You are on page 1of 4

Student

Name: Valdi Mughni Budiman


Student ID/Matriculation Number: 29114408
Email Address: valdi.mughni@sbm-itb.ac.id

Lecture 2: Employment and Labor Law
Assignment (Home Work) and Work Sheet: Role Playing Game; Mass Layoff
Materials: Read van Voss GJJH and Tjandra S, Bab-bab tentang hukum perburuhan
Indonesia (Pustaka Larasan 2012) Kasus 4 (PHK Massal)
Bring this on the Lecture Date.
Submit this one week after the Lecture Date

Divide yourself into three groups: government representative, labor union and
company. If you have not done so then at the end of Lecture 1, your lecturer will divide
you into three groups. All groups must have equal amount of members.
Conduct research as to the background of the case. Facts from the case will be used for
your negotiating position (see below)

Manajemen PT Indosiar Visual Mandiri (IVM) tidak dapat membuktikan adanya


kerugian selama masa 2 (dua) tahun terakhir secara berturut-turut sebagaimana
bunyi Pasal 164 Ayat (2) UU No. 13 Tahun 2003. Hal ini diperkuat dengan
keterangan auditor independen, Eddy Prakarsa Permana Siddharta, FL Tobing,
yang menyatakan bahwa PT Indosiar Visual Mandiri memperoleh laba bersih
tahun 2008 sebesar 19 Milyar dan sebanyak 8 Milyar pada tahun 2009.

Pengurangan karyawan (rasionalisasi) yang dilakukan oleh manajemen sangat


bertentangan dengan fakta persidangan yang menyebutkan bahwa karyawan
tidak pernah melihat pengumuman terkait rasionalisasi tersebut.

Majelis hakim dianggap keliru dalam menilai pengumuman pengunduran diri


secara terhormat(rasionalisasi) yang dilakukan PT Indosiar, padahal mereka
tidak dapat membuktikan dalil program rasionalisasi tersebut. Manajemen PT
Indosiar yang dipimpin oleh Handoko yang dengan mudahnya melakukan PHK
dan memberangus serikat pekerja (SEKAR) Indosiar.

Di persidangan manajemen Indosiar tidak dapat membuktikan klaim bahwa


mereka telah mendapat izin melakukan pemutusan hubungan kerja kepada 300
orang karyawan.

Majelis hakim sama sekali tidak mempertimbangakan 7 (tujuh) butir tuntutan


Sekar Indosiar, sebagaimana anjuran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
Dirjen PHI serta Direktur Pengupahan dan Jamsostek. Hasil Rapat Dengar
Pendapat (RDP) dengan anggota Komisi IX DPR RI sebanyak 2 (dua) kali dan
kunjungan sidak implementasi hak-hak normatif pekerja di Indosiar
(11/03/2010) juga tidak diindahkan oleh manajemen Indosiar.

Majelis Hakim tidak peka dengan upaya pemberangusan aktivitas serikat


pekerja terhadap Sekar Indosiar. Sebab 100 orang karyawan yang di putus
hubungan kerjanya termasuk 22 orang di antaranya adalah anggota Sekar
Indosiar.

Majelis Hakim juga mengabaikan fakta bahwa PT IVM yang dipimpin oleh
Handoko secara sengaja melanggar UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, di antaranya adalah memberi upah di bawah Upah Minimum
Provinsi (UMP) tidak mengikutsertakan karyawannya dalam Jamsostek,

Perhitungan lembur yang tidak jelas, skala pengupahan yang tidak sesuai
dengan Pasal 94 UU No 13 Tahun 2003, karyawan kontrak terus menerus
sehingga melebihi waktu 3 tahun, dan tidak ada jenjang karier yang jelas.

Aktivitas Sekar Indosiar sebagai serikat pekerja yang badan hukum telah
diberangus dan lumpuh. Tidak ada lagi pengurus yang dapat menindak lanjuti
perjuangan untuk terwujudnya PKB dan memperjuangkan kesejahteraan
pekerja di Indosiar. Kebebasan untuk berserikat dan berkumpul telah dirampas
oleh Manajemen Indosiar. Hak berserikat dan berkumpul dilindungi oleh UU No.
21 tahun 2000 dan Pasal 28 UUD 1945.

