You are on page 1of 36

BAB I

PENDAHULUAN
Kematian mendadak yang tidak diharapkan dan tidak dapat dijelaskan
ditemukan pada sebagian besar kasus pada praktek kedokteran forensik. Kematian
mendadak yang tidak dijelaskan sering tercatat sebagai kematian karena sebab
yang alami. Para ahli percaya bahwa kebanyakan dari kematian ini dikarenakan
Sudden Death Syndrome (sindroma kematian mendadak) atau Sudden Cardiac
Death (kematian jantung mendadak). Penyebab kematian mendadak akibat
penyakit dapat diklasifikasikan menurut sistem tubuh, diantaranya sistem Susunan
Saraf Pusat, sistem kardiovaskuler, dan sistem pernafasan.1,2
Pada tahun-tahun terakhir ini, penyebab kematian tersering pada kasus
kematian mendadak adalah penyakit kardiovaskular. Penyebab penyakit jantung
itu sendiri bermacam macam, mulai dari penyakit jantung koroner, kardiomiopati,
penyakit katup jantung hingga akibat kelainan genetik seperti pada sindrom
marfan. 1 Sebuah studi post mortem pada salah satu Rumah Sakit di Dublin,
Connoly Hospital antara Januari 1987 hingga Desember 2001, menyebutkan
bahwa penyebab terbanyak kematian mendadak adalah penyakit Jantung (79%).1,3
Di Indonesia sendiri sukar didapat insiden kematian mendadak yang
sebenarnya. Angka yang ada hanyalah jumlah kematian mendadak yang diperiksa
di bagian kedokteran forensik FKUI. Dalam tahun 1990, dari seluruh 2461 kasus,
ditemukan 227 laki-laki (9,2%) dan 50 perempuan (2%) kasus kematian
mendadak, sedangkan pada tahun 1991 dari 2557 kasus diperiksa 228 laki-laki
(8,9%) dan 54 perempuan (2,1%). Oleh karena penyebabnya yang wajar, maka
apabila kematian tersebut didahului oleh keluhan, gejala dan terdapat saksi
(apalagi bila saksinya adalah dokter, misalnya di klinik, puskesmas, atau rumah
sakit) biasanya tidak akan menjadi masalah kedokteran forensik. Namun apabila
kematian tersebut terjadi tanpa riwayat penyakit dan tanpa saksi, maka dapat
menimbulkan kecurigaan bagi penyidik, apakah terkait unsur pidana di dalamnya.
Disinilah peran pemeriksaan forensik berupa autopsi dan pemeriksaan histologi
akan sangat penting guna menjawab permasalahan di atas.1,3,4
1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 KEMATIAN MENDADAK ( SUDDEN DEATH )
II.1.1 DEFINISI
Pengertian kematian mendadak sebenarnya berasal dari kata sudden
unexpected natural death yang di dalamnya terkandung kriteria penyebab yaitu
natural (alamiah, wajar). Kata mendadak disini diartikan sebagai kematian yang
datangnya tidak terduga dan tidak diharapkan, dengan batasan waktu yang nisbi.
Camps menyebutkan batasan kurang dari 48 jam sejak timbul gejala pertama. 1,3,4
Definisi kematian mendadak menurut WHO, yaitu kematian dalam waktu
24 jam sejak gejala timbul, namun pada kasus-kasus forensik sebagian besar
kematian terjadi dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala timbul.
Kematian mendadak tidak selalu tidak terduga, dan kematian yang tak terduga
tidak selalu terjadi mendadak, namun amat sering keduanya terjadi bersamaan
pada satu kasus.1,2,4
Pada kematian mendadak, penyebab kematian hampir selalu ditemukan
pada sistem kardiovaskuler, meskipun lesi tidak terdapat di jantung atau pembuluh
darah utama. Cerebral hemmorraghe yang masif, perdarahan subarachnoid,
rupture kehamilan ektopik, hemoptisis, hematemesis dan emboli pulmonal,
sebagai contoh, bersama dengan penyakit jantung dan aneurisma aorta
mempunyai kontribusi pada sebagian besar penyebab kematian mendadak dan
unexpected akibat sistem vaskular.
II.1.2 EPIDEMIOLOGI
Kematian mendadak terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki
dibandingkan pada perempuan. Penyakit pada jantung dan pembuluh darah
menduduki urutan pertama dalam penyebab kematian mendadak dan juga
memiliki kecenderungan yang serupa yaitu lebih sering menyerang laki-laki
dibandingkan perempuan dengan perbandingan 7:1 sebelum menopause dan
menjadi 1:1 setelah perempuan menopause. Tahun 1997 -2003 di Jepang

dilakukan penelitian pada 1446 kematian pada kecelakaan lalu lintas dan dari
autopsi pada korban kecelakaan lalu lintas di Dokkyo University dikonfirmasikan
bahwa 130 kasus dari 1446 kasus tadi penyebab kematiannya digolongkan dalam
kematian mendadak, bukan karena trauma akibat kecelakaan lalu lintas. Di
Indonesia seperti yang dilaporkan badan Litbang Departemen Kesehatan RI,
persentase kematian akibat penyakit ini meningkat dari 5,9% (1975) menjadi
9,1% (1981), 16,0 (1986), dan 19,0% (1995). 1,3,4
II.1.3 KLASIFIKASI
Terminologi kematian mendadak dibatasi pada suatu kematian alamiah
yang terjadi tanpa diduga dan terjadi secara mendadak (sudden natural
unexpected death).
Kematian alamiah ini dapat dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu:1,3,4
1.) Kematian yang terjadi dimana ada saksi mata dan keadaan dimana faktor
fisik dan emosi mungkin memainkan peran, juga dapat terjadi saat
aktivitas fisik, dimana cara mati dapat lebih mudah diterangkan atau
kematian tersebut terjadi selama perawatan/pengobatan yang dilakukan
oleh dokter ( Attendaned Physician).
2.) Keadaan

dimana

mayat

ditemukan

dalam

keadaan

yang

lebih

mencurigakan seringnya diakibatkan TKP nya atau pada saat orang


tersebut meninggal tidak dalam perawatan atau pengobatan dokter
(unattendaned physician), terdapat kemungkinan hadirnya saksi-saksi yang
mungkin ikut bertanggung jawab terhadap terjadinya kematian.
Pada kematian alamiah kategori pertama, kematian alamiah dapat dengan
lebih mudah ditegakkan, dan kepentingan dilakukannya autopsi menjadi lebih
kecil. Pada kematian kategori ini, keluarga untuk kepentingan almarhum dan
mereka sendiri dapat meminta dilakukannya autopsi klinik pada almarhum.
Autopsi klinik tidak memerlukan surat permintaan dari kepolisian, karena pada
prinsipnya dilakukan atas kehendak keluarga, bukan untuk kepentingan
penyidikan. Persetujuan keluarga dalam tindakan autopsi klinik ini harus dibuat

secara tertulis, dan hasil dari pemeriksaan akan dituangkan dalam sebuah laporan
autopsi atau autopsy report.
Pada kematian alamiah kategori kedua, sebab kematian harus benar-benar
ditentukan agar cara kematian dapat ditentukan dan kematian alamiah dan tidak
wajar sedapat mungkin ditentukan dengan cara apakah kekerasan atau racun ikut
berperan dalam menyebabkan kematian. Oleh karena keadaan pada kematian
alamiah kategori kedua ini lebih mencurigakan maka polisi akan mengadakan
penyidikan dan membuat surat permintaan visum et repertum. Pada keadaan ini
hasil pemeriksaan akan dituangkan dalam visum et repertum, dan persetujuan
keluarga akan menjadi prioritas yang lebih rendah dari kepentingan penegakan
hukum.
II.1.4 ETIOLOGI
Secara garis besar penyebab kematian mendadak, yaitu karena trauma,
keracunan dan penyakit. Insiden kematian mendadak akibat trauma dan keracunan
lebih kurang sekitar 25-30%, sementara penyakit merupakan penyebab tersering
dari terjadinya kematian mendadak dengan persentase mencapai 60-70%.
Kematian mendadak terbanyak akibat dari penyakit pada sistem jantung dan
pembuluh darah.1,2,3
Berikut ini penyebab kematian mendadak secara garis besar, yaitu:
1. Trauma
Menurut dr.Roslan Yusni Hasan, Sp.BS, trauma pada otak dan
leher dapat menjadi kombinasi penyebab kematian yang fatal. Hal ini
terjadi ketika terjadinya benturan pada bagian kepala yang kemudian
dibarengi leher yang tertolak ke belakang. Akibatnya, tulang leher patah
dan patahnya tulang ini dapat memicu kematian dalam waktu singkat
akibat tertutupnya jalan nafas. Tubuh seketika bisa kehilangan suplai
oksigen, akibatnya sel-sel mengalami kematian mendadak. Akan tetapi,
trauma otak ternyata sebenarnya tidak selalu menyebabkan kematian
dalam waktu singkat, paling tidak diperlukan waktu 1-2 jam sebelum
terjadinya kematian.1,5,6

