You are on page 1of 35

Hernia Skrotalis Irreponible Dextra

Senida ayu rahmadika


030.09.230
Pembimbing : dr. Dwi Adang Sp.B

Identitas

Nama : Tn. S
Jenis kelamin : laki-laki
Usia
: 55 tahun
Alamat : Taman Jati Baru No.24
Pekerjaan
: Karyawan
Agama : Islam
Suku
: Betawi
Status : Menikah
Asuransi
:Masuk RS : 9 November 2015

Anamnesis
Keluhan utama

Benjolan di buah zakar sebelah


kanan sejak 2 bulan yang lalu

Warna benjolan
sama dengan kulit sekitar

Benjolan muncul saat mengedan


Hilang saat beristirahat
Bisa dimasukan kembali dengan tangan
Tidak ada nyeri

RPS

Permukaan rata dan lunak

2 tahun SMRS (2013)


Muncul benjolan di
lipat paha kanan

Semakin lama
benjolan
semakin besar

2 bulan SMRS (2015)


Benjolan turun sampai
buah zakar kanan

OS mengeluhkan terkadang sulit


buang air besar sehingga
harus mengedan

1 minggu SMRS
Benjolan tidak bisa masuk
dimasukan kembali

Menyangkal adanya
keluhan demam,
mual,muntah,
nyeri pada daerah benjolan,
perut kembung.

Riwayat Penyakit Dahulu


OS tidak memiliki riwayat penyakit lain seperti hipertensi, diabetes mellitus, alergi,
asma, batuk-batuk yang lama. OS juga tidak ada riwayat penyakit prostat
sebelumnya. OS belum pernah menjalani operasi sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga OS yang mengalami keluhan yang sama.Dari keluarga
tidak ada yang menderita diabetes mellitus, asma, batuk-batuk lama, kelainan
jantung dan keganasan.

Riwayat Kebiasaan
OS mengaku merokok kurang lebih sudah 40 tahun.

Riwayat Pekerjaan
OS adalah seorang karyawan, sebelumnya pasien bekerja serabutan sering
mengangkut benda berat sewaktu dikampung

Riwayat Medikasi
-

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Kesadaran
Status gizi

: Tampak sakit sedang


: Compos mentis
: Kesan gizi cukup

Tanda vital
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Suhu
: 36,7C
Pernafasan : 20 x/menit

Status generalis

Kulit Warna: sawo matang, tidak ikterik dan tidak pucat, tidak
efloresensi yang bermakna
Kepala

:Normochepali

Mata

:Konjungtiva pucat -/- , Sklera ikterik -/-

Telinga, Hidung dan Mulut : dbn


Thorax : Simetris
Paru
: SN vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :Supel . Hati,Limpa, Ginjal : dbn. BU +3x

Status Lokalis Urogenital


Inspeksi

Skrotum Dextra : terdapat massa


dengan bentuk agak bulat dengan
ukuran 7x 5 x 3 cm, berwarna
seperti warna kulit disekitarnya dan
tidak terdapat tanda-tanda radang
Skrotum Sinistra : dbn

Palpasi

Skrotum Dextra : teraba massa


dengan ukuran 7 x 5 x 3 cm,
permukaan rata, tidak nyeri, massa
teraba lunak, testis tidak teraba.
Skrotum Sinistra : dbn

Auskultasi

Skrotum Dextra : Bising Usus (+)


Lemah
Skrotum inistra : dbn

Hasil pemeriksaan laboratorium pre-operasi pada tanggal


03 November 2015

Pemeriksaan Hasil

Nilai normal

14 18 g/dl
43 51 %
4,5 5,5 juta / L
5000 10000 /L
150.000 400.000
/mm3
1 5 menit
1 16 menit
< 200 mg%

Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit

Bleeding time
Clotting time
GDS

15.3 g/dl
47 %
5,41 juta / L
5.800 /L
277.000 /mm3
2 menit 30 detik
11 menit 30 detik
94 mg%

Resume

Pasien pria usia 55 tahun datang dengan keluhan benjolan di buah zakar
kanan sejak 2 bulan yang lalu.Benjolan hilang timbul, timbul saat mengedan
dan hilang saat istirahat.Dua tahun yang lalu benjolan berada di lipat paha
kanan,kemudian turun perlahan ke buah zakar.Satu minggu
terakhir,benjolan menetap.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan benjolan di skrotum dextra, berjumlah


satu,berbentuk bulat, dengan permukaan yang rata, konsistensi lunak ,
dapat digerakan dan warna sama seperti warna kulit sekitarnya. Ukuran
benjolan 7 x 5 x3 cm.Tidak nyeri, massa teraba lunak

Pra bedah
Pasca bedah

: Hernia Scrotalis Dextra Irreponible


: Hernia Scrotalis Dextra Irreponible

Hari perawatan ke-2 (10 November 2015)


S: tidak ada mual, pasien sudah mulai bisa kentu, sesak (+), mual muntah
(-), nyeri daerah operasi (+).
O : TD : 140/90 mmHg, RR : 18x/menit, HR: 84x/menit

abdomen : supel, nyeri tekan (+), BU 1x/menit lemah,


luka operasi di daerah inguinal kanan tertutup perban, terpasang
drainase 20cc,pus(-), cairan (-), darah (-)
A : post operasi herniotomi dan hernioplasty hari kedua
P : bed rest, Ceftriaxon 2x 1gr, Ketorolac 3x 30mg

Perawatan hari ke-3 Tanggal 11 November 2015


S : flatus (+)
O : nyeri tekan di tempat operasi berkurang, BU (+) normal
A : post operasi herniotomi dan hernioplasty hari ketiga
P : Ceftriaxon 2x 1gr, Ketorolac 3x 30mg, OMZ, pasien boleh pulang.

