Professional Documents
Culture Documents
PENGEMBANGAN KEDELAI
OLEH
KATA PENGANTAR
Mustahil membangun bangsa tanpa teknologi. Indonesia sebagai negara agraris sudah
dikenal kesuburan dan kekayaan alamnya sejak jaman hindia belanda. Banyak julukan
yang diberikan pada negeri ini, seperti sebagai negeri jamrut katulistiwa, tetapi ironis
menjadi pengimpor bahan pangan dan kekayaan sektor agraris kurang diberdayakan dalam
pembangunan. “Teknologi” untuk mengelola kekayaan sumber alam masih belum
dimanfaatkan optimal sehingga peroduktivitas dan kualitas hasil pertanian tertinggal dari
kemajuan agraris negeri tetangga. Atas kesadaran yang mendalam ini perlu teknologi
bangsa yang dapat memberikan loncatan produksi dan kualitas sehingga sejajar dengan
negara yang maju pertaniannya.
Ditemukannya teknologi Bio Perforasi dan pupuk hayati Bio P 2000 Z yang
merupakan hasil kajian dan proses yang panjang, sanggup mendongkrak dan memecahkan
kemandegan produksi tanaman dan meningkatkan kesuburan lahan pertanian produktif
yang terus menurun. Kehandalan dalam mengangkat produktivitas mampu meningkatkan
hasil panen ratusan sampai ribuan persen.
Teknologi ini merupakan rangkuman kekuatan sinergi mikro organisme unggul
berguna di alam yang bekerja dan menimbulkan dampak kemajuan yang positif secara
holistik. Kemampuan teknologi ini telah teruji dan terbukti berhasil guna dalam mengatasi
kegersangan tanah seperti tanah marginal pasir kuarsa, tanah gambut, tanah berpirit dan
tanah marginal lain dapat diberdayakan untuk pertanian produktif dan meningkatkan
produksi tanaman melebihi kemampuan potensialnya yang berlipat ganda.
Adalah harapan yang besar untuk pertanian maju Indonesia melalui teknologi ini,
yang oleh DPR-RI telah diputuskan sebagai teknologi Unggul Nasional untuk upaya
swasembada dan keberhasilannya telah tercatat dalam “GINESS BOOK”- MURI. Untuk
terwujudnya harapan tersebut perlu teknologi ini disosialisasikan secara benar pada
masyarakat petani. Disamping itu, perlu adanya dukungan serta komitmen bersama
masyarakat dalam visi yang jelas yaitu membangun pertanian Indonesia yang maju dan
berkelanjutan. Untuk itu, Kami merasa perlu menyusun pedoman baku penerapan
teknologi dan budidaya, khususnya kedelai. Pedoman ini kelak akan digunakan sebagai
acuan petani, investor, perbankan dan pihak-pihak yang berkepentingan (steak holder)
yang menggunakan dan memanfaatkan informasi dan teknologi ini.
Semoga penulisan standar praktis teknologi Bio Perforasi dan Aplikasi Pupuk Hayati
Mutakhir Bio P 2000 Z ini dapat bermanfaat bagi masyarakat pembaca dan sebagai
sumbangan bagi kemajuan pertanian bangsa. Kepada pihak-pihak yang telah membantu
proses penemuan teknologi, penerapan dan penulisan buku ini penulis banyak
mengucapkan terima kasih.
Lampiran Teknologi
SYARAT FERMENTASI:
Alat seperti pengaduk dan wadah (drum, plastik gentong dll) harus bersih.
Sebaiknya dihindari pemakaian bahan dari logam.
Bahan baku seperti air sebaiknya air yang bersih (syarat minimal air pertanian)
Tempat fermentasi ditempat yang teduh atau di dalam tanah atau terlindung dari
cahaya/sinar matahari langsung di dalam wadah yang tertutup rapat.
Pencampuran bahan seperti gula, urea dilarutkan dahulu dalam air yang akan
diberi biang Bio P 2000 Z baru dilarutkan biang ke dalamnya dan diaduk rata dengan alat pengaduk yang
bersih.
*) Teknologi Unggulan Nasional berdasarkan keputusan DPR-RI dan telah di patenkan secara Internasional
**) Inventer/Penemu Teknologi Bio Perforasi; Dir. Produksi, R&D - PT. Alam Lestari Maju Indonesia.
II. BUDIDAYA KEDELAI LOKAL DENGAN TEKNOLOGI BIO-
PERFORASI
A. Latar belakang
Memberdayakan dan mengoptimalkan sumberdaya sektor pertanian khususnya
tanaman pangan dan perkedelaian merupakan solusi pemberdayaan ekonomi rakyat yang
tepat dalam kerangka pembangunan ekonomi Nasional. Upaya menjadikan komoditi
kedelai sebagai sektor pertanian riil untuk membangun ekonomi rakyat dengan
implementasi program teknologi untuk swasembada pangan merupakan pilihan yang tepat
bagi Indonesia sebagai negara agraris yang sedang berkembang. Sebagai bahan pangan,
kedelai oleh sebagaian besar rakyat digunakan untuk pangan tradisional seperti tahu-tempe,
susu kedelai, kembang tahu, kecap, tauco, susu kedelai. Kedelai banyak digunakan pula
sebagai bahan baku untuk industri pangan modern seperti suplement bubur bayi, TVP,
minyak goreng dan lain-lain serta industri pakan ternak. Oleh karena itu kedelai sebagai
sumber protein rakyat yang murah harus dapat disediakan secara lokal agar aman dari
kekhawatiran cemaran dampak rekayasa genetik.
Menempuh langkah kedelainisasi kedelai lokal (non GMO) memiliki arti strategis
bagi penyediaan gizi protein rakyat (penyelamatan loss generation) yang aman dan sehat,
melindungi dan menggairahkan petani, sebagai penyedia lapangan kerja secara berantai
bagi rakyat serta dapat menghemat devisa dalam jangka panjang secara berkelanjutan.
Menyelamatkan dari krisis gizi berarti protein dan pangan ini harus tersedia dan terjangkau
sampai daerah. Seharusnyalah dalam rangka otonomi daerah program pangan ini menjadi
serius bagi ketahanan dan keamanan pangan untuk membangun kualitas SDM daerah
melalui kecukupan pangan yang berbasis pada ketahanan pangan rakyat. Jika
mengandalkan impor, maka keberdayaan petani akan menjadi terpuruk; bahkan jika
disadari bahwa kedelai impor (seperti dari amerika) yang lebih dari 60 % produksinya
adalah kedelai GMO seharusnya untuk “Animal feed” digunakan untuk “Human food”
bagi masyarakat adalah tidak layak dan membawa kekhawatiran masa depan.
