You are on page 1of 27

ANALISIS PENGAKUAN PENDAPATAN

PADA USAHA WARALABA

disusun oleh:
Kelompok 1
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Annisa
Aripin
Diana Ananta Rurry
Gaip Teguh Santoso
Marsha Maharani
Nur Hayati

2012.35.1900
2015.35.2880
2012.35.1882
2015.35.2885
2012.35.1985
2012.35.1891

JURUSAN AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
AHMAD DAHLAN
TAHUN AJARAN 2015/2016

Daftar Isi

Bab 1 Pendahuluan....3

1.1 Latar Belakang...............................................................3


1.2 Pembatasan Masalah.................................................5
1.3. Rumusan Masalah....................................................5
1.4. Tujuan Penelitian.....................................................6
1.5. Manfaat Penelitian...................................................6
Bab 2 Pembahasan.7
2.1 Pengertian Akuntansi..7
2.2 Pengertian Waralaba.9
2.3 Pengertian Pendapatan..10
2.4 Jenis-Jenis Pendapatan..12
2.5 Pengakuan Pendapatan.12
2.6 Pengukuran Pendapatan...18

Bab 3 Metode Penelitian..21


3.1 Desain Penelitian21
3.2 Keterkaitan dengan PSAK 23 tentang Pendapatan22
3.3 Soal Kasus ..24
3.4 Pembahasan Kasus.....25

Bab 4 Kesimpulan dan Saran..26


4.1 Kesimpulan.26
4.2 Saran26
Daftar Pustaka..27

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Akuntansi merupakan kegiatan jasa yang berfungsi menyediakan
informasi keuangan suatu badan usaha tertentu. Informasi ini disajikan dalam
laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan laba
ditahan, laporan perubahan posisi keuangan serta catatan atas laporan
keuangan.
Neraca menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada satu waktu
tertentu, dimana informasi yang tersedia berupa informasi harta, kewajiban,
dan modal. Perhitungan laba rugi menunjukkan pendapatan yang diperoleh,
biaya yang dikeluarkan serta hasil usaha yang diperoleh dalam suatu periode
yang terakhir pada tanggal yang tertera di neraca. Laporan perubahan posisi
keuangan menyajikan kegiatan pembiayaan dan investasi perusahaan.
Dalam

beberapa

dasawarsa

belakangan

ini,

perhatian

pada

perhitungan laba rugi semakin dirasakan manfaatnya. Dengan adanya


informasi mengenai pendapatan, maka dapat membandingkan antara modal
yang tertanam dengan penghasilan sebagai alat untuk mengukur kinerja
efisiensi perusahaan dan dapat memprediksi distribusi deviden di neraca yang
akan datang.
Manfaat dari suatu laporan keuangan adalah untuk menyediakan
berbagai macam informasi yang berhubungan dengan posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan tersebut. Laporan keuangan koperasi
yang disusun berdasarkan PSAK, akan memberikan informasi yang disajikan
untuk lebih mudah dipahami, mempunyai relevansi, keandalan, dan
mempunyai daya banding yang tinggi. Sebaliknya apabila laporan keuangan
koperasi disusun tidak berdasarkan standar dan prinsip yang berlaku, maka
dapat menyesatkan penggunanya. Prinsip-prinsip dan standar yang menjadi

dasar penyusunan laporan keuangan tersebut dikeluarkan oleh Ikatan


Akuntansi Indonesia (IAI).
Pendapatan sebagai salah satu elemen penentuan laba rugi suatu
perusahaan belum mempunyai pengertian yang seragam. Hal ini disebabkan
pendapatan biasanya dibahas dalam hubungannya dengan pengukuran dan
waktu pengakuan pendapatan itu sendiri. Secara garis besar pendapatan dapat
ditinjau dua segi, yaitu:
a.

Menurut Ilmu Ekonomi


Pendapatan menurut ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat
dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan
keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula.
Pengertian tersebut menitikberatkan pada total kuantitatif pengeluaran
terhadap konsumsi selama satu periode. Dengan kata lain pendapatan
adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil
yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi.
Definisi pendapatan menurut ilmu ekonomi menutup kemungkinan
perubahan lebih dari total harta kekayaan badan usaha pada awal periode
dan menekankan pada jumlah nilai statis pada akhir periode. Secara garis
besar pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah
perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal dan
hutang.

b.

Menurut Ilmu Akuntansi


Konsep dasar pendapatan pada dasarnya adalah suatu proses mengenai
arus penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama jangka waktu
tertentu. Konsep pendapatan sering dilihat melalui pengaruhnya terhadap
ekuitas pemilik.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK No. 23 paragraf
6, pendapatan1 adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang
timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus

1 IAI . 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan . Nomor 23.


Jakarta
4

masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari


kontribusi penanaman modal.
Dalam akuntansi untuk penjualan waralaba, akuntan harus
menganalisis transaksi itu dan dengan mempertimbangkan semua situasi,
harus menggunakan pertimbangan dalam memilih serta menerapkan satu
atau lebih dasar pengakuan pendapatan dan kemudian, memantau
situasinya selama periode waktu yang panjang. Pendapatan diakui
berdasarkan 2 kriteria:
1. Pada saat direalisasi atau dapat direalisasi (terjadinya pertukaran dengan

kas atau klaim atas kas)


2. Pada

saat

diselesaikan

(Penyelesaian

atau

penyelesaian

yang

sebenarnya dari proses menghasilkan laba)


Kriteria ini sesuai bagi kebanyakan aktivitas bisnis, tetapi bagi beberapa
transaksi penjualan Kreteria tersebut sama sekali tidak cukup untuk
mendefinisikan kapan pendapatan harus diakui.
Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka penulis ingin
menganalisis lebih lanjut penelitian pendapatan perusahaan dengan
mengambil judul: Analisis Pengakuan Pendapatan Pada Usaha Waralaba.
1.2.

