You are on page 1of 40

PUPUK HAYATI BIO P 2000 Z DAN

PENGEMBANGAN KEDELAI

KONSEP TEKNOLOGI BIOPRODUKTIVITAS

MEMBANGUN PERTANIAN INDONESIA YANG MAJU


DENGAN PEMBERDAYAAN PETANI

OLEH

ALI ZUM MASHAR

Menuju Swasembada Pangan dan Ekspor Kedelai


JAKARTA, 2001

KATA PENGANTAR
Mustahil membangun bangsa tanpa teknologi. Indonesia sebagai negara agraris sudah
dikenal kesuburan dan kekayaan alamnya sejak jaman hindia belanda. Banyak julukan
yang diberikan pada negeri ini, seperti sebagai negeri jamrut katulistiwa, tetapi ironis
menjadi pengimpor bahan pangan dan kekayaan sektor agraris kurang diberdayakan dalam
pembangunan. “Teknologi” untuk mengelola kekayaan sumber alam masih belum
dimanfaatkan optimal sehingga peroduktivitas dan kualitas hasil pertanian tertinggal dari
kemajuan agraris negeri tetangga. Atas kesadaran yang mendalam ini perlu teknologi
bangsa yang dapat memberikan loncatan produksi dan kualitas sehingga sejajar dengan
negara yang maju pertaniannya.
Ditemukannya teknologi Bio Perforasi dan pupuk hayati Bio P 2000 Z yang
merupakan hasil kajian dan proses yang panjang, sanggup mendongkrak dan memecahkan
kemandegan produksi tanaman dan meningkatkan kesuburan lahan pertanian produktif
yang terus menurun. Kehandalan dalam mengangkat produktivitas mampu meningkatkan
hasil panen ratusan sampai ribuan persen.
Teknologi ini merupakan rangkuman kekuatan sinergi mikro organisme unggul
berguna di alam yang bekerja dan menimbulkan dampak kemajuan yang positif secara
holistik. Kemampuan teknologi ini telah teruji dan terbukti berhasil guna dalam mengatasi
kegersangan tanah seperti tanah marginal pasir kuarsa, tanah gambut, tanah berpirit dan
tanah marginal lain dapat diberdayakan untuk pertanian produktif dan meningkatkan
produksi tanaman melebihi kemampuan potensialnya yang berlipat ganda.
Adalah harapan yang besar untuk pertanian maju Indonesia melalui teknologi ini,
yang oleh DPR-RI telah diputuskan sebagai teknologi Unggul Nasional untuk upaya
swasembada dan keberhasilannya telah tercatat dalam “GINESS BOOK”- MURI. Untuk
terwujudnya harapan tersebut perlu teknologi ini disosialisasikan secara benar pada
masyarakat petani. Disamping itu, perlu adanya dukungan serta komitmen bersama
masyarakat dalam visi yang jelas yaitu membangun pertanian Indonesia yang maju dan
berkelanjutan. Untuk itu, Kami merasa perlu menyusun pedoman baku penerapan
teknologi dan budidaya, khususnya kedelai. Pedoman ini kelak akan digunakan sebagai
acuan petani, investor, perbankan dan pihak-pihak yang berkepentingan (steak holder)
yang menggunakan dan memanfaatkan informasi dan teknologi ini.
Semoga penulisan standar praktis teknologi Bio Perforasi dan Aplikasi Pupuk Hayati
Mutakhir Bio P 2000 Z ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pembaca dan sebagai
sumbangan bagi kemajuan pertanian bangsa. Kepada pihak-pihak yang telah membantu
proses penemuan teknologi, penerapan dan penulisan buku ini penulis banyak
mengucapkan terima kasih.

Jakarta, Juni 2001


Penulis,

Ali Zum Mashar


I. MEMBANGUN PERTANIAN MAJU INDONESIA
Melalui Pemanfaatan “BIO PERFORASI*) teknologi dan Sumber Daya
Alam Lokal
Oleh: Ali Zum Mashar**)
A. Latar Belakang
Salah satu penyebab rendahnya pendapatan petani adalah rendahnya produktivitas
komoditi tanaman yang diusahakan. Disamping faktor alam menjadi pembatas, rendahnya
produktivitas merupakan akibat dari penguasaan teknik budidaya yang terbatas, penerapan
teknologi yang sepotong-sepotong, bahkan paket teknologi yang diberikan kurang dapat
dipahami oleh pengguna sehingga hasil yang optimal-maximal sulit dapat dicapai.
Kendala teknis alami dalam peningkatan produksi yang banyak dihadapi antara lain
keragaman sifat media tanaman, Ketidakseimbangan penyerapan hara oleh efek
keracunan tanaman, sulit tersedia dan miskinnya hara tertentu tanaman seperti “pada
tanah bertipe masam”. Upaya pencucian dengan air irigasi menuntut adanya biaya besar
untuk membangun jaringan saluran dan memerlukan waktu cukup banyak bahkan beresiko
terjadinya erosi dan kehilangan unsur hara esensial akibat pencucian.
Tanah bertipe pasir kuarsa secara konvensional mustahil dapat dijadikan tanah
pertanian. Pertama, karena tanah itu miskin hara, kedua sangat sarang (porous), ketiga
tidak memiliki kemampuan menyerap (menahan) hara, dan keempat peka erosi. Rentetan
upaya seperti dengan memasok bahan organik sebagai sumber bio-energi dan mengelola
dengan bijak, mengatur tata air tanah, mengembangkan kehidupan biologi tanah,
menyeimbangkan kesuburan kimia tanah, dan menjaga tanah dari bahaya erosi terasa
sangat mahal. Tanah kaya mineral pirit yang kalau penanganannya keliru berubah
menjadi tanah sulfat masam yang mengandung berbagai unsur kimia yang mencapai tarap
beracun seperti sulfida, sulfat, aluminium, mangan, besi dan berbagai senyawa organik
berbahaya bagi tumbuh kembang tanaman. Tanah sulfat masam dapat dijadikan produktif
apabila sifat-sifat buruk itu dapat diredam. Namun, untuk menjadikan tanah sulfat masam
menjadi produktif juga memerlukan biaya yang mahal.
Disisi lain keterbatasan pengusahaan luasan lahan subur oleh petani khususnya di
Pulau Jawa (rata-rata 0,2 – 0,4 ha/KK) dan beralihnya fungsi lahan subur ke industri,
pemukiman serta meluasnya lahan tidur menyebabkan terus merosotnya produksi pangan
nasional. Untuk dapat mencukupu kebutuhan keluarganya petani memacu produksi yang
cenderung memaksakan produktivitas tanah dengan cara memberi input kimia yang
melebihi daya dukung lingkungan, justru mempercepat kemerosotan produksi. Pemakaian
sarana produksi, diantaranya pupuk inorganik, pada usaha pertanian sawah, lahan kering
perkebunan dan hortikultura terus-menerus meningkat, namun tidak selalu diikuti dengan
produksi membaik, tetapi justru terjadi Levelling of yang dikuti dengan menurunnya
produksi. Kejadian itu ditafsirkan sebagai akibat kenjenuhan unsur hara, ketimpangan
unsur hara, keracunan satu atau lebih unsur hara, daya dukung biota tanah dan lingkungan
yang tidak memadai, perembesan unsur hara keperairan bebas yang menimbulkan
berlangsungnya eutrofikasi. Berbagai macam teknologi seperti pemupukan kimia dan
hayati pada kenyataannya hanya menyelesaikan permasalahan yang parsial pada tanaman
maupun tanah. Bila salah kelola ini dibiarkan berlangsung terus, area pertanian produktif
yang diusahakan tanahnya menurun produktivitasnya akan makin luas. Revolusi hijau
yang diterapkan ini telah membawa dampak yang mengkhawatirkan kelangsungan hidup
dan kelestarian lingkungan di masa depan. Residu toxic kimia dalam pangan hasil
budidaya banyak mengganggu kesehatan dan menimbulkan berbagai penyakit bagi hewan
maupun manusia yang mengkonsumsinya
Permasalahan pokok ini perlu ada loncatan teknologi pertanian yang mampu
memberikan peningkatan produksi yang berlipat ganda secara berkelanjutan; tetap
menjaga mutu dan keutuhan lingkungan agar selalu mampu mendukung tumbuh kembang
tanaman secara ideal tanpa membahayakan lingkungan hidup dan mahluk lain di muka
bumi. Kunci solusi masalah ini adalah perlu loncatan teknologi yang mampu menciptakan
keseimbangan alami secara ekologis dalam lingkungan usaha pertanian yang meningkatkan
daya dukung lingkungan, mampu memenuhi kebutuhan tumbuh kembang tanaman agar
dapat berproduksi maximal melalui pemberian input yang optimal ke dalam lingkungan
tumbuh tanaman. Teknologi semacam ini adalah teknologi yang bekerja secara holistik
memperbaiki dan meningkatkan kualitas tanah dan tumbuh kembang optimal/maksimal
tercapai dan berkelanjutan. Sebagai jawaban terhadap tantangan tersebut di atas dirancang
sebuah teknologi di luar rekayasa genetik (non konstelasi genetik tanaman) yaitu Teknologi
Bio Perforasi yang aplikasinya telah ditemukan ramuan pupuk hayati Bio P 2000 Z.

B. Teknologi Bio Perforasi (Pupuk Hayati Bio P 2000 Z)


Teknologi Bio Perforasi adalah penerapan teknologi holistic dalam budidaya secara
komprehenship dengan membentuk dan mengkondisikan keseimbangan ekologis alamiah
melalui sekumpulan jasa mikro-organisme unggul berguna yang dikondisikan, bersinergi
dengan mikroba alami indogenus; dan dengan menggunakan prinsip “mem-bioPerforasi“
secara alami oleh zat inorganik, organik dan biotik pada mahluk hidup (seperti tanaman)
sehingga memacu dan/atau mengendalikan pertumbuhan dan produksinya.
Teknologi Bio Perforasi diterapkan dengan mengaplikasikan pupuk Pupuk hayati
Bio P 2000 Z hasil ramu dari kumpulan mikro-organisme indegenus terseleksi bersifat
unggul berguna yang dikondisikan agar dapat hidup harmonis bersama saling bersinergi
dengan kultur mikro-organisme local sinergistinya yang mampu menghasilkan nutrisi dan
unsur hara mikro dan makro yang berguna bagi mikroba simbionnya dan komoditas
budidaya. Kemampuan mikro organisime dalam mengatasi hambatan tumbuh kembang
tanaman dalam proses Bio kimia dalam lapisan paedosfer mulai disadari. Namun demikian,
tidak semua mikro-oragnisme yang dijumpai dalam tanah tergolong unggul dan berguna.
Unsur hara yang tertambat dalam bentuk organik dapat diurai menjadi bentuk tersedia
bagi tanaman berkat jasa mikro-organisme yang terlibat dalam dekomposisi. Selain itu
mikro-organisme mampu menyediakan berbagai bahan senyawa organik, seperti asam
amino, asam organik, alkohol rantai pendek, antibiotika, fito hormon, enzim, dan senyawa
organik yang merupakan senyawa intermediate/sekunder (precursor) senyawa yang
menjadikan tanaman memiliki ketahanan hama dan penyakit. Sekumpulan mikro-
organisme khusus yang unggul berguna mampu mengubah unsur hara esensial yang semula
berbentuk gas menjadi bentuk yang dapat diserap tanaman. Ketidakhadiran mereka
menjadikan tanah itu tidak mampu secara optimal mendukung tumbuh kembang tanamnan
secara ideal.
Selain pemahaman kaidah-kaidah penunjang tumbuh kembang tanaman yang berasal
dari tanah, bahan organik, unsur hara esensial, dan mikro-organisme unggul berguna,
kemampuan tumbuh kembang tanaman dan ketahanannya terhadap hama serta penyakit
dipacu melalui rekayasa genetik, varietas atau klon baru bermunculan dengan sifat unggul
dalam berproduksi dan tahan terhadap hama dan penyakit. Namun demikian, semua itu
belum mampu memenuhi kebutuhan beras, jagung, kedelai dan kacang tanah secara
nasional.

Cara Kerja Mikro organisma Bio Perforasi


Teknologi ini lebih dari sekedar penyubur atau pupuk. Dalam tanah, mikro-
organisme itu menambah penyediaan unsur hara yang dapat diserap tanaman dari sumber
yang tidak tersedia melalui penyerapan kesetimbangan energi di lingkungan, produksi
ikatan organik aktif, mineralisasi bentuk unsur terikat secara kompleks dalam bahan
organik, pelarutan senyawa inorganik, dan fixasi nitrogen udara sehingga menjalankan
fungsi kompos hamparan dan Bio Fabrication (pabrik hara hidup) secara alamiah. Mikro-
organisme unggul berguna yang disemprotkan pada permukaan daun dan ranting hidup
dari cairan gutasi dan bekal nutrisi dan unsur hara yang sebelumnya telah ditambahkan di
daun. Mikro-organisme selanjutnya memproduksi berbagai senyawa organik sederhana
yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman dan mikro-biota tanah. Bio-Aktif ini selanjutnya
menghasilkan senyawa ionik dan energi siap serap, membantu masuknya hara,
menggiatkan mitosis-miosis-diferensiasi sel, memperlancar transfer energi kinetik, dan
meningkatkan (mengaktifkan jalur hill) fotosintesis. Hasil dari aktivitas mikro-organisme
itu menjadikan lingkungan pertumbuhan akar (tanah) menjadi sangat kondusif bagi
tanaman dan merangsang tumbuh kembang serta daya produksi tanaman meningkat.

Cara Aplikasi Bio P 2000 Z


Aplikasi pupuk hayati Bio-P 2000 Z berupa larutan yang disemprotkan dan/atau
disiramkan ke tanah dan permukaan daun dan jaringan tumbuh serta ranting tanaman
dan/atau kombinasinya dengan memanfaatkan efek sinergi hasil interaksi pupuk hayati
(kultur-campuran mikro-organisme unggul berguna dengan stimultannya). Efek sinergi
tersebut diwujudkan dalam bentuk : (1) diredamnya faktor penghambat tumbuh kembang
tanaman yang dijumpai dalam tanah, (2) adanya produksi senyawa bio-aktif seperti enzim,
hormon, senyawa organik, dan energi kinetik yang memacu metabolisme tumbuh kembang
akar dan bagian atas tanaman, (3) fotosintesis makin efisien karena jalur reaksi Hill
teraktifkan, (4) fixasi nitrogen non-simbiotik dan simbiotik meningkat, (5) pasok dan
penyerapan hara oleh akar makin efesien, lancar, dan berimbang, (6) ketahanan internal
terhadap hama dan penyakit meningkat, dan (7) produksi dan mutu hasil meningkat.
Efek lain yang bersahabat dari teknologi Bio Perforasi ialah terhadap lingkungan
tanah dan tanaman. Bersama dengan mikro-biota indegenus, pupuk hayati Bio P 2000 Z
yang diintroduksikan ke dalam tanah, permukaan daun dan ranting membentuk
keseimbangan ekologi baru dengan meredam aktivitas mikro-organisme patogen yang
tidak diinginkan, tetapi memicu performa mikro-organisme bersahabat. Keseimbangan
ekologi baru ini sangat kondusif bagi tumbuh kembang tanaman, tetapi aman bagi
kehidupan lain. Populasi mikroba dalam larutan Bio P 2000 Z mampu mencapai
kepadatan 5 x 1010 sel/ml dalam bentuk dorman dan injury yang akan mempermudah
pengemasan dan memperbanyaknya sehingga pada pengenceran 200 – 300 kualitas
terjaga.
Pupuk hayati Bio P 2000 Z adalah lebih dari sekedar pabrik pupuk (Bio Fabrications)
dan bukan sekedar penyubur ataupun pupuk daun. Larutan Bio P 2000 Z merupakan
kultur biang mikroba unggul berguna bagi tanah dan kehidupan di dalamnya (tanaman,
hewan dan jasad renik) yang bekerja melalui prinsip dan kaidah Bio Perforasi,
menggerakkan kesetimbangan bio-mikro ekologi, nutrisi, dan energi yang berguna bagi
tumbuh kembang yang positif kehidupan produktif.
Aplikasi Bio P 2000 Z Untuk Tanaman
Bio P 2000 Z diencerkan 200 sampai 300 kali dengan cara :
a. Larutkan 0, 4 - 1 kg urea dan 1 kg gula tebu (gula tebu, tetes, gula pasir) dalam 200 – 300 liter
air, kemudian larutkan 1 liter Bio P 2000 Z, (atau dalam 15 liter air (1 sprayer) ditambahkan 3 – 5
sendok makan gula tebu dan 2 - 4 sendok makan urea, 50 – 75 ml Bio P 2000 Z), difermentasikan
selama 12 - 48 jam (optimal 48 jam) dalam drum plastik tertutup di tempat yang gelap.
b. Semprotkan merata ke seluruh bagian tanaman (trutama jaringan muda). Jika hasil
penyemprotan sebelumnya terlalu subur untuk pertumbuhan, maka dosis urea selanjutnya dikurangi
menjadi 1 - 2 cendok makan.
c. Saat penyemprotan tambahkan ke dalam larutan Bio P 2000 Z hasil fermentasi tersebut
pupuk organik cair sesuai dosis aturan pakainya.
d. Waktu yang tepat untuk penyemprotan adalah saat sinar matahari tidak kuat
(pagi/sore/petang hari), daun segar (tidak layu) atau daun lembab/kebasah-basahan oleh
embun/gutasi.