Secara ekonomi, pengembangan agribisnis kedelai di Indonesia memiliki prospektus
yang cerah dan menarik jika budidaya (teknologi on Farm) dapat memberikan peningkatan
produktivitas secara nyata. Peluang pasar domestik kedelai masih terbuka lebar dan
kebutuhan akan komoditas ini terus meningkat. Usaha-usaha peningkatan produksi kedelai
perlu terus dipacu, namun pada kenyataannya laju produksi kedelai nasional masih belum
mampu mengimbangi kebutuhan konsumsi yang terus meningkat. Meski produksi nasional
telah mencapai sekitar 1,3 juta ton/tahun dengan kemampuan produktivitas 1,19 ton/ha,
namun jika tidak ada perlindungan tahun 2001 impor kedelai akan lebih dari 2 juta ton.
Perhatian para produsen kedelai terkonsentrasi bagaimana cara meningkatkan produksi
yang berlipat ganda melalui input teknologi yang menjamin sehingga mampu terjamin
keuntungannya dengan harga jual yang bersaing di pasaran bebas.
Kunci keberhasilan usaha diatas adalah harus ada kekuatan teknologi tepat daya yaitu
yang tepat, teruji dan adaptif berikut SDM penyertanya (ada pendamping dan transformator)
yang mampu memberdayakan sumber daya tanaman dan lingkungan, petani dan prilaku budaya
serta kelembagaannya; Jenis/komoditas pilihan yang cocok adaptif dan marketable/diterima,
jumlah bibit/benih yang mencukupi untuk pengembangannya sekala luas; ada lahan yang
tersedia memadai dan tenaga trampil dalam jumlah cukup, familier dengan teknologi maju
berikut peralatan mekanisasi yang mempercepat kinerja; dan pasar yang menjamin. Empat
faktor diatas akan berjalan dengan baik jika di dukung adanya sumber pembiayaan (dana)
yang memadai dengan skim kredit perbankan dan kebijakan makro pertanian oleh pemerintah
yang kondusif.
PT. Alam Lestari Maju Indonesia bergerak dalam bioteknologi, pupuk , budidaya tanaman
dan pendampingan pertanian memberi perhatian besar dalam pembangunan teknologi pertanian.
Khususnya pada komoditas kedelai telah mampu membuktikan di lapangan untuk mencapai
peningkatan produktivitas lebih dari 250 persen (rata-rata 3 – 5 ton/ha) secara berkelanjutan
dari produksi normalnya yang hanya 0,7 – 1,2 ton/ha. Teknologi hayati Bio P 2000 Z
merupakan penggeraknya yang telah teruji di lapangan dan diterapkan bersama petani. Pola
management pemberdayaan petani dan pendampingan yang diterapkan merupakan bagian yang
tidak lepas dari pola usaha tani dalam mencapai keberhasilan. Peluang teknologi pada usaha
produksi kedelai ini akan terus dikembangkan di seluruh wilayah Indonesia yang dimulai
melalui pola riset dan produksi penyediaan benih unggul dengan disertai membentuk jaringan
benih di lapangan. Hasil benih selanjutnya akan dikembangkan dalam budidaya kedelai dalam
sekala luas (nasional) untuk membantu swasembada pangan/cukup gizi di daerah bersama
menunjang otonomi daerah, yang ke depannya bersama rakyat akan mewujudkan
swasembada protein nabati bahkan ekspor kedelai Indonesia.
Usaha-usaha meningkatkan produksi kedelai ini terus dipacu melalui alih teknologi
Unggulan Nasional (Bio P 2000 Z). Teknologi ini di transfer kepada petani melalui
penggambaran secara utuh dan penerapan yang mudah sederhana oleh sistem
pendampingan teknis di lapangan. Pendampingan berfungsi untuk memberikan layanan
ahli, penyuluhan dan konsultansi teknologi serta pencegahan dan pemecahan masalah
yang timbul sesegera mungkin di tingkat usaha tani. Pendampingan merupakan bagian
penting dalam menjamin kepastian proses produksi yang benar dan pengendalian/kontrol
kondisi yang terjadi di lapangan.
Sebagai gambaran umum dalam pendampingan teknologi budidaya kedelai untuk
memastikan tepat tujuh langkah pokok dalam mencapai keberhasilan adalah:
1. Penyiapan lahan yang tepat, sesuai dengan jenis tanah dan musim tanam yang tepat.
2. Penentuan dan penggunaan bibit unggul yang sehat dengan kemurnian tinggi dengan
daya tumbuh lebih dari 80 %, pola tanam yang tepat (Monokultur).
3. Waktu tanam yang tepat dan serempak dengan rencana penjadwalan kegiatan yang
mendasarkan kepastian waktu/musim, ketersediaan air dan tenaga kerja/mekanisasi.
4. Aplikasi Bio P 2000 Z dengan paket penuh termasuk rhizobium yang dilakukan
secara tepat dan disiplin serta inovatif.
5. Kontrol pengamatan tumbuh-kembang standar tanaman, laporan kemajuan (progress)
sebagai indikator keberhasilan tanam-tumbuh untuk memastikan panen dan luasan
intensif; serta menentukan pendekatan kebutuhan unsur hara (pemupukan).
6. Drainase yang tegas pada musin penghujan dan pengairan pada musim kering melalui
pengaturan ukuran bedengan dan saluran irigasinya untuk memastikan kondisi tanah
tidak kebanjiran/becek dan lembab, kadar air sekitar 50% - 75 % (kapasitas lapang).
7. Pengendalian hama secara preventif dengan tetap mewaspadai adanya serangan hama
dan penyakit dengan prinsip dan penerapan Pest Integrated Management.
1. Pemilihan Lokasi
Lokasi budidaya yang dipilih harus memperhatikan yang sesuai dengan syarat
ekologis hidup tanaman (terutama syarat agronomis), ketersediaan air, dapat dijangkau
untuk masuknya saprotan dan pengangkutan hasil panen, mudah diawasi dan tidak
bermasalah. Sebelum menetapkan lokasi perkebunan kedelai maka perlu dikaji lebih
mendalam karakter sosio-cultural masyarakat, ketepatan musim dan kelayakan lokasi
dengan melalui survey agar budidaya tepat teknologi dapat berjalan dengan baik dan
berkelanjutan. Garis besar mekanisme pelaksanaan pengembangan komoditas komersial
dan prosedur penentuan kawasan pengembangan produksi dengan teknologi Bio P 2000 Z
sebagai berikut:
Karakter sosio kultural besar pengaruhnya terhadap ketersediaan tenaga trampil
lokal, kinerja dan efisiensi kerja dan tenaga kerja serta keamanan termasuk social cost.