Pembatasan Masalah
Penelitian ini memiliki beberapa batasan-batasan masalah untuk
menghindari agar permasalahan tidak meluas. Batasan penelitian ini ingin
melihat berapa jumlah pendapatan yang diterima oleh perusahaan, dan apakah
perumusan pendapatan yang diterima sudah mengikuti aturan pada PSAK
No.23.

1.3.

Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengakuan pendapatan pada usaha waralaba?
2. Apakah pengakuan pendapatan sudah sesuai pada usaha waralaba?

1.4.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk:
1. Menganalisis pengakuan pendapatan pada usaha waralaba
2. Untuk mengetahui bagaimanakah pengakuan pendapatan pada usaha

waralaba.
1.5.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan penulis dapat memberikan manfaat,
antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan acuan
2.

untuk penelitian selanjutnya di bidang akuntansi keuangan.


Manfaat Praktis
a. Bagi ManajemenWaralaba
Hasil dari penelitian ini dimaksudkan agar dapat memberikan
informasi atau masukan bagi Manajemen Waralaba untuk
memberikan kontribusi berupa penjelasan mengenai pengakuan
pendapatan.
b. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat menambah pengalaman dan pengetahuan
bagi penulis mengenai pengakuan pendapatan.
c. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu bahan pustaka,
referensi serta membantu para pembacanya sendiri, khususnya
mahasiswa yang akan melakukan penelitian mengenai pengakuan
pendapatan pada usaha waralaba

BAB II
6

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Akuntansi


Akuntansi mempunyai peranan yang sangat luas dalam menyajikan
informasi ekonomi, sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan dunia
usaha di masyarakat. Kegiatan usaha perusahaan yang berkaitan dengan
aktivitas keuangan memerlukan pengelolaan akuntansi yang baik. Oleh
karena itu, sangatlah diperlukan suatu pemahaman akan akuntansi itu sendiri.
Pengertian akuntansi menurut beberapa lembaga terkait dengan akuntansi
serta para ahli akuntansi.
Soemarso S.R. dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Suatu
Pengantar (1992:17) Akuntansi didefinisikan sebagai berikut : Akuntansi
adalah proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi
ekonomi untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas
dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut.
Prof. Drs. H. Lili M. Sadeli, M.Pd dalam bukunya yang berjudul DasarDasar

Akuntansi

(2000:2)

Akuntansi

didefinisikan

sebagai

proses

mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk


membuat pertimbangan dan mengambil keputusan yang tepat bagi pemakai
informasi tersebut.
Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya yang berjudul Teori Akuntansi
(2011:4) Akuntansi didefinisikan sebagai bahasa atau alat komunikasi bisnis
yang dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan (ekonomi)
berupa posisi keuangan yang tertuang dalam jumlah kekayaan, utang dan
modal suatu bisnis dan hasil usahanya pada suatu waktu atau periode tertentu.
Komite istilah American Institute of Certified Public Accounting
(AICPA) mendefinisikan akuntansi sebagai berikut :
Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran
dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-

kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasilhasilnya.


Akuntansi merupakan suatu media komunikasi, oleh karena itu sering
disebut sebagai bahasanya dunia usaha (bussiness languange). Suatu
keharusan bagi akuntansi untuk mengetahui lebih lanjut lingkungan sosial
ekonomi di sekitarnya, tanpa pengetahuan tersebut mereka tidak akan dapat
melakukan identifikasi dan membuat informasi yang relevan.
Sehingga akuntansi mempunyai peranan penting dalam menyajikan
informasi keuangan secara kuantitatif dan relevan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan (pemakai informasi tersebut) dalam pengambilan keputusankeputusan ekonomi. Berguna untuk mengukur keberhasilan operasi
perusahaan, maupun membuat rencana di masa yang akan datang. Para
pengguna informasi akuntansi untuk mengambil keputusan tidak hanya
terbatas pada pimpinan perusahaa tetapi juga manajemen, serta para penanam
modal (investor). Manajemen memerlukan informasi akuntansi untuk
merencanakan kegiatan mendatang serta membantu mengevaluasi kegiatan
perusahaan yang sedang berjalan. Sedangkan para penanam modal
memerlukan informasi guna mengetahui status keuangan serta prospek
perusahaan di masa mendatang.
Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) mengharuskan adanya suatu
laporan keuangan secara berkala bagi perusahaan yang sahamnya terdaftar
pada lembaga tersebut. Penyusunan program-program dan kebijakan
pemerintah dalam bidang lingkungan, perumahan, perpajakan, kesejahteraan,
serta bidang-bidang lain dipengaruhi oleh data-data akuntansi.
Pentingnya suatu prinsip akuntansi yang dapat diterima oleh umum
merupakan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan. Dengan adanya
prinsip akuntansi, maka terdapat korelasi pada informasi yang dihasilkan.
Organisasi akuntansi mempunyai tanggung jawab dalam hal penyusunan
prinsip akuntansi,

di Indonesia disusun oleh Ikatan Akuntansi Indonesia

(IAI). Prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia disebut PAI (Prinsip