Trauma lain yang bisa menyebabkan kematian mendadak adalah


cedera tulang dada (thorax) dan panggul (pelvis). Cedera tulang dada
dapat menyebabkan terjadinya tamponade jantung atau suatu kondisi di
mana jantung tertekan akibat benturan pada dada. Hal ini menyebabkan
darah menggenang di sekitar jantung di dalam tulang dada. Sedangkan
cedera pada tulang panggul menyebabkan tubuh mengalami kehilangan
darah dalam jumlah banyak.1,3,4
Salah satu masalah yang paling sulit dalam kedokteran forensik
adalah jika kematian terjadi pada seseorang yang mengalami kekerasan
namun menderita juga sedang penyakit atau dimana penyakit telah
meningkatkan kerusakan setelah terjadinya kekerasan. Pada keadaan
seperti ini kontribusi penyakit dan kekerasan sebagai sebab kematian dapat
menjadi masalah medikolegal. Pada prakteknya, situasi yang paling sering
menyebabkan keadaan seperti ini adalah penyakit koroner, emboli
pulmoner dan perdarahan subarachnoid.7

2. Keracunan4,8
a. Definisi
Racun ialah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan
fisiologik yang dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan berupa
sakit atau kematian.
Intoksikasi merupakan suatu keadaaan dimana fungsi tubuh
menjadi tidak normal yang disebabakan oleh sesuatu jenis racun atau
bahan toksik lain.
b. Jenis jenis racun
Berdasarkan sumber racun dapat digolongkan menjadi:

Racun yang berasal dari tumbuh tumbuhan yaitu opium, kokain,


kurare, aflatoksin

Racun yang berasal dari hewan seperti bisa atau toksin ular, labalaba dan hewan lauta

Racun yang berasal dari mineral seperti arsen, timah hitam dan
lain-lain

Racun yang berasal dari sintetik seperti heroin

Berdasarkan tempat dimana racun berada, dapat dibagi menjadi:

Racun yang terdapat di alam bebas, misalnya gas gas yang


terdapat di alam

Racun yang terdapat dirumah tangga, misalanya detergen,


insektisida, pembersih (cleaners)

Racun yang digunakan dalam pertanian, misalnya insektisida,


herbisida dan pestisida

Racun yang digunakan dalam industry dan laboratorium, misalnya


asap dan basa kuat, logam berat

Racun yang terdapat dalam makanan, misalnya sianida dalam


singkong, botulinium (racun ikan), bahan pengawet, zat adiktif

Racun dalam bentuk obat, misalnya hipnotik, sedative

c. Cara kerja atau efek yang ditimbulkan

Lokal : pada tempat kontak akan timbul beberapa reaksi, misalnya


perangsangan, peradangan atau korosif. Contoh korosif : asam dan
basa kuat

Sistemik : mempunyai afinitas terhadap salah satu system,


misalnya barbiturate, alcohol, morfin, mempunyai afinitas kuat
terhadap SSP. Digitalis dan oksalat terhadap jantung. CO terhadap
darah.

Lokal dan sistemik : asam karbol menyebabkan erosi lambung,


sedangkan sebagian yang diabsorpsi akan menimbulkan depresi
SSP

d. Faktor yang mempengaruhi keracunan

Cara masuk : mulai dari yang paling cepat sampai paling lambat
berturut-turut

adalah

inhalasi,

intravena,

intramuskuler,

intraperitoneal, subkutan, peroral, kulit.

Umur : orang tua dan anak-anak lebih rentan

Kondisi tubuh : lebih rentan pada orang dengan daya tahan tubuh
yang rendah seperi pada orang dengan gizi kurang atau buruk,
orang dengan penyakit ginjal

Kebiasaan : penting pada kasus keracunan alcohol dan morfin


sebab terjadi toleransi

Alergi : misal vitamin E, penicillin, streptomisin, dan prokain

Faktor racun sendiri : yaitu takaran, konsentrasi, bentuk dan


kondisi fisik lambung, struktur kimia, sinergisme dan adisi.

Waktu pemberian : sebelum atau sesudah makan. Pada racun


peroral jika diberikan sebelum makan absorpsi akan lebih baik dan
efek lebih cepat.

e. Kriteria Diagnosis
1. Adanya tanda dan gejala yang sesuai dengan racun penyebab
2. Dengan analisis kimiawi dapat dibuktikan adanya racun pada
barang bukti jika sisanya masih ada
3. Dapat ditemukan racun atau sisa dalam tubuh/ cairan tubuh korban,
jika racun menjalar secara sistemik
4. Kelainan pada tubuh korban, makroskopik maupun mikroskopik
sesuai dengan racun penyebab
5. Riwayan penyakit, bahwa korban tersebut benar-benar kontak
dengan racun
Butir 3 dan 4 mutlak perlu
Yang perlu diperhatikan untuk korban keracunan :

Keterangan tentang racun apa kira-kira yang menjadi penyebabnya

Harus sedikit sekali menggunakan air

Jangan menggunakan desinfektan

f. Pemeriksaan toksikologik
Pemeriksaan toksikologik harus dilakukan pada :

Bila pada pemeriksaan setempat terdapat kecurigaan terhadap


keracunan.

Bila pada otopsi ditemukan kelainan yang lazim ditemukan pada


keracunan dengan zat tertentu, misalnya lebam mayat yang tidak
biasa (cherry red pada CO, merah terah pada sianida, kecoklatan
pada nitrit, nitrat, anilin, fenasitin dan kina); loka bekas suntikan
sepanjang vena, keluarnya buih dari mulut dan hidung (keracunan
morfin), bau amandel (keracunan sianida), bau kutu busuk
(keracunan malation).

Bila pada otopsi tidak ditemukan penyebab kematian.


Dalam menangani kasus kematian akibat keracunan perlu

dilakukan pemeriksaan penting yaitu :

Pemeriksaan ditempat kejadian (TKP)

Otopsi lengkap

Analisis toksikologik

3. Penyakit2,3,4
a. Penyakit Sistem Kardiovaskular
Beberapa penyakit pada sistem kardiovaskular yang dapat
mengakibatkan mati mendadak antara lain:
1. Penyakit Jantung iskemik
2. Infark Miokard
3. Penyakit Katup Jantung
4. Miokarditis

5. Kardiomiopati
1.) Penyakit Jantung Iskemik
Dengan perhitungan kasar, sekitar 62% dari semua
kematian mendadak karena penyakit jantung, disebabkan oleh
arteriosklerosis pada arteri koroner. Terbentuknya sumbatan pada
lumen cabang pembuluh darah yang partial atau total yang luas
ataupun hanya setempat dapat menyebabkan arteri tidak dapat
mengirim darah yang adekuat ke miokardium. Sebagai akibatnya
akan terjadi coronary artery insufficiency dan jantung secara tibatiba berhenti. Obstruksi yang signifikan pada lumen arteri
koronaria adalah jika membatasi 75% lumen atau setidaknya 80%
dari lumen yang normal harus hilang sebelum timbul infark
miokard.
Untuk dapat menyebabkan kematian, tidak perlu harus ada
penyumbatan. Adanya penyenmpitan atau penebalan, khususnya
pada ramus descenden a. coronaria sinistra, yaitu arteri yang
mensuplai darah bagi sistem konduksi (pacemaker). Dengan
berkurangnya suplai darah ke tempat tersebut, yang terjadi pada
waktu melakukan kerja fisik (oleh karena ada penebalan atau
penyempitan, sehingga tidak bisa melebar sewaktu dibutuhkan),
terjadi hipoksia yang diikuti fibrilasi atrium dan berakhir dengan
keamtian.
Tempat

dimana

a.