Aplikasi Bio P 2000 Z Untuk Tanah


Pupuk hayati Bio P 2000 Z disemprotkan/disiramkan pada tanah bersamaan dengan waktu
pengolahan tanah yaitu 3-5 hari sebelum sayuran dan tanaman pangan musiman di tanam, untuk
meningkatkan kesuburan dan stabilitas tanah. Bio P 2000 Z yang disemprotkan adalah larutan fermentasi
selama 12 - 48 jam (terbaik/optimal 48 –72 jam) hasil pengenceran 100 - 200 kali Bio P 2000 Z (yaitu
hasil larutan 100-200 liter Air : 1 liter Bio P 2000 Z : 1 kg Gula : 1-1.5 kg urea). Jika penanaman
dilakukan terlebih dahulu, maka penyemprotan tanah dilakukan 5 – 6 Hst (bersamaan waktu
penyulaman). Penyemprotan dilakukan saat sinar matahari langsung tidak kuat. Kondisi tanah
dalam keadaan lembab/basah atau setelah diairi/hujan kecil namun tidak becek/banjir dan gembur.
Penyiraman yang dilakukan bersama aplikasi pupuk dasar/N:P:K, pada tanaman perkebunan/ hortikultura
memberikan hasil pertumbuhan yang lebih baik.
Tahapan/Cara pembuatan larutan fermentasi yang benar
1. Persiapkan bahan-bahan (Bio P 2000 Z, Urea, dan gula tebu dan bahan
organik cair).
2. Sediakan alat (sendok/takaran, kayu pengaduk, tempat air, dan jrigen,
drum/plastik roll, dll).
3. Urea dan gula sesuai ukuran komposisi dilarutkan dahulu dalam air
bersih, selanjutnya masukkan ke dalam jumlah air yang akan difermentasi,
kemudian biang Bio P 2000 Z. (Pelarutan gunakan pengaduk kayu yang
dicuci bersih jangan pakai tangan, dan gunakan drum fermentasi yang
dicuci bersih dan kering atau plastik). Paling ideal gunakan gentong tanah
liat.
4. Tutup rapat agar tidak ada lagi udara masuk-keluar selama fermentasi
di tempat teduh atau dalam tanah, jika pembuatan di lahan langsung dapat
dalam bentuk sumur dilapisi kantong plastik (di bawah pohon).
5. Fermentasi yang berhasil setelah 48 jam dicirikan: bau harum
kemasaman, timbul gas dan berkeringat, ada lapisan permukaan air,
didinding menempel lapisan putih dan bergelembung halus jika di aduk,
warna berubah keruh (agak putih).
6. Setelah fermentasi berhasil, saat akan disemprotkan dapat diperkaya
nutrisi pupuk organik cair; dan jika ada serangan hama dapat dicampur
pula dengan pestisida (dilarang aplikasi bersama bakterisida/fungisida dan
pestisida bahan logam alkali kuat).
7. Penyemprotan yang terbaik adalah sore petang hari atau malam hari.

Pembuatan pupuk Organik kotoran ternak (ayam).


1. Buat perbandingan 1:1 (kotoran ayam/pupuk kandang dengan air dan
diaduk); tambahkan 15 %-nya air perasan bekatul, dan 0,6 % Mineral N,P,K
+ 0,6 % gula tebu dan 0,5 % Bio P2000Z dari jml perb. di atas.
2. Fermentasikan selama 7 – 18 hari hingga bau asli kotoran hilang,
selanjutnya gunakan air saringannya untuk campuran
penyemprotan/penyiraman tanaman dengan pengenceran air 10 – 20 kali,
diaplikasikan bersama dengan hasil fermentasi Bio P 2000 Z untuk
meyuburkan tanaman. Sisa kotoran/Ampas, sangat baik untuk pupuk
tanaman agar tanaman cepat berbuah dan menyuburkan tanah.

APA MANFAAT BIO P 2000 Z ?


Untuk Tanaman :
1. Meningkatkan dan melipat gandakan hasil panen
2. Memicu produksi maksimal sesuai sifat unggul tanaman
3. Meningkatkan kesehatan dan toleransi ketahanan tanaman
4. Memicu fotosintesis jalur hill hijau daun secara efisien
5. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemupukan
6. Memacu Pertumbuhan Vegetatif dan Generatif Tanaman, seperti:
a. Mempercepat dan memperbanyak terbentuknya bunga yang
membentuk buah produktif
b. Memperbanyak tunas dan cabang produktif
c. Daun lebih subur-hijau, lebat dan lebih lebar kekar
d. Pertumbuhan cepat, ruas tanaman lebih banyak
e. Mempercepat pemulihan luka dan kekebalan dari serangan hama
f. Memperbanyak dan menumbuhkan akar lebih panjang dan kuat
g. Memperbanyak dan mempercepat pertumbuhan bunga dan buah buah.
Untuk Tanah :
 Menstabilkan tanah, meningkatkan pH secara alami (mikrobiologis)
meningkatkan kesuburan fisik, kimia dan biologi yang berimbang dan
berkelanjutan
 “Bio Fabrikasi hara” secara mikrobiologis yang memperkaya ketersediaan
unsur hara/nutrisi lengkap dan berimbang dalam tanah, bermanfaat bagi
tanah marginal/kritis.
Mempercepat terurainya residu pupuk kimia penghambat menjadi bermanfaat dan
tersedia bagi tanaman .
Meredam/menetralkan anasir penghambat dalam tanah baik dari logam beracun,
alkali, lagam/gas tereduksi beracun yang menggangu pertumbuhan tanaman
 Mendukung kehidupan ekologis bersinergi dengan mikroba berguna indogenus
penyubur tanah, Sangat baik untuk persiapan perkebunan dan reclamasi.

C. Pembuktian Teknologi di Lapangan


Teknologi Bio Perforasi teruji dan mampu memberikan kontribusi nyata dalam melipat
gandakan produksi dan dapat berlaku secara general untuk semua jenis tanah dan tanaman
baik pangan, hortikultura dan perkebunan bahkan ternak maupun ikan. Teknologi Bio
Perforasi memiliki keunggulan lintas komoditi, lintas ekologi dan lintas teknologi.
Penerapan secara tepat mampu telah teruji memberikan peningkatan produksi rata-rata
mencapai 4,12 ton/ha.
Dari hasil pengembangan penelitian dan percobaan-percobaan yang intensif dan teliti,
seperti Balatrans KALTENG mencapai produksi rata-rata 3,4 ton/ha dan hasil uji coba
lanjut yang dilakukan bersama petani, hasil rata-rata petak perlakuan 2,5 - 6,5 ton/ha
(ekspose Sinar Tani edisi 17 Maret 1999). Penerapan oleh penemunya di lahan masam
gambut, sulfat masam dan berpirit di PLG Kapuas yang diujikan sejak tahun 1998-2000
mampu melipatgandakan produksi lebih dari 250%. Bahkan di lahan kritis yang memiliki
tipe tanah marginal pasir kuarsa (di Palangka Raya dan UPT Sei Gohong), teknologi ini
mampu memberikan hasil produksi dengan kisaran hasil mencapai 3,8 ton/ha jauh lebih
tinggi dari hasil cara konvensional (umum petani) hanya mampu 0,4 - 0,6 ton/ha. Pada tipe
lahan sejenis, peningkatan produksi juga tercapai oleh petani di Gagutur, Barito Selatan
(Kalteng).
Kemampuan produksi hasil penanaman bulan Juni 2000 di lahan Gambut PLG Kapuas
dan lahan pasang surut bergambut Masuji-Lampung (dengan produksi 2,5 sampai 5,1 ton/ha,
dan di Palembang 4,2 ton/ha) dibanding sebelumnya rata-rata umum produksi konvensional
di PLG 0,6 - 0,8 ton/ha. Di Majalengka (2001) 3,2 – 3,8 ton/ha; di hamparan perak Sumut
3,5 – 5 ton/ha dari rata-rata umum setempat 0,8 – 1 ton/ha serta panen di Tanjung Morawa-
Deli Serdang (Sumut, 21 juni 2001) berhasil mencapai panen dengan hasil 3,58 – 4,16 ton/ha
pada varietas kedelai kipas putih. Untuk kedelai edamame basah, potensi yang dihasilkan
8 -11 ton/ha dibanding rata-rata umum petani 4 - 5 ton/ha (hasil penerapan di parung-bogor).
Pada sayuran daun: caisin, pakcoi, dan kailan hasil BAGAIMANA CARA BUDIDAYA
yang diperoleh petani sayur di Jakarta utara adalah 3,5 KEDELAI DENGAN TEKNOLOGI BIO
kg/m2 bahkan lebih, meningkat 300% lebih tinggi dibanding yang tanpa menggunakan Bio P
2000Z yaitu 1,2 kg/m2. Peningkatan produksi spektakuler dicapai pula untuk peningkatan
bobot tanaman sayuran maupun tanaman buah-buahan, memperpendek umur panen sayuran,
dan memperpanjang waktu panen pada tanaman yang dipanen lebih dari sekali.
Bio Perforasi Plus memberi harapan pada peningkatan produksi kedelai mencapai 5 - 8
ton/ha jika petani telah mampu menerapkan kaidah teknologi dengan tepat. Teknologi ini
dikuatkan dengan kenyataan kemampuannya untuk dapat mengeksitasi pertumbuhan dan
produksi kedelai Indonesia lokal tinggi mencapai 2,8 – 3,2 meter (seperti pohon) dengan
lebat polong 1800 – 2300 polong/tanaman, dibanding sebelum intervensi teknologi hanya:
tinggi = 6,5 cm dan polong = 20–75 polong/tanaman. Pada tingkat keberhasilan tersebut
maka diprediksikan kemampuan produksi kedelai dengan teknologi ini memiliki potensi 14
ton/ha – 30 ton/ha dan secara matematis berdasarkan populasi optimalnya mampu mencapai
50 ton/ha. Ternyata dengan teknologi Bio Perforasi masalah tersumbatnya produksi pada
komoditi pertanian dapat dipecahkan. Cepat dikenalnya teknologi Bio P 2000 Z dan
tersosialisasinya penerapan teknologi ini secara disiplin oleh petani secara langsung
berdampak meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani. Dengan tercapainya
swasembada kedelai, pangan dan hortikultura lain di Indonesia, secara teknis maupun
ekonomis sudah pasti lebih memberikan manfaat dan kesejahteraan petani serta prospek
dalam udaha agribisnis bangsa.
Terhadap kelestarian lingkungan telah terbukti memberikan sumbangsih nyata dalam
rangka menghijaukan dan memproduktivitaskan kembali lahan tidur seperti lahan Gambut,
Lahan pasir kuarsa serta untuk tujuan rekalamasi lahan bekas pertambangan. Pada
gambut teknologi ini mampu menjadikan lahan gambut yang terabaikan menjadi sangat ideal
untuk pertanian dan lebih produktif dari lahan mineral yang lain. Bahkan, mampu mengubah
gambut menjadi pupuk alami yang sangat ideal baik secara biokimia maupun fisik untuk
memproduktifkan lahan-lahan marginal seperti lahan pasir, lahan PMK, lahan yang beracun
lain menjadi berarti untuk usaha pertanian produktif. Teknologi Bio Perforasi sebagai solusi
mengatasi pembatas produktivitas yang esensial dan sebagai pembuka jalan menuju
revolusi/loncatan produksi (pangan) bagi kesejahteraan umat.
Teknologi Bio P 2000 Z telah diputuskan oleh komisi V DPR-RI bulan April 2001
sebagai Teknologi Unggulan Nasional untuk swasembada. Disamping itu teknologi ini
telah di patenkan baik di Indonesia maupun paten Internasional (PCT). Bahkan hasil karya
teknologi Bio P 2000 Z pada kedelai tercatat dalam GUINESS BOOK dalam MURI sebagai
record teknologi Indonesia. Dengan demikian petani Indonesia yakinlah dan semakin
percaya diri akan kekuatan lokal bangsa yang siap dan dapat bersaing dalam era teknologi
dan pertanian maju berkelanjutan yang berbasis teknologi bangsa dan produktivitas.

C. Pola Kerja Pendukung


Teknologi ini harus dilaksanakan sesuai kaidah, disiplin dan jaminan kepastian.
Implementasinya melalui Pendampingan dan pola kemitraan pasar yang diharapkan
mampu membangkitkan motivasi positif petani, tercipta iklim usaha tani yang kondusif,
terjadi alih teknologi dan transformasinya secara utuh. Gambaran teknologi Bio Perforasi
yang sederhana, mudah dipahami dan dilakukan petani serta aman disampaikan.
Pendamping teknis adalah mitra petani yang menjelaskan teknologi budi daya secara
tepat, sekaligus dapat menjelaskan dan memecahan masalah yang timbul di lapangan
sesegera mungkin. Dengan Disiplin penerapan melalui teknologi ini mampu mempercepat
keberdayaan petani sekalipun awam. Sistem dan mekanisme pendampingan dalam rangka
pemberdayaan akan disampaikan dalam bab III.

Lampiran Teknologi

I. CARA PEMBUATAN LAR. FERMENTASI BIO P 2000 Z Utk. TANAH :


Bio P 2000 Z 1 liter 1 hand Sprayer air (15 liter)
Air 100 – 200 liter 3 – 5 sendok makan gula + 75 –150 ml
Gula tebu 1 kg 3 – 5 sendok makan urea Bio P 2000 Z
Urea 0,7 – 1,5 kg
Diingkubasi selama 48 jam di dalam drum plastik tertutup yang diletakkan di dalam ruangan
gelap/teduh.
APLIKASI :
• Penyemprotan BIO P 2000 Z dilakukan pada kondisi tanah yang lembab
(kebasahan) dan sinar matahari tidak terik.
• Jika tanah terlalu kering maka aplikasi Bio P dilakukan dengan cara penyiraman di
sekitar perakaran tanaman utama (atau pada lubang tanam).
• Sangat baik setelah atau bersama aplikasi pupuk dasar terutama pupuk organik
(pupuk kandang).

