merupakan kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efisien
dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Proses didefinisikan sebagai
perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah.
Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus
dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian.
Menurut Rustaman (2003), keterampilan proses adalah keterampilan yang melibatkan
keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif
terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya.
Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mereka melibatkan
penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial juga
terlibat dalam keterampilan proses karena mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam
melaksanakan kegiatan belajar-mengajar, misalnya mendiskusikan hasil pengamatan.
Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai
pengalaman belajar. Melalui pengalaman langsung, seseorang dapat labih menghayati proses atau
kegiatan yang sedang dilakukan.
Keterampilan proses sains (KPS) adalah perangkat kemampuan kompleks yang biasa digunakan
oleh para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah ke dalam rangkaian proses
pembelajaran. Menurut Dahar (1996), keterampilan proses sains (KPS) adalah kemampuan siswa
untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu
pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode
ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau
mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.
Menurut Dimyati (2009), kelebihan KPS adalah:
KPS dapat memberikan rangsangan ilmu pengetahuan, sehingga siswa dapat memahami fakta dan
konsep ilmu pengetahuan dengan baik.
Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar
menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Hal ini menyebabkan siswa
menjadi lebih aktif.
KPS membuat siswa menjadi belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.
KPS terdiri dari sejumlah keterampilan tertentu. Klasifikasi KPS adalah sebagai berikut:
1.

Mengamati

Mengamati adalah proses pengumpulan data tentang fenomena atau peristiwa dengan
menggunakan inderanya. Untuk dapat menguasai keterampilan mengamati, siswa harus

menggunakan sebanyak mungkin inderanya, yakni melihat, mendengar, merasakan, mencium dan
mencicipi. Dengan demikian dapat mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan memadai.
2.

Mengelompokkan/Klasifikasi

Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk menggolongkan sesuatu


berdasarkan syarat-syarat tertentu. Proses mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan seperti
mencari kesamaan, mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari
dasar penggolongan.
3.

Menafsirkan

Menafsirkan hasil pengamatan ialah menarik kesimpulan tentatif dari data yang dicatatnya. Hasilhasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Karena itu, dari mengamati langsung,
lalu mencatat setiap pengamatan secara terpisah, kemudian menghubung-hubungkan hasil-hasil
pengamatan itu. Selanjutnya siswa mencoba menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan
akhirnya membuat kesimpulan.
4.

Meramalkan

Meramalkan adalah memperkirakan berdasarkan pada data hasil pengamatan yang reliabel
(Firman, 2000). Apabila siswa dapat menggunakan pola-pola hasil pengamatannya untuk
mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamatinya, maka siswa
tersebut telah mempunyai kemampuan proses meramalkan.
5.

Mengajukan pertanyaan

Keterampilan proses mengajukan pertanyaan dapat diperoleh siswa dengan mengajukan


pertanyaan apa, mengapa, bagaimana, pertanyaan untuk meminta penjelasan atau pertanyaan yang
berlatar belakang hipotesis.
6.

Merumusakan hipotesis

Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau
pengamatan tertentu.
7.

Merencanakan percobaan

Agar siswa dapat memiliki keterampilan merencanakan percobaan maka siswa tersebut harus
dapat menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan. Selanjutnya, siswa harus
dapat menentukan variabel-variabel, menentukan variabel yang harus dibuat tetap, dan variabel
mana yang berubah. Demikian pula siswa perlu untuk menentukan apa yang akan diamati, diukur,
atau ditulis, menentukan cara dan langkah-langkah kerja. Selanjutnya siswa dapat pula
menentukan bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan.

8.

Menggunakan alat dan bahan

Untuk dapat memiliki keterampilan menggunakan alat dan bahan, dengan sendirinya siswa harus
menggunakan secara langsung alat dan bahan agar dapat memperoleh pengalaman langsung.
Selain itu, siswa harus mengetahui mengapa dan bagaimana cara menggunakan alat dan bahan.
9.

Menerapkan konsep

Keterampilan menerapkan konsep dikuasai siswa apabila siswa dapat menggunakan konsep yang
telah dipelajarinya dalam situasi baru atau menerapkan konsep itu pada pengalaman-pengalaman
baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi.
10.

Berkomunikasi

Keterampilan ini meliputi keterampilan membaca grafik, tabel, atau diagram dari hasil percobaan.
Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga termasuk berkomunikasi.
Menurut Firman (2000), keterampilan berkomunikasi adalah keterampilan menyampaikan
gagasan atau hasil penemuannya kepada orang lain.
Cara Mengukur Keterampilan Proses Sains
1. Karakteristik Pokok Uji Keterampilan Proses Sains
a. Karakteristik umum, yaitu:
Pokok uji keterampilan proses tidk boleh dibebani konsep. Hal ini diupayakan agar poko uji tidak
rnacu dengan pengukuran penguasaan konsepnya. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh
penyusun pokok uji sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa.
Mengandung sejumlah informasi yang harus diolah responden atau siswa. Informasinya dapat
berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian, atau objek aslinya.
Aspek yang akan diukur harus jelas dan hanya mengandung satu aspek saja, misalnya interpretasi.
b. Karakteristik khusus, yaitu:
Observasi harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya
Interpretasi harus menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola
Klasifikasi harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan dan perbedaan, atau diberikan
kriteria tertentu untuk melakukan pengelompokan atau ditentukan jumlah kelompok yang harus
terbentuk
Prediksi harus jelas pola atau kecenderungan untuk dapat mengajukan dugaan atau ramalan
Berkomunikasi harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke bentuk penyajian
lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik.
Berhipotesis dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau menguji pernyataan yang
ada dan mengandung hubungan dua variabel atau lebih, biasanya mengandung cara kerja untuk

menguji atau membuktikan


Merencanakan percobaan atau penyelidikan harus memberi kesempatan untuk mengusulkan
gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan prosedur yang harus ditempuh,
menentukan peubah, mengendalikan peubah
Menerapkan konsep atau prinsip harus membuat konsep/prinsip yang akan diterapkan tanpa
menyebutkan nama konsepnya.
Mengajukan pertanyaan harus memunculkan sesuatu yang mengherankan, mustahil, tidak biasa
atau kontraktif agar responden atau siswa termotivasi untuk bertanya.
2. Penyusunan Pokok Uji Keterampilan Proses sains
Penyusunan pokok uji KPS sebaiknya memilih satu konsep tertentu lalu menyajikan sejumlah
informasi yang perlu diolah. Setelah itu menentukan bentuk jawaban yang diminta misalnya tanda
silang, tanda cek, atau menuliskan jawaban singkat 3 buah lalu menyiapkan pertanyaan untuk
memperoleh jawaban yang diharapkan. Misalnya uji keterampilan observasi tentang bagianbagian bunga. Mengajukan pertanyaan mengenai jumlah kelopak, jumlah dan keadaan daun
mahkota bunga, bentuk kepala sari, keadaan kepala putik, dan ciri bunga tersebut. Respon diminta
dalam bentuk jawaban singkat lima buah berurutan ke bawah dari a sampai e (Rustaman, 2003).
3. Pemberian Skor Pokok Uji Keterampilan Proses Sains
Pokok uji keterampilan proses memerlukan skor dengan cara tertentu. Setiap respon yang benar
diberi skor dengan bobot tertentu, umpamanya masing-masing 1 untuk pokok uji observasi di atas
yang berarti jumlah skornya 5. Untuk respon yang lebih kompleks, misalnya membuat pertanyaan,
dapat diberi skor bervariasi berdasarkan tingkat kesulitannya. Misalnya pertanyaan berlatar
belakang hipotesis diberi skor 3; pertanyaan apa, mengapa, bagaimana diberi skor 2; pertanyaan
yang meminta penjelasan diberi skor 1 (Rustaman, 2003).
Sumber:
Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan
Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Keterampilan Proses Sains