coronaria

sering

penyempitan, adalah:
a.) ramus descenden a. coronaria sinistra (45-64%)
b.) a. coronaria dextra (24-46%)
c.) a. circumflexa coronaria sinistra (3-10%)
d.) pangkal a. coronaria sinistra (0-10%)

mengalami

Stenosis dari arteri koroner oleh ateroma sangat sering


terjadi, konsekuensinya terjadi pengurangan aliran darah ke otot
jantung yang dapat menyebabkan kematian dengan berbagai cara,
yaitu:
a.) Insufisiensi koroner akibat penyempitan lumen utama akan
mengakibatkan iskemia kronik dan hipoksia dari otot-otot
jantung di bawah stenosis. Otot jantung yang mengalami
hipoksia mudah menyebabkan aritmia dan fibrilasi ventrikel,
terutama pada adanya beban stress seperti olahraga atau emosi.
b.) Komplikasi dari ateroma dapat memperburuk stenosis koroner
dan kematian otot jantung yang mengikutinya. Plak ateroma
ulseratif dapat pecah atau hancur, mengisi sebagian atau
seluruh pembuluh darah dengan kolesterol, lemak dan debris
fibrosa. Pecahan ini akan terbawa ke arah distal pembuluh
darah dan pada percabangan pembuluh darah menyumbat
pembuluh darah dan menyebabkan multipel mini-infark.
Bagian endotel dari plak yang hancur dapat bertindak seperti
katup dan menutup total pembuluh darah. Komplikasi lain
adalah perdarahan sub-intima yang terjadi pada plak,
membesarkannya

secara

tiba-tiba

dan

menutup

lumen

pembuluh darah.
c.) Trombosis koroner
d.) Miokard infark, terjadi ketika stenosis berat terjadi atau terjadi
oklusi total dari pembuluh darah, bila pembuluh darah kolateral
di tempat bersangkutan tidak cukup memberi darah pada
daerah yang bersangkutan. Infark umumnya baru terjadi bila
lumen tertutup lebih dari atau sama dengan 70%.
e.) Lesi pada sistem konduksi jantung. Efek dari infark yang besar
adalah mengurangi fungsi jantung karena kegagalan pompa dan
otot yang mati tidak dapat berkontraksi atau menyebabkan
aritmia dan fibrilasi ventrikel. Infark yang dapat dilihat dengan

mata secara makroskopik tidak terjadi saat kematian mendadak,


karena perlu beberapa jam agar oklusi jantung menjadi jelas.
Tapi efek fatal dari infark dapat terjadi pada setiap saat setelah
otot menjadi iskemik.
f.) Infark miokard yang ruptur dapat menyebabkan kematian
mendadak karena hemoperkardium dan tamponade jantung.
Keadaan ini umumnya terjadi pada wanita tua, yang
mempunyai miokardium yang rapuh, namun tidak menutup
kemungkinan terjadi pada semua orang. Keadaan ini cenderung
terjadi dua atau tiga hari setelah onset infark dan bagian otot
yang infark menjadi lunak. Ruptur terkadang terjadi pada
septum interventrikuler, menyebabkan leftright shunt pada
jantung.
g.) Fibrosis miokard, terjadi ketika infark miokard menyembuh
karena miokardium tidak dapat berprofilerasi. Sebuah daerah
fibrosis yang besar di ventrikel kiri dapat kemudian
membengkak karena tekanan yang tinggi selama sistole
membentuk aneurisma jantung yang mengurangi fungsi
jantung.
h.) Ruptur otot papilaris, dapat terjadi karena infark dan nekrosis.
Keadaan ini memungkinkan katup mitral mengalami prolaps
dengan gejala insufisiensi mitral dan bahkan kematian.
Ateroma pada arteri koroner bisa fokal dengan plak yang
irreguler dengan berbagai ukuran atau dalam jumlah sedikit dan
terlokalisir dengan sisa lumen lain pada sistem kardiovaskuler
hampir normal. Hal ini berarti setiap bagian pembuluh darah
utama harus diperiksa saat otopsi, pemotongan transversal
dilakukan dengan jarak tidak lebih dari 3 mm.
2.) Infark Miokard

Infark miokard adalah nekrosis jaringan otot jantung akibat


insufisiensi aliran darah. Insufisiensi terjadi karena spasme dan
atau sumbatan karena sklerosis dan trombosis. Infark miokard
adalah patologik (gejala klinisnya bervariasi, kadang tanpa gejala
apapun), sedangkan infark miokard akut adalah pengertian klinis
(dengan gejala diagnosis tertentu). Kematian dapat terjadi dalam
beberapa jam awal atau hari setelah infark dan penyebab segeranya
adalah fibrilasi ventrikel.
Beberapa komplikasi infark miokard yang mungkin timbul
antara lain:

Ruptur jantung, merupakan penyebab umum timbulnya


haemoperikardium dan cardiac tamponade. Ruptur selalu
terjadi selama infark. Ruptur paling sering terjadi pada bagian
distal dinding ventrikel kiri.

Trombosis mural, tidak dapat disepelekan jika infark terjadi


pada endokardium ventrikel kiri.

Perikarditis, terjadi bersama dengan infark transmural.


Perikardium viseral menjadi berwarna merah keunguan
dengan vaskular blush pada permukaannya.

Fibrosis miokard, pada orang tua dapat menyebabkan


hipertrofi ventrikel pada hipertensi dan meyebabkan iskemik
relatif.

Aneurisma jantung, terjadi dimana daerah fibrosis yang luas


menggantikan infark transmural sebelumnya.
Pada autopsi dapat dikenali beberapa bentuk infark

miokard, yaitu: 4,8,9,10

Infark laminar, lebih banyak ditemukan pada daerah


subendokardial atau pada ventrikel kiri, kadang infark luas
sampai setengah atau lebih dari tebalnya dinding.

Infark lokal atau regional, lebih sering pada penyakin arteri


koroner murni, dan disebabkan oklusi lokal atau sumbatan
yang berat pada arteri koronaria. Besar dan posisi infark
tergantung dimana oklusi terjadi. Hampir semua infark jenis
ini ditemukan pada ventrikel kiri.
Gambaran makroskopis infark miokard awal digambarkan

dengan berbeda pada banyak buku patologi,

sebagian karena

berbagai macam umur infark yang digambarkan oleh penulis.


Beberapa gambaran yang khas dari tingkatan infark miokard,
adalah: 9,10

Pada 12-18 atau bahkan 24 jam pertama, tidak dapat dilihat


dengan mata telanjang. Tanda pertama yang dapat ditemukan
adalah oedem pada otot yang terlihat pucat karena tekanan
serabut otot pada pembuluh darah.

Sekitar akhir hari pertama sampai hari kedua dan ketiga,


daerah tersebut menjadi berwarna kuning disertai pecahnya
miosit yang menyebabkan lapisan tampak merah. Hal ini
akan memberikan gambaran trigoid seperti belang pada
macan.

Setelah beberapa hari, infark menjadi lebih lembut dan rapuh,


disebut myomalacia cordis. Pada fase ini, 2 atau 3 hari
kedepan akan terjadi ruptur dan masuk ke kandung
pericardial.

Tiga minggu dan setelahnya, bagian tengah infark menjadi


seperti

gelatin,

warnanya

memudar

menjadi

aduadu

transparan.

Satu atau dua bulan selanjutnya, fibrosis akan mengganti otot


yang mati dan menjadi jaringan parut.

Gambaran infark miokard yang berbeda pada tiap fase


dapat terlihat secara mikroskopis. Gambaran infark tersebut antara
lain: 8,9,10

Perubahan awal gambaran mikroskopis infark miokard tidak


spesifik. Perubahan tersebut diantaranya oedema intersisial,
kongesti, dan perdarahan kecil.

Periode 18-24 jam, terjadi degenerasi yang progresif pada


serabut otot dan jumlah eosinofilia bertambah. Oedema
seluler mereda dan digantikan oleh oedema interfibre,
memisahkan serabut otot.

Hari kedua sampai keempat, nukleus menjadi cekung dan


membayang. Terjadi infiltasi netrofil pada sebagian infark,
kemudian digantikan oleh mononuklear makrofag akan
membersihkan debris dan fibroblas akan menjadi kolagen
selama perbaikan.

Pada akhir minggu pertama, terjadi disitegrasi serabut otot,


dan kapiler baru dan fibroblas mulai terlihat.

Pada minggu keempat, terjadi fibrosis awal yang lambat dan


tidak merata.