II. CARA PEMB. LAR. FERMENTASI BIO P 2000 Z Utk. TANAMAN :

Bio P 2000 Z 1 liter 1 hand Sprayer air (15 liter)


Air 200 – 300 liter 3 – 5 sendok makan gula + 50 - 75 ml
Gula tebu 1 kg 2 – 5 sendok makan urea Bio P 2000 Z
Urea 0,4 – 1 kg Urea hrs terurai/diserap larut
sempurna oleh mikroba, jika keras di
daun, kurangi dosis pelarutannya (2-3
Diinkubasi selama 48 jam di dalam drum plastik tertutup yang diletakkan di dalam ruangan gelap/teduh.
APLIKASI :
 BIO P 2000 Z disemprotkan pada seluruh bagian tanaman secara merata
terutama pada jaringan yang aktif/muda.
 BIO P 2000 Z dapat di aplikasikan bersama dengan Pestisida sesuai petunjuk;
tetapi tidak dapat diaplikasikan bersama pestisida alkali dan PH sangat masam, fungisida dan
bakterisida.
 BIO P 2000 Z dapat diaplikasikan dengan pupuk organic cair seperti Seprint atau
Super Flora, floran dll, yaitu dicampurkan saat akan menyemprot di tanaman.

SYARAT FERMENTASI:
 Alat seperti pengaduk dan wadah (drum, plastik gentong dll) harus bersih.
Sebaiknya dihindari pemakaian bahan dari logam.
 Bahan baku seperti air sebaiknya air yang bersih (syarat minimal air pertanian)
 Tempat fermentasi ditempat yang teduh atau di dalam tanah atau terlindung dari
cahaya/sinar matahari langsung di dalam wadah yang tertutup rapat.
 Pencampuran bahan seperti gula, urea dilarutkan dahulu dalam air yang akan
diberi biang Bio P 2000 Z baru dilarutkan biang ke dalamnya dan diaduk rata dengan alat pengaduk yang
bersih.

CIRI FISIK FERMENTASI BERHASIL/NORMAL:


 Timbul gas dan wadah menggelembung dan menjadi berkeringat; Timbul bau harum (aromatis)
kemasaman; warna larutan keruh; jika digoncang/diaduk/dituang timbul gelembung gas kecil-kecil dari
larutan; rasa larutan agak sepet masam; terdapat lapisan kepputihan baik di permukaan larutan maupun di
dinding wadah fermentasi.

CIRI FISIK FERMENTASI YANG GAGAL :


 Warna larutan tidak berubah (tetap jernih); Tidak berbau
 Jika bau menjadi busuk, berarti banyak mikroba yang mati karena: kelamaan fermentasi (> 6 hari);
dicampur langsung dengan bahan pupuk beracun atau dengan fungisida atau bakterisida atau pestisida
lain; atau air yang digunakan beracun tinggi; atau wadah fermentasi tercemar bahan-bahan anti fermentasi
seperti oli tinggi, zat kimia anti bakteri atau jamur.

*) Teknologi Unggulan Nasional berdasarkan keputusan DPR-RI dan telah di patenkan secara Internasional
**) Inventer/Penemu Teknologi Bio Perforasi; Dir. Produksi, R&D - PT. Alam Lestari Maju Indonesia.
II. BUDIDAYA KEDELAI LOKAL DENGAN TEKNOLOGI BIO-
PERFORASI

A. Latar belakang
Memberdayakan dan mengoptimalkan sumberdaya sektor pertanian khususnya
tanaman pangan dan perkedelaian merupakan solusi pemberdayaan ekonomi rakyat yang
tepat dalam kerangka pembangunan ekonomi Nasional. Upaya menjadikan komoditi
kedelai sebagai sektor pertanian riil untuk membangun ekonomi rakyat dengan
implementasi program teknologi untuk swasembada pangan merupakan pilihan yang tepat
bagi Indonesia sebagai negara agraris yang sedang berkembang. Sebagai bahan pangan,
kedelai oleh sebagaian besar rakyat digunakan untuk pangan tradisional seperti tahu-tempe,
susu kedelai, kembang tahu, kecap, tauco, susu kedelai. Kedelai banyak digunakan pula
sebagai bahan baku untuk industri pangan modern seperti suplement bubur bayi, TVP,
minyak goreng dan lain-lain serta industri pakan ternak. Oleh karena itu kedelai sebagai
sumber protein rakyat yang murah harus dapat disediakan secara lokal agar aman dari
kekhawatiran cemaran dampak rekayasa genetik.
Menempuh langkah kedelainisasi kedelai lokal (non GMO) memiliki arti strategis
bagi penyediaan gizi protein rakyat (penyelamatan loss generation) yang aman dan sehat,
melindungi dan menggairahkan petani, sebagai penyedia lapangan kerja secara berantai
bagi rakyat serta dapat menghemat devisa dalam jangka panjang secara berkelanjutan.
Menyelamatkan dari krisis gizi berarti protein dan pangan ini harus tersedia dan terjangkau
sampai daerah. Seharusnyalah dalam rangka otonomi daerah program pangan ini menjadi
serius bagi ketahanan dan keamanan pangan untuk membangun kualitas SDM daerah
melalui kecukupan pangan yang berbasis pada ketahanan pangan rakyat. Jika
mengandalkan impor, maka keberdayaan petani akan menjadi terpuruk; bahkan jika
disadari bahwa kedelai impor (seperti dari amerika) yang lebih dari 60 % produksinya
adalah kedelai GMO seharusnya untuk “Animal feed” digunakan untuk “Human food”
bagi masyarakat adalah tidak layak dan membawa kekhawatiran masa depan.
Secara ekonomi, pengembangan agribisnis kedelai di Indonesia memiliki prospektus
yang cerah dan menarik jika budidaya (teknologi on Farm) dapat memberikan peningkatan
produktivitas secara nyata. Peluang pasar domestik kedelai masih terbuka lebar dan
kebutuhan akan komoditas ini terus meningkat. Usaha-usaha peningkatan produksi kedelai
perlu terus dipacu, namun pada kenyataannya laju produksi kedelai nasional masih belum
mampu mengimbangi kebutuhan konsumsi yang terus meningkat. Meski produksi nasional
telah mencapai sekitar 1,3 juta ton/tahun dengan kemampuan produktivitas 1,19 ton/ha,
namun jika tidak ada perlindungan tahun 2001 impor kedelai akan lebih dari 2 juta ton.
Perhatian para produsen kedelai terkonsentrasi bagaimana cara meningkatkan produksi
yang berlipat ganda melalui input teknologi yang menjamin sehingga mampu terjamin
keuntungannya dengan harga jual yang bersaing di pasaran bebas.
Kunci keberhasilan usaha diatas adalah harus ada kekuatan teknologi tepat daya yaitu
yang tepat, teruji dan adaptif berikut SDM penyertanya (ada pendamping dan transformator)
yang mampu memberdayakan sumber daya tanaman dan lingkungan, petani dan prilaku budaya
serta kelembagaannya; Jenis/komoditas pilihan yang cocok adaptif dan marketable/diterima,
jumlah bibit/benih yang mencukupi untuk pengembangannya sekala luas; ada lahan yang
tersedia memadai dan tenaga trampil dalam jumlah cukup, familier dengan teknologi maju
berikut peralatan mekanisasi yang mempercepat kinerja; dan pasar yang menjamin. Empat
faktor diatas akan berjalan dengan baik jika di dukung adanya sumber pembiayaan (dana)
yang memadai dengan skim kredit perbankan dan kebijakan makro pertanian oleh pemerintah
yang kondusif.
PT. Alam Lestari Maju Indonesia bergerak dalam bioteknologi, pupuk , budidaya tanaman
dan pendampingan pertanian memberi perhatian besar dalam pembangunan teknologi pertanian.
Khususnya pada komoditas kedelai telah mampu membuktikan di lapangan untuk mencapai
peningkatan produktivitas lebih dari 250 persen (rata-rata 3 – 5 ton/ha) secara berkelanjutan
dari produksi normalnya yang hanya 0,7 – 1,2 ton/ha. Teknologi hayati Bio P 2000 Z
merupakan penggeraknya yang telah teruji di lapangan dan diterapkan bersama petani. Pola
management pemberdayaan petani dan pendampingan yang diterapkan merupakan bagian yang
tidak lepas dari pola usaha tani dalam mencapai keberhasilan. Peluang teknologi pada usaha
produksi kedelai ini akan terus dikembangkan di seluruh wilayah Indonesia yang dimulai
melalui pola riset dan produksi penyediaan benih unggul dengan disertai membentuk jaringan
benih di lapangan. Hasil benih selanjutnya akan dikembangkan dalam budidaya kedelai dalam
sekala luas (nasional) untuk membantu swasembada pangan/cukup gizi di daerah bersama
menunjang otonomi daerah, yang ke depannya bersama rakyat akan mewujudkan
swasembada protein nabati bahkan ekspor kedelai Indonesia.
Usaha-usaha meningkatkan produksi kedelai ini terus dipacu melalui alih teknologi
Unggulan Nasional (Bio P 2000 Z). Teknologi ini di transfer kepada petani melalui
penggambaran secara utuh dan penerapan yang mudah sederhana oleh sistem
pendampingan teknis di lapangan. Pendampingan berfungsi untuk memberikan layanan
ahli, penyuluhan dan konsultansi teknologi serta pencegahan dan pemecahan masalah
yang timbul sesegera mungkin di tingkat usaha tani. Pendampingan merupakan bagian
penting dalam menjamin kepastian proses produksi yang benar dan pengendalian/kontrol
kondisi yang terjadi di lapangan.
Sebagai gambaran umum dalam pendampingan teknologi budidaya kedelai untuk
memastikan tepat tujuh langkah pokok dalam mencapai keberhasilan adalah:
1. Penyiapan lahan yang tepat, sesuai dengan jenis tanah dan musim tanam yang tepat.
2. Penentuan dan penggunaan bibit unggul yang sehat dengan kemurnian tinggi dengan
daya tumbuh lebih dari 80 %, pola tanam yang tepat (Monokultur).
3. Waktu tanam yang tepat dan serempak dengan rencana penjadwalan kegiatan yang
mendasarkan kepastian waktu/musim, ketersediaan air dan tenaga kerja/mekanisasi.
4. Aplikasi Bio P 2000 Z dengan paket penuh termasuk rhizobium yang dilakukan
secara tepat dan disiplin serta inovatif.
5. Kontrol pengamatan tumbuh-kembang standar tanaman, laporan kemajuan (progress)
sebagai indikator keberhasilan tanam-tumbuh untuk memastikan panen dan luasan
intensif; serta menentukan pendekatan kebutuhan unsur hara (pemupukan).
6. Drainase yang tegas pada musin penghujan dan pengairan pada musim kering melalui
pengaturan ukuran bedengan dan saluran irigasinya untuk memastikan kondisi tanah
tidak kebanjiran/becek dan lembab, kadar air sekitar 50% - 75 % (kapasitas lapang).
7. Pengendalian hama secara preventif dengan tetap mewaspadai adanya serangan hama
dan penyakit dengan prinsip dan penerapan Pest Integrated Management.

B. Budidaya Kedelai dengan Standar Teknologi Bio P 2000 Z


Implementasi teknologi Bio P 2000 Z dalam budidaya tanaman kedelai secara
singkat dapat di jelaskan sebagai berikut :

1. Pemilihan Lokasi
Lokasi budidaya yang dipilih harus memperhatikan yang sesuai dengan syarat
ekologis hidup tanaman (terutama syarat agronomis), ketersediaan air, dapat dijangkau
untuk masuknya saprotan dan pengangkutan hasil panen, mudah diawasi dan tidak
bermasalah. Sebelum menetapkan lokasi perkebunan kedelai maka perlu dikaji lebih
mendalam karakter sosio-cultural masyarakat, ketepatan musim dan kelayakan lokasi
dengan melalui survey agar budidaya tepat teknologi dapat berjalan dengan baik dan
berkelanjutan. Garis besar mekanisme pelaksanaan pengembangan komoditas komersial
dan prosedur penentuan kawasan pengembangan produksi dengan teknologi Bio P 2000 Z
sebagai berikut:
Karakter sosio kultural besar pengaruhnya terhadap ketersediaan tenaga trampil
lokal, kinerja dan efisiensi kerja dan tenaga kerja serta keamanan termasuk social cost.
Ketepatan musim berpengaruh pada faktor “X” dan resiko alam penyebab gagal panen
seperti kekeringan, banjir dan puncak populasi hama pada (bulan agustus – september).
Kelayakan lokasi berpengaruh pada kemudahan akses keluar masuk input dann hasil
produksi, mutu dan jumlah hasil produksi serta kendala teknis edafik dan hidrologis.
Syarat agro-ekologis untuk budidaya kedelai:
Ketinggian tempat yang sesuai untuk kedelai adalah: 0 meter – 800 meter dpl.
Ketinggian tempat akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, fisiologis dan umur tanaman,
korelasinya dominan akibat: suhu udara/lingkungan, lama penyinaran intensif, kelembaban
udara, ketersediaan air tanah (lembab nisbi dan untuk aplikasi teknologi), porositas tanah,
kecepatan angin, populasi hama yang menghambat kecepatan pertumbuhan tanaman dan
umur/masa panen. Kondisi ideal untuk kedelai tumbuh normal di daerah tropis dengan
teknologi ini adalah suhu: 26 – 34 oC (optimal 28-32 oC), lama penyinaran 8 - 12 jam,
kelembaban nisbi 80% - 95%, kadar air tanah 75% (diatur dengan drainase dan irigasi),
angin bertiup sepoi-poi/tidak kencang, tanah cukup bahan organik. Pada agroklimat dan
kondisi yang menyimpang seperti penanaman kedelai di luar ketinggian tersebut maka
perlu pemilihan varietas yang cocok dan perlu perlakuan spesifik teknologi.

2. Penggunaan Benih dan Pemilihan Benih Bermutu


Pemilihan benih merupakan faktor penting dalam mencapai keberhasilan budidaya.
Benih yang bermutu tinggi/baik: adalah dari varietas unggul, adaptif/sesuai dengan
lingkungan setempat, berdaya tumbuh lebih dari 80 % dan seragam, asal-usul benih jelas
(bersertifikat/jelas kualitas dan kemurnian). Benih ini berasal dari proses produksi yang
memenuhi kriteria 6 (enam) tepat yaitu: (tepat varietas, mutu, waktu, lokasi jumlah dan
harga). Pemilihan benih yang baik secara fisis dapat diketahui melalui ciri-ciri sebagai
berikut: bentuk dan fisik normal (tidak luka/terserang pengisap polong dan tidak hijau serta
ukuran relatif seragam); benih berwarna cerah (bening) mengkilap, calon radix (akar)
tampak menonjol bening dan tidak luka, hillum tampak tajam kuat dan bersih (tidak
terinfeksi jamur bila dilihat dg kaca pembesar), aroma benih tidak berbau tengik atau apeg
(jawa), tidak berdebu bila dituang dari kantong, bila di gigit langsung pecah (Kadar air =
9,5 – 11 %) dan bila diberi air dingin kulit cepat mengembang diikuti dagingnya. Benih
yang baik akan tumbuh 4 – 6 hari setelah ditanam. Benih yang unggul berasal dari lokal
setempat akan memudahkan adaptasi pemanfaatan teknologi Bio P 2000 Z.
Kebutuhan benih tiap satu hektar dapat dihitung sesuai dengan jarak tanam/populasi,
berat biji, dan jumlah tanaman per lubang. Sebagai contoh Benih kedelai varietas Slamet
berat biji per 100 biji adalah 12,5 gr, dengan 2 sampai 3 biji (rata-rata 2 biji) per lubang
dan jarak tanam 30 x 40 cm maka ada 83.333 populasi/ha.
Perhitungannya adalah:
• 1 Kg = 1000 gr./0,125 gr. = 8.000 biji ~ (1biji = 0,125 gr)
• JT (30 x 40 cm) = 0,12 meter persegi; Rata2 per lobang = 2 - 2,3 biji; DT= 80%
• 1 Ha = 10.000 meter persegi; maka
• Populasi tan./Ha = (Luas lhn /JT) = (10.000/0,12) = 83.333 populasi per-hektar.
Kebutuhan Benih/Ha = 83.333 Pop x2 biji x 0,125 gr= 20.833 gr ~ 21 Kg benih (mutlak)
(Jika DT = 80%) = 21 x 80% = 16,6 Kg (benih yang hidup)
Kekurangan benih = 20,8– 16,6 = 4,23 ~ 4,4 Kg (hrs hidup);
dan jika DT benih = 80% = 4,4 kg./0,8 = 5,5 kg. (untuk penyulaman)
Jadi kbth benih riil/Ha = 21 kg + 5,5 kg = 26,5 Kg benih/Ha.
Dengan memerapkan teknologi budidaya kaidah Bio P 2000 Z maka pemakaian benih
dapat dihemat 30% sampai 50%. Standar penghitungan benih ini bisa digunakan untuk
memprediksi luas tanam intensif petani dengan cara berapa jumlah benih yang ditanam
(sebelum sulam) dan berapa benih yang diisikan per lubang tanam.
Benih yang berkualitas diperoleh dari sumber benih induk, pusat-pusat pembenihan
(seed Centre) dan perusahaan benih yang memiliki lahan dan budidaya yang jelas.
Penyediaan benih unggul bermutu Nasional baru dapat disediakan sekitar 10 % dari 50.000
ton kebutuhan benih kedelai per tahunnya. Untuk itu Seed Centre sebaiknya disiapkan dari
dalam lokasi pertanaman kedelai dan di daerah pengembangan seluas 2 - 3 persen dari
luas pertanaman sasaran. PT. Alam Lestari maju Indonesia telah melakukan riset
menciptakan dan pengujian ragam jenis benih yang familier/cocok dikembangkan dengan
teknologi dalam mendukung penyediaan benih unggul bermutu. Beberapa sumber benih
unggul lokal dan tipe simpang diperbaiki yang memiliki keunggulan produksi lebih dari 3
ton/ha dan berukuran besar lebih dari 18 gram per 100 biji kedelai telah dan terus
dikembangkan untuk mendukung program kedelai Nasional seperti kedelai Baru Genjah
jumbo Emas; kedelai Super Jumbo R-3, dll.

3. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk membuat tanah menjadi gembur, bersih dari gulma dan
menciptakan kesuburan fisik tanah sehingga sesuai untuk pertumbuhan tanaman dan
penyebaran akar tanaman yang lebih dalam. Pengolahan tanah perlu memperhatikan
prinsip konservasi lahan, agar kesuburan tanah dapat terjaga dan berkesinambungan dalam
menunjang usahatani. Penggunaan peralatan mekanisasi untuk pengolahan lahan dapat
difungsikan sekaligus dengan pencetakan bedengan pada lahan berbentuk hamparan
homogen akan sangat efisien dan memudahkan tahap pekerjaan lanjut. Parit cacing atau
sistim guludan atau sistem surjan diperlukan pada tanah dan lahan yang bermasalah dalam
pengaturan tata air tanahnya seperti tanah pasir dan rawa/lahan basah dan sawah untuk
drainase. Pada penanaman di musim penghujan saluran drainase mutlak ada dan sempurna
untuk pengeringan bedengan, sedangkan parit cacing/drainase pada musim kering cukup
bentuk cekungan jalan air sedalam 7 cm - 15 cm
Pada tanah pasir/gambut yang sering bermasalah dengan air tergenang dan
pemadatan, maka perlu dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 1,5 – 3 meter (5 – 8 baris
tanaman). Pada dasarnya cara dan teknis pengolahan tanah disesuaikan dengan jenis dan
sifat tanah serta komoditas tanaman pangan yang akan diusahakan. Pemberian pupuk
dasar, kompos dan pupuk kandang pada tanah pasir dapat dilakukan bersama dengan
pengolahan tanah akan menghemat penggunaan tenaga kerja. Pemberian kompos dengan
dosis 3 – 6 ton per hektar dapat meningkatkan hasil secara nyata namun pada teknik Bio-
perforasi disederhanakan melalui teknologi Kompos Hamparan yang lebih efisien. Selain
pengolahan tanah yang sempurna, teknik penyiapan lahan minimum tillage menjadi salah
satu alternatif yang dapat ditunjang pemanfaatan teknologi Bio-Perforasi yang berasaskan
pertanian yang berwawasan lingkungan

4. Penanaman
Waktu tanam dipilih pagi hari (dan sebaiknya sore hari) pada kondisi tanah
lembab (basah) dan dilakukan secara serentak. Sebelum benih ditanam wajib diuji
kembali daya tumbuhnya sebagai kepastian pertumbuhan. Penggunaan mesin tanam
modern sangat berguna sebagai upaya tanam serentak, namun perlu diperhatikan
efisiensinya dengan menyesuaikan kontur lahan. Pada penanaman dengan menggunakan
mesin tanam dapat sekaligus dilakukan aplikasi pupuk dasar. Penanaman dengan
menggunakan mesin agar memperhatikan kondisi tanah. Pada saat penanaman harus
dipastikan betul kelem-baban tanah 50%-75%, jika penanaman dilakukan pada musim
kering maka penanaman dilakukan sehari setelah lahan di leb/dibasahi secara merata
supaya tanah lembab.
Jarak tanam disesuaikan dengan varietas dan umur tanaman dan memperhatikan
sifat ketinggian dan percabangan tanaman dan penggunaan mekanisasi budidaya. Varietas
yang berumur 85 – 100 hari jarak tanamnya 40 x 20 (kurang cabang) dan 40 x 30 (banyak
cabang), sedangkan kedelai var. genjah (umur 65 – 75 hari) jarak tanam 30 x 25 (tan.
pendek ± 40 cm) dan 30 x 30 (tan. agak tinggi 60 - 85 cm) dan kedalaman lubang tanam
disesuaikan dengan kesuburan dan jenis tanah serta jenis tanaman yang diusahakan. Pada
penanaman musim kering jarak tanam dapat diperapat menjadi 75% -85% dari jarak
normalnya.
Kedalaman lobang tanam yang ideal adalah 3 cm dan tiap lubang 2 - 3 biji (rata-
rata tumbuh 2 tanaman) dengan penutup kompos yang dicampur pupuk untuk memacu
pertumbuhan awal. Tetapi sebelum ditanam benih kedelai perlu diperlakukan seed
treatment. Adapun cara seed treatment untuk benih ada dua perlakuan yang utama sbb:
a. Seed Treatment Rhizobium (baru ditanam kedelai), caranya adalah :
- Siapkan inokulan rhizobium () 1 sache (30 gr); Benih
kedelai 5 – 8 kg; gelas aqua bekas (200 ml) dan tempayan bambu; serta
pengaduk kayu dicuci bersih.
- Isi ½ gelas aqua dengan air (100 ml) dan aduk/larutkan 1
sache Rhizoplus di dalamnya (aduk dengan kayu bersih). Perlahan-lahan
siramkan pada benih di tempayan sambil di aduk-aduk dengan kayu
(jangan pakai tangan) sampai rata dan kulit mulai mengembang (ingat!
Jangan sampai kulit pecah atau robek), maka sebaiknya pencamputran
dengan cara menggoyang/ditampi dalam tempayam.
- Waktu pencampuran ± 3 – 5 menit dan setelah tercampur
rata, kering anginkan ± 15 – 30 menit (kering angin di tempat teduh
tanpa sinar langsung); paling lama campuran sebelum ditanam dibiarkan
selama 6-8 jam.
- Dilarang merendam benih sebelum ditanam, kerena
mempercepat kerusakan saat ditanam.
b. Seed Treatment dengan Pestisida, Caranya adalah :
Saat akan ditanam benih hasil dari seed treament 1 dapat dicampur
dengan pestisida (Marsall atau Regent atau Furadan). Prosesnya sama
dengan di atas, Larutkan pestisida Mashall atau Regent ± 10 ml dalam 50 -
100 ml air yang disiapkan, kemudian campurkan rata pada 5 – 8 Kg benih
hasil seed treatment I. Saat Pencampuran II ini jangan sampai benih rusak
atau luka (jangan menggunakan tangan untuk mencampurnya). Segera
setelah seed treatment II ini benih harus segera ditanam dan habis
tertanam, tidak boleh menginap.
Benih yang kedaluwarsa (setelah dicek daya tumbuhnya jelek < 80%) sebaiknya
jangan digunakan sebab pertumbuhannya tidak serentak dan sulit dipacu (lambat
pertumbuhan) dan tidak tahan jamur tanah (kecambah membusuk). Biasanya tumbuh
setelah 6-7 hari dan banyak dijumpai perkecambahan yang abnormal. Benih dari hasil
panen 3 hari – 1 bulan setelah panen memiliki pertumbuhan terbaik dan mudah dipacu
pertumbuhan normalnya.

5. Pemupukan Mineral
Pemupukan kedelai yang ideal dilakukan tiga kali: pertama saat 12 – 15 HST
untuk menjaga pertumbuhan awal vegetatif yang normal. Jumlah dan dosis pemupukan
berimbangnya adalah 30 % dari total kebutuhannya (N,P,K). Kedua, saat akan tanaman
berbunga atau setelah pendangiran/penyiangan pada rentang umur 21 – 34 HST sesuai
jenis kedelai (mulai/akan berbunga) dengan dosis 50 % berimbang dari total kebutuhan
pupuk. Ketiga, adalah pada umur 40 – 45 HST pemupukan penyempurna yang diberikan
merata atau pada tanaman yang kurang pertumbuhannya dengan dosis sisa yaitu 20 %
berimbang dari kebutuhan total pupuk. Bersamaan atau sesaat setelah pemupukan, tanah
dan tanaman disemprot dengan Bio P2000 Z agar pupuk digunakan tanaman secara efektif.
Dosis total pemupukan disesuaikan dengan kebutuhan jenis varietas tanaman dan
ketersediaan hara dalam tanah berdasarkan rekomendasi setempat atau uji laborat tanah.
Dosis umum untuk kedelai adalah Urea/ZA 50 – 75 Kg, SP-36/TSP 50 - 100 Kg dan KCl
25–75 Kg). Pupuk kompos/kandang dapat diberikan pada lahan yang kesuburannya
rendah, seperti tanah pasir serta tanah yang berdrainase jelek. Jumlah pupuk kandang dapat
diberikan minimal jika telah ditunjang dengan pemakaian Bio P 2000 Z.
Waktu pemupukan terbaik adalah saat tanah agak basah (lembab) setelah hujan
dan waktu sore hari lebih baik dibanding pagi hari. Setelah pemupukan tanah tidak
banjir/kehujanan selama 2 hari. Cara pemupukan pupuk diletakkan di sebelah kiri atau
kanan batang dengan jarak 5 – 8 cm. Cara aplikasi pupuk terbaik adalah diletakkan dalam
lubang tugal dan di tutup tanah dibanding cara lain seperti sebaran. Keterlambatan
pemupukan dan pemupukan yang salah mengakibatkan tanaman mengalami stress.
Pemupukan lain yang dapat digunakan lewat daun yaitu berupa POC (pupuk
organik cair). Aplikasinya melalui daun yang sekaligus berfungsi sebagai nutrisi saat
aplikasi bersama Bio P 2000 Z. Pupuk ini dapat dipakai untuk penguat bunga dan buah
yang diaplikasikan pada saat pertumbuhan 13 – 21 HST dan 35 – 60 HST. Agar
diwaspadai penggunaan pupuk cair an-organik (PPC) dan ZPT/hormonal yang dikhawatir-
kan kontra/menghambat reaksi kerja Bio P 2000 Z, maka penggunaan POC harus simultan.

6. Penyulaman
Penyulaman dimaksudkan agar jumlah populasi tanaman ideal dapat dipertahankan
sehingga hasil optimalnya tercapai, mempercepat penutupan tanah sehingga dapat menekan
gulma yang tumbuh pada pertanaman yang terbuka. Penyulaman dari biji langsung
dilakukan pada umur 5-7 HST yaitu setelah tanaman tampak tumbuh semua supaya
selisih waktu tanam tersebut tidak terjadi perbedaan menyolok yang mengganggu panen
serentak. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan jenis benih/bibit dari varietas yang
sama. Cara penyulaman yang terbaik dilakukan dengan cara transplanting (pindah
tanam) dari tanaman yang seumur dari tanaman yang dipersiapkan di pinggir bedengan
untuk sulam. Saat penyulaman adalah pada umur tanaman 8 – 12 Hst dan waktunya sore
hari dengan mencabut tanaman berikut tanahnya agar akar tidak terluka, kemudian setelah
ditanam segera disiram air.

7. Penyiangan dan Pendangiran


Dilakukan untuk menekan populasi gulma sehingga tidak mengganggu tanaman.
Disamping itu, agar tanah menjadi gembur sehingga membantu pertumbuhan tanaman
dan akar tanaman. Pelaksanaan penyiangan I dilakukan pada saat periode kritis tanaman
biasanya dilakukan pada umur 2 - 3 minggu setelah tanam dan sebelum berbunga atau 5 -
9 minggu HST. Stelah penyiangan I, II segera pemupukan I, II dilakukan. Keterlambatan
penyiangan akan mengganggu pertumbuhan tanaman dan kegiatan tahap selanjutnya.
Penyiangan yang dilakukan bersamaan waktu pemupukan penting untuk membantu
perataan dan penutupan pupuk sehingga lebih efisien. Penyiangan yang dilakukan
sekaligus dengan pembubunan baik untuk merangsang akar lateral yang lebih banyak
dan tanaman lebih kuat/tegar. Segera setelah/bersamaan penyiangan dilakukan
penyemprotan Bio P 2000 Z, penambahan nutrisi pupuk daun untuk mempercepat Bio
Fabrikasi serta membantu penyerapan hara yang efektif.
8. Pengairan/Pengaturan Air Irigasi
Pengaturan air di areal pertanaman sangat penting untuk menjaga ketersediaan air
yang cukup agar tumbuh-kembang tanaman optimal dan mikroba unggul Bio P 2000 Z
bekerja dan berkembang dengan normal, maka pengaturan drainase lahan (saluran
drainase) diperlukan. Waktu kritis tanaman, air harus tersedia dan diperlukan pada saat:
pertumbuhan awal, fase vegetatif cepat dan saat pembungaan serta pengisian polong
sebagai periode kritis tanaman (12, 35, 45 dan 55 HST). Keterlambatan pengairan atau
kekurangan air mengakibatkan tanaman strees. Kekurangan air pada masa pertumbuhan
mengakibatkan tanaman stagnasi/berhenti tumbuh (kecil/kerdil pendek), pada masa akan
atau sedang berbunga menjadikan bunga rontok (gagal berbuah), dan pada masa pengisian
polong mengakibatkan panen lebih cepat dan biji kecil-kecil (under size). Keterlambatan
dan kesalahan irigasi pada tanaman akan menurunkan produksi 18% hingga 60 %.
Faktor yang mempengaruhi dalam irigasi teknis adalah: tipe dan jenis tanah, slope/
kemiringan lahan, iklim/cuaca setempat, hujan lokal yang terjadi, dan adanya sumber air
lain. Ada beberapa teknik irigasi dan keunggulanya yang umum diketahui aantara lain:
Irigasi dengan sistem irigasi alur (Furrow/Flood) memiliki efisiensi air dari 50 % - 90 %
tergantung slope lahan, cara sprinkle memiliki efisiensi 65% - 75%, cara mikro sprinkle (
75%-85%) dan cara penetesan (drip) memiliki efisiensi lebih dari 85 %. Pemilihan cara
irigasi ini disesuaikan dengan pertimbangan biaya, tenaga kerja, ketersediaan dan kualitas
sumber air, tipologi tanah dan topografi, kondisi lingkungan, peralatan yang tersedia dan
rencana irigasi dengan aplikasi pupuk. Penerapan sistem irigasi luapan/leb yang umum di
Indonesia mempersyaratkan lahan harus dilengkapi parit mikro (parit cacing), parit tertier,
parit utama dan saluran pembuangan sebagai saluran dalam lahan, kemudian dilengkapi
pompa yang memenuhi kebutuhan air sampai parit-parit lahan bedengan.
Pada daerah yang mengandalkan irigasi alam, faktor iklim/cuaca khususnya curah
hujan (dari data meteorologi) sebagai faktor penentu irigasi (ketersediaan air tanaman)
untuk dijadikan sumber acuan utama dalam menyusun waktu dan pola tanam komoditas di
tiap daerah sentra produksi. Data primer empirik spesifik lokasi khususnya yang berkaitan
dengan faktor air sangat penting sebagai acuan rencana waktu/musimtanam.
Jumlah air Irigasi yang harus di masukkan dalam lahan dengan cara irigasi alur (Furrow)
maupun leb (genangan) dihitung sebagai berikut:

Air yang diberikan (Qtu=m3/hari) = Ketebalan air di lahan (A=mtr x T) x Luas Lahan (A=
ha) x 10.000 : interval pemberian (T = hari)
Debit pengaliran (Qs = lt/dt/ha) = (Qtu/86.400) x (1/(1- kehilangan air di petakan dan di
saluran “L= %”)).