Ketepatan musim berpengaruh pada faktor “X” dan resiko alam penyebab gagal panen
seperti kekeringan, banjir dan puncak populasi hama pada (bulan agustus – september).
Kelayakan lokasi berpengaruh pada kemudahan akses keluar masuk input dann hasil
produksi, mutu dan jumlah hasil produksi serta kendala teknis edafik dan hidrologis.
Syarat agro-ekologis untuk budidaya kedelai:
Ketinggian tempat yang sesuai untuk kedelai adalah: 0 meter – 800 meter dpl.
Ketinggian tempat akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, fisiologis dan umur tanaman,
korelasinya dominan akibat: suhu udara/lingkungan, lama penyinaran intensif, kelembaban
udara, ketersediaan air tanah (lembab nisbi dan untuk aplikasi teknologi), porositas tanah,
kecepatan angin, populasi hama yang menghambat kecepatan pertumbuhan tanaman dan
umur/masa panen. Kondisi ideal untuk kedelai tumbuh normal di daerah tropis dengan
teknologi ini adalah suhu: 26 – 34 oC (optimal 28-32 oC), lama penyinaran 8 - 12 jam,
kelembaban nisbi 80% - 95%, kadar air tanah 75% (diatur dengan drainase dan irigasi),
angin bertiup sepoi-poi/tidak kencang, tanah cukup bahan organik. Pada agroklimat dan
kondisi yang menyimpang seperti penanaman kedelai di luar ketinggian tersebut maka
perlu pemilihan varietas yang cocok dan perlu perlakuan spesifik teknologi.
3. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk membuat tanah menjadi gembur, bersih dari gulma dan
menciptakan kesuburan fisik tanah sehingga sesuai untuk pertumbuhan tanaman dan
penyebaran akar tanaman yang lebih dalam. Pengolahan tanah perlu memperhatikan
prinsip konservasi lahan, agar kesuburan tanah dapat terjaga dan berkesinambungan dalam
menunjang usahatani. Penggunaan peralatan mekanisasi untuk pengolahan lahan dapat
difungsikan sekaligus dengan pencetakan bedengan pada lahan berbentuk hamparan
homogen akan sangat efisien dan memudahkan tahap pekerjaan lanjut. Parit cacing atau
sistim guludan atau sistem surjan diperlukan pada tanah dan lahan yang bermasalah dalam
pengaturan tata air tanahnya seperti tanah pasir dan rawa/lahan basah dan sawah untuk
drainase. Pada penanaman di musim penghujan saluran drainase mutlak ada dan sempurna
untuk pengeringan bedengan, sedangkan parit cacing/drainase pada musim kering cukup
bentuk cekungan jalan air sedalam 7 cm - 15 cm
Pada tanah pasir/gambut yang sering bermasalah dengan air tergenang dan
pemadatan, maka perlu dibuat bedengan-bedengan dengan lebar 1,5 – 3 meter (5 – 8 baris
tanaman). Pada dasarnya cara dan teknis pengolahan tanah disesuaikan dengan jenis dan
sifat tanah serta komoditas tanaman pangan yang akan diusahakan. Pemberian pupuk
dasar, kompos dan pupuk kandang pada tanah pasir dapat dilakukan bersama dengan
pengolahan tanah akan menghemat penggunaan tenaga kerja. Pemberian kompos dengan
dosis 3 – 6 ton per hektar dapat meningkatkan hasil secara nyata namun pada teknik Bio-
perforasi disederhanakan melalui teknologi Kompos Hamparan yang lebih efisien. Selain
pengolahan tanah yang sempurna, teknik penyiapan lahan minimum tillage menjadi salah
satu alternatif yang dapat ditunjang pemanfaatan teknologi Bio-Perforasi yang berasaskan
pertanian yang berwawasan lingkungan
4. Penanaman
Waktu tanam dipilih pagi hari (dan sebaiknya sore hari) pada kondisi tanah
lembab (basah) dan dilakukan secara serentak. Sebelum benih ditanam wajib diuji
kembali daya tumbuhnya sebagai kepastian pertumbuhan. Penggunaan mesin tanam
modern sangat berguna sebagai upaya tanam serentak, namun perlu diperhatikan
efisiensinya dengan menyesuaikan kontur lahan. Pada penanaman dengan menggunakan
mesin tanam dapat sekaligus dilakukan aplikasi pupuk dasar. Penanaman dengan
menggunakan mesin agar memperhatikan kondisi tanah. Pada saat penanaman harus
dipastikan betul kelem-baban tanah 50%-75%, jika penanaman dilakukan pada musim
kering maka penanaman dilakukan sehari setelah lahan di leb/dibasahi secara merata
supaya tanah lembab.
Jarak tanam disesuaikan dengan varietas dan umur tanaman dan memperhatikan
sifat ketinggian dan percabangan tanaman dan penggunaan mekanisasi budidaya. Varietas
yang berumur 85 – 100 hari jarak tanamnya 40 x 20 (kurang cabang) dan 40 x 30 (banyak
cabang), sedangkan kedelai var. genjah (umur 65 – 75 hari) jarak tanam 30 x 25 (tan.
pendek ± 40 cm) dan 30 x 30 (tan. agak tinggi 60 - 85 cm) dan kedalaman lubang tanam
disesuaikan dengan kesuburan dan jenis tanah serta jenis tanaman yang diusahakan. Pada
penanaman musim kering jarak tanam dapat diperapat menjadi 75% -85% dari jarak
normalnya.
Kedalaman lobang tanam yang ideal adalah 3 cm dan tiap lubang 2 - 3 biji (rata-
rata tumbuh 2 tanaman) dengan penutup kompos yang dicampur pupuk untuk memacu
pertumbuhan awal. Tetapi sebelum ditanam benih kedelai perlu diperlakukan seed
treatment. Adapun cara seed treatment untuk benih ada dua perlakuan yang utama sbb:
a. Seed Treatment Rhizobium (baru ditanam kedelai), caranya adalah :
- Siapkan inokulan rhizobium () 1 sache (30 gr); Benih
kedelai 5 – 8 kg; gelas aqua bekas (200 ml) dan tempayan bambu; serta
pengaduk kayu dicuci bersih.
- Isi ½ gelas aqua dengan air (100 ml) dan aduk/larutkan 1
sache Rhizoplus di dalamnya (aduk dengan kayu bersih). Perlahan-lahan
siramkan pada benih di tempayan sambil di aduk-aduk dengan kayu
(jangan pakai tangan) sampai rata dan kulit mulai mengembang (ingat!
