You are on page 1of 6

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan karunia Tuhan YME yang
diberikan kepada seluruh umat manusia tanpa terkecuali. Karenanya hak untuk
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah sama bagi semua
manusia bahkan mahluk hidup yang ada didunia. Dibalik kesamaan hak tersebut
tentunya adalah kewajiban semua manusia juga untuk menjaga dan melestarikan
fungsi lingkungan hidup ini. Kewajiban disini menjurus kepada semua tindakan, usaha,
dan kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara individu maupun secara
berkelompok guna menjaga dan melestarikan lingkungan hidup. Hal ini perlu dan wajib
untuk dilaksanakan karena kondisi lingkungan hidup dari hari ke hari semakin
menunjukkan penurunan kualitas yang cukup signifikan.
Tetapi lingkungan yang sehat dan baik kadang-kadang susah diwujudkan karena
perbuatan satu atau lebih pihak yang menyebabkan rusaknya atau terganggunya
pelaksanaan hal tersebut. Pihak yang melakukan perusakan atau yang menyebabkan
terganggunya lingkungan menyebabkan timbulnya sengketa dalam bidang lingkungan,
yang perlu diselesaikan.
Analisis mengenai dampak lingkungan adalah merupakan kajian mengenai
dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Suatu
rencana kegiatan dapat dinyatakan tidak layak lingkungan, jika berdasarkan hasil
kajian Amdal dampak negatif yang ditimbulkannya tidak dapat ditanggulangi oleh
teknologi yang tersedia. Dalam hal Amdal dinyatakan layak lingkungan tidak tertutup
kemungkinan keputusan kelayakan menjadi batal. Dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diatur tentang
pidana administratif yang dikenakan kepada pengusaha dan kepada pejabat yang
menerbitkan izin lingkungan. Hal ini pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup belum diatur pengenaan pertanggungjawaban
pidana administratif bagi pejabat yang menerbitkan izin lingkungan.

Pembangunan dan lingkungan pada dasarnya merupakan dua hal yang sangat
berbeda secara berlawanan. Disatu sisi pembangunan menuntut perubahan yang
lebih baik untuk kesejahteraan manusia, sedangkan lingkungan yang terdiri dari
sumber daya lama dan ekosistem sifat yang terbatas disamping juga menuntut
pelestarian fungsinya.
Oleh karena itu dalam rangka melaksanakan pembangunan berwawasan
lingkungan sebagai upaya sadar dan berencana mengelola sumber daya secara
bijaksana dalam pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini disadari karena upaya
untuk memwujudkan kesejahteraan bagi masyarakat pada umumnya menimbulkan
dampak terhadap lingkungan.
Dampak yang ditimbulkan dapat bersifat positif, namun dapat pula diiringi
dengan dampak negatif. Dampak positif diupayakan semaksimal mungkin tercapai dan
menekan seminimal mungkin dampak negatif yang akan timbul, bahkan idealnya
keseluruhan dampak negatif dihilangkan.
Menekan seminimal mungkin dampak negatif akan tercipta lingkungan hidup
yang baik dan sehat yang merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia dan
hal ini sudah diamanatkan dalam kontitusi negara republik Indonesia. Oleh karena itu
hadirnya pembangunan akan diiringi timbulnya resiko lingkungan yaitu ancaman
ancaman yang membuat mutu lingkungan rusak dan cadangannya pun menjadi tidak
lestari.
AMDAL dimaksudkan sebagai alat untuk merencanakan tindakan preventif
terhadap

kerusakan

lingkungan

yang

mungkin

ditimbulkan

oleh

aktivitas

pembangunan yang direncanakan. Atau Amdal juga merupakan salah satu instrumen
pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sehingga tercapai
pembangunan berkelanjutan
Perkembangan baru berkaitan dengan ketentuan Amdal dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
adalah adanya ancaman pidana dan denda bagi pejabat pemberi izin lingkungan
yang menerbitkan izin lingkungan tanpa dilengkapi dengan Amdal atau UKL-UPL.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tidak dicantumkan sanksi pidana dan
denda bagi pejabat pemberi izin lingkungan yang menerbitkan izin lingkungan tanpa
dilengkapi dengan Amdal atau UKL-UPL.
Tidak saja sanksi pidana dan denda yang diancamkan kepada pejabat pemberi
izin lingkungan yang menerbitkan izin lingkungan tanpa dilengkapi dengan Amdal atau
UKL-UPL tetapi Undang-Undang juga memberi peluang kepada setiap orang dapat
mengajukan gugatan terhadap keputusan tata usaha negara apabila: badan atau
pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan kepada usaha dan/atau
2