Terimakasih

Tinjauan Pustaka

Definisi
Hernia berasal dari bahasa latin yang
berarti rupture.
Hernia adalah adanya penonjolan
peritoneum yang berisi alat visera
dari rongga abdomen melalui suatu
lokus minoris resistanse baik bawaan
maupun didapat.

1.a v epigastrika
2. Jaringan lemak
3. Fascia tranversalis
4. Kantung Hernia
5.Usus kecil
6. Tunika vaginalis
7. Fascia spermatika interna
8. Kremaster
9. Fascia spermatika external
10. Darton
11. Kulit
12. Skrotum
13. M Obliqus Internus
14. N.ilioinguinalis
15. Aponeurosis m obliq
abdominis externus

Etiologi
Kongenital
Peninggian tekanan dalam rongga
perut
Kelemahan otot dinding perut

Bagian hernia

Perbedaan HIL dan HIM


Perbedaan

Hernia Inguinalis Lateralis

Hernia Inguinalis Medialis

Penyebab

Dapat kongenital

Didapat

Bilateral

20%

50%

Penonjolan saat batuk

Oblik

Lurus

Muncul saat berdiri

Tidak segera mencapai


ukuran terbesarnya

Mencapai ukuran terbesar


dengan segera

Reduksi saat berbaring

Dapat tidak tereduksi segera

Tereduksi segera

Penurunan ke skrotum

Sering

Jarang

Oklusi cincin internus

Terkontrol

Tidak terkontrol

Leher kantong

Sempit

Lebar

Strangulasi

Tidak jarang

Tidak biasa

Hubungan dgn pemb. darah


epigastric inferior

Lateral

Medial

Gejala Klinis
Jenis

Reponib
el

Nyeri

Obstruk
si

Sakit

Toksik

Reponibl
e

Irreponibl
e

Inkarsera
ta

Strangula
ta

++

++

++

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: Penonjolan di regio
inguinalis dari lateral atas ke
medial bawah
Palpasi:

Diagnosis Banding
Hidrocele
Kriptorkismus

Konsul bedah jika:

Reduksi hernia yang tidak berhasil


Adanya tanda strangulasi dan keadaan
umum yang memburuk
Hernia inguinalis harus segera dioperasi
untuk semua pasien dengan inkarserata
dan strangulata
Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan
operasi elektif
Pada saat operasi harus dilakukan
eksplorasi abdomen untuk memastikan
usus masih hidup, ada tanda-tanda
leukositosis

Pengobatan Operatif:
Herniotomi: pembebasan kantong
hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau
ada perlekatan, kemudian direposisi
Hernioplastik: memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioraphy: Dilakukan herniotomi dan
hernioplastik

Teknik Hernioraphy
Open anterior repair (teknik bassini,
mcvay dan shouldice) melibatkan
pembukaan aponeurosis m.obliquus
abdominis eksternus
Open posterior repair (teknik nyhus)
dengan membelah lapisan dinding
abdomen superior hingga ke cincin
luar dan masuk ke properitoneal
space

Tension free repair with mesh (teknik


Lichtenstein dan rutkow) seperti teknik
open anterior tetapi tidak menjahit fascia.

Laparoscopic

- TAPP: melakukan trocar laparoscopic


dalam cavum abdomen dan memperbaiki
region inguinal dari dalam
- TEP: prosedur laparoskopi langsung yang
mengharuskan masuk ke cavum peritoneal
untuk diseksi

Teknik operasi:

1. Marcy repair: teknik ligasi kuat


pada kantung hernia pada bayi dan
anak-anak dan dikombinasikan dengan
penguatan pada anulus internus.
2. Bassini repair: merekontruksi dasar
lipat paha dan menjahitkan pertemuan
m.tranversa internus abdominis dan
m.oblikus internus abdominis (conjoint
tendon) ke ligamentum inguinale

3. Halsted repair: mirip Bassini tetapi


meletakkan eksternal oblique di bawah cord.
4. McVay repair: efektif untuk hernia femoralis
dengan menjahitkan fascia tranversa,
m.tranversus abdominis, m.oblikus internus
abdominis ke ligamentum Cooper.
5. Shouldice repair: membagi transversalis
fascia kemudian menutup ligamentum
poupart

Komplikasi
Gangguan perfusi jaringan isi hernia
Peritonitis
Abses lokal
Fistel
Pasca operasi: hematoma, infeksi luka
dan bendungan v. femoralis

Prognosis
Kekambuhan: 1-3% dalam waktu
10 tahun kemudian.
Insidens residif bergantung umur,
letak hernia, teknik operasi,
penyebabnya:
Infeksi pada luka operasi
Kondisi yang menyebabkan
kenaikan tekanan intra abdominal

You might also like