Eureka Pendidikan. Keterampilan proses merupakan konsep besar dan didefenisikan sebagai
perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penyelidikan.
Keterampilan proses sains (IPA) dapat diartikan sebagai keterampilan yang dimiliki oleh para
ilmuwan IPA dalam memperoleh pengetahuan, dan mengkomunikasikan perolehannya.
Keterampilan tersebut berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, serta perbuatan secara
efisien dan efektif untuk mencapai hasil tertentu, termasuk kreativitas. Dengan demikian,
keterampilan proses meliputi kemampuan olah pikir dan kemampuan olah perbuatan.

Rincian Keterampilan Proses Sains


a. Keterampilan Proses Sains Menurut Abruscato
Abruscato (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 32) mengklasifikasikan keterampilan proses
sains menjadi dua bagian, yaitu keterampilan proses dasar (Basic Processes) dan keterampilan
proses terintegrasi (Integrated Processes). Keterampilan proses dasar terdiri dari : (1) Pengamatan,
(2)Penggunaan bilangan, (3)Pengklasifikasian, (4) Pengukuran, (5) Pengkomunikasian, (6)
Peramalan, (7) Penginferensial. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari : (1) Pengontrolan
variabel, (2) Penggunaan bilangan, (3) Perumusan hipotesis, (4) Pendefenisian secara operasional,
(5) Melakukan eksperimen. Agar siswa-siswa memiliki keterampilan tersebut, maka harus dilatih
untuk melakukan kegiatan-kegiatan sehubungan dengan keterampilan itu .
b. Keterampilan Proses Sains Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Pemberian pengalaman belajar secara langsung dalam pembelajaran sains sangat ditekankan
melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan
untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah. Keterampilan proses sains
yang digunakan di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dalam KBK antara lain :
Mengamati
Mengklasifikasi
Mengukur
Menggunakan alat
Mengkomunikasikan
Menafsirkan
Memprediksi
Melakukan eksperimen
Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs) dalam KBK antara lain :
Mengamati
Menggolongkan atau Mengkelaskan
Mengukur
Menggunakan alat
Mengkomunikasikan hasil
Menafsirkan

Memprediksi
Menganalisis
Mensintesis
Melakukan percobaan
Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Madrasah
Aliyah (MA) dalam KBK antara lain :
Mengamati
Mengukur
Menggolongkan
Mengajukan Pertanyaan
Menyusun Hipotesis
Merencanakan percobaan
Mengidentifikasi variabel
Menentukan langkah kerja
Melakukan eksperimen
Membuat dan Menafsirkan Informasi / grafik
Menerapkan konsep
Menyimpulkan
1Mengkomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal
(Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 31).
3. Keterampilan-Keterampilan Proses Sains
Keterampilan-keterampilan Proses Sains adalah keterampilan-keterampilan yang dipelajari siswa
pada saat mereka melakukan inquiri ilmiah. Pada saat mereka terlibat aktif dalam penyelidikan
ilmiah, mereka menggunakan berbagai macam keterampilan proses, bukan hanya satu metode
ilmiah tunggal. Keterampilan-keterampilan proses sains dikembangkan bersama-sama dengan
fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip sains. Menurut Nur (Khaeruddin dan Sujiono Eko
Hadi, 2005 : 34) keterampilan proses tersebut adalah pengamatan (observasi), pengklasifikasian,
penginferensian, peramalan, pengkomunikasian, pengukuran, penggunaan bilangan,
penginterpretasian data, melakukan eksperimen, pengontrolan variabel, perumusan hipotesis, dan
pendefenisian secara operasional.
1. Pengamatan
Pengamatan adalah penggunaan indera-indera seseorang. Seseorang mengamati dengan
penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan. Beberapa perilaku yang
dikerjakan siswa pada saat pengamatan adalah: (a) penggunaan indera-indera tidak hanya
penglihatan; (b) pengorganisasian obyek-obyek menurut satu sifat tertentu; (c) pengidentifikasian
banyak sifat; (d) pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam suatu obyek; (e) melakukan
pengamatan kuantitatif, contohnya: 5 kilogram bukan massa (f) melakukan pengamatan
kualitatif, contohnya: baunya seperti susu asam bukan berbau
Pengamatan yang dilakukan hanya menggunakan indera tanpa mengacu kepada satuan
pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan
dengan menggunakan alat ukur yang mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu disebut
pengamatan kuantitatif. Besaran yang diperoleh dari mencacah termasuk pengamatan kuantitatif.
Pengamatan kualitatif didefenisikan sebagai pengamatan yang dilakukan dengan beberapa atau

