You are on page 1of 3

Nama : Hartini Basaria Natasya Sitanggang

NIM : 14041184056
Brand adalah salah satu poin penting yang harus dimiliki oleh seseorang,
dan ketika seseorang sudah memiliki sebuah Brand maka dapat dikatakan
seseorang tersebut harus terus memperbaiki citra dari Brand yang ingin ia
tampilkan, karena Brand itu sendiri merupakan paten atau pembeda seseorang dari
orang lain, sebuah tanda yang menunjukkan sebuah identitas. Identitas yang
menarik ini disebut sangat diperlukan, terlebih dalam dunia Professional yang
menuntut seseorang untuk menjadi yang terbaik. Dalam sebuah proses pengenalan
Personal Branding diri kita kepada orang lain memiliki dua konsep, yaitu konsep
Menjual Diri secara kasar, dan Menjual Diri secara halus. Orang yang masih
belum mengerti mengenai bagaimana Personal Branding yang baik seringkali
menggunakan cara Menjual Diri secara kasar yang akan menimbulkan kesan
yang buruk terhadap seseorang yang menggunakannya, jadi untuk membuat
Personal Branding yang baik sangat disarankan untuk Menjual Diri dengan
cara yang halus, karena kesan yang ditinggalkan akan menjadi baik. Contohnya
adalah misal saya adalah pemilik sebuah restoran, untuk Menjual Diri secara
halus saya tidak akan mengatakan secara langsung bahwa saya pemilik restoran,
melainkan saya hanya akan mengatakan bahwa saya Sering main kesana buat liat
pegawai hal ini akan menunjukkan bahwa dia pemilik restoran namun tidak
secara eksplisit, ini akan membuat Personal Branding menjadi lebih sukses
karena terlihat rendah hati.
Dalam proses Menjual Diri tadi, ada beberapa aspek yang dapat
dikendalikan antara lain adalah Everything I do; Everything I Say; How I Feel;
How I react to things. Keempat hal tersebut dapat dikatakan penting untuk
memastikan Personal Branding yang dilakukan akan mengarahkan kepada
hubungan kepada orang lain secara lebih intens. Poin yang pertama adalah bahwa
apapun yang kita lakukan harus dalam kendali batas-batas yang baik, contoh
ketika kita ingin melakukan Branding terhadap diri kita sebagai seorang Jurnalis,
tentu apa yang kita sering lakukan dapat berhubungan dengan dunia jurnalistik
seperti sering membaca, menulis, atau sekedar memotret momen-momen penting.
Lalu poin kedua, Branding juga memerlukan konsistensi dalam ucapan, karena
setiap perkataan itu akan memberikan dampak yang sama seperti tindakan yang
kita lakukan. Poin ketiga adalah bagaimana kita mengendalikan perasaan kita
terhadap sesuatu, hal ini perlu dikendalikan karena perasaan kita yang salah akan
mengarahkan kita kepada Branding yang tidak baik pada akhirnya. Dan pada poin
keempat adalah bagaimana kita menanggapi sesuatu hal, contohnya masih
Branding sebagai jurnalis, ketika kita mendapati sebuah informasi yang masih
simpang-siur, tentu bagi orang yang tidak melakukan Branding sebagai seorang
jurnalis akan menerima informasi itu saja, namun bagi orang yang melakukan