Jangan sampai kulit pecah atau robek), maka sebaiknya pencamputran
dengan cara menggoyang/ditampi dalam tempayam.
- Waktu pencampuran ± 3 – 5 menit dan setelah tercampur
rata, kering anginkan ± 15 – 30 menit (kering angin di tempat teduh
tanpa sinar langsung); paling lama campuran sebelum ditanam dibiarkan
selama 6-8 jam.
- Dilarang merendam benih sebelum ditanam, kerena
mempercepat kerusakan saat ditanam.
b. Seed Treatment dengan Pestisida, Caranya adalah :
Saat akan ditanam benih hasil dari seed treament 1 dapat dicampur
dengan pestisida (Marsall atau Regent atau Furadan). Prosesnya sama
dengan di atas, Larutkan pestisida Mashall atau Regent ± 10 ml dalam 50 -
100 ml air yang disiapkan, kemudian campurkan rata pada 5 – 8 Kg benih
hasil seed treatment I. Saat Pencampuran II ini jangan sampai benih rusak
atau luka (jangan menggunakan tangan untuk mencampurnya). Segera
setelah seed treatment II ini benih harus segera ditanam dan habis
tertanam, tidak boleh menginap.
Benih yang kedaluwarsa (setelah dicek daya tumbuhnya jelek < 80%) sebaiknya
jangan digunakan sebab pertumbuhannya tidak serentak dan sulit dipacu (lambat
pertumbuhan) dan tidak tahan jamur tanah (kecambah membusuk). Biasanya tumbuh
setelah 6-7 hari dan banyak dijumpai perkecambahan yang abnormal. Benih dari hasil
panen 3 hari – 1 bulan setelah panen memiliki pertumbuhan terbaik dan mudah dipacu
pertumbuhan normalnya.
5. Pemupukan Mineral
Pemupukan kedelai yang ideal dilakukan tiga kali: pertama saat 12 – 15 HST
untuk menjaga pertumbuhan awal vegetatif yang normal. Jumlah dan dosis pemupukan
berimbangnya adalah 30 % dari total kebutuhannya (N,P,K). Kedua, saat akan tanaman
berbunga atau setelah pendangiran/penyiangan pada rentang umur 21 – 34 HST sesuai
jenis kedelai (mulai/akan berbunga) dengan dosis 50 % berimbang dari total kebutuhan
pupuk. Ketiga, adalah pada umur 40 – 45 HST pemupukan penyempurna yang diberikan
merata atau pada tanaman yang kurang pertumbuhannya dengan dosis sisa yaitu 20 %
berimbang dari kebutuhan total pupuk. Bersamaan atau sesaat setelah pemupukan, tanah
dan tanaman disemprot dengan Bio P2000 Z agar pupuk digunakan tanaman secara efektif.
Dosis total pemupukan disesuaikan dengan kebutuhan jenis varietas tanaman dan
ketersediaan hara dalam tanah berdasarkan rekomendasi setempat atau uji laborat tanah.
Dosis umum untuk kedelai adalah Urea/ZA 50 – 75 Kg, SP-36/TSP 50 - 100 Kg dan KCl
25–75 Kg). Pupuk kompos/kandang dapat diberikan pada lahan yang kesuburannya
rendah, seperti tanah pasir serta tanah yang berdrainase jelek. Jumlah pupuk kandang dapat
diberikan minimal jika telah ditunjang dengan pemakaian Bio P 2000 Z.
Waktu pemupukan terbaik adalah saat tanah agak basah (lembab) setelah hujan
dan waktu sore hari lebih baik dibanding pagi hari. Setelah pemupukan tanah tidak
banjir/kehujanan selama 2 hari. Cara pemupukan pupuk diletakkan di sebelah kiri atau
kanan batang dengan jarak 5 – 8 cm. Cara aplikasi pupuk terbaik adalah diletakkan dalam
lubang tugal dan di tutup tanah dibanding cara lain seperti sebaran. Keterlambatan
pemupukan dan pemupukan yang salah mengakibatkan tanaman mengalami stress.
Pemupukan lain yang dapat digunakan lewat daun yaitu berupa POC (pupuk
organik cair). Aplikasinya melalui daun yang sekaligus berfungsi sebagai nutrisi saat
aplikasi bersama Bio P 2000 Z. Pupuk ini dapat dipakai untuk penguat bunga dan buah
yang diaplikasikan pada saat pertumbuhan 13 – 21 HST dan 35 – 60 HST. Agar
diwaspadai penggunaan pupuk cair an-organik (PPC) dan ZPT/hormonal yang dikhawatir-
kan kontra/menghambat reaksi kerja Bio P 2000 Z, maka penggunaan POC harus simultan.
6. Penyulaman
Penyulaman dimaksudkan agar jumlah populasi tanaman ideal dapat dipertahankan
sehingga hasil optimalnya tercapai, mempercepat penutupan tanah sehingga dapat menekan
gulma yang tumbuh pada pertanaman yang terbuka. Penyulaman dari biji langsung
dilakukan pada umur 5-7 HST yaitu setelah tanaman tampak tumbuh semua supaya
selisih waktu tanam tersebut tidak terjadi perbedaan menyolok yang mengganggu panen
serentak. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan jenis benih/bibit dari varietas yang
sama. Cara penyulaman yang terbaik dilakukan dengan cara transplanting (pindah
tanam) dari tanaman yang seumur dari tanaman yang dipersiapkan di pinggir bedengan
untuk sulam. Saat penyulaman adalah pada umur tanaman 8 – 12 Hst dan waktunya sore
hari dengan mencabut tanaman berikut tanahnya agar akar tidak terluka, kemudian setelah
ditanam segera disiram air.
Air yang diberikan (Qtu=m3/hari) = Ketebalan air di lahan (A=mtr x T) x Luas Lahan (A=
ha) x 10.000 : interval pemberian (T = hari)
Debit pengaliran (Qs = lt/dt/ha) = (Qtu/86.400) x (1/(1- kehilangan air di petakan dan di
saluran “L= %”)).
L (faktor kehilangan air) termasuk kehilangan air evapotranspirasi per tanaman (kedelai : 2,5 – 3 / 4 - 5
mm/hari dan jagung 2,8 – 3,4 mm/hr) sebagai kehilangan rutin. Sedangkan Penentuan L1 rembesan pada
irigasi cara alur untuk membasahi bedengan adalah dengan mengambil sampel tanah 1 meter persegi dan
dibasahi air (kapasitas lapang) sampai kedalaman kedap (30 – 40 cm) jenuh air dan didiamkan selama 0,5
jam, diketahui jumlah air yang diserap dan diikat tanah diperlukan sebagai faktor kehilangan/rembesan.