Akuntansi Indonesia). Mulai tahun 1994, organisasi IAI telah menyusun


Standar Akuntansi Keuangan (SAK) sebagai pengganti PAI tahun 1984.
2.2 Pengertian Waralaba
Pengertian waralaba, dalam pasal 1 angka 1 Peraturan pemerintah Nomor
42 Tahun 2007 tentang waralaba, didefinisikan sebagai: hak khusus yang
dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap ciri khas usaha
dalam rangka memasarkan barang dan/atau digunakan oleh pihak lain
berdasarkan perjanjian waralaba.
Akan tetapi,

karena suatu

pemasaran

usaha

waralaba adalah suatu sistem

vertikal, yakni

yang

pemberi waralaba bersedia menyerahkan semua sistem usaha waralabanya


kepada penerima waralaba, maka perjanjian waralaba mencakup juga
perjanjian lisensi yang merupakan salah satu jenis dari Hak Kekayaan
Intelektual (HKI). Ada empat jenis waralaba yang berkembang:
Pabrikan pengecer
1. Pabrikan grosir
2. Sponsor jasa pengecer
3. Grosir pengecer

Kategori waralaba yang paling cepat pertumbuhannya dan menyebabkan


akuntansi yang sesuai ditelaah kembali yaitu kategori sponsor jasa pengecer.
Contohnya: Restorant (Pizza Hut), makanan (McDonalds dan KFC). Sumber
pendapatan perusahaan waralaba:
1. Dari penjualan waralaba awal dan aktiva atau jasa terkait
2. Iuran (fee) berkesinambungan yang didasarkan pada pengoperasian

waralaba
3. Franchisor (pihak yang memberikan hak bisnis dalam waralaba)

biasanya memberikan kepada franchisee (pihak yang mengoperasikan


bisnis waralaba) jasa-jasa berikut ini :
a. Bantuan dalam memilih lokasi
b. Evaluasi laba potensial
9

c. Pengawasan kegiatan kontruksi


d. Bantuan untuk memperoleh papan nama,perabotan, dan peralatan
e. Jasa pembukuan dan konsultasi
f.

Pelatihan karyawan dan manajemen

g. Pengendalian mutu
h. Iklan dan promosi

Sepanjang tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an praktik yang standart
bagi para franchisor adalah mengakui seluruh iuran waralaba pada tanggal
penjualan, baik apakah iuran itu diterima saat ini atau harus ditagih sepanjang
satu periode waktu yang panjang. Sering kali, franchisor mencatat seluruh
jumlah itu sebagai pendapatan pada tahun penjualan meskipun masih banyak
jasa yang harus dilakukan serta ada ketidakpastian menyangkut penagihan
keseluruhan iuran.
Namun,perjanjian waralaba dapat menetapkan pengembalian pembayaran
pada franchisee jika kondisi kondisi tertentu tidak terpenuhi,dan laba iuran
waralaba dapat menurun secara drastis akibat biaya kewajiban dan jasa yang
harus diberikan oleh franchisor di masa depan. Untuk menghambat
penyalahgunaan dalam pengakuan pendapatan yang terjadi saat itu serta
untuk menstandardisasi praktik akuntansi dan pelaporan dalam industri
waralaba.
2.3 Pengertian Pendapatan
Pendapatan merupakan suatu darah kehidupan dari suatu perusahaan.
Tanpa pendapatan maka tidak akan ada laba sehingga tanpa laba akan
mengakibatkan tidak adanya suatu perusahaan. Sangat sulit sekali
mendefinisikan pendapatan sebagai unsur akuntansi pada dirinya sendiri.
Definisi pendapatan yang dikemukakan oleh Zaki Baridwan (1997 :
30)2 adalah aliran kas masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau
pelunasan utangnya selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau

2 Baridwan, Zaki. 1997.Intermidiate Accounting. Yogyakarta. Ed.7.BPFE


10

pembuatan barang, penyerahan jasa atau kerugian lain yang merupakan


kegiatan utama badan usaha.
Pendapatan adalah Kenaikan jumlah aktiva yang dimiliki oleh
koperasi yang tidak disebabkan oleh kenaikan jumlah utang atau kenaikan
jumlah modal anggota yang diungkapkan oleh Rudianto (2010:201).
Pendapatan adalah barang atau jasa yang sudah diserahkan kepada
pembeli yang diungkapkan oleh Toto Prihadi (2014:32).
Menurut Aliminsyah, dkk dalam buku Kamus Istilah Akuntansi (2003 :
248-249)3 mendifinisikan pendapatan sebagai berikut:
a. Arus kekayaan dalam bentuk tunai, piutang atau aktiva lain yang masuk

kedalam perusahaan atau menurunnya kewajiban sebagai akibat penjualan


barang atau penyerahan jasa.
b. Jumlah yang dibebankan kepada langganan untuk barang dan jasa yang