3.) Penyakit Katup Jantung


Penyakit katup jantung biasanya mempunyai riwayat yang
panjang. Kematian mendadak dapat terjadi akibat rupture valvula.
Kematian mendadak juga dapat terjadi pada stenosis aorta
kalsifikasi (calcific aorta stenosis) kasus ini disebabkan oleh
penyakit degenerasi dan bukan karditis reumatik. Penyakit ini lebih
banyak pada pria dari pada wanita dan timbul pada usia sekitar 60
tahun atau lebih.
Stenosis aorta menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri,
bahkan lebih nyata dibanding pada hipertensi. Jantung dapat

mencapai berat 800 1000 gram. Penyebabnya biasanya adalah


kalsifikasi pada katup jantung menyebabkan katup menjadi tebal
dan kaku. Pada tingkat lanjut, seluruh katup mungkin hampir tidak
dapat dikenali, massa seperti kapur, dengan lumen hampir tidak
cukuplebar untuk memuat sebuah pensil. Katup aorta yang sempit,
menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri dan menyebabkan
hipertrofi otot dalam rangka memompa stroke volume yang sama
melewati lubang yang lebih sempit. Efek yang lain adalah
penurunan tekanan perfusi koroner, dan akan lebih buruk jika
terjadi regurgitasi. Kematian mendadak umumnya terjadi pada usia
di atas 60 tahun, namun terjadi pula pada orang yang lebih muda
dengan kelainan kongenital berupa katup aorta yang bikuspid.2,3,4
4.) Miokarditis
Miokarditis biasanya tidak menunjukkan gejala dan sering
terjadi pada dewasa muda. Diagnosis miokarditis pada kematian
mendadak

hanya

dapat

ditegakkan

dengan

pemeriksaan

histopatologik. Otot jantung harus diambil sebanyak 20 potongan


dari 20 lokasi yang berbeda dari pemeriksaan ini. Pada
pemeriksaan histopatologik tampak peradangan interstisial dan
atau parenkim, edema, perlemakan, nekrosis, degenerasi otot
hingga miolisis. Infiltrasi leukosit berinti tunggal, plasmosit dan
histiosit tampak jelas. 2,3,4
5.) Kardiomiopati
Kardiomiopati adalah suatu kelainan pada miokardium
yang dihubungkan dengan disfungsi jantung dimana belum
diketahui penyebab yang pasti. Kardiomiopati bukan merupakan
hasil dari arteriosklerosis, hipertensi, kongenital, atau penyakit
katup jantung. Kardiomiopati dapat digolongakan menjadi 3, yaitu:
dilated/kongesti,

hipertrofi,

dan

restriktif-obliteratif.

Pada

dilated/kongesti,

jantung

dengan

nyata

membesar,

dengan

miokardium yang lembek dan perbesaran pada semua ruang.


Secara mikroskopis, terdapat degenerasi dan atau hipertrofi serat
otot, fibrosis miokardium yang fokal atau difus, infiltasi sel
mononuklear, dan kadang infiltrasi lemak. 2,3,4
b. Penyakit Sistem Respirasi
Kematian biasanya melalui mekanisme perdarahan, asfiksia,
dan atau pneumothoraks. Perdarahan dapat terjadi pada tuberculosis
paru, kanker paru, bronkiektasis, abses, dan sebagainya. Sedangkan
asfiksia terjadi pada pneumonia, spasme saluran nafas, asma, penyakit
paru obstruktif kronis, aspirasi darah atau tersedak. 2,3,4
c. Penyakit Sistem Pencernaan
Kematian dapat cepat terjadi pada kasus perdarahan akibat
gastritis kronis atau ulkus duodeni. Perdarahan fatal akibat tumor
jarang terjadi dan jika terjadi maka sering akibat dari karsinoma atau
leiomyoma. Kematian mendadak dapat juga disebabkan oleh varises
esophagus yang sering merupakan komplikasi dari sirosis hepatis
dimana mekanisme terjadinya adalah akibat dari hipertensi portal. 2,3,4
d. Penyakit Sistem Hematopoietik
1.) Limpa
Ruptur dari limpa dapat menyebabkan kolaps dan mati
mendadak dengan cepat. Limpa dapat ruptur secara spontan atau
karena trauma. Hal ini terjadi jika limpa terlibat dalam penyakit
yang cukup berat yaitu infeksi mononukleosa, hemofilia, malaria
dan tifoid.
2.) Darah
Kematian mendadak tak terduga dilaporkan oleh kasus
megaloblastik anemia. Infeksi ringan juga dapat muncul sebagai

pemicu terjadinya kematian pada beberapa keadaan anemia.Hal


tersebut juga dapat terjadi pada pasien leukemia. 2,3,4
e. Penyakit Sistem Urogenital
Penyakit pada ginjal dan sistem urinaria jarang menyebabkan
mati mendadak. Ada beberapa kondisi yaitu pada pasien dengan
uremia fase terminal atau dengan koma/kejang dapat terjadi mati
mendadak. 2,3,4
f. Penyakit Sistem Saraf Pusat
Kejadian mati mendadak yang berhubungan dengan penyakit
sistem saraf pusat biasanya akibat perdarahan yang dapat terjadi pada
subarachnoid atau intraserebral.
1.) Perdarahan Sub Arakhnoid Spontan (Non Trauma)
Perdarahan sub arakhnoid spontan merupakan keadaan
yang

sangat

berpotensi

mengancam

jiwa.

Penyebab

dari

perdarahan sub arakhnoid spontan ini sangat perlu diketahui karena


akan

menentukan

penatalaksanaan

selanjutnya.

Perdarahan

subarakhnoid dapat menyebabkan kematian yang sangat cepat


walaupun mekanismenya masih belum jelas. Pada autopsi,
diagnosis perdarahan subarakhnoid terbukti sendiri (selfevident).
Biasanya perdarahan berasal dari sirkulus Willis, perdarahan yang
paling tebal akan melewati dasar otak, terutama sisterna basalis.
2.) Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral non traumatik umumnya disebabkan
oleh kerusakan pembuluh darah akibat hipertensi (hipertensi,
eklamsia), juga dikarenakan disfungsi autoregulasi dengan aliran darah
otak yang berlebihan (cedera reperfusi, transformasi hemoragik,
paparan dingin), pecahnya aneurisma atau malformasi arteri-vena,
arteriopati, perubahan hemostasis (trombolisis,antikoagulasi, diatesis

hemoragik), nekrosis hemoragik (tumor, infeksi), atauobstruksi aliran


vena (trombosis vena serebral). Perdarahan intraserebral secara klinis
ditandai dengan onset yang mendadak dan berkembang dengan cepat.
Perdarahan serebral lebih sering ditemui pada laki-laki
dibanding perempuan dan tidak umum terjadi pada umur muda.
Perdarahan biasanya terjadi pada orang ketika aktif dibanding
ketikaberistirahat. Hipertensi sebenarnya sering menyertai keadaan ini
dan biasanya hanya ada satu episode perdarahan yaitu ketika serangan.
Perdarahan berulang tidak umum ditemukan. Penderita biasanya
menunjukkan gejala dalam dua hingga beberapa jam. Pada perdarahan
intraserebral otak akan membengkak secara asimetris, dengan hemisfer
yang membengkak mengandung darah. Perdarahan subarakhnoid dapat
atau tidak muncul pada dasar otak. Pada irisan, jaringan otak yang
berdekatan dengan perdarahan akan membengkak dan edematous.
Tidak ada jaringan otak pada daerah hematom. Irisan mikroskopik
menunjukkan sklerotik yang terhialinisasi pada arteri dan arteriol.
Terkadang dapat ditemukan aneurisma arteriol dan arteri yang dilatasi.
Kematian umumnya disebabkan kompresi dandistorsi otak tengah atau
perdarahan ke dalam sistem ventrikel.
Walaupun kematian pada pecahnya aneurisma atau perdarahan
intraserebral dianggap wajar, namun pada beberapa keadaan tertentu
dapat termasuk dalam pembunuhan, misalnya apabila orang tersebut
mengalami ruptur aneurisma ketika terjadi kekerasan secara fisik,
namun yang menentukan apakah ada aksi kriminal di dalamnya adalah
pengadilan, bukan tenaga medis yang memeriksa. 2,3,4
3.) Lain-lain
Kematian mendadak jarang terjadi pada infeksi, meskipun ada abses
serebral yang ruptur, dan kematian yang cepat berhubungan dengan
meningitis (pneumokokus, meningokokus, influenza, tuberkulosa). Akut

poliomyelitis dan ensefalitis dapat menyebabkan kematian cepat jika juga


mengenai batang otak.2,3,4

II.1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Berhadapan dengan kasus kematian mendadak, autopsi harus dilakukan
dengan sangat teliti, pemeriksaan histopatologik merupakan suatu keharusan.
Sampel diambil dari semua organ yang dianggap terlibat dengan perjalanan
penyakit hingga menyebabkan kematian, juga kelainan pada organ yang tampak
secara makroskopik, walau mungkin kelainan tersebut tidak berhubungan
langsung dengan penyebab kematian. 1,2,3,4
Sebaiknya setiap jenis organ dimasukkan pada wadahnya sendiri,
menghindari bias pembacaan mikroskopik. Eksisi sampel organ haruslah
mencakup daerah yang normal dan daerah yang kita curigai secara mikroskopik
terjadi proses patologik. Informasi mengenai temuan-temuan pada autopsi perlu
disertakan dalam permintaan pemeriksaan histopatologi, sehingga dokter ahli
patologi dapat melakukan tugasnya dengan maksimal. 1,2,3,4
Pada autopsi kasus yang diduga kematian mendadak, hampir selalu harus
dilakukan pemeriksaan toksikologi. Tanpa pemeriksaan toksikologi, penegakan
sebab mati menjadi kurang tajam. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan
toksikologi beragam sesuai dengan kecurigaan jenis racun pada kasus secara
individual. 1,2,3,4
Secara umum sampel untuk analisa toksikologi yang dianggap rutin antara
lain:
1. Darah
Tempat terbaik untuk memperoleh sampel darah adalah dari vena
femoralis atau iliaca, atau dari vena axilaris. Untuk analisa secara umum,
sekitar 15 ml darah dimasukkan ke dalam tabung kosong agar pembekuan
darah dapat terjadi, bersama itu diambil pula 5-10 ml darah dimasukkan
kedalam tabung berisi antikoagulan seperti EDTA atau potassium oxalat atau
heparin. Untuk pemeriksaan alkohol dari darah diperlukan 5 ml darah yang