5–6 4 Penyulaman dan Dengan Benih atau dengan cabutan tanaman seumur.
pemurnian CVL
HPT : lalat bibit, ulat daun, trips, lanas jamur
6 - 15 1 Pengendalian HPT (1) Pengendalian : Decis 25 EC, Curacron 500 EC, Dursban 20
EC, Buldog dll; Anvil atau Dithane M-45 dll.
12 - 10 Penyiangan dan
penggemburan dan membumbun batang
13 pendangiran I
14 10
Pemupukan I 30 % dosis setempat (mis: N:P:K = 20kg :30kg: 12,5kg).
Aplikasi BIO P2000Z (a) Dosis Bio P 2000 Z = 0,5 - 1 liter / ha
15 1 (formula tanaman)
Pengendalian HPT (2) Ulat penggulung daun, aphis, lalat pucuk (racun kontak)
Aplikasi BIO P2000Z (b) Dosis Bio P 2000 Z = 0,5 - 1 liter / ha, bersama dengan
23 1 (formula tanaman) pengendalian hama
Pengendalian HPT (3) Ulat penggulung daun, aphis, lalat pucuk (racun kontak)
27 – 10 Pendangiran II penggemburan dan membumbun batang
28 8 Pemupukan II 50 % dosis setempat ( N:P:K = 30kg : 50kg : 30kg) Dosis
29
Bio P2000Z = 0,5-1 liter/ha (saat dan menjelang bunga)
Aplikasi Bio P2000Z (c)
Ulat grayak, ulat jengkal, penggerek bunga dan polong
1 Pengendalian HPT (4)
30 Pengendalian : Atabron, Matador, Larvin, Curacron, Sex
Pemurnian (bunga lain)
pheromon (6 – 8 perangkap per ha)
Aplikasi BIO P2000Z (d) Dosis Bio P 2000 Z = 0,5 – 1 liter / ha, bersamaan dgn
43 1 Pengendalian HPT (5) pengendalian hama
60 1 Aplikasi BIO P2000Z (f) Dosis 0,5 – 1 liter / ha, masa pengisian buah.
Pengendalian HPT (7)
72 - Untuk kedelai Var. Genjah, perlu penggeringan yang baik
(Panen)
76 dg cara brangkasan, cara manual/mesin mekanis.
HPT : Hama pengisap dan penggerek polong, tikus
74 1 Pengendalian HPT
Insektisida: Dursban, Larvin, Bio pestisida, dll.
25
90 Panen dan Pembijian Varietas Slamet, Willis, dll; perlu selektif dan keseragaman
Catatan : Aplikasi Bio P 2000 Z sebaiknya dilakukan secara rutin tiap 5 – 10 hari sekali atau bersama pestisida non
fungisida/bakterisida; Penggunaan pestisida dilakukan jika serangan melampaui ambang ekonomi.
III. PENDAMPINGAN BUDIDAYA DAN SUPERVISI LAPANGAN
A. Pendampingan Lapangan
Salah satu upaya untuk memberdayakan petani melalui peningkatan kualitas SDM
dengan penerapan teknologi adalah pendampingan lapangan. Pendampingan teknologi
diperhitungkan sebagai profesional yang dihargai sebagai konsultan fee. Pendampingan
dapat dipandang sebagai:
1. Pemberdayaan petani yang efektif, melekat dan berkesinambungan dan berkeadilan.
2. Upaya percepatan transformasi teknologi untuk kemajuan pembangunan pertanian
komersial skala luas yang berbasis kekuatan teknologi.
3. Faktor management pendorong kinerja untuk mencapai produksi maksimal dan
pemakaian input yang efisien pada perusahaan pertanian yang melibatkan petani rakyat.
4. Upaya peningkatan pendapatan melalui pencapaian mutu dan hasil aktual di
lapangan.
5. Menciptakan dan multiplikasi tenaga ahli di lapangan yang profesional sebagai
penggerak pembangunan pertanian di daerah yang mampu menciptakan keunggulan
kompetitif produk lokal.
6. Sumber lapangan kerja yang luas dan produktif bagi para praktisi maupun
profesional dalam mendukung, menciptakan dan memanfaatkan SDA pertanian yang
kompetitif.
Sasaran utama pendampingan adalah untuk mengarahkan petani dapat mencapai
sasaran dan hasil sesuai kaidah teknologi standar yang diterapkan sehingga petani
memperoleh peningkatan pendapatan yang layak. Petani di Indonesia memiliki karakter
seperti keragaman pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan dengan latar
belakang sosial budaya bahkan pada masyarakat tertentu memiliki karakter sifat yang unik.
Jika akan diberdayakan sebagai kekuatan pembangunan pertanian dengan teknologi maju
dalam rangka modernisasi maka diperlukan adanya penyatuan pandangan, tujuan dan
sasaran serta peningkatan ketrampilan dan pengetahuan teknis agar standar dalam
pelaksanaan teknologinya. Pada kondisi masyarakat sedang berkembang atau tertinggal,
beragam tingkat pengetahuan dan ketrampilan serta awam teknologi dan informasi,
pendampingan penting dalam proses transformasi teknologi dan percepatan kemajuan
pertanian rakyat. Teknologi yang memiliki keunggulan komprehenship yang diperlukan.
Melalui pola management bertani dengan teknologi Bio P 2000 Z kaidah di
dalamnya untuk memberikan perubahan sikap dan pola fikir petani sehingga terpacu untuk
meningkatkan hasil, mencoba hal yang baru untuk mencapai kemajuan dan keberanian
mengambil resiko dengan dasar logika dan analisa yang benar. Petani pada umumnya
memerlukan contoh nyata untuk dilihat karena mereka hanya akan meniru dan paham.
Petani sebagai pengguna teknologi langsung perlu mengenal teknologi yang menyentuh
kebutuhan dan kepentingannya. Peningkatan hasil yang dapat dilihat secara nyata atas
karyanya itu, akan menimbulkan motivasi petani untuk memperdalam, menanam dan terus
memelihara. Meskipun pada awalnya petani kita perlu dimotivasi ekstra, namun setelah
melihat pengaruh teknologi sebagi bukti meski pada pertumbuhan awal ternyata mampu
memberikan perubahan sikap yang signifikan diharapkan. Keberhasilan Transformasi
teknologi dan pemberdayaan petani sangat besar peranannya terhadap kemajuan dan
pengembangan pertanian di Indonesia yang mengakar langsung ke petani sekala luas.
Pengenalan teknologi baru yang berhasil dapat diukur secara sepintas jika ada
motivasi petani untuk menggunakan dan memakai berkelanjutan, dan kaidah teknologi
dilaksanakan secara disiplin serta terjadinya perubahan karakter yang lebih baik.