Koperasi Karyawan Indosiar tidak memiliki ijin sebagai lembaga pengerah


tenaga kerja (perusahaan outsourching ). Jadi Kokarin selama ini adalah
perusahaan illegal dalam menjalankan usaha cleaning service, dubber, bengkel,
cuci cetak film, dan lain-lain. Kelembagaan Koperasi Kokarin semakin tidak jelas
dengan tidak pernah dilakukannya RAT (Rapat Anggota Tahunan).

Prepare a legal analysis to support your negotiating position (see below)

Mengenai hak untuk berserikat bagi pekerja secara khusus telah diatur di dalam
Undang-undang tentang Serikat Pekerja No 21 Tahun 2000. Berdasarkan
Undang-undang tersebut, maka menjadi hak setiap pekerja untuk bergabung
atau tidak bergabung dalam suatu serikat pekerja. Sebenarnya berdasarkan
Undang-undang tentang Serikat Pekerja tersebut, dalam setiap perusahaan
wajib didirikan setidaknya satu serikat pekerja. Akan tetapi, pada umumnya

banyak perusahaan di Indonesia menganggap keberadaan Serikat Pekerja dalam


perusahaan hanya akan mengganggu stabilitas dan kinerja dari Perusahaan.
Akibatnya banyak perusahaan menghalang-halangi niat pekerja untuk
mendirikan serikat pekerja ataupun kalau sudah didirikan perusahaan berusaha
menghalang-halangi segala bentuk kegiatan serikat pekerja tersebut yang
dianggap dapat mengganggu kinerja perusahaan.

Undang-undang Serikat Pekerja sendiri telah mengatur dalam Pasal 43 Ayat (1)
bahwa barangsiapa yang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, akan dikenakan sanksi pidana paling
singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling
sedikit Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
500.000.000 (lima ratus juta rupiah). Bahkan di dalam Pasal 43 Ayat (2)
disebutkan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) tersebut
adalah tindak pidana kejahatan. Undangundang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan juga diatur dalam Pasal 143 bahwa siapapun tidak dapat
menghalang-halangi pekerja untuk melakukan hak mogok ataupun dalam Pasal
144 diatur bahwa pengusaha dilarang mengganti pekerja yang melakukan
mogok kerja dengan pekerja dari luar perusahaan. Putusan PN Jakarta Barat No.
207/PDT.G 2010/JAK.BAR yang menyatakan memenangkan gugatan penggugat
yaitu Sekar Indosiar atas kasus Union Busting pada dasarnya telah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan tersebut di atas.

Alasan pemutusan hubungan kerja terhadap 300 karyawan Indosiar yang


merupakan pemutusan hubungan kerja massal, karena alasan rasionalisasi
sebenarnya tidak dapat dibenarkan oleh undang-undang, sebab meskipun telah
diatur dalam Pasal 164 Ayat (3)Undang-undang No. 13 Tahun 2003 mengenai
perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan
efisiensi, namun Pasal 151 Ayat (2) dan Ayat (3) Undang-undang No. 13 Tahun
2003 tetap mensyaratkan perlunya perundingan para pihak dalam hal terjadi
pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari dan apabila perundingan
tersebut gagal maka diperlukan Penetapan dari Pengadilan Hubungan
Industrial.

Undang-Undang No. 12 Tahun 1964 tentang Pemutusan Hubungan Kerja di


Perusahaan Swasta yang menentukan bahwa pemberian izin diserahkan
penanganannya kepada Panitia Penyelesaian yang berdasarkan Undang-undang
No.22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan. Undang-
undang No. 12 Tahun 1964 mencabut peraturan mengenai Pemutusan

Hubungan Kerja pada zaman Hindia Belanda yaitu Regeling Ontslagrecht Voor
Bepalde Niet Europese Arbeiders (Stb. 1941 No.396) dan peraturan-peraturan
lain mengenai Pemutusan Hubungan Kerja seperti tersebut dalam Pasal 1601
sampai Pasal 1603 yang berlawanan dengan ketentuan Undang-undang No.1 2
Tahun 1964.

The government representative will act as a mediator to the case. They will be required
to write a report on the result of the mediation. The mediation report must be based on
prevailing laws and regulations.

Facts. Write down at least 10 facts surrounding the dispute to support your position
Legal Analysis. Write down (legal) analysis of the said facts which supports your
position. If you are a mediator, then your analysis must be neutral and fair.

You might also like