dijual. Pendapatan dapat juga didefinisikan sebagai kenaikan bruto dalam


modal (biasanya melalui diterimanya suatu aktiva dari langganan) yang
berasal dari barang dan jasa yang dijual.
Pendapatan biasanya diukur dalam satuan harga pertukaran yang
berlaku. Pendapatan harus diakui setelah kejadian penting atau setelah
terjadinya suatu proses penjualan yang pada dasarnya telah diselesaikan.
Sehingga pada akhirnya praktik ini menyatakan pendapatan dapat diakui
pada saat penjualan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pendapatan adalah suatu aliran kas masuk atau kenaikan
lain aktiva yang berasal dari penjualan barang atau jasa yang merupakan
kegiatan atau aktivitas utama perusahaan.
Pendapatan juga mengandung makna yang luas dimana dalam
pendapatan termasuk pula pendapatan bunga, sewa, laba, pendapatan aktiva
lain-lain. Sehingga penyajian pendapatan dalam laporan keuangan dipisahkan
antara pendapatan operasional dengan pendapatan di luar pendapatan
3 Aliminsyah dan Padji. 2003. Kamus Istilah Keuangan dan perbankan.
Bandung : Yrama Widya

11

operasional. Dasar yang digunakan untuk mengukur besarnya pendapatan


adalah dengan menggunakan nilai tukar (exchange value) dari barang atau
jasa yang ditukar dengan cash equivalen atau present value dari tagihantagihan yang diharapkan dapat diterima.
2.4

Jenis-Jenis Pendapatan
Pendapatan terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
1. Pendapatan bersih (disposable income) adalah pendapatan seseorang

sesudah dikurangi pajak langsung.


2. Pendapatan diterima dimuka (unearned revenues) adalah uang muka

atau pendapatan yang belum dihasilkan.


3. Pendapatan lain-lain (other income) adalah pendapatan yang berasal

dari sumber-sumber kegiatan utama perusahaan, tidak termasuk dalam


pendapatan operasi. Misalnya: pendapatan bunga, pendapatan sewa,
pendapatan deviden dan laba penjualan aktiva tetap.
4. Pendapatan permanen (permanent income) adalah pendapatan rata-

rata yang diharapkan rumah tangga konsumsi selama hidupnya.


5. Pendapatan uang (money income) adalah pendapatan rumah tangga

konsumsi atau rumah tangga produksi dalam bentuk suatu kesatuan


moneter.
6. Pendapatan usaha (operating revenue) adalah pendapatan yang berasal

dari kegiatan utama perusahaan.


7. Pendapatan yang masih harus diterima (accrued revenues or accrued

receivable) adalah pendapatan yang sudah dihasilkan walaupun


piutang yang bersangkutan belum jatuh tempo.
2.5

Pengakuan Pendapatan
Pendapatan dapat diukur dengan jumlah yang dibebankan ke
pelanggan untuk barang ataupun jasa yang telah diserahkan kepada
pelanggan tersebut. Sehingga masalah yang ditimbulkan periodisitas
merupakan suatu masalah waktu yaitu kapan waktu tersebut akan
12

direalisasikan. Sehingga untuk periode akuntansi tertentu, yang menjadi


pertanyaannya ialah apakah sesuatu pendapatan harus diakui dan
dilaporkan dalam periode berjalan ataukah harus ditangguhkan ke periode
berikutnya.
Ada berbagai macam kriteria yang dapat diterima untuk menentukan
kapan suatu pendapatan direalisasikan. Dalam setiap kasus, kriteria yang
dipergunakan harus sesuai dengan syarat-syarat yang berada di kontrak
penjualan dengan pelanggan dan hendaknya sedapat mungkin didasarkan
pada bukti yang obyektif. Kriteria yang paling sering digunakan dapat
dijelaskan, antara lain:
a. Saat Penjualan (Point of Sale)

Pendapatan dari hasil penjualan barang biasanya dianggap realisasi


pada waktu hak pemilikan berpindah ke pihak pembeli. Sehingga pada
saat itulah harga jual telah disepakati, dan pembeli memperoleh hak
pemilikan atas barang tersebut dan penjual mempunyai klaim (tuntutan)
yang sah terhadap pembeli. Realisasi penjualan dari hasil penjualan jasa
dapat juga ditentukan dengan cara ini, meskipun sering ada perbedaan
waktu antara saat perjanjian disetujui dan penyelesaian jasa tersebut.
Secara teoritis, pendapatan dari produksi maupun penjualan barang
dan jasa secara terus menerus akan bertambah sesuai dengan usaha
yang dilakukan untuk itu. Akan tetapi, dilihat dari segi praktisnya, tidak
mungkin dibuat suatu ketetapan yang obyektif sampai harga kontrak
disepakati sesuai dengan kesepakatan bersama dan setelah penjual
melaksanakan kewajibannya dalam kontrak tersebut.
b. Saat Penerimaan Pembayaran (Receipt of Payment)