kegiatan yang wajib Amdal tetapi tidak dilengkapai dengan dokumen Amdal; badan
atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan kepada kegiatan yang
wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL; badan atau
pejabat tata usaha negara yang menerbitkan izin usaha dan/atau kegiatan yang tidak
dilengkapi dengan izin lingkungan. Dalam tulisan ini akan dipaparkan aspek
penegakan hukum lingkungan dengan instrumen pidana administrasi.
Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan
usaha dan/atau kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha
dan/atau kegiatan. Izin usaha dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh
instansi teknis untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan[4]. Dengan demikian ada
susunan yang tidak boleh terputus dari proses penyusunan amdal sampai
memperoleh izin usaha.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 ini lebih maju dibandingkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Pengelolaan
Lingkungan Hidup. Hal ini nampak dari penguatan yang terdapat dalam UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 yaitu tentang prinsip-prinsip perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelola pemerintahan yang
baik karena dalam setiap proses perumusan dan penerapan instrumen pencegahan
penanggulangan

dan

penegakan

hukum

mewajibkan

pengintegrasian

aspek

transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan.


Disamping itu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur penegakan hukum perdata, administrasi dan
pidana secara lebih jelas.Undang Undang ini juga memberikan kewenagan yang luas
kepada menteri untuk melaksanakan seluruh kewenangan pemerintahan di bidang
perlindungan dan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta melakukan
koordinasi dengan instansi lain.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan
pokok adalah sebagai berikut:
1. Apa saja hal hal yg harus diperhatikan dalam membangun usaha atau kegiatan
yang berdampak pada pelestarian lingkungan ?
2. Bagaimanakah keputusan kelayakan Amdal dapat batal dalam praktek ?
3. Bagaimana cara perusahaan melakukan pemulihan lingkungan yang sudah
mengalami kerusakan ?

4. Apa saja

dasar hukum, sanksi pidana dan sanksi lain pelanggaran hukum

lingkungan ?
5. Bagaimana penyelesaian

sengketa

lingkungan

diluar

pengadilan

menurut

UU.No.32 tahun 2009 ?


6. Bagaimanakah pertanggungjawaban yuridis (liability) pengusaha dan pejabat
pemberi izin lingkungan ?
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hal hal yg harus diperhatikan dalam membangun usaha atau
kegiatan yang berdampak pada pelestarian lingkungan
2. Untuk mengetahui keputusan kelayakan Amdal dalam praktek.
3. Untuk mengetahui cara perusahaan melakukan pemulihan lingkungan yang sudah
mengalami kerusakan
4. Untuk mengetahui dasar hukum, sanksi pidana dan sanksi lain bagi pemrakarsa
dalam pelanggaran hukum lingkungan
5. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa lingkungan diluar pengadilan menurut
UU.No.32 tahun 2009.
6. Untuk mengetahui pertanggungjawaban yuridis (liability) pengusaha dan pejabat
pemberi izin lingkungan

BAB II
LANDASAN TEORI
Pengertian Lingkungan Hidup
Secara umum lingkungan hidup diartikan sebagai segala benda, kondisi
keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan kita tempati dan mempengaruhi
hal yang tidak termasuk kehidupan manusia. ( Abdurrahman,1990:7)
Lingkungan adalah jumlah semua benda kondisi yang ada dalam ruang yang
kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita. (Abdurrahman,1990:8)
Dalam Penjelasan Umum UU No.32 Tahun 2009 , Lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya,keadaan, dan makhluk hidup termasuk
manusia dan perilakunya yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
Saran
Dalam rangka penegakan hukum lingkungan sesuai dengan teori penegakan
hukum maka, diperlukan peran serta masyarakat, aparat penegak hukum dan sarana
yang memadai.

DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly, Green Constitution: Nuansa Hijau Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.
Hamzah, Andi, Penegakan Hukum Lingkungan, Cet.1. Jakarta: Sinar Grafika, 2005.
Asas-Asas Hukum Pidana, Cet. 1. Jakarta: Yarsif Watampone, 2005.
Hardjasoemantri, Koesnadi, Hukum Tata Lingkungan, Cet. 14. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1999.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI, Eksaminasi Putusan MA N0. 617/K/PID/2004
tentang Tindak Pidana Lingkungan Hidup PT EVERBRIGHT MEDAN-SUMUT.
Raihan, Lingkungan Dan Hukum Lingkungan, Cet. 2. Jakarta: Universitas Islam Jakarta,
2007.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia, 2006.
Siahaan, N.H.T. Hukum Lingkungan, Cet. 2. Jakarta: Pancuran Alam Jakarta, 2009.
Steni, Bernadius, Susilaningtias, Tindak Pidana Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam
dalam Berbagai Undang-Undang Sektoral Dan Upaya Kodifikasi Ke Dalam RKUHP,
Cet. 1. Jakarta: HUMA dan Aliansi Nasional Reformasi KUHP, 2007.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.

You might also like