seluruh indera, yaitu dengan mendeskripsikan apa yang dilihat, apa yang dirasa, apa yang dibau,
apa yang didengar, apa yang dicicipi dari obyek yang diamati. Pengamatan yang hanya
menggunakan satu indera tidak dapat memberikan deskripsi yang lengkap tentang obyek yang
diamati (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 35).
Melalui pengamatan, siswa akan mempelajari dunia sekelilingnya. Mereka mengamati obyekobyek dan fenomena alam melalui panca inderanya. Informasi dan data yang diperolehnya
mendorong kesungguhan belajar, menimbulkan pertanyaan, menumbuhkan kecakapan interpretasi
atau pemahaman lingkungan, serta memotivasi untuk melakukan penelitian berikutnya.
Keterampilan mengamati merupakan keterampilan proses yang paling dasar dalam pembelajaran
IPA dan sangat penting bagi pengembangan keterampilan proses lainnya, seperti keterampilan
menyimpulkan, keterampilan komunikasi, keterampilan pengukuran dan keterampilan klasifikasi
(Suderajat Hari, 2004 : 76).
Carin (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 36) mengemukakan bahwa terdapat tujuh
komponen untuk melakukan pengamatan ilmiah yang baik, yaitu :
Rencana (plan). Buatlah rencana untuk penuntun pengamatan supaya tidak terlewati hal-hal yang
penting atau supaya tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu.
Indera (senses). Pergunakanlah semua indera yang tepat kalau perlu memakai alat untuk
membantu indera dalam mengumpulkan informasi yang jelas.
Pertanyaan (question). Tetaplah mempunyai rasa ingin tahu selama mengamati, waspadalah
terhadap perbedaan-perbedaan dan pertanyakanlah segala sesuatu untuk mendapatkan informasi
baru dan pengamatan baru.
Pengukuran (measurement). Buatlah pengukuran-pengukuran variabel yang penting untuk
melengkapi pengamatan kualitatif.
Persamaan dan perbedaan (similarities and differences). Identifikasilah persamaan dan perbedaan
antara obyek pengamatan dengan obyek-obyek lain yang dapat dibandingkan.
Perubahan (changes). Amati perubahan-perubahan alami yang terjadi pada obyek atau sistem yang
sedang diteliti. Bila perlu buatlah perubahan-perubahan dan amati perubahan yang terjadi sebagai
akibat.
komunikasi (communication). Laporkan hasil pengamatan anda dengan jelas mempergunakan
uraian, diagram-diagram, gambar-gambar dan metode-metode lain yang tepat.
2. Penggunaan bilangan
Penggunaan bilangan meliputi pengurutan, penghitungan, penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian bilangan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat menggunakan
bilangan adalah : (a) penghitungan; (b) pengurutan; (c) penyusunan bilangan dalam pola-pola
yang benar; (d) penggunaan keterampilan matematika yang sesuai.
3.Pengklasifikasian
Pengklasifikasian adalah pengelompokan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu. Beberapa
perilaku siswa adalah : (a) pengidentifikasian suatu sifat umum, contohnya : mineral menyerupai
logam dan mineral yang tidak menyerupai logam; (b) memilah-milahkan dengan menggunakan
dua sifat atau lebih, contohnya : yang memiliki celah yang dapat menggores gelas; dan mineral
tanpa celah dan mineral yang tidak dapat menggores gelas (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi,
2005 : 36).
Keterampilan mengklasifikasi tergantung pada keterampilan penelitian. Melalui penelitian siswa

belajar untuk mengenali persamaan dan perbedaan benda-benda disekitar kita (Suderajat Hari,
2004 : 79).
4. Pengukuran
Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek, berapakah suatu obyek, berapa banyak
ruang yang ditempati suatu obyek. Obyek tersebut dibandingkan dengan satu satuan pengukuran,
misalnya sebuah penjepit kertas atau satuan baku centimeter. Proses ini digunakan untuk
melakukan pengamatan kuantitatif. Beberapa perilaku siswa adalah : (a) pengukuran panjang,
volume, massa, temperatur, dan waktu dalam satuan yang sesuai; (b) memilih alat dan satuan yang
sesuai untuk tugas pengukuran tertentu tersebut (Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 37).
Keterampilan siswa dalam melakukan pengukuran merupakan salah satu keterampilan praktis dan
bersifat manipulatif dalam keterampilan proses penguasaan ilmu pengetahuan (Suderajat Hari,
2004 : 82).
5. Pengkomunikasian
Pengkomunikasian adalah mengatakan apa yang Anda ketahui dengan ucapan kata-kata, tulisan,
gambar, demonstrasi, atau grafik. Jadi adalah penting menyatakan sesuatu atau menulis data
sejelas-jelasnya. Guru dapat membantu siswa dengan jalan memberi kesempatan sebanyakbanyaknya berlatih berkomunikasi dan membantu mereka mengevaluasi apa yang mereka katakan
atau tulis. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat melakukan komunikasi adalah : (a)
pemaparan pengamatan atau dengan menggunakan perbendaharaan kata yang sesuai; (b)
pengembangan grafik atau gambar untuk menyajikan pengamatan dan peragaan data; (c)
perancangan poster atau diagram untuk menyajikan pengamatan (Khaeruddin dan Sujiono Eko
Hadi, 2005 : 37). Kemampuan seseorang berkomunikasi dengan orang lain merupakan dasar dari
apa yang orang tersebut kerjakan. Komunikasi yang efektif haruslah jelas, presisi dan tidak kabur
(Nur M, 1998 : 81).
6.Peramalan
Peramalan adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu percobaan. Ramalanramalan didasarkan pada pengamatan-pengamatan dan interferensi-interferensi sebelumnya.
Ramalan merupakan suatu pernyataan tentang pengamatan atas apa yang mungkin dijumpai di
masa yang akan datang, sedangkan inferensi berupaya untuk memberikan alasan tentang mengapa
suatu pengamatan terjadi. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa adalah : (a) penggunaan data
dan pengamatan yang sesuai; (b) penafsiran generalisasi tentang pola-pola; (c) pengujian
kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai.
7.Penginferensial
Penginferensial adalah penggunaan apa yang Anda amati untuk menjelaskan sesuatu yang telah
terjadi. Penginferensial berlangsung, melampaui suatu pengamatan untuk menafsirkan apa yang
telah diamati. Sebagai contoh : Anda melihat suatu petak rumput mati. Suatu inferensi yang
mungkin diajukan adalah bahwa cacing tanah tersebut yang menyebabkan rumput itu mati.
Beberapa perilaku siswa adalah : (a) mengaitkan pengamatan dengan pengalaman atau
pengetahuan terdahulu; (b) mengajukan penjelasan-penjelasan untuk pengamatan-pengamatan
(Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 38).
8. Identifikasi dan Pengontrolan Variabel
Variabel adalah suatu besaran yang dapar bervariasi atau berubah pada suatu situasi tertentu.
Dalam penelitian ilmiah terdapat 3 (tiga) macam variabel yang penting, yaitu variabel manipulasi,
variabel respon, dan variabel kontrol. Variabel yang secara sengaja diubah disebut variabel