Pengakuan pendapatan juga dapat ditangguhkan samapai saat


diterimanya pembayaran. Apabila mempergunakan kriteria ini, maka
pendapatan baru akan dikatakan direalisasi pada saat uang kas telah
diterima, tidak peduli kapan dilakukan penjualannya. Dasar kas (cash
basis) ini biasanya dipraktekkan oleh seorang dokter, ahli hukum dan
13

perusahaan lain yang bergerak di bidang jasa. Memang kalau dilihat


dari segi teori kurang dapat dibenarkan., tetapi secara praktis
menguntungkan karena sederhana sifatnya dan tidak perlu ditaksirkan
kerugian piutang tak tertagih. Sehingga cara seperti ini diterima sebagai
metode yang wajar untuk menentukan waktu serta pengakuan
pendapatan dari jasa perorangan adalah karena pengaruh kenyataan
bahwa hal ini dapat digunakan untuk menghitung penghasilan kena
pajak. Akan tetapi, kriteria tersebut bukanlah suatu metode yang tepat
untuk mengukur pendapatan dari penjualan barang.
c. Metode Cicilan (Installment Method)

Pada beberapa perusahaan, khususnya yang bergerak dalam bidang


perdagangan eceran, sehingga umumnya dilakukan penjualan dengan
cara sistem cicilan. Pada sistem penjualan cicilan, pembeli membayar
dengan sejumlah uang muka dan sisanya disepakati akan dibayar
berdasarkan jumlah tertentu dalam beberapa kali cicilan. Penjual
mungkin akan tetap mempertahankan hak kepemilikan atas barang
tersebut ataupun membuat suatu cara tertentu untuk dapat menyita lagi
barang tersebut dengan lebih mudah manakala si pembeli gagal
melakukan pembayaran secara cicilan. Meskipun terdapat beberapa
ketentuan semacam itu, tapi melakukan penjualan secara cicilan
hendaknya diperlakukan dengan cara sama seperti penjualan kredit
biasa, dimana pendapatan dianggap telah direalisasikan di saat
melakukan transaksi penjualan.
Permasalahan utama dalam akuntansi untuk pendapatan adalah
menentukan saat pengakuan pendapatan.

Pada prinsip pengakuan

pendapatan (revenue recognation principle), umumnya pendapatan diakui


pada saat direalisasikan atau dapat direalisasikan dan dihasilkan (earned).
Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa:
1. Pendapatan dianggap direalisasikan apabila barang dan jasa, barang

dagangan, atau harta lain ditukar dengan kas atau klaim atas kas.
14

Pendapatan dianggap dapat direalisasikan apabila aktiva yang diterima


dalam pertukaran segera dapat konversi (siap ditukar) menjadi kas atau
klaim atas kas dengan jumlah yang diketahui
2. Pendapatan dianggap dihasilkan (earned) apabila entitas bersangkutan

pada hakikatnya telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan


untuk mendapat hak atas manfaat yang dimiliki oleh pendapatan itu,
yakni apabila proses menghasilkan laba telah selesai atau sebenarnya
telah selesai.
Menurut PSAK No.23 tentang pendapatan menyatakan bahwa pendapatan
timbul dari peristiwa ekonomi berikut ini:
a. Penjualan barang
b. Penjualan jasa
c. Pengunaan

aktiva

perusahaan

oleh

pihak-pihak

lain

yang

menghasilkan bunga, royalty dan deviden.


Pendapatan dianggap diperoleh melalui usaha jika perusahaan itu
secara subtansial sudah melaksanakan hal yang seharusnya dilakukan
untukmemperoleh suatu manfaat berupa pendapatan, jika proses
pemerolehan telah selesai atau hampir selesai.
Pendapatan akan segera direalisasi jika barang dan jasa ditukar
dengan kas atau klaim atas kas (piutang). Sedangkan pendapatan yang
dapat direalisasikanapabila aset yang diterima dalam pertukaran itu
dapat segera dikonversi menjadi kas.Sehingga untuk memenuhi syarat
kedua pengakuan pendapatan, pertukaran ataupun transaksi harus terjadi
yang didalamnya barang atau jasa dipindahkan kepada pelanggan,
sehingga menimbulkan penerimaan kas atau klaim atas kas atau aset lain.
Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi
berikut dipenuhi yang diungkapkan dalam PSAK 23 antara lain:
1. Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah
memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli.
2. Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif
atas barang yang di jual.
3. Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal.
15

4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan

transaksi akan mengalir ke perusahaan tersebut.


5. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan dapat diukur secara andal(paragraf 13).
Syarat yang paling utama segera dipenuhi dalam pengakuan pendapatan
dari hasil penjualan barang adalah penjual telah memindahkan risiko
signifikan dan manfaat kepemilikan kepada pembeli. Risiko signifikan dan
manfaat kepemilikan dikatakan telah dipindahkan dari penjual ke pembeli
jika :
1. Seluruh tindakan signifikan telah selesai dilaksanakan.
2. Penjual tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif
atas barang yang dijual.
Pengakuan pendapatan yang sering dilakukan perusahaan menurut Kieso,
dkk (2002 : 5)4 terdiri dari:
1) Pengakuan pendapatan pada saat penjualan

Pendapatan dari aktivitas pabrikasi serta penjualan umumnya diakui


pada saat penjualan (point of sell) yang biasanya berarti terjadi
penyerahan.
2) Pengakuan pendapatan sebelum penyerahan

Contoh yang paling konkrit dari pengakuan pendapatan sebelum


penyerahan adalah akuntansi kontrak konstruksi jangka panjang.
Kontrak jangka panjang seringkali menetapkan bahwa penjual dapat
menagih pembeli pada selang waktu ketika berbagai tahap dari proyek
yang telah dicapai. Terdapat dua metode akuntansi untuk kontrak
konstruksi jangka panjang yang diakui oleh profesi akuntansi, yaitu:
a.