Branding sebagai jurnalis akan menanggapi berbeda yaitu mencari tau dari
informasi lain yang lebih dapat dipercaya, atau mencari informasi itu sendiri,
membuktikan kebenarannya, verifikasi data, dan lain sebagainya, karena kita
mengerti bahwa sebagai seorang jurnalis harus peka dan akurat dalam menerima
dan menyampaikan sebuah informasi. Jika kita berhasil mengendalikan keempat
aspek tersebut, maka dapat dikatakan kita termasuk sukses dalam melakukan
Branding terhadap diri kita sendiri.
Setelah mengetahui konsep apa yang harus dikendalikan dalam melakukan
sebuah Personal Branding kita juga harus mengetahui bagaimana cara Personal
Branding tersebut dapat diterima oleh masyarakat luas, karena ketika kita
mengerti apa yang disukai oleh orang lain maka besar kemungkinan Branding
yang kita lakukan akan dapat diterima dan akan mengarah kepada komunikasi
yang lebih intens lagi. Disini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu Visual,
Verbal, dan Tingkah-laku. Visual adalah apa yang orang lain lihat, dan tentu hal
ini terlihat secara fisik dan sangat mudah untuk dikenali. Contoh dari poin ini
adalah pakaian yang kita kenakan, postur tubuh, gaya rambut, senyum, dan kontak
mata. Contoh ketika kita melakukan interview atau ingin bertemu dengan orang
lain yang kita anggap Sukses kita harus mengenakan busana yang sepantasnya,
atau terbaik yang kita punya. Dengan menguasai tanda visual ini berarti dapat
dikatakan kita menguasai 93% penilaian kesan awal seseorang terhadap diri kita.
Jadi ketika kita mampu membuat penilaian awal ini baik, maka dengan percaya
diri kita dapat melakukan hubungan yang lebih intens dengan lawan komunikasi,
dan hal ini penting sekali karena ada sebutan bahwa awal pertemuan atau 3 menit
awal adalah momen yang tepat untuk membuat kesan baik terhadap orang lain
karena ketika kita mampu membuat kesan baik di awal besar kemungkinan akan
meninggalkan kesan baik juga untuk selanjutnya.
Poin kedua adalah tanda verbal dan kebiasaan. Ini adalah tanda
lanjutan yang harus kita kenali, salah satunya adalah nada bicara, kecepatan
berbicara, dan aksen. Walaupun ini dipengaruhi oleh bahasa, namun akan lebih
baik jika kita berbicara dengan nada yang tepat, dan kecepatan yang masih mudah
dimengerti oleh orang lain sehingga lawan komunikasi akan dapat mengerti apa
yang kita maksud dan lebih menghargai kita dan tentu meningkatkan Branding
kita dimata orang lain. Hal verbal lain adalah bagaimana artikulasi kita berbicara,
topik pembicaraan, dan gaya bicara, ini juga harus diperhatikan karena akan
menunjukkan secara lebih detail bagaimana Branding yang ingin kita tampilkan,
relevan tidaknya dengan yang ingin kita tunjukkan kepada orang lain.
Poin ketiga adalah tanda tingkah-laku. Hal ini seringkali tidak terlihat
secara eksplisit namun mempengaruhi terhadap pandangan orang lain terhadap
diri kita, salah satu contoh paling sederhana dari poin ini adalah datang tepat

waktu, orang yang dapat datang tepat waktu akan memiliki nilai tersendiri di mata
orang yang mengetahuinya karena orang yang tepat waktu biasanya memiliki
komitmen dan motivasi yang kuat dalam melakukan sesuatu. Selain itu contoh
sederhana lain adalah hubungan antara ucapan dan perbuatan, orang yang
memiliki Branding yang baik tentu setiap perkataan yang ia ucapkan akan
menjadi sebuah tindakan yang nyata sehingga akan menimbulkan kesan bahwa
tidak omdo dan memiliki realisasi terhadap visi yang ia miliki, orang yang tidak
dapat melakukan ucapannya akan dipandang kurang baik dan hal ini akan
menggagalkan Branding yang kita lakukan sendiri.
Dalam keseharian, presepsi adalah realitas yang ada, karena kesan pertama
yang ditinggalkan seseorang dapat menjadi realitas orang tersebut. Lantas untuk
menambah nilai pada Personal Brand kita memerlukan untuk memiliki pesan
yang konsisten, membangun hubungan professional maupun secara personal
karena hal ini diperlukan untuk menambah jaringan dan membangun kepercayaan
orang lain terhadap diri kita, kritik dan saran juga harus didenarkan. Kita juga
harus melatih untuk melebihi ekspektasi yang kita harapkan, kita juga harus
mengenali bagaimana diri kita dipandang oleh orang lain seperti pada Symbolic
Interaction dan kita harus dapat membedakan prioritas untuk menjadi orang yang
professional

You might also like