manipulasi. Variabel yang berubah sebagai akibat pemanipulasian variabel manipulasi disebut
variabel respon. Andaikan dilakukan percobaan yang menghasilkan kesimpulan bahwa Apabila
banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin redup. Variabelvariabel yang di teliti dalam percobaan itu adalah banyak lampu dan nyala lampu. Pada percobaan
ini secara sengaja telah diubah banyaknya lampu, yakni mula-mula hanya ada satu lampu
kemudian ditambahkan satu lampu lagi secara seri dengan lampu pertama. Oleh karena itu banyak
lampu merupakan variabel manipulasi. Variabel lain, yaitu nyala lampu merupakan variabel
respon, karena nyala lampu berubah akibat pemanipulasian variabel manipulasi.
Di samping variabel manipulasi, terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil suatu
percobaan atau eksperimen. Dalam suatu eksperimen, dapat dikatakan bahwa variabel manipulasi
adalah satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap variabel respon. Oleh karena itu, kita
harus yakin bahwa faktor lain yang dapat memberikan suatu pengaruh dikontrol untuk tidak
memberikan pengaruh. Dengan demikian variabel ini disebut variabel kontrol. Eksperimen yang
dilakukan dengan pengontrolan variabel seperti itu dapat disebut prosedur eksperimen yang benar.
Jadi mengontrol variabel berarti memastikan bahwa segala sesuatu dalam suatu percobaan adalah
tetap sama kecuali satu faktor. Misalkan pada saat dilakukan eksperimen untuk menguji hipotesis
Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin
redup. Kita mula-mula membuat rangkaian sederhana satu baterai yang dibebani satu lampu,
ternyata menyala terang. Kemudian kita menambah satu lampu lagi secara seri dengan pertama,
ternyata lampu menjadi redup. Pada saat kita menambah satu lampu tersebut, kita tidak mengubah
empat variabel, yaitu jenis baterai, jenis kabel-kabel penghubung, jenis soket baterai, dan jenis
soket lampu. Dalam percobaan ini kita telah menjaga empat variabel itu agar tidak mempengaruhi
hasil percobaan tersebut. Empat variabel itu disebut variabel kontrol. Dengan demikian kita dapat
mengatakan bahwa satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap redupnya nyala lampu itu
(variabel respon) karena ada tambahan satu lampu secara seri (variabel manipulasi).
Beberapa perilaku siswa dalam mengontrol variabel adalah :
(a) pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian variabel yang
diubah dalam percobaan; (c) pengidentifikasian variabel yang dikontrol dalam suatu percobaan
(Khaeruddin dan Sujiono Eko Hadi, 2005 : 40).
9.Penafsiran Data
Penafsiran data adalah menjelaskan makna informasi yang telah dikumpulkan. Beberapa perilaku
siswa adalah : (a) pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian
variabel yang diubah dalam percobaan; (c) pengidentifikasian variabel yang dikontrol dalam suatu
percobaan.
10.Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang dapat diuji tentang
bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi. Hipotesis sering dinyatakan sebagai pernyataan jika dan
maka. Contohnya : Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin
besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil. Dari rumusan ini dapat dikatakan bahwa
hipotesis adalah dugaan tentang pengaruh apa yang akan diberikan variabel manipulasi terhadap
variabel respon. Oleh karena itu di dalam rumusan hipotesis lazim terdapat variabel manipulasi
dan variabel respon. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan, bukan pertanyaan.
Hipotesis dapat dirumuskan dengan penalaran induktif berdasarkan data hasil pengamatan atau
dirumuskan dengan penalaran deduktif berdasarkan teori. Penalaran induktif adalah penalaran

yang dilakukan berdasarkan data atau kasus menuju ke suatu pernyataan kesimpulan umum yang
dapat berbentuk hipotesis atau teori sementara. Penalaran deduktif adalah penalaran yang
dilakukan berdasarkan teori menuju pernyataan kesimpulan sementara yang bersifat spesifik.
Beberapa perilaku siswa yang dikerjakan siswa saat merumuskan hipotesis adalah: (a) perumusan
hipotesis berdasarkan pengamatan dan inferensi; (b) merancang cara-cara untuk menguji hipotesis;
(c) merevisi hipotesis apabila data tidak mendukung hipotesis tersebut (Khaeruddin dan Sujiono
Eko Hadi, 2005 : 41).
11.Pendefenisian Variabel Secara Operasional (PVSO)
PVSO adalah perumusan suatu defenisi yang berdasarkan pada apa yang dilakukan atau apa yang
diamati. Suatu defenisi operasional mengatakan bagaimana sesuatu tindakan atau kejadian
berlangsung, bukan apakah tindakan atau kejadian itu.
Mendefenisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan tindakan apa yang dilakukan
dan pengamatan apa yang akan dicatat. Contohnya, dari hipotesis Dengan waktu pemanasan 1
menit, apabila volume air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil.
Untuk variabel manipulasi, tindakan yang dilakukan adalah menuangkan air ke dalam gelas kimia
sampai 20 ml, 40 ml, 60 ml; sedangkan pengamatan yang dicatat adalah volume air PDAM, yaitu
20 ml, 40 ml, dan 60 ml. untuk variabel respon, tindakan yang dilakukan adalah menyalakan lilin,
sedangkan pengamatan yang dicatat adalah suhu air PDAM. Penting dicatat bahwa tiap peneliti
dapat membuat defenisi operasional variabel sendiri-sendiri, artinya variabel yang sama defenisi
operasionalnya dapat berbeda-beda bergantung pada yang ditetapkan masing-masing peneliti.
Oleh karena itu, sebagian besar rancangan eksperimen sebagai persiapan pengumpulan data telah
terselesaikan. Yang tersisa tinggal menetapkan variabel kontrol. Beberapa perilaku siswa saat
mendefenisikan variabel secara operasional adalah; (a) memaparkan pengalaman-pengalaman
dengan menggunakan obyek-obyek konkrit, (b) mengatakan apa yang diperbuat obyek-obyek
tersebut, (c) memaparkan perubahan-perubahan atau pengukuran-pengukuran selama suatu
kejadian.
12.Melakukan eksperimen
Melakukan eksperimen adalah pengujian hipotesis atau prediksi. Dalam suatu eksperimen, seluruh
variabel harus dijaga tetap sama kecuali satu, yaitu variabel manipulasi. Dengan kata lain,
eksperimen atau percobaan dapat didefenisikan sebagai usaha sistematik yang direncanakan untuk
menghasilkan data untuk menjawab suatu rumusan masalah atau menguji hipotesis. Apabila cara
bagaimana suatu variabel akan dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara
jelas dalam bentuk defenisi operasional. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa saat melakukan
eksperimen adalah : (a) merumuskan dan menguji prediksi tentang kejadian-kejadian, (b)
mengajukan dan menguji hipotesis, (c) mengidentifikasi dan mengontrol variabel, (d)
mengevaluasi prediksi dan hipotesis berdasarkan pada hasil-hasil percobaan (Khaeruddin dan
Sujiono Eko Hadi, 2005 : 42).
4. Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan
sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang
lebih tinggi pada diri siswa. Kemampuan-kemampuan fisik dan mental tersebut pada dasarnya
telah dimiliki oleh siswa meskipun masih sederhana dan perlu diransang agar menunjukkan jati
dirinya. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan, anak akan
mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta penumbuhan dan

pengembangan sikap dan nilai.


Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa dengan keterampilan proses siswa berupaya menemukan
dan mengembangkan konsep dalam materi ajaran. Konsep-konsep yang telah dikembangkan itu
berguna untuk menunjang pengembangan kemampuan selanjutnya. Interaksi antara kemampuan
dan konsep melalui proses belajar mengajar selanjutnya mengembangkan sikap dan nilai pada diri
siswa, misalnya kreativitas, kritis, ketelitian, dan kemampuan memecahkan masalah (Hamalik
Oemar, 2003 : 149)
Menurut Nur proses belajar mengajar dengan pendekatan keterampilan proses adalah proses
belajar mengajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta-fakta,
konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa
diberi kesempatan untuk langsung terlibat dalam kegiatan-kegiatan dan atau pengalamanpengalaman ilmiah tak berbeda dengan apa yang dialami oleh saintis. (Nur M, 1998 : 3)
Pendekatan proses dalam pengajaran sains didasarkan pada pengkajian terhadap apa yang
dilakukan ilmuwan. Proses-proses itu dijabarkan dari pengkajian terhadap apa yang dilakukan
ilmuwan dan disebut keterampilan proses sains. Beberapa yang termasuk dalam keterampilan
proses itu adalah : pengamatan, pengukuran, inferensi, pemanipulasian variabel, merumuskan
hipotesis, pendefenisian secara operasional dan melakukan eksperimen.
Untuk mengajarkan keterampilan proses itu kepada siswa, perlu siswa itu benar-benar melakukan
pengamatan, pengukuran, pemanipulasian variabel dan sebagainya. Ringkasnya, ia bertindak
sebagai ilmuwan. Oleh karena itu pendekatan ini lebih banyak melibatkan siswa dengan obyekobyek konkrit, yaitu siswa aktif berbuat. Pendekatan proses memberi siswa pemahaman yang
valid tentang hakikat sains. Siswa dapat menghayati keasyikan sains dan dapat lebih baik
memahami fakta-fakta dan konsep-konsep.
Hal yang unik dari pengajaran sains melalui pendekatan proses adalah bahwa pendekatan ini
memberikan siswa suatu sentuhan rasa tentang sains. Misalnya, mudah untuk mengatakan
kepada siswa bahwa air mendidih pada 100oC atau membeku pada 0 oC, tetapi alangkah akan
lebih bermanfaat bila mengajarkan siswa itu bagaimana mengukur suhu yang merupakan salah
satu keterampilan proses sains. Siswa itu akan dapat menemukan sendiri titik didih dan titik
beku air. Dia akan mendapatkan suatu perasaan tentang sains.
Pengembangan keterampilan proses sains pada siswa merupakan usaha yang bermanfaat.
Keterampilan proses sains dapat ditransfer ke topik dan bidang studi lain serta tidak mudah
dilupakan. Keterampilan proses sains membuat siswa merasakan hakikat sains dan memungkinkan
siswa berbuat sains. Dan dengan berbuat sains, siswa belajar fakta-fakta dan konsepkonsep sains. Jadi, dengan menggunakan keterampilan proses dalam mengajarkan sains, siswa
belajar proses dan produk sains. (Nur M, 1998 : 21)
Sumber: Jurnal Universitas Negeri Makassar

Keterampilan Proses Sains


Keterampilan Proses Sains Eureka Pendidikan . Keterampilan proses merupakan konsep besar dan

didefenisikan sebagai perangkat keterampilan...


counter(num)
Pengertian dan Peranan Evaluasi Pembelajaran
Pengertian dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran Pengertian Evaluasi Eureka Pendidikan . Dalam
dunia pendidkan kita sering mendengar kata e...
counter(num)
Hakikat Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan dalam Tinjauan Filsafat Ilmu
Hakikat Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan dalam Tinjauan Filsafat Ilmu Eureka Pendidikan .
Ketahuailah apa yang kamu tahu dan ketahuila...
counter(num)
Pengertian dan Peranan Metode Experimen
Pengertian dan Peranan Metode Experimen Eureka Pendidikan . Tujuan dari kegiatan belajar
mengajar tidak akan pernah tercapai selama komp...
Hakikat Epistimologi Dalam Kajian Filsafat Ilmu
Hakikat Epistimologi Dalam Kajian Filsafat Ilmu Eureka Pendidikan . Salah satu bagian yang
paling penting dari ilmu pengetahuan adalah ka...
Pengertian dan Peranan Evaluasi Pembelajaran
Pengertian dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran Pengertian Evaluasi Eureka Pendidikan . Dalam
dunia pendidkan kita sering mendengar kata e...
Definisi Metode Menurut Para Ahli
Pengertian Metode Menurut Para Ahli Definisi Metode Eureka Pendidikan . Proses belajar
mengajar dalam dunia pendidikan bertujuan ...
Pengertian Model Pembelajaran Terpadu Tipe Integrated
Pengertian Model Pembelajaran Terpadu Tipe Integrated Eureka Pendidikan - Pembelajaran
integrated (terpadu) merupakan suatu pendekatan d...
Pengertian dan Prinsip-Prinsip Pengembangan Silabus
Pengertian dan Prinsip-Prinsip Pengembangan Silabus Eureka Pendidikan . Teaching material
terdiri dari silabus pembelajaran , RPP ( Ren...
Keterampilan Proses Sains
Keterampilan Proses Sains Eureka Pendidikan . Keterampilan proses merupakan konsep besar dan
didefenisikan sebagai perangkat keterampilan...
Hakikat Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan dalam Tinjauan Filsafat Ilmu
Hakikat Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan dalam Tinjauan Filsafat Ilmu Eureka Pendidikan .
Ketahuailah apa yang kamu tahu dan ketahuila...

Definisi Perangkat Pembelajaran Definisi Perangkat Pembelajaran


Perangkat pembelajaran
merupukan hal yang harus disiapkan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajara...
Teknik Sampling Pada Penelitian Kualitatif
Teknik Sampling Pada Penelitian Kualitatif Eureka Pendidikan - Objek kajian penelitian kualitatif
sering bersifat kasuistik. Peneliti t...
Pengertian dan Peranan Metode Experimen
Pengertian dan Peranan Metode Experimen Eureka Pendidikan . Tujuan dari kegiatan belajar
mengajar tidak akan pernah tercapai selama komp...
2015 (146)
November (8)
Oktober (20)
September (13)
Agustus (1)
Juli (2)
Juni (2)
Mei (21)
April (9)
Maret (7)
Februari (56)
Januari (7)
2014 (131)
Desember (23)
November (58)
Oktober (48)
Hakikat dan Karakteristik Penelitian kuantitatif Validitas Dalam Penelitian Eksperimen
Karakteristik Penelitian Eksperimen Aliran Filsafat Pendidikan: Pragmatisme Aliran Filsafat
Pendidikan: Realisme Pendidikan Nasional dan Pembangunan Pendidikan dan Pengertian
Pendidikan Populasi dan Sampel Penelitian Upaya Pembenahan Guru Hari Ini Sekelumit Jejak
Silam Guru Indonesia Teknik Sampling dalam Penelitian Statistik Penelitian dan Jenis-Jenis
Statistik Pen... Pengertian dan Jenis-Jenis Variable Penelitian Peranan dan Pemilihan Metode
Pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah True Experiment (Penelitian Sesungguhnya)
Resensi Buku: Paradigma Baru Pendidikan Nasional Metode Pembelajaran Kooperatif Hakikat
Biologi dan Lingkup Kajiannya Dinamika Pendidikan Tinggi: Mahasiswa dan Keterasi...
Pendidikan (Berkualitas) Untuk Semua Fungsi Media Pembelajaran dan Jenis-jenis Media Pe...
Membangun Komunikasi Antara Guru dan Siswa dalam P... Pengertian dan Manfaat Media
Pembelajaran Tujuan dan Unsur-unsur Pembelajaran Kebermaknaan Belajar Dalam Sebuah Proses
Pembelaja... Keterampilan Proses Sains Miskonsepsi dalam Pembelajaran dan Proses Pemahama...
Defenisi dan Pengertian Model Pembalajaran Pengertian Pendekatan Kontesktual (Contextual
Teac... Pengertian dan Peranan Metode Experimen Pengertian Hasil Belajar Pendekatan
Konstruktif dalam Proses Belajar Pendangan Konstruktivisme Mengenai Proses Belajar Hakikat
Proses Belajar Mengajar Penelitian Deskriktif: Prinsip Penelitian Survey d... Hakikat Penelitian