dimasukkan dalam tabung berisi sodium fluorida untuk mengambat destruksi


alkohol oleh mikro organisme.
2. Urin
Sebanyak 20-30 ml urine dimasukkan ke dalam kontainer kosong,
kecuali bila ada penundaan pemeriksaan, dapat dimasukkan sodium azide.
3. Muntahan atau isi lambung
Muntahan dapat dimasukkan ke dalam kantung plastik yang dapat
ditutup rapat, pada autopsi isi lambung dapat dimasukkan ke dalam
wadahyang

sama

gunting.Laboratorium

dengan
tertentu

membuka
juga

akan

kurvatura

minor

dengan

meminta

sampel

dinding

lambungkarena bubuk atau debris tablet dapat melekat pada lipatan lambung
dengankonsentrasi yang tinggi.
4. Feces
Isi rektum umumnya tidak diperlukan untuk analisa, kecuali ada
kecurigaan

keracunan

logam

berat,

sampel

sebanyak

20-30

gram

dapatdimasukkan ke dalam wadah yang dapat tertutup rapat.


5. Liver dan organ lain
Hati dapat diperiksa secara utuh untuk analisa toksikologi, bila hanya
sebagian hati yang diambil sebagai sampel (100 gr) maka berat total hati harus
dicantumkan dalam lembar permintaan pemeriksaan.
Pada penyalahgunaan bahan pelarut seperti pada penghirup lem, bahan
kimia peracun umumnya dapat ditemukan dalam darah. Laboratorium dapat
membantu bila kita dapat memberikan sampel paru secara utuh agar gas yang
terperangkap dalam paru dapat dianalisa. Pada keadaan ini paru dimasukkan
ke wadah kedap udara seperti kantung nilon ataukantung polyvinyl klorida.
6. Potongan rambut dan kuku

Pada keracunan logam berat sebagian rambut dapat dipotong atau


dicabut beserta akarnya. Potongan kuku dapat digunakan pada pemeriksaan
penunjang karena logam berat mengendap pada kuku dan dapat dianalisa
dengan analisa aktivasi neutron untuk melihat hubungan pertumbuhan rambut
dan paparan racun. Paparan racun yang paling baru akan terlihat paling dekat
dengan akar atau pangkal kuku.
II.2 ASPEK MEDIKOLEGAL PADA NATURAL SUDDEN DEATH
Pada tindak pidana pembunuhan, pelaku biasanya akan melakukan suatu
tindakan atau usaha agar tindak kejahatan yang dilakukanya tidak diketahui baik
oleh keluarga, masyarakat dan yang pasti adalah pihak penyiidik (polisi) , salah
satu modus operandus yang bisa dilakukan adalah dengan cara membawa jenazah
tersebut ke rumah sakit dengan alasan kecelakaan atau meninggal di perjalanan
ketika menuju ke rumah sakit (Death on Arrival) dimana sebelumnya korban
mengalami serangan suatu penyakit (natural sudden death).7
Pada kondisi diatas, dokter sebagai seorang profesional yang mempunyai
kewenangan untuk memberikan surat keterangan kematian harus bersikap sangat
hati-hati dalam mengeluarkan dan menandatangani surat kematian pada kasus
kematian mendadak (sudden death) karena dikhawatirkan kematian tersebut
setelah diselidiki oleh pihak penyidik merupakan kematian yang terjadi akibat
suatu tindak pidana. Kesalahan prosedur atau kecerobohan yang dokter lakukan
dapat mengakibatkan dokter yang membuat dan menandatangani surat kematian
tersebut dapat terkena sangsi hukuman pidana.1,7,11
Ada beberapa prinsip secara garis besar harus diketahui oleh dokter
berhubungan dengan kematian mendadak akibat penyakit yaitu: 7,11
a. Apakah pada pemeriksaan luar jenazah terdapat adanya tanda-tanda
kekerasan yang signifikan dan dapat diprediksi dapat menyebabkan
kematian ?
b. Apakah pada pemeriksaan luar terdapat adanya tanda-tanda yang
mengarah pada keracunan ?

c. Apakah korban merupakan pasien (contoh: penyakit jantung koroner)


yang rutin datang berobat ke tempat praktek atau poliklinik di rumah sakit
?
d. Apakah korban mempunyai penyakit kronis tetapi bukan merupakan
penyakit tersering penyebab natural sudden death ?
Adanya kecurigaan atau kecenderungan pada kematian yang tidak wajar
berdasarkan kriteria tersebut, maka dokter yang bersangkutan harus melaporkan
kematian tersebut kepada penyidik (polisi) dan tidak mengeluarkan surat
kematian.7,11
II.3 AUTOPSI 2,7,11
II.3.1 Definisi
Autopsi adalah pemeriksaan terhadap tubuh mayat, yang meliputi
pemeriksaan terhadap bagian luar maupun dalam, dengan tujuan merumuskan
proses penyakit dan atau adanya cedera, melakukan interpretasi atas penemuanpenemuan tersebut, menerangkan penyebab kematian serta mencari hubungan
sebab

akibat antara kelainan-kelainan yang ditemukan dengan penyebab

kematian.

II.3.2 Klasifikasi
Berdasarkan tujuannya, autopsi terbagi atas :
1.

Autopsi klinik
Dilakukan terhadap mayat seorang yang diduga terjadi akibat suatu
penyakit, tujuannya untuk menentukan penyebab kematian yang pasti,
menganalisis kesesuaian antara

diagnosis

klinis

dengan

diagnosis

postmortem, patogenesis penyakit dan sebagainya. Untuk autopsi ini


diperlukan izin keluarga terdekat mayat tersebut.
Sebaiknya autopsi klinik dilakukan secara lengkap, namun dalam
keadaan amat memaksa dapat dilakukan juga autopsi partial atau needle
terhadap organ tertentu meskipun kedua keadaan tersebut kesimpulannya

sangat tidak akurat.


2. Autopsi forensik/medikolegal
Dilakukan terhadap mayat seseorang yang diduga meninggal
akibat

suatu sebab yang tidak wajar seperti pada kasus kecelakaan,

pembunuhan maupun bunuh diri. Autopsi forensik harus dilakukan sedini


mungkin dan lengkap oleh dokter sendiri dan seteliti mungkin.
Tujuan pemeriksaan ini adalah :
a. Membantu penentuan identitas mayat
b. Menentukan sebab pasti kematian, mekanisme kematian dan saat kematian
c. Mengumpulkan dan memeriksa benda bukti untuk penentuan identitas
benda penyebab dan pelaku kejahatan
d. Membuat laporan tertulis yang objektif berdasarkan fakta dalam bentuk
visum et repertum.
3. Autopsi Anatomi
Dilakukan terhadap mayat korban meninggal akibat penyakit, oleh
mahasiswa kedokteran dalam rangka belajar mengenai anatomi manusia.
Untuk autopsi ini diperlukan izin dari korban (sebelum meninggal) atau
keluarganya. Dalam keadaan darurat, jika dalam 2 x 24 jam seorang jenazah
tidak ada keluarganya maka tubuhnya dapat dimanfaatkan untuk autopsi
anatomi.
II.3.3 Persiapan Sebelum Autopsi Forensik
Sebelum dilakukan autopsi forensik yang perlu diperhatikan adalah hal-hal
sebagai berikut :
1. Melengkapi
dilakukan

surat-surat
termasuk

yang
izin

berkaitan

dengan

keluarga,

autopsi
surat

yang

akan

permintaan

pemeriksaan/pembuatan visum et repertum


2. Memastikan mayat yang akan diautopsi adalah mayat yang dimaksud dalam
surat tersebut.

3. Mengumpulkan keterangan yang berhubungan dengan terjadinya kematian


selengkap mungkin membantu memberi petunjuk pemeriksaan dan jenis
pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan
4. Memastikan alat-alat yang diperlukan telah tersedia.