Ketertarikan paling cepat jika petani mau menyediakan sebagian lahannya untuk sebagai
uji coba dan petani sanggup merawat secara intensif dan disiplin. Dalam hal ini para
pendamping teknis harus terus melakukan motivasi pada petani agar upaya petani dan
kaidah teknologi dilakukan secara tepat dan taat/disiplin sampai hasil maksimal dapat
dicapai dan dibuktikannya.
Pendamping teknis PT. Alam Lestari Maju Indonesia dalam melaksanakan tugas
di lapangan memiliki tugas pokok yaitu : (1) Sebagai Advisor/manager lapangan
penanggung jawab secara keseluruhan kegiatan di lapangan bagi para petani diwilayah
yang dibina, yaitu merencanakan, mengorganisir, mewujudkan dan mengontrol/
mengendalikan dalam proses pencapaian (pelaksanaan) dari semua sumber daya yang
tersedia di sekitarnya dalam mencapai sasaran; (2) Sebagai Transformator teknologi Bio P
2000 Z, yang bersangkutan harus mengenal produk/techno-knowledge dan paham
bagaimana cara aplikasi dan teknik pelaksanaan yang benar, menguasai permasalahan,
dapat menyederhanakan aplikasinya di petani sehingga menjadi mudah serta mampu
memberikan jalan keluar/pemecahan bagi masalah yang timbul yang berarti sebagai
konsultan langsung para user/petani; (3) Sebagai Promotor/marketer eksekutif di lapangan
yang memperkenalkan teknologi kepada masyarakat sekitar mengenai manfaat, dampak
dan hasil teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan serta membentu
mempercepat transformasi.
Belajar dari kekurangan dan kelemahan di masa lalu dalam upaya-upaya mencukupi
kebutuhan pangan nasional seperti proyek pembukaan lahan pertanian sejuta hektar gambut
di Kalimantan Tengah, sosialisasi dan implementasi BIMAS, INSUS, SUPRA INSUS;
monopoli distribusi dan perdagangan pangan malah menjadi “bumerang” bagi kemajuan
pertanian pangan di Indonesia. Kebijakan Impor pangan yang bebas justru menonjol;
berbagai alasan untuk merealisasikan impor malah membuat petani semakin terpuruk
dalam ketidak berdayaan atas sistem pembangunan pertanian kita seperti hasil panen yang
rendah tidak sebanding dengan biaya produksinya akibat over suplai pangan dari impor,
sedangkan harga input pupuk dan obat-obatan terus melambung. Hal ini menjadikan
bertani pangan tidak menarik lagi bagi petani dan memilih profesi lain di luar pertanian.
Ada mata rantai yang putus untuk membebaskan petani dari trauma kebijakan
pertanian di atas yang berakibat seperti gagalnya program KUT yang tidak memberikan
manfaat berkelanjutan dan kebijakan pertanian yang tidak mengakar, isu ketahanan dan
keamanan pangan yang kurang realistis pada tingkat kebutuhan pokok petani. Petani
cenderung “dijual” untuk melegitimasi sistem yang salah tersebut. Seharusnyalah dibangun
kembali kerangka pembangunan pertanian berkerakyatan dan berorientasi kesejahteraan
yang merata. Mata rantai yang hilang tersebut adalah teknologi yang benar mendasar
yang harus diberikan pada petani dan kembalinya moral peduli menempatkan kepentingan
rakyat, bangsa dan negara atas rasa nasionalisme untuk melindungi, mencintai dan
memperbaiki produksi pangan lokal yang terus dikembang-majukan.
Teknologi merupakan “nadi dan penggerak” pembangunan pertanian. Meski
banyak prototipe teknologi telah di kembangkan seperti berbagai pemuliaan varietas dan
berbagai pupuk pendukung tetapi implementasinya masih sepotong-sepotong dan masih
jauh untuk memberikan hasil riil pada kemajuan yang diharapkan. Berbagai alasan untuk
mendiskreditkan masyarakat petani bermuara pada sangat kurangnya pemberdayaan
petani dengan teknologi maju yang dapat diimplementasikan secara massal sehingga
efisiensi dan produksi nasional selalu rendah dan tidak mampu bersaing dengan impor.
Sebagai gambaran teknologi petani kita dengan teknologi di negara barat: teknologi
cangkul petani butuh waktu 40 hari per hektar tidak sebanding dengan teknologi
mekanisasi bajak-garu hero/buldouser 1(satu) hari per 15 hektar untuk mengolah tanah;
teknologi tanam dengan tongkat 12 hari per hektar tidak sebanding dengan teknologi
planter machine 1(satu) hari per 20 hektar; teknologi tebang-bakar-tanam tidak sebanding
dengan teknologi pertanian modern intensif.
Untuk dapat mengejar ketinggalan tersebut perlu adanya “revolusi” bagi pertanian
di Indonesia yang berdasar kepada teknologi maju ramah lingkungan yang mampu
melakukan loncatan produksi dengan didukung mekanisasi modern yang memadai. Hal
ini berarti diperlukan kebijakan pemberdayaan petani yang berbasis teknologi, bioteknologi
dan mekanisasi. Pemerintah perlu keberpihakan kepada petani dan pelaku produksi
pertanian pangan. Melalui kebijakan seperti memberikan kemudahan mendapatkan subsidi
teknologi, bantuan permesinan dan fasilitas penunjang budidaya (seperti infrastruktur
untuk pertanian, kredit input produksi) dan perlindungan pasar serta kebijakan impor
terbatas sebagai upaya menciptakan iklim yang kondusif untuk menggairahkan pertanian
pangan. Upaya ini diperlukan keseriusan dan kerja keras para pelaku pembangunan
pertanian untuk mencapai target kemajuan pertanian dan produksi yang berkelanjutan.
Tentunya dengan memilih teknologi yang benar tidak ada alasan tidak tersedia lahan
untuk menunjang pertanian pangan, mengingat dengan memanfaatkan keunggulan
hayati/bioteknologi seperti Teknologi Bio Perforasi (Bio P 2000 Z) potensi lahan Gambut,
lahan rawa, lahan pasir dan lahan marginal lain dapat dijadikan lahan pertanian yang
produktif. Untuk membangun pertanian berpola agribisnis pangan dibutuhkan pola/sistem
yang menjamin pemberdayaan dan percepatan modernisasi pertanian. Pola pemberdayaan
yang berbasis pada pengembangan pusat produksi dan petani digambarkan sebagai berikut:
PT. Alam Lestari Maju Indonesia telah berperan serta dalam pemberdayaan petani melalui
implementasi penemuan Agro-Bioteknologi Bio P 2000 Z dan pengembangan komoditi pangan
berbasis kedelai lokal sebagai sumbang sih terhadap pembangunan pertanian pangan di Indonesia.
