You are on page 1of 2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Pada tahun 1980 Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi
ketiga (DSMIII) memperkenalkan beberapa kategori diagnostic baru yang
mengsubkelompokkan pasien yang sebelumnya telah diklasifikasikan sebagai
menderita neurosis kecemasan. Satu kategori baru adalah gangguan kecemasan
umum (generalized anxiety disorder) Getittg kali dinamakan GAD), yang, dalam
DSM-III, merupakan suatu kategori diagnostic sisa untul< pasien yang tidak
memenuhi criteria diagnostik lain. Di dalam DSM edisi ketiga yang direvisi (DSMIII-R) dan edisi keempat (DSMIV), gangguan kecemasan umum menjadi suatu
kesatuan diagnostik yang terpisah, tidak lagi dianggap sebagai kategori sisa.
Gangguan kecemasan umum didefinisikan dalam DSM-IV sebagai kekhawatiran
yang berlebihan dan meresap, disertai oleh berbagai gejala somatik, yang
menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi social atau pekerjaan atat
penderitaan yang jelas bagi pasien. DSM-IV menghilangkan kategori DSMIII- R
gangguan kecemasan berlebihan pada masa anak-anak (overanxious disorder of
childhood) dan memodifikasi kriteria diagnostik untuk gangguan kecemasan umum
dengan memasukkan anak dan remaja dengan kecemasan berlebihan. Gangguan
kecemasan umum adalah suatu kondisi yang sering ditemukan; tetapi, dengan criteria
ketat dari DSM-III-R dan DSM-IV, gangguan kecemasan umum sekarang mungkin
lebih jarang ditemukan dibandingkan jika digunakan criteria DSM-III. Perkiraan yang
diterima untuk prevalensi gangguan kecemasan umum satu tahun terentang dari 3
sampai 8 persen. Gangguan kecemasan umum kemungkinan merupakan gangguan
yang paling sering ditemukan dengan gangguan mental penyerta, biasanya gangguan
kecemasan atau gangguan mood lainnya.
Secara kualitatif benzodiazepine mempunyai efek hampir sama dengan obat
golongan hipnotik sedative lain, namun secara kuantitatif spectrum farmakodinamik

dan farmakokinetiknya bebeda. Hal ini yang menyebabkan aplikasi terapi golongan
ini sangat luas. Benzodiazepine memiliki efek hypnosis, sedasi, relaksasi otot,
ansiolitik dan antikonvulsi dengan potensi yang berbeda-beda.
SSRI (Selective Serotonin Re-uptake Inhibitors) ditemukan pada tahun 1990
an. SSRI merupakan salah satu pilihan obat untuk menjadi ansiolitik. Secara klinis,
SSRI sudah dipakai sebagai terapi lini pertama untuk gangguan panik, dan menjadi
terapi lini pertama untuk mengatasi gangguan cemas sosial.
1.2

Tujuan
1.

Untuk mengetahui obat yang memiliki efek sebagai anxiolitik


yang paling baik

2.

Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari obat


golongan benzodiazepine dan Selective Serotonin Reuptake
Inhibitor (SSRI) sebagai terapi Gangguan Cemas Menyeluruh

3.

Untuk mengetahui mekanisme kerja masing-masing anxiolitik

4.

Untuk

mengetahui

seberapa

jauh efek

samping

yang

merugikan dari masing-masing obat.


1.3

Manfaat
1.

Sebagai Dokter kita mengetahui atas indikasi apa obat


golongan tersebut diberikan ke pasien

2.

Sebagai Dokter kita bisa menjelaskan ke pasien kelemahan dan


kelebihan masing-masing obat

3.

Mampu mengetahui mekanisme kerja dari masing-masing obat

4.

Sebagai pengetahuan untuk mempertimbangkan Drug of


choice untuk mengatasi Gangguan Cemas Menyeluruh (GDA)

5.

Mampu memberikan terapi yang tepat untuk pasien dengan


Gangguan Cemas Menyeluruh (GDA)

You might also like