Metode persentase penyelesaian


Pendapatan dan laba kotor diakui setiap periode berdasarkan
kemajuan proses konstruksi, yaitu persentase penyelesaian.

b.

Metode kontrak selesai

4 Kieso,Donald E, Jerry J.Weygandt dan Terry D.Warfield. 2002. Akuntansi


Itermediete-Terjemahan Emil Salim . Jilid 1 Ed.10. Jakarta: Erlangga

16

Pendapatan dan laba kotor hanya diakui pada saat kontrak


diselesaikan
3) Pengakuan pendapatan setelah penyerahan

Dalam beberapa kasus, hasil penagihan atas harga jual tidak dapat
dipastikan secara layak sehingga pengakuan pendapatan akan
ditangguhkan. Ada dua metode yang dapat digunakan dalam
menangguhkan pengakuan pendapatan sampai kas diterima, yaitu:
a. Metode akuntansi penjualan cicilan

Dalam metode akuntansi penjualan cicilan mengakui laba dalam


periode penagihan bukan dalam periode penjualan. Pendapatan
tidak boleh diakui sampai kas berhasil ditagih.
b. Metode pemulihan biaya

Dalam metode pemulihan biaya, tidak ada laba yang diakui


sampai pembayaran kas oleh pembeli melebihi harga pokok
barang dagang yang dijual bagi penjual.
4) Pengakuan pendapatan untuk transaksi penjualan khusus
a.

Waralaba
Perusahaan waralaba memperoleh pendapatan dari sumber
penjualan waralaba awal dan aktiva atas jasa terakit, iuran (fee)
berkesinambungan

yang

didasarkan

pada

pengoperasian

waralaba. Franchisor adalah pihak yang memberikan hak bisnis


dalam

waralaba,

dan

franchisee

adalah

pihak

yang

mengoperasikan bisnis waralaba.


b. Konsinyasi

Dalam perjanjian konsinyasi, consignor (pabrikan) mengirim


barang dagang kepada consignee (dealer) yang bertindak sebagai
agen yang menerima barang dagang dan setuju untuk menjual dan
menjaga barang tersebut. Pendapatan hanya diakui setelah
consignor menerima pemberitahuan penjualan dan pengiriman
kas dari consignee.

17

2.6

Pengukuran Pendapatan
Pendapatan paling baik diukur dengan nilai pertukaran produk atau
jasa perusahaan. Nilai pertukaran ini menyatakan ekivalen kas, atau nilai
sekarang yang didiskontokan dari klaim uang yang akhirnya akan diterima
dari transaksi pendapatan. Dalam banyak kasus, jumlah ini hanyalah harga
yang dicapai dalam suatu transaksi kas dengan pelanggan. Akan tetapi,
apabila perlu penyisihan yang sesuai harus dibuat untuk keperluan
menunggu pelunasan akhir.
Suatu keuntungan sangat diperlakukan serupa dengan pendapatan,
kecuali jika biaya yang mempunyai hubungan segera diofsetkan untuk
memperoleh keuntungan bersih. Pada penjualan aktiva yang tidak biasa
diperdagangkan oleh perusahaan, dimana biaya-biaya tersebut mencakup
suatu nilai aktiva yang dijual ditambahkan dengan biaya langsung
penjualan.
Beberapa kriteria bahwa pendapatan harus diukur dengan nilai
sekarang dari uang atau ekivalen uang yang akhirnya diterima
menunjukkan bahwa semua retur, potongan penjualan dan pengurangan
lain dari harga yang dikenakan harus dikurangkan dari pendapatan yang
sudah dihasilkan dari transaksi-transaksi tertentu. Dengan perkataan lain,
hal tersebut harus diperlakukan sebagai pengurang pendapatan, dan bukan
sebagai beban.

Sehingga untuk perlakuan atas potongan tunai dan

kerugian yang berasal piutang yang tak tertagih mungkin tidak begitu
jelas. Akan tetapi, juga haruslah diperlakukan sebagai pengurang dari
harga yang dikenakan dan bukan sebagai beban.
Potongan tunai diberikan, sebagian, untuk menyamakan nilai uang
yang diterima dalam periode diskon dengan nilai uang didiskontokan
sekarang dan diterima dalam jangka kredit yang diberikan. Namun tujuan
utama dari potongan tunai agar dapat mengurangi kerugian piutang tak
tertagih dengan mendukung orang-orang untuk membayar lebih awal atau
tunai. Jika tingkat potongan tunai ditentukan secara rasional, para penjual
tidak akan peduli apakah mereka menerima harga bersih sesudah
18