II.3.4 Teknik Autopsi Forensik


Dalam autopsi forensik ada 2 teknik yang dilakukan, yaitu:
1. Teknik pemeriksaan luar
Dalam teknik pemeriksaan luar yang diperiksa adalah bagian luar
mayat seperti pakaian yang dipakai, perhiasan, benda yang ada disamping
mayat, perubahan tanatologi, identitas mayat, tanda-tanda khusus, warna kulit,
rambut, perkiraan umur, ras, mata, bagian wajah, alat kelamin, tanda-tanda
kekerasan/luka.
2. Teknik pemeriksaan dalam
Dalam teknik pemeriksaan dalam organ tubuh yang diperiksa dimulai
dari lidah, tonsil, kelenjar gondok, kerongkongan (eofagus), batang tenggorok
(trakea), tulang lidah, rawan gondok (kartilago tiroidea), rawan cincin
(kartilago krikoidea), arteri karotis interna, kelenjar kacangan (timus), paruparu, jantung, aorta torakalis, aorta abdominalis, anak ginjal (kelenjar
suprarenalis), ginjal, ureter, kandung kencing, hati, kandung empedu, limpa,
kelenjar getah bening, lambung, usus halus, usus besar, kelenjar liur perut,
otak besar, otak kecil, batang otak, alat kelamin dalam (genitalia interna).
II.3.5 Kepentingan Autopsi Forensik 7,11
Mati mendadak sampai saat ini mungkin masih dianggap sebagai peristiwa
yang wajar, baik oleh masyarakat maupun pihak penyidik atau kepolisian.
Sehingga kasus mati medadak tidak dimintakan autopsi. Kondisi tersebut sangat
merugikan, mengingat kemungkinan kematian mendadak tersebut terdapat unsur

kriminalnya, atau kematian tersebut berhubungan dengan kelalaian perbuatan


orang lain.
Kasus mati mendadak yang tidak terduga sering menimbulkan pertanyaan.
Kecurigaan adanya ketidakwajaran sering muncul dalam pikiran orang.
Berbagai pertanyaan muncul dalam benak masingmasing orang tentang
korban yang mati mendadak tersebut. Pada kasus kematian mendadak, sangat
perlu mendapat perhatian keadaan korban sebelum kematian. Apakah korban baru
menjalankan aktivitas, atau sewaktu istirahat sehabis melakukan aktivitas.
Keadaan lingkungan tempat kejadian perkara juga harus diperhatikan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan :

Kematian terjadi pada saat seseorang melakukan aktivitas fisik maupun


emosional dan disaksikan oleh orang lain, misalnya sedang berolahraga,
melakukan ujian, dan lain sebagainya.

Jenazah dalam keadaan mencurigakan, misalnya korban tanpa kelainan apaapa dengan dengan pakaian rapi ditemukan meninggal, atau meninggal di
tempat tidur sendirian.
Prakoso (1992) mengutip pernyataan Gonzales yang menyebutkan

beberapa kondisi yang mendukung untuk dilakukannya autopsi pada kasus mati
mendadak, yaitu:
1.

Jika jenazah ditemukan dalam keadaaan yang mencurigakan, seperti


ditemukan adanya tanda kekerasan. Kadang kematian mendadak yang
disebabkan penyakit dapat dipacu oleh adanya kekerasan yang disengaja tanpa
meninggalkan tanda pada tubuh korban. Umur korban juga memegang
peranan penting dalam menentukan, apakah korban perlu dilakukan autopsi
atau tidak. Mati mendadak jarang terjadi pada usia muda, jadi kecurigaan
adanya unsur kriminal perlu lebih diperhatikan dibanding pada orang tua.

2.

Autopsi dilakukan atas permintaan keluarga, yang ingin mengetahui


sebab kematian korban.

3.

Autopsi dilakukan untuk kepentingan asuransi.

Kematian

mendadak

yang

tidak mendatangkan

kecurigaan pada

prinsipnya tidak perlu dilakukan autopsi. Baru jika penyidik merasa ada
kecurigaan atau tidak mampu untuk menentukan adanya kecurigaan mati tidak
wajar, maka dokter sebetulnya mutlak untuk melakukan pemeriksaan di tempat
kejadian yang sebenarnya (Prakoso, 1992). Pada autopsi kasus yang diduga
kematian mendadak, hampir selalu pemeriksaan toksikologi harus dilakukan.
Tanpa pemeriksaan toksikologi, penegakan sebab mati menjadi kurang tajam.

BAB III
KESIMPULAN
Kematian mendadak merupakan kematian dalam waktu 24 jam sejak
gejala timbul, namun pada kasus-kasus forensik sebagian besar kematian terjadi
dalam hitungan menit atau bahkan detik sejak gejala timbul. Kematian mendadak
terjadi empat kali lebih sering pada laki-laki dibandingkan pada perempuan.
Terminologi kematian mendadak dibatasi pada suatu kematian alamiah yang
terjadi tanpa diduga dan terjadi secara mendadak Kematian alamiah terbagi
menjadi kematian mendadak dimana terdapat saksi mata yang terjadi selama
perawatan/pengobatan yang dilakukan oleh dokter ( Attendaned Physician) dan
kematian mendadak dimana pada saat orang tersebut meninggal tidak dalam
perawatan atau pengobatan dokter (unattendaned physician).
Penyebab kematian mendadak secara garis besar yaitu karena trauma,
keracunan dan penyakit. Trauma yang dapat menyebabkan kematian mendadak
meliputi trauma pada otak, leher, dada dan panggul. Pada kasus mati mendadak
yang diduga disebabkan keracunan perlu dilakukan pemeriksaan ditempat
kejadian (TKP), otopsi lengkap dan analisis toksikologi untuk mengetahui racun
penyebabnya. Penyakit yang dapat menyebabkan kematian mendadak meliputi
penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem respirasi, penyakit
pada sistem pencernaan, penyakit pada sistem hematopoetik, penyakit pada sistem
urogenital, dan penyakit pada SSP. Penyakit pada jantung dan pembuluh darah
menduduki urutan pertama dalam penyebab kematian mendadak.

Pemeriksaan yang dilakuakan pada kematian mendadak meliputi


pemeriksaan autopsi, pemeriksaan histopatologik dan analisis toksikologi.
Mengingat kemungkinan kematian mendadak tersebut terdapat unsur kriminalnya,
atau kematian tersebut berhubungan dengan kelalaian perbuatan orang lain
pemeriksaan autopsi penting untuk dilakukan

27

DAFTAR PUSTAKA
1. Kristanto, Erwin, Tjahjanegara Winardi.Kematian Mendadak (Sudden Natural
Unexpected Death).
http://www.freewebs.com/erwin_k/kematianmendadak.htm.
2. Munim Idris, Abdul. 1997. Mati Mendadak Akibat Penyakit. Jakarta: Bina
Rupa Aksara, hal: 209-14.
3. Wahyuni, Ningrum. Sudden Death.
http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2011/08/04 sudden-death/, Diakses
4. Fahmi, Arif Hakim.

Sudden

Death. http:// Arif Hakim

Fahmi.wordpress.com/2011/11/17 /sudden-death/.
5. Anonim. Sudden Death Due to Intracranial Lession.
http://www.scribd.com/doc/25785441/Sudden-Death-Due-to-IntracranialLesion.
6. Motozawa Y, Yokoyama T, Hitosugi M, et all. Analysis of sudden natural
deaths while driving with forensic autopsy findings. Available from : http:
www-nrd.nhtsa.dot.gov/pdf/nrd-01/esv/esv19/05-0112-W.pdf.,
7. Budiyanto. A, Widiatmika.W,. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta.
Bagian Kedokteran Forensik Universitas Indonesia.
8. Gonzales TA, Vance M, Helpern M, Umberger CJ. Legal Medicine. Pathology
and toxicology. 2nd edition. New York : Appleton century croft. 1954 :102
51.

9. Di Maio Vincent J.M, Dana Suzanna E. Natural Disease. Dalam : Handbook


of Forensic Pathology. Austin : Landes Bioscience; 1998. Hal : 35-64
10. Knight B. Forensic Pathology. Second Edition. New York : Oxford University
Press. 1996 : 487 516.
11. Dahlan, Sofwan. 2008. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.Semarang.