L (faktor kehilangan air) termasuk kehilangan air evapotranspirasi per tanaman (kedelai : 2,5 – 3 / 4 - 5
mm/hari dan jagung 2,8 – 3,4 mm/hr) sebagai kehilangan rutin. Sedangkan Penentuan L1 rembesan pada
irigasi cara alur untuk membasahi bedengan adalah dengan mengambil sampel tanah 1 meter persegi dan
dibasahi air (kapasitas lapang) sampai kedalaman kedap (30 – 40 cm) jenuh air dan didiamkan selama 0,5
jam, diketahui jumlah air yang diserap dan diikat tanah diperlukan sebagai faktor kehilangan/rembesan.

Prosentase kehilangan air di saluran (Lps)dapat dicari dengan formula:


Lps = ( debit awal Qa – debit akhir Qb)/debit awal Qa x 100%.
Pembuatan drainase menyesuaikan kondisi lahan (struktur tanah, kontur, dll.) dan
penerapan mekanisasi dan teknologi yang digunakan.

Model Mikro Drain/Irigasi sawah kering


Model drainase untuk daerah P.S./rawa
Design Irigasi dan drainase mikro menyesuaikan kondisi tanah dan hamparan

9. Pengendalian Hama dan Penyakit


Daerah yang baru dibuka pada awalnya/umum rawan terhadap ledakan hama/
penyakit tanaman seperti tikus, belalang, dan ulat serta babi hutan dan kera. Hama utama
di lahan baru adalah babi, tikus dan kera; dan yang perlu diwaspadai pada kedelai adalah
Penggerek polong, lalat bibit, penggulung daun dan kepik. Belalang kembara umumnya
menyerang setelah tanaman lain tidak ada seperti jagung, padi dan rumput-rumputan.
Sedangkan penyakit tanaman yang sering dijumpai adalah jamur karat (saat kelembaban
tinggi), meskipun jarang terjadi, namun perlu diwaspadai adanya serangan virus mosaik
yang disebarkan aphis. Serangan hama dapat menyebabkan kehilangan panen 30 % - 85%.
Fase kritis tanaman terhadap serangan hama yang utama adalah saat mulai tumbuh
6 – 15 Hst terutama oleh lalat bibit, belalang, burung atau jamur; saat berbunga 30 – 45
Hst oleh ulat tentara, ulat jengkal, grayak dan aphis (vektor virus); saat pengisian polong
45–55 Hst dan lanjut oleh ulat penggerek polong (Etiella sp), grayak, tentara dan kepik
polong. Serangan hama pada fase ini jika tidak dikendalikan dapat menurunkan produksi
secara fatal sehingga langkah preventif harus selalu diambil sebagai pilihan yang tepat
dan lebih baik. Meskipun tidak fatal, serangan ulat pada umur 19 – 30 hst adalah ulat
penggulung daun dan lalat penggerek pucuk perlu dikendalikan.
Pengendalian hama harus dilakukan secara dini, hati-hati dan mendapatkan
perhatian yang serius. Pengenalan gejala serangan sangat penting seperti mengenal musim
populasi tertinggi hama misal bulan Agustus–September, hujan disertai angin saat
panas/siang hari atau musim kering tidak ada hujan sama sekali untuk serangan hama pada
umumnya; bulan Oktober, Nopember dan Maret untuk lalat bibit; Langkah pengendalian
secara preventif adalah pilihan yang paling tepat seperti sanitasi lahan, pemusnahan
tanaman inang hama dan vektor penyakit, dan pemasangan perangkap seperti sex
pheramon, perangkap tikus; seed and soil treatment, dan pengaturan kultur teknis
penetrasi sinar untuk mencegah berkembangnya hama (aphis) dan hama lain yang
berkembang pada darah kelembaba tinggi dan gelap/teduh. Pengendalian dengan pestisida
sebagai pilihan jika ambang ekonomi dan populasi mulai mengganggu melalui hasil
monitoring lapangan yang intensif, harus dilakukan secara tepat dan hati-hati.
Pengendalian secara kimia ini dilakukan dengan prinsip pengendalian hama/penyakit
terpadu secara integral dan terkoordinasi yang dilakukan dengan gerakan serentak pada
wilayah/daerah serangan.
Penggunaan pestisida kimia harus memenuhi kriteria lima tepat: tepat sasaran hama,
tepat waktu dan fase kritis hama, tepat dosis, tepat aplikasi dan tepat harga. Untuk itu
pengendalian dengan racun kimia harus sesui jenis racun hama dan berganti-ganti agar
tidak terjadi resistensi. Pemilihan pestisida pada pengendalian kimiawi ini harus
memperhatikan keseimbangan ekologi dan keamanan mahluk lain serta kelestarian alam.
Keberhasilan dalam penerapan pengendalian hama terpadu dari monitoring sistem
pengendalian hama dan ketrampilan/kepekaan petugas/petani dalam mewaspadai tanda-
tanda alamiah dan gejala yang ditimbulkan dari adanya serangan di lapangan. Sistem
monitoring, identifikasi dan pengendalian hama dan penyakit terlampir dalam lampiran 2.

10. Panen dan Pembijian.


Panen dilakukan jika tanaman telah menunjukkan siap panen (atau 90 % polong
telah masak) di lapang. Pada tanaman kedelai tinggi > 90 cm sebelum panen tanaman
ditegakkan dan sekaligus mengkoyak daun yang tua agar gugur ke bawah untuk
mempercepat pengeringan. Alat panen dipilih dengan menggunakan sabit bergerigi atau
tajam agar tidak terjadi kehilangan yang berarti akibat rontok terkoyak. Jika panen
menggunakan mesin potong, tanaman harus tegak dan kering seragam. Waktu panen
dipilih saat cuaca terang, tidak hujan, baik pagi atau sore hari agar terjaga kualitasnya dan
tidak cepat rusak dalam penanganan pasca selanjutnya. Setelah pemotongan segera
brangkasan di jemur kering (brangkasan terbalik) dan dibijikan segera. Pembijian dapat
dilakukan dengan cara manual (dipukul) dengan syarat bahwa alas pembijian tidak keras
dan brangkas terjemut dengan kering. Penggunaan mesin perontok polong perlu
memperhatikan kekeringan polong dan pengaturan kecepatan putaran mesin. Jangan
menimbun hasil brangkasan terlalu lama atau lembab sebab biji dalam polong yang kering
dapat berkecambah dan menurunkan kualitas biji. Keterlambatan panen biji pecah di
lahan dan jika terkena hujan biji busuk atau penampilan rusak sehingga kualitas turun.
Akibat panen yang salah dapat terjadi kehilangan hasil sebesar 2 % sampai 10 %.
Untuk keperluan produksi benih, biji yang kering harus segera diseleksi/disortasi
agar memenuhi kriteria benih yaitu: normal tidak keriput, sehat/tidak cacat serta tidak
membawa penyakit atau berasal dari tanaman sehat. Biji yang telah bersih dan disortasi,
kemudian dikeringkan sehingga mencapai kadar air 10 % – 11%. Sortasiadalah untuk
memperoleh benih yang sehat dan berkualitas dengan ciri fisis: sebagai berikut: bentuk dan
fisik normal (tidak luka/terserang pengisap polong dan tidak hijau serta ukuran relatif
seragam); benih berwarna cerah (bening) mengkilap, calon radix (akar) tampak menonjol
bening dan tidak luka, hillum tampak tajam kuat dan bersih (tidak terinfeksi jamur bila
dilihat dg kaca pembesar), aroma benih tidak berbau tengik atau apeg (jawa), tidak berdebu
bila dituang dari kantong, bila di gigit langsung pecah (Kadar air = 9,5 – 11 %) dan bila
diberi air dingin kulit cepat mengembang diikuti dagingnya. Benih yang baik akan tumbuh
4 – 6 hari setelah ditanam.
Setelah benih disortasi segera di keringkan dengan suhu pengeringan tidak boleh
melebihi 60 oC. Jika dikeringkan dengan Sinar matahari, waktu pengeringan yang tepat
adalah pada jam 08.00 – 11.00 dan/atau 14.00 – 16.00 dan sering dibalik yang
dimaksudkan suhu saat penjemuran tidak terlalu tinggi yang dapat mematikan titik tumbuh.
Setelah dingin dari pengeringan segera dikemas dalam karung berlapis inner plastik kedap
udara agar tidak menyerap air kembali dari kelembaban udara di luar. Benih/biji kedelai
selanjutnya di beri label dan selalu di periksa daya tumbuhnya dan setiap bulannya 2 – 3
kali pengecekan. Benih harus disimpan dalam gudang yang kering dan beralaskan pallet
dipisahkan space untuk sirkulasi udara dengan tumpukan tidak lebih dari 5 karung dan
suhu ruang penyimpanan benih terkendali 18 oC serta gudang bebas dari hama gudang
seperti kumbang biji, tikus, rayap dll.
Gambar penataan benih daalam gudang penyimpanan benih sebagai berikut:

FASED PENERAPAN TEKNOLOGI BIO P 2000 Z PADA BUDIDAYA


TANAMAN KEDELAI umur 80 – 95 hari
UMUR TK/
(HST) HOK KEGIATAN KETERANGAN

-14 / Boron Manual/Mekanisasi, bedengan Lebar 2,5–3 m, tinggi


g Pengolahan tanah
-7 bedengan=20 - 25 cm, panjang menyesuaikan.
2 Semprot Herbisida Jika pada lahan baru dibuka atau jika diperlukan.
-7

-3 Aplikasi BIO P 2000 Z Dosis Bio P 2000 Z = 1 – 1,5 liter / ha


1
(Formula tanah)
Penanaman Jarak tanam 40 x 30 cm, 40x20 cm; 30x30 cm; 30x25 cm;
0–1 11 (sesuai varietas dipilih) Seed Treatment dg Rhizo Plus &Furadan/Regent/Marshal.

5–6 4 Penyulaman dan Dengan Benih atau dengan cabutan tanaman seumur.
pemurnian CVL
HPT : lalat bibit, ulat daun, trips, lanas jamur
6 - 15 1 Pengendalian HPT (1) Pengendalian : Decis 25 EC, Curacron 500 EC, Dursban 20
EC, Buldog dll; Anvil atau Dithane M-45 dll.
12 - 10 Penyiangan dan
penggemburan dan membumbun batang
13 pendangiran I
14 10
Pemupukan I 30 % dosis setempat (mis: N:P:K = 20kg :30kg: 12,5kg).
Aplikasi BIO P2000Z (a) Dosis Bio P 2000 Z = 0,5 - 1 liter / ha
15 1 (formula tanaman)
Pengendalian HPT (2) Ulat penggulung daun, aphis, lalat pucuk (racun kontak)

Aplikasi BIO P2000Z (b) Dosis Bio P 2000 Z = 0,5 - 1 liter / ha, bersama dengan
23 1 (formula tanaman) pengendalian hama
Pengendalian HPT (3) Ulat penggulung daun, aphis, lalat pucuk (racun kontak)
27 – 10 Pendangiran II penggemburan dan membumbun batang
28 8 Pemupukan II 50 % dosis setempat ( N:P:K = 30kg : 50kg : 30kg) Dosis
29
Bio P2000Z = 0,5-1 liter/ha (saat dan menjelang bunga)
Aplikasi Bio P2000Z (c)
Ulat grayak, ulat jengkal, penggerek bunga dan polong
1 Pengendalian HPT (4)
30 Pengendalian : Atabron, Matador, Larvin, Curacron, Sex
Pemurnian (bunga lain)
pheromon (6 – 8 perangkap per ha)

42 4 Pemupukan III 20 % dosis ( N:P:K=15kg :20kg :7,5kg); penyempurnaan


(Penyeimbang) pada tanaman yang ketinggalan tumbuh

Aplikasi BIO P2000Z (d) Dosis Bio P 2000 Z = 0,5 – 1 liter / ha, bersamaan dgn
43 1 Pengendalian HPT (5) pengendalian hama

Dosis Bio P 2000 Z = 0,5 – 1 liter / ha.


50 – 1 Aplikasi BIO P2000Z (e)
Hama: Ulat grayak, penggerek bunga dan polong,
55 Pengendalian HPT (6)
penghisap polong; (Insektisida : Atabron, Matador, Larvin,
Curacron, Sex pheromon (6 – 8 perangkap per ha))

60 1 Aplikasi BIO P2000Z (f) Dosis 0,5 – 1 liter / ha, masa pengisian buah.
Pengendalian HPT (7)
72 - Untuk kedelai Var. Genjah, perlu penggeringan yang baik
(Panen)
76 dg cara brangkasan, cara manual/mesin mekanis.
HPT : Hama pengisap dan penggerek polong, tikus
74 1 Pengendalian HPT
Insektisida: Dursban, Larvin, Bio pestisida, dll.
25
90 Panen dan Pembijian Varietas Slamet, Willis, dll; perlu selektif dan keseragaman
Catatan : Aplikasi Bio P 2000 Z sebaiknya dilakukan secara rutin tiap 5 – 10 hari sekali atau bersama pestisida non
fungisida/bakterisida; Penggunaan pestisida dilakukan jika serangan melampaui ambang ekonomi.
III. PENDAMPINGAN BUDIDAYA DAN SUPERVISI LAPANGAN