potongan, atau harga kotor dikurangi kerugian piutang tak tertagih normal
yang diharapkan. Maka dari itu, potongan tunai dan kerugian piutang tak
tertagih yang diperkirakan adalah sama sifatnya dan harus diperlakukan
secara sama. Potongan tunai yang diharapkan diambil dan kerugian
piutang tak tertagihyang diperkirakan terjadi harus dikurangkan dengan
cara langsung dari pendapatan kotor. Maka perlakuan tradisionalnya
sebagai beban sehingga tidak menghasilkan perbedaan jumlah laba bersih
yang dilaporkan namun karena akan tampak setelah membaca bagian
berikut dari beban, hal itu tidak mempunyai karakteristik dasar beban.
Dimana tingkat homogenitas dalam suatu klasifikasi laporan rugi laba
ditingkatkan, setiap kategori, seperti pendapatan bersih, akan merupakan
suatu penyajian yang lebih baik atas pengamatan dunia nyata.
Sehingga semua diatas mendapat peringatan yang biasa dari
materialitas. Apabila periode menunggu pendek, potongan dapat diabaikan
karena mempunyai tiga alasan pragmatis:
1. Pada tingkat potongan yang rendah jumlah potongan kecil dan tidak

secara material mempengaruhi penilaian total pendapatan. Misalnya,


jika piutang akan dilunasi dalam 60 hari, jumlah potongan pada tingkat
10 persen setahun akan lebih kecil dari 2 persen pendapatan.
2. Karena bunga diklasifikasikan sebagai bagian dari total pendapatan,

pengaruhnya yang utama adalah ketentuan waktu. Bunga harus dicatat


sesudah pencatatan pendapatan dari transaksi awal. Akan tetapi, jika
bunga tidak materialnya, memasukkannya ke dalam pendapatan
penjualan akan mempunyai pengaruh yang kecil pada total pendapatan
untuk periode tersebut.
3. Jika pendapatan tidak didiskontokan, klasifikasi pendapatan yang

timbul dari menunggu (bunga) akan hilang dan termasuk kedalam


klasifikasi pendapatan yang timbul dari penjualan produk atau jasa.
Namun jika bunga yang implisit tidak material jumlahnya, hanya
sedikit
informasi
berguna
yang
hilang
karena
tidak
mengklasifikasikannya secara terpisah.*(*piutang yang timbul dari

19

transaksi pendapatan dikecualikan dari persyaratan pendiskontoan APB


opinion no.21 jika jatuh tempo dalam setahun).

Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima


atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu
transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dengan
pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai
wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan
dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan
oleh perusahaan.
Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan
jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau
yang dapat diterima. Namun jika terdapat perbedaan antara nilai wajar dan
jumlah nominal, maka imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga.
Nilai wajar disini dimaksudkan sebagai suatu jumlah dimana kegiatan
mungkin ditukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang
memakai

dan

berkeinginan

untuk

melakukan

transaksi

wajar,

kemungkinan kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat
diterima.

BAB III
20

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Penelitian merupakan proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu
yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang
berlaku. Teknik penelitian dalam menyusun tugas akhir karya ilmiah ini,
peneliti mempergunakan pendekatan secara kualitatif, yang artinya meneliti
informasi sesuai dengan keadaan sebenarnya. Dimana metode penelitian pada
dasarnya merupakan cara ilmiah dengan tujuan mendapatkan data yang valid
sehingga berguna untuk dikembangkan, ditemukan, dan dibuktikan suatu
pengetahuan tertentu sehingga pada saatnya dapat dipergunakan untuk lebih
memecahkan, memahami, dan mengantisipasi masalah dalam bidang bisnis.
Menurut Moh.Nasir (1983:99) menyatakan semua proses yang diperlukan
dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.
Menurut tingkat eksplanasi, Sugiyono (2014:53) membagi bentuk masalah
penelitian menjadi:
1.

Rumusan Masalah Asosiatif


Suatu pertanyaan penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara
dua variabel atau lebih.

2. Rumusan Masalah Deskriptif

Suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap


keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih
(variabel mandiri merupakan variabel yang berdiri sendiri, bukan variabel
independen, kalau variabel independen selalu dipasangkan dengan variabel
dependen).
4. Rumusan Masalah Komparatif

Suatu pernyataan penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan


21

satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda. Menurut
Sugiyono (2014:13) menyatakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut jenis penelitian, Sugiyono (2014:13)
metode penelitian terbagi menjadi dua sebagai berikut:
1. Metode Penelitian Kualitatif
Metode penelitian berlandaskan pada filsafat positivisme, dipergunakan
untuk meneliti pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti sebagai instrument kunci dalam hal
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan
snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi dan
analisis data bersifat kualitatif atau induktif.
2. Metode Penelitian Kuantitatif

Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,


dipergunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, dan
analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan.
3.2. Keterkaitan dengan PSAK 23 tentang Pendapatan

Definisi pendapatan (revenue) menurut PSAK 23 adalah arus masuk


bruto dari manfaat ekenomi yang timbul dari aktifitas normal perusahaan
selama suaru periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas,
yang berasal dari kontribusi penanaman modal. (par.6)
IAI(Ikatan Akuntan Indonesia) mengadposi definisi pendapatan dari
IASC (Internasional Accounting Standard Committee) yang menempatkan
pendapatan sebagai unsure penghasilan (income) . menurut IASC.
Sebagaimana telah diadopsi oleh IAI, penghasilan (income) didefinisikan
sebagai berikut:
Income is increases in economic benefits during the accounting period in
the form of infIows or
22

