Professional Documents
Culture Documents
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang
sakit kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam
keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani di bagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga
Grocco-Rochfusz, yaitu derah pekak karena cairan mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler
melemah dengan ronchi.
6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.
dari 300 cc, frenicocostalis tampak tumpul dan diafragma kelihatan meninggi. Untuk memastikannya, perlu
dilakukan dengan foto thoraks lateral dari sisi yang sakit (lateral dekubitus). Foto ini akan memberikan hasil
yang memuaskan bila cairan pleura sedikit. Pemeriksaan radiologi foto thoraks juga diperlukan sebagai
monitor atas intervensi yang telah diberikan dimana keadaan keluhan klinis yang membaik dapat lebih
dipastikan dengan penunjang pemeriksaan foto thoraks. (Muttaqin, 2008)
2. Ultrasonografi.
3. Torakosentesis/pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat jenis.
Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin
serosa (serotorak), berdarah (hematoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilitoraks). Bila cairan serosa mungkin
berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
4. Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC), hitung sel
darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein),
analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH. (NANDA, 2013)
5. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan. Biopsi ini berguna untuk mengambil spesimen jaringan pleura
melalui biopsi jalur perkutaneus. Biopsi ini dilakukan untuk mengetahui adanya sel-sel ganas atau kumankuman penyakit (biasanya kasus pleurisy tuberculosa dan tumor pleura) (Muttaqin, 2008).
G. Penatalaksanaan Medis (Muttaqin, 2008)
Pengelolaan efusi pleura ditujukan untuk pengobatan penyakit dasar dan pengosongan cairan
(thorakosentesis). Indikasi untuk melakukan thorakosentesis adalah:
1. Menghilangkan sesak napas yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam rongga pleura.
2. Bila terapi spesifik pada penyakit primer tidak efektif atau gagal.
3. Bila terjadi reakumulasi cairan.
21
Pengambilan pertama cairan pleura, tidak boleh lebih dari 1000 cc, karena pengambilan cairan pleura dalam
waktu singkat dan dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan edema paru yang ditandai dengan batuk
dan sesak.
Kerugian thorakosentesis adalah:
a. Dapat menyebabkan kehilangan protein yang berada dalam cairan pleura
b. Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura
c. Dapat terjadi pneumothoraks
Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola napas b/d menurunnya ekspansi paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam
rongga pleura.
b. Ketidakefektifan pembersihan jalan napas b/d sekresi mukus yang kental, kelemahan, upaya batuk buruk, dan edema
trakheal/faringeal.
c. Nyeri akut b/d peningkatan produksi asam lambung.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan,
mual, muntah.
e. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik umum dan keletihan sekunder.
f. Konstipasi b/d penurunan peristaltik usus.
g. Ansietas b/d adanya ancaman kematian yang dibayangkan.