Observasi Kuantitatif Menentukan Permasalahan Dalam Sebuah Penelitian Hakikat Epistimologi


Dalam Kajian Filsafat Ilmu Pengertian Ontologi dalam Filsafat Ilmu Pengantar Filsafat Ilmu
Pengertian dan Hakikat Penelitian Contoh RPP SD Kurikulum 2013 Apakah yang dimaksud
dengan Kemampuan Panalaran? Definisi Metode Menurut Para Ahli Pengertian dan Peranan
Evaluasi Pembelajaran Pengertian Belajar Menurut Ahli Hakikat Pengetahuan dan Ilmu
Pengetahuan dalam Tin...
September (2)
GOOGLE+ FOLLOWERS

memiliki saya di lingkaran


LABEL
EVALUASI
FILSAFAT
INSTRUMEN
JURNAL
KURIKULUM
MEDIA
MODEL METODE
OPINI
PAPER DAN JURNAL
PENDIDIKAN
PENELITIAN
PERANGKAT
RESUME
RPP
SINTAKSIS
SKRIPSI
TOTAL TAYANGAN LAMAN
222128
Copyright 2014 Eureka Pendidikan - Ahmaddahlan.net Powered by Blogger.com - Cara Memelihara Kelinci
Home
Pendidikan
Metode Penelitian
Penelitian
Evaluasi
Perangkat Pembelajaran
Kurikulum
RPP
Metode dan Model

Media
Instrumen
Filsafat
Terbitkan Artikel
About
Contact Us
Privacy Policy
Disclaimer
Stats: 15.0kB, 3.40s

Keterampilan Proses Sains


Keterampilan-Keterampilan Proses Sains
Para ahli pendidikan sains memandang sains tidak hanya terdiri dari fakta, konsep, dan teori yang
dapat dihafalkan, tetapi juga terdiri atas kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dan sikap
ilmiah dalam mempelajari gejala alam yang belum diterangkan. Secara garis besar sains dapat
didefenisikan atas tiga komponen, yaitu (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah, dan (3) produk ilmiah.
Jadi proses atau keterampilan proses atau metode ilmiah merupakan bagian studi sains, termasuk
materi bidang studi yang harus dipelajari siswa. Mengajarkan bidang studi sains (IPA) berupa
produk atau fakta, konsep dan teori saja belum lengkap, karena baru mengajarkan salah satu
komponennya.
Komponen sikap ilmiah yang perlu ditumbuhkan antara lain adalah tanggung jawab, keinginan
hendak tahu, jujur, terbuka, obyektif, kreatif, toleransi, kecermatan bekerja, percaya diri sendiri,
konsep diri positif, mengenal hubungan antara masyarakat dan sains,perhatian terhadap sesama
mahluk hidup, menyadari bahwa kemajuan ilmiah diperoleh dari sudut usaha bersama, dan

menginterpretasikan gejala alam dari sudut prinsip-prinsip ilmiah. Dengan kata lain pendidikan
sains juga bertujuan mengembangkan kepribadian siswa.
Proses dapat didefenisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan
dalam melakukan penyelidikan ilmiah. Proses atau metode ilmiah itu merupakan konsep besar
yang dapat dirinci menjadi sejumlah komponen yang harus dikuasai apabila orang itu hendak
melakukan penelitian dan pengembangan dalam bidangnya. Sainstis mengembangkan teori antara
melalui keterampilan proses.
A. Keterampilan Proses Sains Menurut Abruscato
Abruscato (1992), mengklasifikasikan keterampilan proses sains menjadi dua bagian, yaitu
keterampilan proses dasar (Basic Processes) dan keterampilan proses terintegrasi (Integrated
Processes). Keterampilan proses dasar terdiri atas:
1. Pengamatan
2. Penggunaan bilangan
3. Pengklasifikasian
4. Pengukuran
5. Pengkomunikasian
6. Peramalan
7. Penginferensial
Sedangkan keterampilan proses terintegrasi terdiri atas:
1. Pengontrolan variabel
2. Penafsiran data
3. Perumusan hipotesis
4. Pendefinisian secara operasional
5. Melakukan eksperimen.
Agar siswa memiliki keterampilan-keterampilan tersebut, maka harus dilatih untuk melakukan
kegiatan-kegiatan sehubungan dengan keterampilan itu.
B. Keterampilan Proses Sains Menurut Kurikulum 2006
Pemberian pengalaman belajar secara langsung dalam pembelajaran sains sangat ditekankan
melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan
untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah.
Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)
dalam Standar Isi antara lain:
1. Mengamati
2. Mengklasifikasi
3. Mengukur

4. Menggunakan alat
5. Mengkomunikasikan
6. Menafsirkan
7. Memprediksi
8. Melakukan eksperimen
Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs) dalam Standar Isi antara lain:
1. Mengamati
2. Menggolongkan atau Mengkelaskan
3. Mengukur
4. Menggunakan alat
5. Mengkomunikasikan hasil
6. Menafsirkan
7. Memprediksi
8. Menganalisis
9. Mensintesis
10. Melakukan percobaan
Keterampilan proses sains yang digunakan di Sekolah Menengah Umum (SMU) dan Madrasah
Aliyah (MA) dalam Standar Isi antara lain:
1. Mengamati
2. Mengukur
3. Menggolongkan
4. Mengajuakn Pertanyaan
5. Menyusun Hipotesis
6. Merencanakan percobaan
7. Mengidentifikasi variabel
8. Menentukan langkah kerja
9. Melakukan eksperimen
10. Membuat dan Menafsirkan informasi/grafik
11. Menerapkan konsep
12. Menyimpulkan
13. Mengkomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal.