Penerapan teknologi ini mampu mengangkat produktivitas kedelai menjadi 200% – 300%, berarti
akan menyumbangkan pendapatan yang layak bagi petani. Disamping teknologi budidaya, pupuk
hayati/organik dan investasi, PT. Alam lestrai Maju Indonesia memfasilitasi petani dengan
teknologi unggulan yang ditransformasi melalui layanan ahli yang disertakan dalam sistem
pendampingan lapang untuk pemberdayaan. Wujud peran serta ini untuk memacu produksi massal
kedelai yang akan mengurangi impor. Melalui pola perkebunan maupun kerjasama kemitraan
baik bersama petani, pemilik lahan, pemerintah dan optimalisasi pemanfaatan lahan hutan tanaman
industri sebagai cadangan pangan dan bersama swasta yang bergerak dalam industri pangan dijalin
para pelaku melalui kerjasama yang saling menguntungkan.
Pola kerjasama yang dikembangkan berdasarkan analisa usaha tani komersial yang
saling menguntungkan dan melindungi pihak-pihak yang terlibat/berperan. Ada beberapa
pola kerjasama yang dilakukan berdasarkan keterlibatan dan peran serta dengan
pembangian hasil yang proporsional antara lain:
HASIL
40 % PANEN 60 %
STRUKTUR DISTRIBUSI PEMBAGIAN HASIL USAHA TANI
Contoh
DANAB TOTAL BIAYA INVEST.
ANK Rp. 3.036.500
Bridging
Bentuk Nominal
dikembalikan
Dikembalikan TOTAL HASIL PANEN dikembalikan
Rp. 7.200.000 Konsultan Fee dan
diberikan Management 10 %
Rp. 720.000
Bagi Hasil
PETANI 60 % 40 % PT. ALAMI
KEUNTUNGAN PANEN
Rp. Rp.1.377.4
2.066.10 Rp. 3.443.500
0 00
Total Pendapatan: Total Pendapatan:
Rp. 2.066.100+ Rp. 1.430.000 Rp. 1.377.400 + Rp. 720.000
= Rp. 3.496.100 = Rp. 2.097.400
Pola kerjasama ini adalah mutualistik sebagai model penggabungan missi yang
sama untuk mengoptimalkan cor bisnis masing-masing sebagai gabungan usaha yang
berbentuk konsorsium yang terdiri dari kekuatan Perusahaan teknologi dan budidaya,
Perusahaan penyedia lahan dengan status jelas dan pengolahan mekanisasi modern dan
penyediaan dan pemberdayaan tenaga kerja/SDM serta jaring pengaman sosial
kemasyarakatan. Pola ini budidaya model ini ideal untuk tujuan produksi kedelai/pangan
yang berkelanjutan yaitu dengan “Tumpang-Gilir” antara tanaman perkebunan/Hutan
Tanaman Industri dengan kedelai. Hutan Industri yang memiliki siklus tebang-olah- tanam
secara rutin dan pasti, sedangkan tenggang waktu antara tebang dan tanam baru tanaman
pokok terdapat waktu yang cukup antara 1 - 2 tahun.
Waktu tanam-panen kedelai hanya 3-4 bulan, yang berarti 2 – 4 kali penanaman
kedelai untuk mengisi waktu senggang di atas. Pemanfatan waktu senggang 2-3 kali tanam
kedelai tersebut besar pengaruhnya terhadap tanaman pokok hutan/perkebunan, sebab
kedelai adalah tanaman kacang-kacangan penyubur tanah yang berfungsi ganda yaitu
sebagai tanaman pangan yang bernilai ekonomis, cover crop, memperbaiki kesuburan
tanah baik melalui pemupukan maupun bahan organik dan fiksasi hara juga lahan menjadi
bersih dari gulma yang menghemat biaya penebasan rutinnya. Berarti hanya dengan
memanfaatkan pengolahan tanah untuk replanting tanaman pokok hutan/kebun, sebelum
tanaman besar dari tumpang gilir ini, justru memperbaiki kesuburan dan kualitas tanaman
pokok seperti Akasia, Sawit, Jeruk, Albasia dan tanaman industri lain yang dihasilkan;
adalah keuntungan pemilik lahan/kebun. Sedangkan menerapkan teknologi Bio P 2000 Z
menjadikan tanah dan tanaman lebih produktif yang berarti hutan/perkebunan dapat
menjadi penyangga pangan produktif dan penyedia lapangan kerja masyarakat sekitar
untuk merubah kebiasaan berladang/penebang kayu menjadi petani modern. Dengan
terbukanya pekerjaan rutin yang produktif dan berkesinambungan tersebut secara langsung
akan mengangkat pendapatan/ kesejahteraan masyarakat yang merupakan pengaman
kesenjangan sosial yang menyebabkan penjarahan dan lain-lain. Oleh karena itu, pola ini
dapat dijadikan sebagai “Pola Hutan Cadangan Pangan” atau “Pola Perkebunan
Cadangan/lumbung Pangan” yang berkelanjutan.
Pengelolaan kerjasama pada pola ini lebih aman mengingat adanya kepastian
teknologi berikut pendampingannya (oleh perusahaan teknologi dan budidaya), lahan dan
mekanisasi modern (oleh perusahaan perkebunan/hutan) dan tenaga kerja trampil
(diwadahi oleh koperasi) untuk menjamin kepastian produksi dan kontrak pengambilan
hasil oleh industri pangan maupun koperasi yang melayani langsung konsumen (oleh Induk
Koperasi) sebagai kepastian pasar. Pengamanan lebih lanjut adalah adanya asuransi dan
perbankan (mendukung pembiayaan) merupakan trobosan nyata turut mendukung
pembangunan pertanian pangan produktif dalam menyediakan pangan pangan Nasional.
Pola pengembangan kerjasama ini digambarkan sebagai berikut :
PENDANAAN
Bank, Investor, Program
PT. Koperasi (IKKU, INKOPTI,dll)
ALAMI &
PERHUTAN Pendanaan
I/PTP
ACCOUNT BERSAMA INKOPTI/
PT.
Mitr PT. ALAMI dan
Bibit/Benih KOBAMA
MHP//KMP
a Koperasi/Investor
Teknologi
H Pasa PT.
Pupuk & Obat r ALAMI /PT.
KOMADEH
ALSINTAN ASI
UT
Pasca PanenModal
KELTAN,
Kerja
dll.