A. Pendampingan Lapangan
Salah satu upaya untuk memberdayakan petani melalui peningkatan kualitas SDM
dengan penerapan teknologi adalah pendampingan lapangan. Pendampingan teknologi
diperhitungkan sebagai profesional yang dihargai sebagai konsultan fee. Pendampingan
dapat dipandang sebagai:
1. Pemberdayaan petani yang efektif, melekat dan berkesinambungan dan berkeadilan.
2. Upaya percepatan transformasi teknologi untuk kemajuan pembangunan pertanian
komersial skala luas yang berbasis kekuatan teknologi.
3. Faktor management pendorong kinerja untuk mencapai produksi maksimal dan
pemakaian input yang efisien pada perusahaan pertanian yang melibatkan petani rakyat.
4. Upaya peningkatan pendapatan melalui pencapaian mutu dan hasil aktual di
lapangan.
5. Menciptakan dan multiplikasi tenaga ahli di lapangan yang profesional sebagai
penggerak pembangunan pertanian di daerah yang mampu menciptakan keunggulan
kompetitif produk lokal.
6. Sumber lapangan kerja yang luas dan produktif bagi para praktisi maupun
profesional dalam mendukung, menciptakan dan memanfaatkan SDA pertanian yang
kompetitif.
Sasaran utama pendampingan adalah untuk mengarahkan petani dapat mencapai
sasaran dan hasil sesuai kaidah teknologi standar yang diterapkan sehingga petani
memperoleh peningkatan pendapatan yang layak. Petani di Indonesia memiliki karakter
seperti keragaman pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan dengan latar
belakang sosial budaya bahkan pada masyarakat tertentu memiliki karakter sifat yang unik.
Jika akan diberdayakan sebagai kekuatan pembangunan pertanian dengan teknologi maju
dalam rangka modernisasi maka diperlukan adanya penyatuan pandangan, tujuan dan
sasaran serta peningkatan ketrampilan dan pengetahuan teknis agar standar dalam
pelaksanaan teknologinya. Pada kondisi masyarakat sedang berkembang atau tertinggal,
beragam tingkat pengetahuan dan ketrampilan serta awam teknologi dan informasi,
pendampingan penting dalam proses transformasi teknologi dan percepatan kemajuan
pertanian rakyat. Teknologi yang memiliki keunggulan komprehenship yang diperlukan.
Melalui pola management bertani dengan teknologi Bio P 2000 Z kaidah di
dalamnya untuk memberikan perubahan sikap dan pola fikir petani sehingga terpacu untuk
meningkatkan hasil, mencoba hal yang baru untuk mencapai kemajuan dan keberanian
mengambil resiko dengan dasar logika dan analisa yang benar. Petani pada umumnya
memerlukan contoh nyata untuk dilihat karena mereka hanya akan meniru dan paham.
Petani sebagai pengguna teknologi langsung perlu mengenal teknologi yang menyentuh
kebutuhan dan kepentingannya. Peningkatan hasil yang dapat dilihat secara nyata atas
karyanya itu, akan menimbulkan motivasi petani untuk memperdalam, menanam dan terus
memelihara. Meskipun pada awalnya petani kita perlu dimotivasi ekstra, namun setelah
melihat pengaruh teknologi sebagi bukti meski pada pertumbuhan awal ternyata mampu
memberikan perubahan sikap yang signifikan diharapkan. Keberhasilan Transformasi
teknologi dan pemberdayaan petani sangat besar peranannya terhadap kemajuan dan
pengembangan pertanian di Indonesia yang mengakar langsung ke petani sekala luas.
Pengenalan teknologi baru yang berhasil dapat diukur secara sepintas jika ada
motivasi petani untuk menggunakan dan memakai berkelanjutan, dan kaidah teknologi
dilaksanakan secara disiplin serta terjadinya perubahan karakter yang lebih baik.
Ketertarikan paling cepat jika petani mau menyediakan sebagian lahannya untuk sebagai
uji coba dan petani sanggup merawat secara intensif dan disiplin. Dalam hal ini para
pendamping teknis harus terus melakukan motivasi pada petani agar upaya petani dan
kaidah teknologi dilakukan secara tepat dan taat/disiplin sampai hasil maksimal dapat
dicapai dan dibuktikannya.
Pendamping teknis PT. Alam Lestari Maju Indonesia dalam melaksanakan tugas
di lapangan memiliki tugas pokok yaitu : (1) Sebagai Advisor/manager lapangan
penanggung jawab secara keseluruhan kegiatan di lapangan bagi para petani diwilayah
yang dibina, yaitu merencanakan, mengorganisir, mewujudkan dan mengontrol/
mengendalikan dalam proses pencapaian (pelaksanaan) dari semua sumber daya yang
tersedia di sekitarnya dalam mencapai sasaran; (2) Sebagai Transformator teknologi Bio P
2000 Z, yang bersangkutan harus mengenal produk/techno-knowledge dan paham
bagaimana cara aplikasi dan teknik pelaksanaan yang benar, menguasai permasalahan,
dapat menyederhanakan aplikasinya di petani sehingga menjadi mudah serta mampu
memberikan jalan keluar/pemecahan bagi masalah yang timbul yang berarti sebagai
konsultan langsung para user/petani; (3) Sebagai Promotor/marketer eksekutif di lapangan
yang memperkenalkan teknologi kepada masyarakat sekitar mengenai manfaat, dampak
dan hasil teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan serta membentu
mempercepat transformasi.

B. Kegiatan Pendampingan Teknis


Sebagai agent penunjang yang menentukan keberhasilan maka pendampingan
merupakan bagian dari kegiatan ekspert dan konsultansi yang dihargai sebagai konsultan
fee teknologi. Dalam kapasitas tersebut pendamping mengemban tugas sebagai ujung
tombak tepat terap teknologi yang telah menguasai permasalahan lapangan yang mungkin
terjadi. Dalam menunjang keberhasilan mengemban tugas di lapangan, pendampingan
teknis harus melaksanakan kegiatan :
1. Penyuluhan dan diskusi kelompok
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan sejak Tim Pendamping Teknis masuk ke
lokasi. Kegiatan ini dilaksanakan dengan melibatkan tokoh masyarakat dan petugas
yang ada dan petani/pelaksana di masing-masing daerah. Penyuluhan adalah untuk
meyakinkan dan membangkitkan percaya diri petani, memberikan motivasi positif,
transfer teknologi agar dipahamai dan diterima petani, memberikan solusi dalam
menyelesaikan masalah lapangan dan sekaligus sebagai “kontrol person” pelaksanaan
di tingkat lapangan. Implementasi penyuluhan pada dasarnya melalui 4 tahap yaitu :
a. Tahap I adalah sosialisasi, ditujukan kepada ketua dan perwakilan masing-masing
kelompok tani di tiap daerah sebagai tahapan pengenalan kepada para tokoh yang
berpengaruh. Pendamping mengenalkan diri, teknologi yang dibawakan, visi dan
misi yang akan dibangun bersama masyarakat, image, dan penjajagan sosial untuk
menentukan key person yang membantu di lapangan. Dengan demikian sudah kan
terbentuk pengaman sosial yang menyatu dalam masyarakat yang saling memiliki
untuk mereduksi benturan-benturan sosial yang menimbulkan biaya tinggi.
b. Tahap II adalah Introduksi dan Transformasi teknologi, di tujukan kepada semua
petani pelaksana/pengguna pada suatu/beberapa kelompok tani di tiap wilayah kerja.
Disini untuk menjelaskan kepada para petani pelaksana yang telah diseleksi untuk
mengikuti tahapan kegiatan produksi/budidaya dengan benar sesuai petunjuk
teknologi. Penyuluhan tahap ini dilakukan beberapa kali sesuai kebutuhan sampai
sehingga pemahaman dan aplikasinya dapat diterima dan petani termotivasi
melaksanakan secara utuh dan tahapan budidaya dilakukan dengan benar.
c. Tahap III adalah Implementasi, dikonsentrasikan pada pelaksanaan dan penerapan
teknologi dilapangan. Teknologi harus dapat dilaksanakan secara benar dan mudah
dengan memanfaatkan semua potensi yang dimiliki dan yang tersedia di lahan untuk
dapat menunjang sukses tumbuh kembang tanaman budidaya secara optimal-
maksimal. Dalam hal ini, secara Andragogi pendampingan terus memberikan
bimbingan teknologi, bersama petani memandu pembelajaran penggunaan teknologi
agar dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi di lapangan dengan
memanfaatkan potensi yang dimiliki dan ada disekelilingnya.
d. Tahap IV adalah Evaluasi, untuk mengetahui sejauh mana penerapan teknologi dan
teknik budidaya dilakukan secara benar dan membawa kemajuan budidaya dan
manfaat bagi pengguna/petani yang lebih baik. Evaluasi dilakukan secara bertahap
sebagai irama penyuluhan dan rutin bersama tahapan kegiatan guna mengetahui
tingkat keberhasilan penerapan teknologi/budidaya, meluruskan kembali
kekurangan/kesalahan yang telah terjadi dan mengeliminir terjadinya kesalahan
yang akan datang. Sistem evaluasi merupakan faktor penting dalam mencapai
keberhasilan usaha budidaya di lapangan sebagai fungsi dari pengendalian yang
melekat sekaligus sebagai laporan kemajuan lapangan (progress report) dan bahan
untuk perencanaan pengembangan teknologi dan budidaya ke depan.
Teknik penyuluhan yang efektif penting bagi pendamping untuk mensosialisasi agar
dapat diterima masyarakat, terjadi kedekatan batiniah dengan petani dan mendapatkan
dukungan moril positif yang menunjang keberhasilan kerja dan mencapai tujuan.
Adapun materi teknis yang harus diberikan meliputi pengenalan tanaman budidaya,
pengenalan teknologi, persiapan tanam yang benar, teknis budidaya dan aplikasi
teknologi Bio Perforasi dan motivasi - motivasi yang kondusif di lanjutkan dengan
diskusi. Sasaran akhirnya adalah terbukanya wawasan dan cara berfikir serta
kepercayaan yang mendalam, timbulnya keinginan untuk merubah cara lama dan
mengikuti cara baru yang benar serta terbangunnya tekad dan semangat bulat untuk taat
dan patuh yang dibuktikan dengan melaksanakan kaidah teknologi secara benar dan
ingin tahu yang lebih mendalam teknologi tersebut. Standar dan prosedur pelaksanaan
penyuluhan sebagaimana terlampir.

2. Praktek Langsung dan Demplot Percontohan di Lapangan


Kegiatan ini dilaksanakan agar petani mengerti dan dapat melaksanakan dengan
benar teknologi budidaaya tanaman. Metode yang digunakan adalah Andragogi
(lerning by doing) dengan melibatkan semua petani penggarap lahan yang bersangkutan
dan perwakilan dari kelompok hamparan langsung praktek di lahan pola PRA
(Partisipatory Rapid Assesment). Semua peserta dilatih cara-cara mempraktekan
langsung teknik-teknik budidaya kedelai di lahan yang akan ditanami, teknik aplikasi
teknologi Bio P 2000 Z yang benar sekaligus bersama praktek dan penyuluhan singkat
antara lain tentang:
a. Teknik seed treatment benih dengan Rhizo Plus (Rhizhobium sp)dan/atau pestisida
hama tanah dan bibit.
b. Teknik pengkulturan Bio P 2000 Z dan aplikasi yang tepat.
c. Teknik penanaman (penugalan, penanaman dan penyulaman).
d. Teknik pemeliharaan dan pengendalian hama dan penyakit.
e. Teknik panen dan pasca panen.
f. Pemurnian varietas di lahan melalui pencabutan CVL (Cemaran Var. Lain)
Disamping kegiatan praktek peragaan yang disampaikan dalam bentuk kelompok,
pendamping wajib melaksanakan praktek percontohan/Demplot yang dapat melibatkan
petani. Tanaman demplot dilaksanakan sebaiknya satu minggu sebelum petani atau
pelaksanaan umum dilakukan secara serempak. Pendamping dan petani harus berada di
lapangan untuk mengamankan pelaksanaan yang benar dan mengenal lebih dalam
masing-masing sehingga saling percaya dan konsisten untuk taat mengaplikasikan
teknologi standar sekaligus. Disamping itu tanaman demplot merupakan pembanding
dan sebagai kontrol terhadap hasil kerja petani di lapangan.

3. Kontrol dan Pemeriksaan Lapangan


Pendamping wajib memeriksa dan berkunjungan lapangan ke lahan para petani.
Bersamaan dengan itu pendamping teknis wajib bertanya, memberikan informasi,
masukan perbaikan budidaya, pemecahan masalah terhadap keganjilan yang ditemui
dan motivasi para petani untuk melaksanakan kegiatan budidaya dengan aplikasi Bio P
2000 Z secara sungguh - sungguh sesuai dengan paket teknologi yang dianjurkan. Tim
Pendamping teknis mendata dan menginventarisir berbagai permasalahan yang disertai
dengan bukti-bukti guna pemberian solusi pemecahan secara tertulis terhadap masalah
teknis maupun non teknis yang muncul di lapangan. Apabila permasalahannya tersebut
telah diidentifikasi dan diinventarisir, segera melakukan antisipasi dan diambil
tindakan-tindakan yang cepat, tepat dan tuntas. Jangan menunda atau menggantung
keputusan lapangan agar tidak menimbulkan kesulitan atau masalah yang lebih besar di
kemudian hari.
Kendala pengendalian di lapangan biasanya adalah: pertanaman yang tidak
serempak akan menyulitkan pendamping memberikan arahan yang terpadu.
Pertanaman yang lewat waktu tanam atau di luar musim (Off Season) beresiko
terhadap pengendalian air/kelembaban tanah (tergenang-kekeringan), ledakan hama
dan penyakit yang cukup dominan terus menyambung dan pemupukan terlambat
atau tidak tepat waktu menghambat pertumbuhan tanaman serta paket pestisida
terlambat datang dan kurang mencukupi pada musim yang bersangkutan. Pendamping
harus melakukan antisipasi masalah yang telah diprediksi sebelumnya sedini mungkin
dengan membuat berita acara/laporan yang resmi, mencegah (preventif) dan segera
melakukan penanganan masalah sekecil apapun tanpa menunda-nunda sehingga tidak
menjadikan permasalahan yang semakin menumpuk. Lahan tanam yang terpisah/pecah
dan tersebar serta banyaknya lahan-lahan yang disiapkan jauh tersembunyi berakibat
tidak efisiennya waktu dan tenaga kerja petani serta menyulitkan pengendalian di
tingkat lapangan.
Pendamping perlu berhati-hati dalam survey untuk memberikan rekomendasi
kelayakan lahan dan menentukan kawasan yang dibina dengan pertimbangan data-data
akurat serta menjalankan pendapingan lapangan. Konsekwensinya adalah: dalam
pemeriksaan lapangan harus dilakukan secara intensif, cermat dan akurat serta jujur
untuk memastikan kondisi pertumbuhan dan produksi tanaman yang berkelanjutan.
Disamping itu pendamping wajib melakukan kontrol tanamaan di areal binaannya dan
wajib melaporkan secepatnya untuk dapat diambil tindakan yang benar. Pengawas
pusat sewaktu-waktu melakukan inspeksi mendadak di lapangan untuk mengecek
kebenaran laporan lapangan yang di laporkan pendamping ke pusat sebagai tindak
lanjut intruksi/kebijakan perusahaan.
Melatih laporan rutin petani (langsung) kepada pendamping sangat penting
untuk mengevaluasi setiap tahapan pekerjaan di lapangan. Hal ini dimaksudkan untuk
pengawasan yang lebih akurat tiap satuan luas pertanaman dan mengantisipasi sedini
mungkin permasalahan yang sedang dan akan terjadi memperkecil resiko gagal maupun
produksi di bawah standar. Guna mempermudah pengawasan dan pemeriksaan,
pendamping harus dapat melatih petani memeriksa dan memberikan laporan yang jujur
tumbuh kembang tanamannya dan termasuk cara antisipasi masalah sehingga sistem
laporan berjalan lebih cepat dan antisipasi yang akurat. Untuk itu pendamping harus
selalu pro aktif melakukan pembinaan dan motivasi melalui penyuluhan rutin dan
momental.
4. Konsultansi Petani Langsung
Pendamping adalah seorang yang ahli dibidang budidaya dan alih teknologi yang
harus dapat di alihkan ke petani. Konsultan petani merupakan wujud layanan ahli,
pembinaan dan pemberdayaan yang penting untuk motivasi dan memunculkan potensi
kemampuan dari diri petani. Mengingat yang dihadapi adalah petani, maka
pendamping harus mampu mensejajarkan diri dengan petani yang berpengalaman dan
membawa pola fikir petani yang terbatas ke dalam pola teknologi yang diinginkan.
Pendamping bertindak sebagai konsultan secara langsung di lapangan bagi
petani/kelompok kerja berarti pendamping harus dapat memberikan saran,
pertimbangan, masukan dan solusi yang membangun atas kesulitan-kesulitan petani
untuk dapat menerapkan teknologi utama dan sebagian permasalahan yang terkait.
Sebagai seorang konsultan pendamping memiliki wawasan yang luas, berpengalaman
dalam bidangnya, mampu menganalisis keadaan dan permasalahan yang dihadapi
(kritis), mampu berfikir mencari berbagai alternatif solusinya dan berjiwa melayani
dan supel bisa membaur dan membawa petani dalam alut fikir dan pembicaraan tingkat
petani awam.
5. Sistem Pelaporan Lapangan
Pelaporan merupakan apresiasi dari kegiatan teknis yang dilakukan di lapangan.
Laporan lapangan sebagai kontrol proyek dan sebagai dasar pengambilan keputusan
yang menyangkut pembiayaan dan keputusan strategis lain. Pelaporan bagi para
pendamping lapangan berupa pelaporan tertulis sebagai bukti administratif dan
kedisiplinan pendamping dalam menjalankan tugasnya (yaitu sebagai pendamping,
transformator teknologi dan promotor teknologi). Laporan lapangan diberikan kepada
atasan langsung yang bersangkutan untuk sebagai bahan laporan, pejelasan dan
informasi lebih lanjut. Laporan ini diketahui oleh petugas yang terkait di lapangan.
Laporan lapangan terdiri dari: Laporan Harian, Laporan Mingguan, Laporan
Bulanan dan Laporran akhir kegiatan. Laporan lapangan berisikan progress
perkembangan budidaya di wilayah kerja, kondisi pertumbuhan standar tanaman,
kejadian-kejadian penting lapangan dan pekerjaan rutin para pendamping lapangan
untuk menilai/parameter dan sebagai bahan evaluasi kerja dan tingkat keberhasilan
budidaya di lapangan. Laporan lapangan wajib dilengkapi dokumen dan bukti-bukti
yang sahih dari kejadian riil di lapangan seperti foto dan disusun secara sistematis dan
rapih sesuai format yang sah. Dalam rangka profesionalisasi perusahaan, sistem
pelaporan laporan yang cepet, efisien dan terbuka digunakan sistem internet yang dapat
dijangkau di wilayah kerja proyek. Sistem ini penting untuk membantu kinerja para
pendamping lapangan dan sebagai misi perusahaan memberikan layanan informasi
teknologi dan produk kepada masyarakat luas. Laporan yang lengkap dan harus diisi
oleh para pendamping lapangan secara terinci dalam lampiran.
IV. POLA KERJASAMA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI
KONSEP TEKNOLOGI BIO P 2000 Z