1. Mengapa terdapat warna kegelapan pada leher dari pada wajah ?


Lebam mayat adalah perubahan warna kulit berupa warna biru
kemerahan akibat terkumpulnya darah di dalam vena kapiler yang
dipengaruhioleh gaya gravitasi di bagian tubuh yang lebih rendah
di sepanjang penghentian sirkulasi.
Lebam mayat terbentuk bila terjadi kegagalan sirkulasi dalam
mempertahankan tekanan hidrostatik yang menyebabkan darah
mencapai capillary bed dimana pembuluh-pembuluh darah kecil
afferen dan efferen salung berhubungan. Maka secara bertahap
darah yang mengalami stagnansi di dalam pembuluh vena besar
dan cabang-cabangnya akan dipengaruhi gravitasi dan mengalir ke
bawah, ketempat-tempat terendah yang dapat dicapai. Mula-mula
darah mengumpul di vena-vena besar dan kemudian pada cabangcabangnya sehingga mengakibatkan perubahan warna kulit
menjadi merah kebiruan.
lebam mayat pada bagian leher, Hal ini disebabkan oleh
pengosongan yang tidak sempurna dari vena-vena superfisialis.
Bisa jadi karena jantung dalam keadaan diastole, sehingga darah
yang sudah sampai ke kepala dalam proses kembali. Namun,
karena sudah mati maka proses kembali balik itu tidak terjadi.
Dalam darah balik mengandung sedikit oksigen, sehingga terlihat
lebih gelap.
2. Fase sistolik dan diastolic yang menyebabkan itu ?

Kepala (otak) pakai 20% oksigen tubuh, artinya :

banyak darah yang dipompa ke kepala jalur ke


kepala cukup sempit jika kepala sama terang
dengan tubuh kondisi jantung saat mati sedang

sistol artinya darah baru keluar dari jantung untuk


mendistribusikan oksigen ke kepala.

Hb yang kaya oksigen berwarna terang, sehingga


kepala sama terang, sehingga kepala sama terang
dengan tubuh

Jika kepala lebih gelap dari tubuh berarti kondisi


jantung saat mati sedang diastol. Artinya darah baru
selesai mengantar oksigen untuk kembali ke jantung.
Sehingga kulit kepala jadi lebih gelap.

denyut jantung merupakan satu periode yang memiliki 2 fase yaitu


diastolik dan sistolik. Diastolik adalah fase istirahat dan sistolik
adalah fase kontraksi. Selama satu siklus ini, berlangsung peristiwa
elektrik dan mekanik yang akan menghasilkan dan mencukupkan
aliran darah ke
seluruh
tubuh.
Pada fase diastolik, serambi kiri penuh berisi darah beroksigen
yang berasal dari paru-paru, sedangkan serambi kanan dipenuhi
darah berasal dari seluruh tubuh yang sudah kehabisan oksigen.
Kontraksi dimulai dari jantung bagian atas yaitu kedua serambi
mendorong darah masuk ke bilik darah dari serambi kanan
melewati katup mitral masuk ke bilik kiri.

tekanan sistole adalah tekanan puncak yang ditimbulkan di arteri


sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh tersebut selama
kontraksi ventrikel, sedangkan tekanan diastole adalah tekanan
terendah yang terjadi di arteri sewaktu darah mengalir ke
pembuluh hilir sewaktu relaksasi ventrikel. Selisih antara tekanan
sistole dan diastole, ini yang disebut dengan blood pressure
amplitude atau pulse pressure (Stegemann, 1981).

3. Dari mana tahu lebam seperti apa pada korban yang telah
dimanipulasi posisinya ?
Proses terbentuknya lebam mayat dimulai setelah sirkulasi
berhenti. Lebam mayat mulai terbentuk antara 1 sampai 2 jam
setelah kematian. Pada orang yang menderita anemia atau
perdarahan timbulnya lebam mayat menjadi lebih lama, sedang
pada orang yang mati akibat sakit lama, atau dengan kegagalan

sirkulasi terminal timbulnya lebam mayat menjadi lebih cepat.


Pada kematian yang dikaitkan dengan infeksi dan kaheksia, fungsi
fibrinolisis tidak berkembang, inilah yang menjelaskan terdapatnya
bekuan yang banyak di jantung dan pembuluh darah besar. Jadi
pada kasus kematian mendadak, sisa darah secara spontan
mengalami koagulasi dalam waktu yang singkat segera setelah
kematian sehingga tidak terdapat fibrinogen daan bekuan tidak
terbentuk kembali. Tidak adanya faktor koagulasi dari darah biasa
ditemukan pada otopsi. Darah yang cair bukan merupakan
karakteristik dari penyebab khusus atau mekanisme kematian
Setelah 4 jam, kapiler-kapiler akan mengalami kerusakan dan
butir-butir darah merah juga akan rusak. Pigmen-pigmen dari
pecahan darah merah akan keluar dari kapiler yang rusak dan
mewarnai jaringan disekitarnya sehingga menyebabkan warna
lebam mayat pada daerah tersebut akan menetap serta tidak hilang
jika ditekan dengan ujung jari atau jika posisi mayat dibalik.
Lebam mayat mulai terbentuk setelah 30 menit sampai 1 jam
setelah kematian somatis dan intensitas maksimal (menjadi
lengkap) setelah 8-12 jam post mortal. Sebelum waktu ini, lebam
mayat masih dapat berpindah-pindah, jika posisi mayat diubah,
misalnya dari terlentang menjadi tengkurap. Namun setelahnya,
lebam mayat sudah tidak dapat hilang. Tidak hilangnya lebam
mayat pada saat itu, dikarenakan telah terjadinya perembesan darah
kedalam jaringan sekitar akibat rusaknya pembuluh darah akibat
tertimbunnya sel sel darah dalam jumlah yang banyak, adanya
proses hemolisa sel-sel darah dan kekakuan otot-otot dinding
pembuluh darah. Dengan demikian penekanan pada daerah lebam
yang dilakukan setelah 8 12 jam tidak akan menghilang.
Hilangnya lebam pada penekanan dengan ibu jari dapat memberi
indikasi bahwa suatu lebam belum terfiksasi secara sempurna. Atas
dasar keadaan tersebut, maka dari sifat-sifat serta distribusi lebam
mayat dapat diperkirakan apakah pada tubuh korban telah terjadi
manipulasi merubah posisi korban.
Hasil penelitian dari 430 mayat, lebam tidak dapat hilang pada
penekanan dalam 30 persen kasus dimana kematian terjadi dalam
waktu 6 12 jam. Lebih dari 50 persen lebam mayat menetap
setelah 12 24 jam kematian, dan tidak hilang pada penekanan
pada 70 persen kasus yang meninggal dalam waktu 1 3 hari.
Akan tetapi dia juga menemukan angka yang signifikan bahwa

lebam masih dapat berubah dalam waktu sekurang-kurangnya 3


hari.
4. Kapan waktu terjadi lebam mayat ?
- Lebam mayat timbul mulai tampak oleh kita kira - kira 20 - 30 menit
pasca kematian klinis. Makin lama bercak tersebut makin luas dan
lengkap, akhirnya menetap kira kira 8-12 jam pasca kematian klinis
(Idries, 1997). Sebelum lebam mayat menetap, masih dapat hilang bila
kita menekannya. Hal ini berlangsung kira kira kurang dari 6 - 10
jam pasca kematian klinis. Juga lebam masih bisa berpindah sesuai
perubahan posisi mayat yang terakhir. Lebam tidak bisa lagi kita
hilangkan dengan penekanan jika lama kematian klinis sudah terjadi
kira - kira lebih dari 6 -10 jam.
5. Sebutkan diagnosis banding penyebab sudden death pada usia 50 tahun.
Kardiovaskular
Pernapasan
Penyakit
Perdarahan
jantung iskemik
saluran napas
Infark miokard
Bronkiektasis
Penyakit katup Abses paru
jantung
Pneumothorak
Miokarditis
TB paru
Hipertoni
Obstruksi
Penyakit arteri
saluran napas
Kardiomiopati
Karsinoma
alkoholik
bronkogenik
Tamponade
cordis

Pencernaan
Hematopoietik
Penyakit
Ruptur
pada
limpa
esofagus
Anemia
dan
megaloblasti
lambung
k
Penyakit
pada usus
halus, usus
besar dan
pankreas
Penyakit
pada hati

Urogenital
Endokrin
Sistem Saraf Pusat
Gagal ginjal
Nekrosis
akut
Perdarahan
kelenjar hipofisis
subarachnoid/intrasereb
Melakukan
ral
Hipoglikemi
hubungan seksual
Aneurisma cerebri
saat menstruasi
Hiperfungsi
dan
hipofungsi tiroid
6. Bagaimana cara mengambil barang bukti di Tempat Kejadian Perkara
(TKP) ? Khusus dan umum

Penanganan barang bukti secara Umum.