Management/ Kontrak
ASURANSI Layanan Ahli pembeli
ASPAN, dll an hasil
LAHAN BUDIDAYA:
PERHUTANI / P TP panen
PT. M H P
LHN. GAMBUT,dll
Jaminan
gagal/risk
3. Pola program pangan Nasional bersama pemerintah dan/atau assosiasi
Pola ini sebagai wujud komitmen nasional membangun ekonomi yang berbasis pada
ketahanan pangan nasional. Kemampuan pemerintah untuk memfasilitasi pembangunan
ini sangat urgent seperti adanya kemudahan para pelaku agribisnis pangan dan khususnya
yang benar-benar malakukan budidaya (terutama petani) untuk mendapatkan kemudahan
kredit modal kerja, subsidi teknologi, pendampingan/pemberdayaan dan input produksi
serta perlindungan/bantuan pemasaran terhasil produk. Hal ini akan menarik para pelaku
budidaya untuk menekuni bisnis produksi pangan, sehingga akan berdampak produksi
terpacu, kecukupan gizi dan pangan masyarakat serta adanya perlindungan produksi dalam
negeri.
Assosiasi Kedelai sebagai lembaga profesi nasional harus dapat menyumbangkan
peran dalam mengimplementasikan programnya yang mendukung terciptanya iklim
agribisnis dan usaha produktif pangan untuk membantu pemerintah dalam mencapai
pembangunan pertanian kedelai/pangannya. Assosiasi berperan aktif menjadi pelaku
pembangunan yang dipercayakan oleh pemerintah maupun lembaga pembiayaan dan
sebagai penanggung jawab pelaksana program produksi dan pemenuhan kedelai kedelai
maupun swasembada. Dengan demikian Assosiasi perlu didukung oleh pemerintah sebagai
lembaga yang mewadahi para pelaku agribisnis untuk melindungi petani dan menjaga
kestabilan produksi dan cadangan kedelai Nasional. Oleh karena itu assosiasi kedelai harus
menjadi mitra yang baik pemerintah dan memiliki tanggung jawab dalam pembangunan
pertanian pangan untuk memenuhi kebutuhan kedelai Nasional. Mekanisme kerja
pembangunan pertanian pangan para pelaku bersama Assosiasi dan pemerintah
digambarkan sebagi berikut:
Rekomendasi/Menjamin
MODAL/PEMBIAYAAN
LOAN PERTANIAN, KREDIT 1.000.000 Hektar PROGRAM
IMPOR, KREDIT BANK, dll PANGAN
PERTIMBANGAN/
SASARAN
DATA TEKNOLOGI Komoditi Bersaing
ASSOSIASI BANK Pendampingan Pusat pertumb.
KEDELAI
INDUK Perencanaan Ekonom
KOPERASI
INFORMA Teknis, SDM Pengembangan
PERSH kawasan
BUDIDAYA
SI dan obat
AHLI/PAKA Asuransi Pembang. Daerah
IMPORTIR
EKSPORTIR R Mekanisasi Baru
PERGUDANG Penyd. Lapangan
Kerja
AN PROGRAM PEMBANG.
PENGOLAHA Kesejahteraan
PERTANIAN PANGAN
N Masykt.
Pencetakan dan
LSM Dll.
Bibit/Benih
pembukaan kawasan
PERTANIAN PEMERINTAH
Teknologi
Produksi Pangan
PASAR PUSAT & DAERAH
KONSORSIU Pupuk & Obat
M ALSINTAN Sediakan Pembia
Pasca yaan
Pupuk dan obat Infrastruktur
Asuransi&Ban PanenDik.Pelatihan
dan fasilitator
k Modal Kerja
serta
Alat Management/
Layanan Ahli Regulator yang
Mekanisasi kondusif
Infrastruktur Investm
PETANI / NAKER
ent
LEMBAGA PENGEMBANGAN KAWASAN
INFORMAL PRODUKSI ANDALAN (SENTRA
INDUSTRI PANGAN) S
PENGGERAK W
INDUSTRI PRODUKSI/BUDIDAYA
KONOMI A
INDUSTRI PENGELOLAAN HASIL
MASYARAKAT PEMBUKAAN LAHAN GAMBUT DAN S
RAWA UNTUK PANGAN E
PEMASARAN Target INDUSTRI PENYEDIAAN T.K. M
KEBTH. PANGAN Produ PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI B
NASIONAL ksi PERTANIAN A
1.000.000 hektar
D
A
KESIMPULAN
1. Teknologi Bio Perforasi (Bio P 2000 Z) adalah
teknologi Unggulan Nasional yang telah teruji dan terbukti memberikan pelipat
gandaan hasil secara nyata dan meyakinkan dalam meningkatkan produktivitas
tanaman pangan khususnya kedelai dan sekaligus mampu mengatasi tanah marginal
menjadi produktif untuk pertanian.
2. Aplikasi teknologi Bio P 2000 Z akan memberikan hasil
optimal-maksimal jika penerapannya harus dilakukan secara tepat disiplin sesuai
kaidah baku, maka faktor pelaksana/pengguna harus serius menerapkan teknologi dan
bisa memberikan perhatian pada tanaman pokoknya.
3. Resiko gagal dapat ditekan dan optimal hasil tercapai di
lapangan jika memperhatikan waktu tanam yang tepat, ketersediaan dan kondisi air
irigasi, iklim dan cuaca lokal sebagai pertimbangan yang penting diluar madifikasi
teknologi mikroba yang perlu penyesuaian dan dimasukkan sejak perencanaan
budidaya.
4. Penerapan teknologi Bio P 2000 Z dan teknik budidaya
yang benar menjamin kepastian peningkatan produksi, sehingga sebagai pola
memajukan pertanian yang layak dikembangkan dengan komitmen bersama dalam
sekala luas di daerah-daerah sentra produksi dan menjadi trobosan dan harapan baru
menuju terwujudnya swasembada kedelai dan ekspor kedelai lokal.
5. Pendampingan dan sistem kontrol pengendalian
lapangan secara intensif Untuk menjamin kepastian tumbuh-kembang normal tanaman
dan Transformasi teknologi, maka terus dikembangkan melalui sistem jaringan
informasi bisnis dan management budidaya terintegrasi dengan industri hilirnya.
6. Pola pengembangan budidaya kedelai dalam sekala
komersial yang berorientasi agribisnis produksi pangan harus menjadi komitmen yang
diterima semua pelaku yang terkait dalam kerjasama sinergi mutualistik (saling
menguntungkan) dalam rangka pembangunan pertanian dan pemberdayaan teknologi
menuju kecukupan pangan lokal yang sehat, aman-berkelanjutan dan harus didukung
kebijakan makro yang kondusif.