Keterampilan-keterampilan Proses Sains adalah keterampilan-keterampilan yang dipelajari siswa


pada saat mereka melakukan inquiri ilmiah. Pada saat mereka terlibat aktif dalam penyelidikan
ilmiah, mereka menggunakan berbagai macam keterampilan proses, bukan hanya satu metode
ilmiah tunggal. Keterampilan-keterampilan proses sains dikembangkan bersama-sama dengan
fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip sains.
Menurut Nur (2003) keterampilan proses tersebut adalah pengamatan, pengklasifikasian,
penginferensian,
peramalan,
pengkomunikasian,
pengukuran,
penggunaan

bilangan,penginterpretasian data, melakukan eksperimen, pengontrolan variabel, perumusan


hipotesis, dan pendefinisian secara operasional.
1. Pengamatan
Pengamatan adalah penggunaan indera-indera seseorang. Seorang mengamati dengan penglihatan,
pendengaran, pengecapan, perabaan, dan pembauan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa
pada saat pengamatan adalah: (a) penggunaan indera-indera tidak hanya penglihatan; (b)
pengorganisasian obyek-obyek menurut satu sifat tertentu; (c)pengidentifikasian banyak sifat; (d)
pengidentifikasian perubahan-perubahan dalam suatu obyek; (e) melakukan pengamatan
kuantitatif, contohnya: 5 kilogram bukan massa (f)melakukan pengamatan kualitatif,
contohnya: baunya seperti susu asam bukan berbau.
Pengamatan yang dilakukan hanya dengan menggunakan indera tanpa mengacu kepada satuan
pengukuran baku tertentu disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan
dengan menggunakan alat ukur yang mengacu kepada satuan pengukuran baku tertentu disebut
pengamatan kuantitatif. Besaran yang diperoleh dari mencacah termasuk pengamatan kuantitaif.
Pengamatan kualitatif didefenisikan sebagai pengamatan yang dilakukan dengan beberapa atau
seluruh indera, yaitu dengan mendeskripsikan apa yang dilihat, apa yang dirasa, apa yang dibau,
apa yang didengar, apa yang dicicipi dari obyek yang diamati.
Pengamatan yang hanya menggunakan satu indera tidak dapat memberikan deskripsi yang
lengkap tentang obyek yang diamati. Carin (1993) mengemukakan bahwa terdapat tujuh
komponen untuk melakukan
pengamatan ilmiah yang baik, yaitu:
1. Rencana (plan). Buatlah rencana untuk penuntun pengamatan supaya tidak terlewati hal-hal
yang penting atau supaya tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu.
2. Indera (Senses). Pergunakanlah semua indera yang tepat kalau perlu memakai alat untuk
membantu indera dalam mengumpulkan informasi yang jelas.
3. Pertanyaan (Question). Tetaplah mepunyai rasa ingin tahu selama mengamati, waspadalah
terhadap perbedaan-perbedaan dan pertanyakanlah segala sesuatu untuk mendapatkan informasi
baru dan pengamatan baru.
4. Pengukuran (Measurement). Buatlah pengukuran-pengukuran variabel yang penting untuk
melengkapi pengamatan kualitatif.
5. Persamaan dan perbedaan (Similarities and Differences). Identifikasikanlah persamaan dan
perbedaan antara obyek pengamatan dengan obyek-obyek lain yang dapat dibandingkan.
6. Perubahan (Changes). Amati perubahan-perubahan alami yang terjadi pada obyek atau sistem
yang sedang diteliti. Bila perlu buatlah perubahan-perubahan dan amati perubahan yang terjadi
sebagai akibat.
7. Komunikasi (Communication). Laporkan hasil pengamatan anda dengan jells mempergunakan
uraian, diagram-diagram, gambar-gambar dan metode-metode lain yang tepat.

2. Penggunaan bilangan
Penggunaan bilangan meliputi pengurutan, penghitungan, penjumlahan, pengurangan, perkalian,
dan pembagian bilangan. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat menggunakan
bilangan adalah: (a) penghitungan; (b) pengurutan; (c) penyusunan bilangan dalam pola-pola yang
benar; (d) pengunaan keterampilan matematika yang sesuai.
3. Pengklasifikasian
Pengklasifikasian adalah pengelompokan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu. Beberapa
perilaku siswa adalah: (a) pengidentifikasian suatu sifat umum, contohnya:mineral menyerupai
logam dan mineral yang tidak menyerupai logam; (b) memilah-milahkan dengan menggunakan
dua sifat atau lebih, contohnya: yang memiliki celah yang dapat menggores gelas; dan mineral
tanpa celah dan mineral yang tidak dapat menggores gelas.
4. Pengukuran
Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu obyek, berapakah suatu obyek,berapa banyak
ruang yang ditempati suatu obyek. Obyek tersebut dibandingkan dengan suatu satuan pengukuran,
misalnya sebuah penjepit kertas atau satuan baku sentimeter. Proses ini digunakan untuk
melakukan pengamatan kuantitatif. Beberapa perilaku siswa adalah: (a) pengukuran panjang,
volume, massa, temperatur, dan waktu dalam satuan yang sesuai; (b) memilih alat dan satuan yang
sesuai untuk tugas pengukuran tertentu tersebut.
5. Pengkomunikasian
Pengkomunikasian adalah mengatakan apa yang diketahui seseorang dengan ucapan kata-kata,
tulisan, gambar, demonstrasi, atau grafik. Jadi penting menyatakan sesuatu atau menulis data
sejelas-jelasnya. Guru dapat membantu siswa dengan jalan memberi kesempatan sebanyakbanyaknya berlatih berkomunikasi dan membantu mereka mengevaluasi apa yang mereka katakan
atau tulis. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa pada saat melakukan komunikasi adalah: (a)
pemaparan pengamatan atau dengan menggunakan perbendaharaan kata yang sesuai; (b)
pengembangan grafik atau gambar untuk menyajikan pengamatan dan peragaan data; (c)
perancangan poster atau diagram untuk menyajikan orang lain.
6. Peramalan
Peramalan adalah pengajuan hasil-hasil yang mungkin dihasilkan dari suatu percobaan. Ramalanramalan didasarkan pada pengamatan-pengamatan dan inferensi-inferensi sebelumnya. Ramalan
merupakan suatu pernyataan tentang pengamatan apa yang mungkin dijumpai di masa yang akan
datang, sedangkan inferensi berupaya untuk memberikan alasan tentang mengapa suatu
pengamatan terjadi. Beberapa perilaku yang
dikerjakan siswa adalah: (a) penggunaan data dan pengamatan yang sesuai; (b) penafsiran
generalisasi tentang pola-pola; (c) pengujian kebenaran dari ramalan-ramalan yang sesuai.

7. Penginferensial
Penginferensial adalah penggunaan seseorang apa yang diamati untuk menjelaskan sesuatu yang
telah terjadi. Penginferensial berlangsung, melampaui suatu pengamatan untuk menafsirkan apa
yang telah diamati. Sebagai contoh: Seorang melihat suatu petak rumput mati. Suatu inferensi
yang mungkin diajukaan adalah bahwa cacing tanah tersebut yang menyebabkan rumput itu mati.
Beberapa perilaku siswa adalah: (a) mengkaitkan pengamatan dengan pengalaman atau
pengetahuan terdahulu; (b) mengajukan penjelasan-penjelasan untuk pengamatan-pengamatan.