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanganan barang bukti :
a. Setiap terjadi kontak fisik antara dua obyek akan selalu terjadi
pemindahan material dari masing - masing obyek, walaupun
jumlahnya mungkin sangat kecil/sedikit. Karenanya pelaku
pasti meninggalkan jejak/bekas di TKP dan atau pada tubuh
korban.
b. Makin jarang dan tidak wajar suatu barang ditempat kejadian,
makin tinggi nilainya sebagai barang bukti.
c. Barang-barang yang umum terdapat akan mempunyai nilai
tinggi sebagai barang bukti bila terdapat karakteristik yang
tidak umum dari barang tersebut.
d. Harus selalu beranggapan bahwa barang yang tidak berarti bagi
kita, mungkin sangat berharga sebagai barang bukti bagi orang
yang ahli.
e. Barang-barang yang dikumpulkan apabila diperoleh secara
bersama-sama dan sebanyak mungkin macamnya serta
dihubungkan satu sama lain dapat menghasilkan bukti yang
berharga.

Bukti yang terdapat ditempat kejadian perkara dapat dibagi menjadi


dua :
a. Bukti hidup, yakni saksi-saksi yang terdiri dari manusia yang
kemudian akan memberikan keterangan apa yang telah mereka
lihat, dengar, rasa, raba, bau atau yang mereka alami.
b. Bukti mati, yakni barang-barang bukti yang pekak tidak dapat
berbicara dan semua bekas-bekas kejadian tersebut. Bukti mati
itu adalah semua apa saja yang terdapat di tempat kejadian
perkara, juga bekas-bekas seperti jejak-jejak kaki, sidik jari,
bekas darah, sebuah pistol, pisau yang merupakan bukti mati,
malah jarak juga merupakan bukti mati, misalnya dengan
menentukan letak sebuah pistol dengan letak arah dan jarak
tangan si korban, akan dapat disidik apa peristiwa itu
kejahatan, kecelakaan, ataupun bunuh diri.

Pengumpulan Barang Bukti.


Pengambilan dan pengumpulan barang bukti harus dilakukan dengan
cara yang benar disesuaikan dengan macam barang bukti yang diambil.
a. Pada jalur masuk/ keluar pelaku :
Bekas ban kendaraan

Bekas Kaki/ sepatu/ sandal


b. Pada tempat masuk/ keluar pelaku
Sidik jari
Bekas alat pembongkar
c. Di dalam TKP
Sidik jari
Barang-barang yang tertinggal
d. Pada tubuh korban
Darah
Luka
Bekas
perlawanan
-

Pengambilan dan Pembungkusan Barang Bukti


a. Pisau menggunakan tali pada pangkal pisau. Dibungkus pada
karton tebal.
b. Senjata api, menggunakan tali diikat pada bagian pemegang
dan pangkal larasnya. Dibungkus dengan karton tebal.
c. Anak peluru, dibungkus dengan kapas dan pisahkan antara satu
peluru dengan peluru yang lain
d. Selongsong, sama dengan anak peluru
e. Mesiu tetesi dengan lilin/ parafin, kemudian setelah kering
masukkan kedalam plastik dan label.
f. Darah. Basah berada ditempat lunak; pakaian. Gunting
setengah tempat darah tersebut masukkan kedalam botol berisi
cairan saline (larutan garam dapur NaCl 0.9 %).
g. Sperma.
Basah pindahkan ke botol kaca dan tutup rapat sedangkan
sperma kering biarkan pada tempatnya semula bungkus
bersama tempatnya.
h. Rambut. Ambil dengan pinset tempatkan pada kertas putih dan
lipatlah sehingga posisi rambut ada ditengah, masukkan ke
dalam kantong plastik dan label.
i. Barang dari gas. Harus dengan bantuan ahli dengan cara
mengumpulkan gas yang ada ke dalam kantung plastik terbuat
dari nylon dari beberapa tempat di TKP
j. Dokumen dan surat. Jangan sampai terjadi kerusakan pada saat
pengambilan, jangan membuat coretan-coretan, simpan dalam
amplop.

7. Apa itu cara kematian? Sebab kematian? Mekanisme kematian?

Cara kematian adalah Yang menjelaskan bagaimana kematian itu terjadi,


Bisa karena:
a.Sebab yang alamiah (natural death/mati wajar),misalnya karena
penyakit.
b. Sebab yang tidak alamiah (unnatural death/matitidak wajar),
misalnya pembunuhan, bunuh diri,dan kecelakaan, mati mendadak,
dan tidak bisaditentukan.
Sebab kematian adalah setiap luka, cedera atau penyakit yang
mengakibatkan rangkaian gangguan fisiologis tubuh yang berakhir dengan
kematian .
Mekanisme kematian adalah suatu keadaan gangguan fisiologis dan
biokimiawi yang disebabkan oleh sebab kematian ,sehingga
menyebabkankematian seseorang.
8. Bagaimana cara identifikasi sidik jari, bagaimana menentukan sudah
teridentifikasi?
Tes sidik jari merupakan cara identifikasi yang paling murah dan mudah.
Tes sidik jari pun sangat akurat karena sidik jari tiap orang akan unik dan
berbeda. Tes sidik jari dapat digunakan asalkan data sidik jari jenazah tsb
ada rekamannya misalnya melalui dokumen identitas seperti passport,
SIM, e-ktp dll dan tidak terjadi perubahan sidik jari misalnya terkelupas
saat terjadi kecelakaan atau pernah melakukan operasi plastik pada bagian
sidik jari.
Ilmu untuk mengidentifikasi pelaku kejahatan dan mayat disebut dengan
Dactylography. Inafis (Indonesia Automatic Fingerprint Indentification
System) Polri. Para personel Inafis ini adalah orang-orang yang berjasa
mengungkap identitas mayat ataupun penjahat di Tempat Kejadian Perkara
(TKP).
Setelah itu dicocokkan di jari mana kulit itu, kanan atau kiri dicocokkan
dengan tekstur dia. Lalu dibersihkan dimasukkan ke mobile automated
multibiometric identification system (MAMBIS). Pencarian database
korban akan semakin mudah jika korban telah mempunyai e-KTP, kalau
belum punya bisa pakai paspor.
9. Bagaimana prinsip rapid test urin NAPZA?
Uji NAPZA bekerja bedasarakan prinsip pengujian immunokromatografik
yaitu bedasarkan pada prinsip pengikatan kompetitif. Obat-obatan yang
terdapat dalam specimen urin berkompetisi melawan konjugat obat
masing-masing untuk sisi pengikatan pada antibody dengan konsentrasi
tertentu.
Interpretasi Hasil :
Positif
: Hanya terbentuk pita pink pada Control (C)

Negative : Terbentuk dua pita pink pada Control (C) dan


pada Test (T).

Invalid
: Tidak terbentuk pita pink pada Control (C) dan
pada Test (T). atau terbentuk pita pink pada Test (T) sedangkan
pada Control (C) tidak terbentuk pita pink.

10. Tayangkan sianosis perifer!


Sianosis adalah diskolorasi kebiruan pada kulit dan membran mukosa
akibat konsentrasi yang berlebihan hemoglobin tereduksi dalam darah.
Pada tipe sentral, terdapat darah arteri yang tidak mengalami saturasi atau
derivat hemoglobin abnormal, dan membrana mukosa dan kulit terkena.
Sianosis perifer disebabkan oleh perlambatan aliran darah ke area dan
ekstraksi oksigen besar secara abnormal dari darah arteri tersaturasi secara
normal.
Penyebab sianosis perifer adalah Penurunan curah jantung,Terkena hawa
dingin, Redistribusi aliran darah dari ekstremitas, Obstruksi arterial,
dan Obstruksi venous
Barangkali penyebab sianosis perifer yang paling sering ditemukan
adalah vasokonstriksi generalisata yang terjadi akibat terkena air atau
udara dingin. Keadaan ini merupakan respons yang normal. Kalau curah
jantungnya rendah, seperti yang terlihat pada gagal jantung kongestif atau
pada keadaan syok, vasokonstriksi kulit akan terjadi sebagai mekanisme

kompensasi agar aliran darah dapat dialihkan dari kulit ke bagian yang
lebih vital seperti sistem saraf pusat serta jantung.
Secara singkat perbedaan sianosis sentral dan sianosis perifer adalah
sebagai berikut :
Sianosis Sentral
Sianosis Perifer
Kelainan jantung dengan pirau Insufisiensi Jantung
kanan ke kiri tidak terjadi
kenaikan tekanan parsial O2 yang Sumbatan aliran darah
menyolok
Curah jantung
Penyakit paru dengan oksigenasi
yang berkurang tekanan parsial Vasospasme
O2 100-150 mmHg atau lebih
Aliran darah yang melambat di daerah
Kurangnya
saturasi
O2 arteri sianotik Kontak darah lebih lama
dengan
jaringan Pengambilan
sistemik
O2 lebih banyak dari normal
*Biasnaya terlihat di mukosa bibir,
Vasokonstriksi sebagai
lidah dan konjungtiva
COP yang rendah

kompensasi

Gangguan sirkulasi seperti renjatan


*Biasanya terlihat di daun telinga,
ujung jari dan ujung hidung

You might also like