Pembangunan pertanian berbasis Agribisnis pangan rakyat di Indonesia perlu


mendapatkan perhatian serius. Indonesia sebagai negara agraris, pada kenyataanya terus
mengimpor bahan pangan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Sedangkan produksi
pangan nasional seperti kedelai justru terus menurun tidak sebanding dengan kebutuhan-
nya yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk, kegagalan panen akibat
bencana alam, semakin sempitnya lahan pertanian produktif di pulau jawa serta dan
rendahnya produktivitas pertanian. Dilain sisi pertanian/petani kita selalu mengandalkan
teknologi konvensional yang rendah efisiensinya dan biaya tinggi serta stagnan
produktivitas menjadi fenomena kekawatiran krisis pangan Indonesia masa depan.
Fenomena di atas sebagaimana data produksi dan impor kedelai berikut:

TAHUN PRODUKSI IMPOR NILAI IMPOR


KEDELAI (ton) (Ton) (U$D. 1.000)
1996 1.517.181 746.328 251.655
1997 1.356.891 471.060 160.599
1998 1.305640 343.144 98.693
1999 1.382.848 1.301.755 301.688
2000 1.046.138 1.500.000 321.555
2001 960.000 2.000.000 830.000

Belajar dari kekurangan dan kelemahan di masa lalu dalam upaya-upaya mencukupi
kebutuhan pangan nasional seperti proyek pembukaan lahan pertanian sejuta hektar gambut
di Kalimantan Tengah, sosialisasi dan implementasi BIMAS, INSUS, SUPRA INSUS;
monopoli distribusi dan perdagangan pangan malah menjadi “bumerang” bagi kemajuan
pertanian pangan di Indonesia. Kebijakan Impor pangan yang bebas justru menonjol;
berbagai alasan untuk merealisasikan impor malah membuat petani semakin terpuruk
dalam ketidak berdayaan atas sistem pembangunan pertanian kita seperti hasil panen yang
rendah tidak sebanding dengan biaya produksinya akibat over suplai pangan dari impor,
sedangkan harga input pupuk dan obat-obatan terus melambung. Hal ini menjadikan
bertani pangan tidak menarik lagi bagi petani dan memilih profesi lain di luar pertanian.
Ada mata rantai yang putus untuk membebaskan petani dari trauma kebijakan
pertanian di atas yang berakibat seperti gagalnya program KUT yang tidak memberikan
manfaat berkelanjutan dan kebijakan pertanian yang tidak mengakar, isu ketahanan dan
keamanan pangan yang kurang realistis pada tingkat kebutuhan pokok petani. Petani
cenderung “dijual” untuk melegitimasi sistem yang salah tersebut. Seharusnyalah dibangun
kembali kerangka pembangunan pertanian berkerakyatan dan berorientasi kesejahteraan
yang merata. Mata rantai yang hilang tersebut adalah teknologi yang benar mendasar
yang harus diberikan pada petani dan kembalinya moral peduli menempatkan kepentingan
rakyat, bangsa dan negara atas rasa nasionalisme untuk melindungi, mencintai dan
memperbaiki produksi pangan lokal yang terus dikembang-majukan.
Teknologi merupakan “nadi dan penggerak” pembangunan pertanian. Meski
banyak prototipe teknologi telah di kembangkan seperti berbagai pemuliaan varietas dan
berbagai pupuk pendukung tetapi implementasinya masih sepotong-sepotong dan masih
jauh untuk memberikan hasil riil pada kemajuan yang diharapkan. Berbagai alasan untuk
mendiskreditkan masyarakat petani bermuara pada sangat kurangnya pemberdayaan
petani dengan teknologi maju yang dapat diimplementasikan secara massal sehingga
efisiensi dan produksi nasional selalu rendah dan tidak mampu bersaing dengan impor.
Sebagai gambaran teknologi petani kita dengan teknologi di negara barat: teknologi
cangkul petani butuh waktu 40 hari per hektar tidak sebanding dengan teknologi
mekanisasi bajak-garu hero/buldouser 1(satu) hari per 15 hektar untuk mengolah tanah;
teknologi tanam dengan tongkat 12 hari per hektar tidak sebanding dengan teknologi
planter machine 1(satu) hari per 20 hektar; teknologi tebang-bakar-tanam tidak sebanding
dengan teknologi pertanian modern intensif.
Untuk dapat mengejar ketinggalan tersebut perlu adanya “revolusi” bagi pertanian
di Indonesia yang berdasar kepada teknologi maju ramah lingkungan yang mampu
melakukan loncatan produksi dengan didukung mekanisasi modern yang memadai. Hal
ini berarti diperlukan kebijakan pemberdayaan petani yang berbasis teknologi, bioteknologi
dan mekanisasi. Pemerintah perlu keberpihakan kepada petani dan pelaku produksi
pertanian pangan. Melalui kebijakan seperti memberikan kemudahan mendapatkan subsidi
teknologi, bantuan permesinan dan fasilitas penunjang budidaya (seperti infrastruktur
untuk pertanian, kredit input produksi) dan perlindungan pasar serta kebijakan impor
terbatas sebagai upaya menciptakan iklim yang kondusif untuk menggairahkan pertanian
pangan. Upaya ini diperlukan keseriusan dan kerja keras para pelaku pembangunan
pertanian untuk mencapai target kemajuan pertanian dan produksi yang berkelanjutan.
Tentunya dengan memilih teknologi yang benar tidak ada alasan tidak tersedia lahan
untuk menunjang pertanian pangan, mengingat dengan memanfaatkan keunggulan
hayati/bioteknologi seperti Teknologi Bio Perforasi (Bio P 2000 Z) potensi lahan Gambut,
lahan rawa, lahan pasir dan lahan marginal lain dapat dijadikan lahan pertanian yang
produktif. Untuk membangun pertanian berpola agribisnis pangan dibutuhkan pola/sistem
yang menjamin pemberdayaan dan percepatan modernisasi pertanian. Pola pemberdayaan
yang berbasis pada pengembangan pusat produksi dan petani digambarkan sebagai berikut:
PT. Alam Lestari Maju Indonesia telah berperan serta dalam pemberdayaan petani melalui
implementasi penemuan Agro-Bioteknologi Bio P 2000 Z dan pengembangan komoditi pangan
berbasis kedelai lokal sebagai sumbang sih terhadap pembangunan pertanian pangan di Indonesia.
Penerapan teknologi ini mampu mengangkat produktivitas kedelai menjadi 200% – 300%, berarti
akan menyumbangkan pendapatan yang layak bagi petani. Disamping teknologi budidaya, pupuk
hayati/organik dan investasi, PT. Alam lestrai Maju Indonesia memfasilitasi petani dengan
teknologi unggulan yang ditransformasi melalui layanan ahli yang disertakan dalam sistem
pendampingan lapang untuk pemberdayaan. Wujud peran serta ini untuk memacu produksi massal
kedelai yang akan mengurangi impor. Melalui pola perkebunan maupun kerjasama kemitraan
baik bersama petani, pemilik lahan, pemerintah dan optimalisasi pemanfaatan lahan hutan tanaman
industri sebagai cadangan pangan dan bersama swasta yang bergerak dalam industri pangan dijalin
para pelaku melalui kerjasama yang saling menguntungkan.
Pola kerjasama yang dikembangkan berdasarkan analisa usaha tani komersial yang
saling menguntungkan dan melindungi pihak-pihak yang terlibat/berperan. Ada beberapa
pola kerjasama yang dilakukan berdasarkan keterlibatan dan peran serta dengan
pembangian hasil yang proporsional antara lain:

1. Pola kerjasama dengan petani/koperasi yang difasilitasi langsung oleh Bank


Petani dengan ststus lahan dan minat bekerja sama menyampaikan sah bukti
kepemilikan lahan yang akan ditanami dengan kedelai bersedia bekerjasama dengan
dibuktikan surat perjanjian dengan perusahaan sebagai jaminan kesanggupan kerja di atas
lahan miliknya dan bersedia mentaati teknologi yang diberikan. Perusahaan menjamin
kepastian usaha kerjasama bersama petani dengan kepastian teknologi, input, management
dan pendampingan serta memastikan sampainya dana kredit bank pada petani; Perusahaan
dapat menjadi avalis kepada Bank dengan jaminan surat bukti kerjasama yang sah dan/atau
legal kepemilikan lahan serta jaminan asuransi pertaniannya. Pembagian atas hasil
kerjasama dituangkan secara transparan dan jelas. Pola ini digambarkan sebagai berikut:
POLA KERJASAMA PERUSAHAAN dengan PETANI/KELOMPOK TANI LANGSUNG

BANK/PER Biaya garap (olah - tanam – Panen)


SON
LAHAN USAHA
PT. ALAM LESTARI INPUT KEMITRAAN Tenaga PETANI
MAJU INDONESIA (KOPERASI
JAKARTA- PENGEMBAN
Pendamping Perawatan
PROD.)
INDONESIA &Teknologi GAN
(KELOMPOK

HASIL
40 % PANEN 60 %
STRUKTUR DISTRIBUSI PEMBAGIAN HASIL USAHA TANI
Contoh
DANAB TOTAL BIAYA INVEST.
ANK Rp. 3.036.500
Bridging

Rp. 1.521.500 Bentuk Natura JAMINAN HIDUP Rp. 100.000


INPUT Rp. (UPAH
1.230.000TENAGA
(SARANA PRODUKSI) KERJA) MANAGEMENT
1.Pengolahan Tanah dan Layanan Ahli
1.Benih kedelai 2.Penanaman & Sulam
1. Survey dan pemeriksa
2.Pupuk Hayati Utama 3.Pemupukan
2. Pendampingan
Bio P 2000 Z 4.Penyiangan/dangir
3. Sistem Produksi
3.Pupuk Pelengkap 5.Penyemprotan
4. Pelaporan dan kontrol
4.Obat hama & Penyakit 6.Pemanenan/Pembijian
5.Pembinaan& Penylh.
5.Peralatan Aplikasi 6. Konsultansi Petani
Petani 1.Nilai Lahan ; dan 7. Mandor, Adm,pembt.
+ Rp.
2.Sortasi benih jika200.000
utk
sumber benih.
Bentuk Nominal

Bentuk Nominal
dikembalikan
Dikembalikan TOTAL HASIL PANEN dikembalikan
Rp. 7.200.000 Konsultan Fee dan
diberikan Management 10 %
Rp. 720.000
Bagi Hasil
PETANI 60 % 40 % PT. ALAMI
KEUNTUNGAN PANEN
Rp. Rp.1.377.4
2.066.10 Rp. 3.443.500
0 00
Total Pendapatan: Total Pendapatan:
Rp. 2.066.100+ Rp. 1.430.000 Rp. 1.377.400 + Rp. 720.000
= Rp. 3.496.100 = Rp. 2.097.400

2. Pola Kerjasama Antar Perusahaan Swasta dan Koperasi

Pola kerjasama ini adalah mutualistik sebagai model penggabungan missi yang
sama untuk mengoptimalkan cor bisnis masing-masing sebagai gabungan usaha yang
berbentuk konsorsium yang terdiri dari kekuatan Perusahaan teknologi dan budidaya,
Perusahaan penyedia lahan dengan status jelas dan pengolahan mekanisasi modern dan
penyediaan dan pemberdayaan tenaga kerja/SDM serta jaring pengaman sosial
kemasyarakatan. Pola ini budidaya model ini ideal untuk tujuan produksi kedelai/pangan
yang berkelanjutan yaitu dengan “Tumpang-Gilir” antara tanaman perkebunan/Hutan
Tanaman Industri dengan kedelai. Hutan Industri yang memiliki siklus tebang-olah- tanam
secara rutin dan pasti, sedangkan tenggang waktu antara tebang dan tanam baru tanaman
pokok terdapat waktu yang cukup antara 1 - 2 tahun.
Waktu tanam-panen kedelai hanya 3-4 bulan, yang berarti 2 – 4 kali penanaman
kedelai untuk mengisi waktu senggang di atas. Pemanfatan waktu senggang 2-3 kali tanam
kedelai tersebut besar pengaruhnya terhadap tanaman pokok hutan/perkebunan, sebab
kedelai adalah tanaman kacang-kacangan penyubur tanah yang berfungsi ganda yaitu
sebagai tanaman pangan yang bernilai ekonomis, cover crop, memperbaiki kesuburan
tanah baik melalui pemupukan maupun bahan organik dan fiksasi hara juga lahan menjadi
bersih dari gulma yang menghemat biaya penebasan rutinnya. Berarti hanya dengan
memanfaatkan pengolahan tanah untuk replanting tanaman pokok hutan/kebun, sebelum
tanaman besar dari tumpang gilir ini, justru memperbaiki kesuburan dan kualitas tanaman
pokok seperti Akasia, Sawit, Jeruk, Albasia dan tanaman industri lain yang dihasilkan;
adalah keuntungan pemilik lahan/kebun. Sedangkan menerapkan teknologi Bio P 2000 Z
menjadikan tanah dan tanaman lebih produktif yang berarti hutan/perkebunan dapat
menjadi penyangga pangan produktif dan penyedia lapangan kerja masyarakat sekitar
untuk merubah kebiasaan berladang/penebang kayu menjadi petani modern. Dengan
terbukanya pekerjaan rutin yang produktif dan berkesinambungan tersebut secara langsung
akan mengangkat pendapatan/ kesejahteraan masyarakat yang merupakan pengaman
kesenjangan sosial yang menyebabkan penjarahan dan lain-lain. Oleh karena itu, pola ini
dapat dijadikan sebagai “Pola Hutan Cadangan Pangan” atau “Pola Perkebunan
Cadangan/lumbung Pangan” yang berkelanjutan.
Pengelolaan kerjasama pada pola ini lebih aman mengingat adanya kepastian
teknologi berikut pendampingannya (oleh perusahaan teknologi dan budidaya), lahan dan
mekanisasi modern (oleh perusahaan perkebunan/hutan) dan tenaga kerja trampil
(diwadahi oleh koperasi) untuk menjamin kepastian produksi dan kontrak pengambilan
hasil oleh industri pangan maupun koperasi yang melayani langsung konsumen (oleh Induk
Koperasi) sebagai kepastian pasar. Pengamanan lebih lanjut adalah adanya asuransi dan
perbankan (mendukung pembiayaan) merupakan trobosan nyata turut mendukung
pembangunan pertanian pangan produktif dalam menyediakan pangan pangan Nasional.
Pola pengembangan kerjasama ini digambarkan sebagai berikut :