8. Identifikasi dan Pengontrolan Variabel

Variabel adalah suatu besaran yang dapat bervariasi atau berubah pada suatu situasi tertentu.
Dalam penelitian ilmiah terdapat 3 (tiga) macam variabel yang penting, yaitu variabel manipulasi,
variabel respon, dan variabel kontrol. Variabel yang secara sengaja diubah disebut variabel
manipulasi. Variabel yang berubah sebagai akibat pemanipulasian variabel manipulasi disebut
variabel respon. Andaikan kamu telah melakukan percobaan yang menghasilkan kesimpulan
bahwa Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin
redup. variabel-variabel yang kamu teliti dalam percobaan itu adalah banyak lampu dan nyala
lampu. Pada percobaan itu kamu sengaja telah mengubah banyak lampu, yaitu mula-mula hanya
ada satu lampu kemudian ditambahkan satu lampu lagi secara seri dengan lampu pertama. Oleh
karena itu banyak lampu merupakan variabel manipulasi. Variabel lain, yaitu nyala lampu
merupakan variabel respon, karena nyala lampu berubah akibat pemanipulasian variabel
manipulasi. Di samping variabel manipulasi, terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi
hasil suatu percobaan atau eksperimen. Dalam suatu eksperimen, kita ingin dapat mengatakan
bahwa variabel manipulasi adalah satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap variabel
respon. Oleh karena itu, harus yakin bahwa faktor lain yang dapat memiliki suatu pengaruh
dicegah untuk memberikan pengaruh. Variabel yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen, tetapi
dijaga agar tidak memberikan pengaruh disebut variabel kontrol. Eksperimen yang dilakukan
dengan pengontrolan variabel seperti itu dapat disebut prosedur eksperimen yang benar. Jadi
mengontrol variabel berarti memastikan bahwa segala sesuatu dalam suatu percobaan adalah tetap
sama kecuali satu faktor. Misalkan pada saat melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis
Apabila banyak lampu dihubungkan seri ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin
redup. Kamu mula-mula membuat rangkaian sederhana satu baterai yang dibebani satu lampu,
ternyata menyala terang. Kemudian kamu menambah satu lampu lagi secara seri dengan pertama,
ternyata lampu menjadi redup. Pada saat kamu menambah satu lampu tersebut, kamu tidak
mengubah empat variabel, yaitu jenis baterai, jenis kabel-kabel penghubung, jenis soket baterai,
dan jenis soket lampu. Dalam percobaan ini kamu telah menjaga empat variabel itu agar tidak
mempengaruhi hasil percobaan tersebut. Empat variabel kontrol itu disebut variabel kontrol.
Dengan demikian kamu dapat mengatakan bahwa satu-satunya variabel yang berpengaruh
terhadap redupnya nyala lampu itu (variabel respon) karena ada tambahan satu lampu secar seri

(variabel manipulasi). Beberapa perilaku siswa dalam mengontrol variabel adalah: (a)
pengidentifikasian variabel yang mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian variabel yang diubah
dalam percobaan; (c) pengidentifikasian variabel yang dikontrol dalam suatu percobaan.
9. Penafsiran Data
Penafsiran data adalah menjelaskan makna informasi yang telah dikumpulkan.Beberapa perilaku
siswa adalah: (a) penyusunan data; (b) pengenalan pola-pola atau hubungan-hubungan; (c)
merumuskan inferensi yang sesuai dengan menggunakan data; (d) pengikhtisaran secara benar.
10. Perumusan Hipotesis
Perumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang dapat diuji tentang
bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi. Hipotesis sering dinyatakan sebagai pernyataan jika dan
maka. Contohnya: Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin
besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil. Dari rumusan ini dapat dikatakan bahwa
hipotesis adalah dugaan tentang pengaruh apa yang akan diberikan variabel manipulasi terhadap
variabel respon. Oleh karena itu, di dalam rumusan hipotesis lazim terdapat variabel manipulasi
dan variabel respon. Hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan, bukan pertanyaan. Hipotesis
dapat dirumuskan dengan penalaran induktif berdasarkan data hasil pengamatan atau dirumuskan
dengan penalaran deduktif berdasarkan teori. Penalaran induktif adalah penalaran yang dilakukan
berdasarkan data atau kasus menuju ke suatu pernyataan kesimpulan umum yang dapat berbentuk
hipotesis atau teori sementara. Penalaran deduktif adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan
teori menuju pernyataan kesimpulan sementara yang bersifat spesifik. Beberapa perilaku siswa
yang dikerjakan siswa saat merumuskan hipotesis adalah: (a) perumusan hipotesis berdasarkan
pengamatan dan inferensi, (b) merancang cara-cara untuk menguji hipotesis, (c) merevisi hipotesis
apabila data tidak mendukung hipotesis tersebut.
11. Pendefinisian Variabel Secara Operasional (PVSO)
PVSO adalah perumusan suatu definisi yang berdasarkan pada apa yang mereka lakukan atau apa
yang mereka amati. Suatu definisi operasional mengatakan bagaimana sesuatu tindakan atau
kejadian berlangsung, bukan apakah tindakan atau kejadian itu. Mendefenisikan secara
operasional suatu variabel berarti menetapkan tindakan apa yang dilakukan dan pengamatan apa
yang akan dicatat. Contohnya, dari hipotesis Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume
air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil. Untuk variabel
manipulasi, tindakan yang dilakukan adalah menuangkan air ke dalam gelas kimia sampai 20 ml,
40 ml, 60 ml; sedangkan pengamatan yang dicatat adalah volume air PDAM, yaitu 20 ml, 40 ml,
dan 60 ml. Untuk variabel respon, tindakan yang dilakukan adalah menyalakan lilin, sedangkan
pengamatan yang dicatat adalah suhu air PDAM. Penting dicatat bahwa tiap peneliti dapat
membuat definisi operasional veriabel sendiri-sendiri, artinya variabel yang sama definisi
operasionalnya dapat berbeda-beda bergantung pada yang ditetapkan masing-masing peneliti.
Oleh karena itu, sebagian besar rancangan eksperimen sebagai persiapan pengumpulan data telah
terselesaikan. Yang tersisa tinggal menetapkan variabel kontrol. Beberapa perilaku siswa saat

mendefinisikan variabel secara operasional adalah; (a) memaparkan pengalaman-pengalaman


dengan menggunakan obyek-obyek kongkrit, (b) mengatakan apa yang diperbuat obyek-obyek
tersebut, (c) memaparkan perubahan-perubahan atau pengukuran-pengukuran selama suatu
kejadian.
12. Melakukan eksperimen
Melakukan eksperimen adalah pengujian hipotesis atau prediksi. Dalam suatu eksperimen, seluruh
variabel harus dijaga tetap sama kecuali satu, yaitu variabel manipulasi. Dengan kata lain,
eksperimen atau percobaan dapat didefenisikan sebagai usaha sistematik yang direncanakan untuk
menghasilkan data untuk menjawab suatu rumusan masalah atau menguji hipotesis. Apabila suatu
variabel akan dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam bentuk
definisi operasional. Beberapa perilaku yang dikerjakan siswa saat melakukan eksperimen adalah:
(a) merumuskan dan menguji prediksi tentang kejadian-kejadian, (b) mengajukan dan menguji
hipotesis, (c) mengidentifikasi dan mengontrol variabel, (d) mengevalusai prediksi dan hipotesis
berdasarkan pada hasil-hasil percobaan.
Sri Hendrawati, M.Pd di 16.17.00

You might also like