enhancement of assets or decreases of liabilities that result in increases in


equity, other those than those relating in equity, other than those relating
to equity participants. (hal.17)
The definition of income encompasses both revenue and gains. Revenue
arises in the course of the ordinary activities of an enterprise and is
referred to by a variety of different names including sales, fees, interests,
dividends, royalties and rents (hal.18)
Gains represent other items that meet the definition of income and may, or
may not, arise in the course of the ordinary activities of an enterprise.
Gains represent increases in economic benefit and as such are no different
in nature from revenues. Hence, they are not regarded as constituting a
separate element in this framework (hlm 18)
Statements of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.6, FASB
Finally Accounting Standart Board (Badan standar tentang prinsip-prinsip
akuntansi di Amerika) mendifinisakn pendapatan (revenue) dan untung
(gain) sebagai berikut :
Revenue are inflows or other enhancements of assets of an entity or
settlements of its liabilities ( or combination of both) from delivering or
production goods, rendering services, or other activities that constitute the
entitys ongoing major or cenral operations (prg 78)
Gains are increases in equity (net assets) from peripheral or incidental
transaction of an entity and from all other transactions and other events
and circumstances affecting the entity except those that result from
revenues or investments by owners (prg 82)

23

Dari berbagai definisi tersebut dapat disimak FASB secara khusus


membedakan pengertian antara pendapatan dengan untung. Seperti halnya
pendapatan terdapat beberapa kata-kata kunci yang melekat pada
pengertian untung, yaitu :
1. Kenaikan ekuitas
2. Transaksi peripheral atau incidental

3.3 Soal Kasus


Pada bagian ini penulis akan menyajikan berbagai kasus pengakuan
pendapatan yang secara umum ditemukan didalam dunia praktik. Penulis
menyertakan contoh kasus pengkauan pendaptan untuk uasaha wara;aba
(franschise). Usaha waralaba merupakan salah satu pilihan inventasi yang
kini makin diminati investor di Indonesia.
Kasus I
Metro Corp adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi
majalah-majalah bisnis, pada tanggal 15 juli, perusahaan menerima
pembayran uang muka sebesar Rp.120.000 untuk berlangganan majalah
Ekonomi dari chris. Uang muka ini merupakan pembayaran untuk
langganan majalah selama satu tahun. Malajan ekonomi merupakan salah
satu produk andalan Metro Crop dengan jadwla terbut 3 bulan sekali,
terbitan berikut pada tanggal 27 juli dan sudah mulai di kirim ke chris.
Bagaimana pengakuan pendapatan pada metro corp beserta landasan teorin
yang mendukung?
3.4 Pembahasan
Pada kasus ini, terdapat dua peristiwa yang dapat menandai
munculnya pencatatan akuntansi. Yaitu saat Metro corp menerima uang
muka pada tanggal 15 juli dan pada saat Metro corp mengirimkan majalah
24

kepada pelanggan pada saat menerima uang muka , secara teoritis


pendapatan sudah teralisasi namun belum berbentuk. Dengan demikian,
penerimaan uang muka belum menimbulkan kewajiban. Perlakuakn
akuntansi bagi Metro crop adalah :
Kas

Rp.120.000
Pendapatan diterima dimuka

Rp.120.000

Pendapatan dapat diakui pada saat Metro Corp telah


mengirimkan majalan kepada pelanggan (Chris) yaitu pada tanggal 27 juli
besarnya pendapatan Rp.30.000 ( Rp.120.000 : 4 kali penerbit dalam
setahun). Pada saat ini pendapatan terlah terjadi karena syarat terbentuk
dan terealisasi sudah dipenuhi perlakukan akuntansi pada tanggal ini
adalah :
Pendapatan diterima dimuka
Pendapatan
Kos barang terjual
Sediaan barang dagangan

Rp.30.000
Rp.30.000
data tak tersedia
data tak tersebut

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.3

Kesimpulan
Definisi pendapatan menurut ilmu ekonomi adalah jumlah harta kekayaan

awal periode ditambah perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan


modal dan hutang, sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam PSAK
No. 23 paragraf 6, pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi
25

yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus
masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal.
Pengakuan pendapatan yang sering dilakukan perusahaan terdiri dari
pengakuan pendapatan pada saat penjualan, pengakuan pendapatan sebelum
penyerahan, pengakuan pendapatan setelah penyerahan, dan pengakuan
pendapatan untuk transaksi penjualan khusus. Pendapatan diukur dengan nilai
wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah tersebut diukur
dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan
dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh
perusahaan. Jika terdapat perbedaan antara nilai wajar dan jumlah nominal, maka
imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga.
4.4

Saran
Dalam makalah ini, seharusmya dicantumkan juga mengenai ketentuan

tambahan mengenai pengakuan pendapatan versi IFRS sehingga ketentuan


pengakuan pendapatan menjadi lebih jelas dan transparan.

26

DAFTAR PUSTAKA

Aliminsyah dan Padji. 2003. Kamus Istilah Keuangan dan perbankan. Bandung:
Yrama Widya.
Baridwan, Zaki. 1997. Intermidiate Accounting. Yogyakarta. Ed.7.BPFE.
IAI . 2009. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan . No.23 Jakarta.
Kieso,Donald E,Jerry J.Weygandt dan Terry D.Warfield. 2002. Akuntansi
Itermediete-Terjemahan Emil Salim . Jilid 1 Ed.10. Jakarta: Erlangga.

27

You might also like