SKEMA POLA KERJASAMA KELEMBAGAAN PENGEMBANGAN KEDELAI

PENDANAAN
Bank, Investor, Program
PT. Koperasi (IKKU, INKOPTI,dll)
ALAMI &
PERHUTAN Pendanaan
I/PTP
ACCOUNT BERSAMA INKOPTI/
PT.
Mitr PT. ALAMI dan
Bibit/Benih KOBAMA
MHP//KMP
a Koperasi/Investor
Teknologi
H Pasa PT.
Pupuk & Obat r ALAMI /PT.
KOMADEH
ALSINTAN ASI
UT
Pasca PanenModal
KELTAN,
Kerja
dll.
Management/ Kontrak
ASURANSI Layanan Ahli pembeli
ASPAN, dll an hasil
LAHAN BUDIDAYA:
PERHUTANI / P TP panen
PT. M H P
LHN. GAMBUT,dll
Jaminan
gagal/risk
3. Pola program pangan Nasional bersama pemerintah dan/atau assosiasi

Strategi mendasar memacu dan memaksimalkan produksi pangan untuk memenuhi


kecukupan pangan Nasional termasuk kedelai dapat ditempuh melalui: a. Kawasan
produksi pangan andalan melalui program optimalisasi daerah-daerah pertanian ber-irigasi
teknis dan menciptakan/membuka pencetakan daerah potensi pertanian menjadi kawasan
industri pertanian pangan di luar Jawa; b. Program pembentukan kantong-kantong
potensial cadangan pangan lokal pada lahan kering/tadah hujan melalui pemanfaatan lahan
tidur dan pemanfaatan tanaman penyela atau tumpang sari atau tumpang gilir pangan pada
tanaman perkebunan dan Hutan Tanaman Industri.
Optimalisasi pemanfaatan daerah kawasan ber-irrigasi teknis di Pulau Jawa yang
berjumlah ratusan ribu hektar melalui maksimasi pola tanam intensif dengan pengaturan air
irigasinya seperti tanam kedelai sebagai tanaman pergiliran di musim kemarau dengan
penerapan teknologi organik produksi tinggi. Hal ini mengingat pada musim kemarau baru
sebagian kecil air irigasi dan lahan pertanian (sawah)dimanfaatkan untuk tanaman palawija
beririgasi seperti kedelai. Waduk Kedung Ombo sebagai contoh kasus di Jateng yang
mampu mengairi ± 50.000 ha lahan pada musim kemarau, tetapi untuk pertanian hanya
dimanfaatkan ± 5% - 10% saja, bahkan banyak air yang terbuang ke saluran pembuangan
mengingat tidak ada pertanaman palawija yang mendukung. Jika program kedelai dengan
teknologi organik Bio P 2000 Z untuk musim kemarau tentu air irigasi dapat dimanfaatkan
sampai 80 %; dan dari daerah irigasi tersebut dapat mendukung produksi kedelai ±
100.000 ton/musim serta kesuburan lahan pada musim tanam berikutnya untuk padi akan
lebih baik.
Membuka dan mencetak daerah industri pertanian pangan di luar pulau Jawa
melalui pengembangan lahan pertanian potensialnya adalah solusi kecukupan pangan di
daerah menunjang dan mendukung tonomi dan ketahanan pangan nasional. Langkah ini
dapat ditempuh melalui pembangunan infrastruktur pertanian, memberikan kemudahan dan
kebijakan yang kondusif bagi masuknya investasi swasta yang bergerak dibidang produksi
pangan serta memberikan rangsangan kepada petaninya untuk bertani komersial intensif
membangun pertanian modern di kawasan tersebut. Dengan demikian mengundang minat
para pelaku produksi menjadikan daerah tersebut sebagai pusat industri pangan produktif
dan pusat pertumbuhan ekonomi baru yang berbasis pertanian di daerah luar Jawa.
Wilayah pertanian pangan potensial di Indonesia tersebut meliputi: daerah rawa
kering/irigasi di Sumatera, daerah Gambut pasang surut/tadah hujan di Kalimantan, daerah
landai tadah hujan non padi (untuk palawija kedelai dan jagung) di Nusa Tenggara daerah
persawahan dan lahan kering di Irian Jaya. Lahan-lahan pertanian ini jika diberdayakan
dengan teknologi yang tepat dan dikelola dengan baik adalah penyedia daerah pangan yang
jutaan hektar luasnya, cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan Nasional bahkan surplus.
Pembentukan kantong-kantong pangan lokal melalui pemberdayaaan lahan tidur
non irigasi di pulau Jawa dan daerah-daerah perkebunan dan Hutan Tanaman Industri yang
aktif melakukan budidaya tebang-tanam rutin yang memiliki kelayakan lahan untuk kedelai
dan palawija jika diberdayakan merupakan sumber lapangan kerja/penghasilan lain bagi
penduduk setempat sekaligus potensi cadangan pangan (daerah stock aktif) di daerah.
Pendampingan, teknologi dan perencanaan waktu tanam yang tepat meskipun hanya 1
sampai 2 kali tanam pertahun akan sangat menentukan keberhasilan mencapai sasaran.
Pola Agribisnis di dalam hal ini pola optimalisasi dan pemberdayaan mutualistik yang
melibatkkan: perusahaan pemilik lahan, perusahaan budidaya dan teknologi pangan dan
petani berikut kelembagaannya.
Terdapat 30 – 50 juta hektar lahan kering di Indonesia yang dapat dimanfaatkan
untuk lahan cadangan pangan. Meskipun pola pertanaman tidak semaksimal lahan
irigasi,dari luasan tersebut diperkirakan secara potensial masih mampu menyumbangkan
20% – 35% luasan untuk produksi tanaman pangan (kedelai/palawija). Lahan tersebut
antara lain perkebunan tembakau, perkebunan tebu, replanting perkebunan Sawit,
replanting Hutan Tanaman Industri dll. Program gerakan pertanian pangan teknologi dan
pendampingan untuk mendukung pemerintah memacu produksi pangan/kedelai sebagai
program Pangan berskala Nasional.
Pembangunan pertanian pangan akan dapat direalisasikan jika ada kertlibatan secara
serius para pelaku budidaya (petani/perusahaan), teknologi dan pemberdayaan, pasar dan
para pelaku lain melalui cara kerja profesional yang terkoordinir dalam suatu
lembaga/badan (Assosiasi) dan pemerintah memfasilitasi dan memberikan iklim
kemudahan yang kondusif. Hal ini diperlukan para pelaku tersebut menangani mulai dari
perencanaan, sosialisasi, persiapan-pelaksanaan, pembinaan dan pemberdayaan serta
evaluasi/pengendalian. Perusahan-perusahaan Nasional pupuk, teknologi, mekanisasi dan
pencetakan lahan harus yang benar-benar konsent pada bidangnya untuk mencapai target
dan sasaran kerja. Dalam hal ini perlu peran konsorsium atau assosiasi sebagai pihak yang
dapat mewadahi dan diterima oleh semua kalangan dan bersifat netral yang dapat
bertanggung jawab dalam pelaksanaan kerja sebagai mitra pemerintah.
Sasarannya adalah memberdayakan petani melalui pembangunan ekonomi pertanian
secara makro yang berbasis teknologi agar dapat bersaing dan memiliki manfaat nyata
dalam mengangkat pendapatan petani dan kemajuan pertanian rangka untuk memenuhi
kebutuhan pangan rakyat melalui optimalisasi pemanfaatan sumber daya lokal. Program
yang dibangun dapat dijalankan dapat melalui program kegiatan teknis pembinaan dari
Departemen (skala pilot project/perintis) maupun program pengembangan sentra
produksi pangan yang berorientasi pasar dan “New Economic Development” penanganan
pembangunan pertanian sekala besar seperti mengaktifkan kembali pencetakan dan
pembukaan lahan pertanian baru lahan gambut dan rawa, alih fungsi lahan hutan/lahan
tidur dan intensifikasi lahan pertanian, padat karya produktif pengungsi untuk pertaanian
dan lain lain.
Pola kerjasama optimalisasi lahan pertanian intensif, lahan irigasi dan lahan-lahan
pertanian andalan melalui pemberdayaan dan pembinaan petani dan implementasi
teknologi tepat daya di kawasan produksi pertanian andalan sebaiknya dimulai dengan
percontohan/pilot project/proyek perintis sekala luas menengah yang difasilitasi oleh
pemerintah sebagai pembuka jalan. Pola kerjasama tersebut digambarkan dalam skema
sebagai berikut:

a. Pola Program Pemberdayaan/Intensifikasi/Pilot Project


PROGRAM
Pelaporan
PERTANIAN
Pola Pemberdayaan Pengawa
Kontrak Masyarakat saan
Kerja dan program padat
PT. ALAMI karyaPendanaan, Pembinaan
& &Pengawasan
Konsorsiu PILOT PROJECT PASAR
Bibit/Benih
m Pupuk Mitr Pemberdayaan &
Teknologi
Input a Usaha Produktif AGRO
Pupuk & Obat Pasa
Mekanisasi Pendampin ALSINTAN INDUSTRI
r
gan,
Alih
Pasca
Teknologi PanenDik.Pelatihan
Layanan Modal Kerja
Ahli Management/ Kontrak
EVALUASI & PENGEMBANGAN pembeli
Layanan Ahli
PELAPORAN DAERAH an hasil
INTENSIFIKASI panen
PENGKARYAAN
KAWASAN ANDALAN
Feed PT. M H P
Back LHN. GAMBUT,dll

b. Program Pembangunan dan Pencetakan Lumbung Pangan Nasional

Pola ini sebagai wujud komitmen nasional membangun ekonomi yang berbasis pada
ketahanan pangan nasional. Kemampuan pemerintah untuk memfasilitasi pembangunan
ini sangat urgent seperti adanya kemudahan para pelaku agribisnis pangan dan khususnya
yang benar-benar malakukan budidaya (terutama petani) untuk mendapatkan kemudahan
kredit modal kerja, subsidi teknologi, pendampingan/pemberdayaan dan input produksi
serta perlindungan/bantuan pemasaran terhasil produk. Hal ini akan menarik para pelaku
budidaya untuk menekuni bisnis produksi pangan, sehingga akan berdampak produksi
terpacu, kecukupan gizi dan pangan masyarakat serta adanya perlindungan produksi dalam
negeri.
Assosiasi Kedelai sebagai lembaga profesi nasional harus dapat menyumbangkan
peran dalam mengimplementasikan programnya yang mendukung terciptanya iklim
agribisnis dan usaha produktif pangan untuk membantu pemerintah dalam mencapai
pembangunan pertanian kedelai/pangannya. Assosiasi berperan aktif menjadi pelaku
pembangunan yang dipercayakan oleh pemerintah maupun lembaga pembiayaan dan
sebagai penanggung jawab pelaksana program produksi dan pemenuhan kedelai kedelai
maupun swasembada. Dengan demikian Assosiasi perlu didukung oleh pemerintah sebagai
lembaga yang mewadahi para pelaku agribisnis untuk melindungi petani dan menjaga
kestabilan produksi dan cadangan kedelai Nasional. Oleh karena itu assosiasi kedelai harus
menjadi mitra yang baik pemerintah dan memiliki tanggung jawab dalam pembangunan
pertanian pangan untuk memenuhi kebutuhan kedelai Nasional. Mekanisme kerja
pembangunan pertanian pangan para pelaku bersama Assosiasi dan pemerintah
digambarkan sebagi berikut:

Program pembangunan produksi dan lumbung pangan Nasional

Rekomendasi/Menjamin
MODAL/PEMBIAYAAN
LOAN PERTANIAN, KREDIT 1.000.000 Hektar PROGRAM
IMPOR, KREDIT BANK, dll PANGAN
PERTIMBANGAN/
SASARAN
DATA TEKNOLOGI Komoditi Bersaing
ASSOSIASI BANK Pendampingan Pusat pertumb.
KEDELAI
INDUK Perencanaan Ekonom
KOPERASI
INFORMA Teknis, SDM Pengembangan
PERSH kawasan
BUDIDAYA
SI dan obat
AHLI/PAKA Asuransi Pembang. Daerah
IMPORTIR
EKSPORTIR R Mekanisasi Baru
PERGUDANG Penyd. Lapangan
Kerja
AN PROGRAM PEMBANG.
PENGOLAHA Kesejahteraan
PERTANIAN PANGAN
N Masykt.
Pencetakan dan
LSM Dll.
Bibit/Benih
pembukaan kawasan
PERTANIAN PEMERINTAH
Teknologi
Produksi Pangan
PASAR PUSAT & DAERAH
KONSORSIU Pupuk & Obat
M ALSINTAN Sediakan Pembia
Pasca yaan
Pupuk dan obat Infrastruktur
Asuransi&Ban PanenDik.Pelatihan
dan fasilitator
k Modal Kerja
serta
Alat Management/
Layanan Ahli Regulator yang
Mekanisasi kondusif
Infrastruktur Investm
PETANI / NAKER
ent
LEMBAGA PENGEMBANGAN KAWASAN
INFORMAL PRODUKSI ANDALAN (SENTRA
INDUSTRI PANGAN) S
PENGGERAK W
INDUSTRI PRODUKSI/BUDIDAYA
KONOMI A
INDUSTRI PENGELOLAAN HASIL
MASYARAKAT PEMBUKAAN LAHAN GAMBUT DAN S
RAWA UNTUK PANGAN E
PEMASARAN Target INDUSTRI PENYEDIAAN T.K. M
KEBTH. PANGAN Produ PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI B
NASIONAL ksi PERTANIAN A
1.000.000 hektar
D
A
KESIMPULAN
1. Teknologi Bio Perforasi (Bio P 2000 Z) adalah
teknologi Unggulan Nasional yang telah teruji dan terbukti memberikan pelipat
gandaan hasil secara nyata dan meyakinkan dalam meningkatkan produktivitas
tanaman pangan khususnya kedelai dan sekaligus mampu mengatasi tanah marginal
menjadi produktif untuk pertanian.
2. Aplikasi teknologi Bio P 2000 Z akan memberikan hasil
optimal-maksimal jika penerapannya harus dilakukan secara tepat disiplin sesuai
kaidah baku, maka faktor pelaksana/pengguna harus serius menerapkan teknologi dan
bisa memberikan perhatian pada tanaman pokoknya.
3. Resiko gagal dapat ditekan dan optimal hasil tercapai di
lapangan jika memperhatikan waktu tanam yang tepat, ketersediaan dan kondisi air
irigasi, iklim dan cuaca lokal sebagai pertimbangan yang penting diluar madifikasi
teknologi mikroba yang perlu penyesuaian dan dimasukkan sejak perencanaan
budidaya.
4. Penerapan teknologi Bio P 2000 Z dan teknik budidaya
yang benar menjamin kepastian peningkatan produksi, sehingga sebagai pola
memajukan pertanian yang layak dikembangkan dengan komitmen bersama dalam
sekala luas di daerah-daerah sentra produksi dan menjadi trobosan dan harapan baru
menuju terwujudnya swasembada kedelai dan ekspor kedelai lokal.
5. Pendampingan dan sistem kontrol pengendalian
lapangan secara intensif Untuk menjamin kepastian tumbuh-kembang normal tanaman
dan Transformasi teknologi, maka terus dikembangkan melalui sistem jaringan
informasi bisnis dan management budidaya terintegrasi dengan industri hilirnya.
6. Pola pengembangan budidaya kedelai dalam sekala
komersial yang berorientasi agribisnis produksi pangan harus menjadi komitmen yang
diterima semua pelaku yang terkait dalam kerjasama sinergi mutualistik (saling
menguntungkan) dalam rangka pembangunan pertanian dan pemberdayaan teknologi
menuju kecukupan pangan lokal yang sehat, aman-berkelanjutan dan harus didukung
kebijakan makro yang kondusif.

You might also like