You are on page 1of 22

LASER

(LIGHT AMPLIFICATION BY STIMULATED


EMISSION OF RADIATION)
INTERAKSI CAHAYA DENGAN
MATERIAL
1. ABSORPSI, EMISI SPONTAN DAN EMISI
TERSTIMULASI
Pandang suatu sistem dengan dua-tingkatan energi E1 dan E2 (E2 >
E1 )

E2
h

h
hh

E1
(a). absorpsi
(b). emisi spontan
(c). emisi terstimulasi
Frekuensi cahaya yang dipancarkan:

E2
21

h = konstanta Planck
= 6,626 x 10-34 J.s

E1

1. Absorpsi : tereksitasinya elektron dari E1 ke E2 akibat


penyerapan foton dengan energi h > (E2 - E1)
2. Emisi spontan : peluruhan elektron dari E2 ke E1
Emisi radiatif (memancarkan foton dengan energi =
E2 E1) Emisi non-radiatif ( tidak memancarkan
foton)
3. Emisi terstimulasi : elektron yang sudah berada di E2 distimulasi oleh
foton yang datang untuk meluruh ke E1 sehingga
akan memperkuat energi cahaya yang datang
(amplification by stimulated
emission of radiation)

Contoh : Bagaimana Laser Rubi bekerja ?

1. Keadaan tidak lasing

2. Cahaya yang mengenai kristal Rubi menyebabkan


eksitasi atom
3. Beberapa atom mengemisi foton atau cahaya

5. Foton yang sefasa, monokromatis akan keluar dari cermin menghasilkan cahaya laser
4. Beberapa foton bergerak sejajar dengan sumbu kristal Rubi dan dipantulkan oleh cermin,
sehingga menstimulasi emisi oleh atom lain

Bagaimana probabilitas absorpsi dan emisi


?
Assumsikan Ni adalah jumlah molekul/atom persatuan volume yang
menduduki tingkat energi ke-i pada waktu t (populasi level-i)
2

N2 , E 2

1
1. Kasus Absorpsi
N1 , E 1

Laju transisi 1

W12 = laju absorpsi


=

dN1

W12 N1

12

dt a
12

= penampang absorpsi

F = fluks foton (cm-2 det-1)


2. Kasus Emisi Spontan
Laju transisi 2
Einstein (det-1)

= A-1 = lifetime emisi spontan


(det)

dN 2

AN 2
N2
dt
sp

A = laju emisi spontan/koef.

sp

sp

Peluruhan non-radiatif:

nr

= lifetime emisi non-radiatif (det)

N2

nr

dN 2

dt

nr

Apa perbedaan dari emisi radiatif (spontan) dan non-radiatif ?


hanya bergantung pada transisi tertentu, sedangkan
bergantung pada transisi tertentu dan keadaan media
sekelilingnya.
sp

nr

3. Kasus Emisi Terstimulasi


Laju transisi 2
(det-1)

dN 2

W21 = laju emisi terstimulasi

21

W21N 2
st
21

dt

= penampang emisi terstimulasi


Proses emisi terstimulasi dicirikan oleh emisi terstimulasi dan
absorpsi.
Menurut Einstein:

g1W12

g 2 W21
g2

g1

12

g1 = jumlah degenerasi di tingkatan


energi -1 g2 = jumlah degenerasi di
tingkatan energi -2

21

IDE DASAR DARI LASER (Proses emisi terstimulasi)


d
z
2

N2 , E 2

F + dF
1

N1 , E 1

Sumbu-z
Bila suatu foton datang dengan fluks F ke dalam bahan, maka
akan terjadi perubahan fluks sebesar dF akibat absorpsi dan
emisi terstimulasi

Bila foton yang datang mempunyai penampang lintang S, maka


perbedaan foton yang datang dan yang keluar dari daerah dz adalah
SdF.
S dF = perbedaan emisi spontan dan absorpsi di daerah dz persatuan
waktu

S dF
W21N 2
W12
S dF
W21
21F

g1
W12
g2
S dF
W21N 2
W12

S dF

dN

dN 2

S dz

SE :

W21N 2

dN 2

dt

dt dt

sp
a

sp
Abs :

12

dN
dt a

W N

dF
2

21F N 2

N1 dz g1

..(1)
Arti fisis dari pers(1)
Bahan bersifat penguat (amplifier) jika:

dF
N2

N1

0 maka dz

Inversi populasi

Bahan bersifat penyerap (absorber) jika:

dF
N2

N1

0 maka dz

Bahan aktif untuk laser adalah bahan yang memiliki inversi


populasi.

Komponen Dasar dari LASER


Untuk membuat suatu osilator dari amplifier, maka diperlukan suatu
feedback positif yang sesuai. Dalam kasus Laser, feedback diperoleh
dengan menempatkan bahan aktif diantara dua cermin pemantul
(reflecting mirrors), seperti cermin bidang yang sejajar

output
cermin-1
bahan aktif
cermin-2

Gelombang EM menjalar dalam arah yang tegak lurus dari cermin,


sehingga terjadi pemantulan oleh kedua cermin, dan dikuatkan pada
setiap lintasan melalui bahan aktif. Jika cermin-2 dibuat transparan
sebagian, maka berkas cahaya output akan diperoleh dari cermin-2.
Agar terjadi emisi terstimulasi, maka harus ada inversi populasi.
Pada
kesetimbangan
termal,
absorpsi
lebih
dominan
daripada
emisi terstimulasi, sehingga diharapkan akan terjadi
inversi populasi. Namun kenyataannya tidak pernah terjadi
(setidaknya pada kasus steady state).
Jika
g2N2
=
g1N1,
proses
absorpsi
dan
emisi
terstimulasi
saling mengkompensasi, sehingga material menjadi
transparan. Keadaan ini disebut two-level saturation.
Populasi inversi tidak akan pernah bisa dihasilkan oleh material
dengan dua tingkatan energi (two-level).

Agar terjadi inversi populasi, maka harus dilakukan pada three-level


atau four- level

pumping
fast decay

2
laser
fast decay

2
pumping

laser

1
1 (a)

(b)
fast decay

Skema laser (a). three-level, dan (b). four-level

Sifat-sifat cahaya LASER


Sifat cahaya laser dicirikan oleh monokromatis, koheren, terarah dan
brightness
A. Monokromatis
Monokromatis artinya hanya satu frekuensi yang dipancarkan.
Sifat ini diakibatkan oleh:
1. Hanya satu frekuensi yang dikuatkan [ = (E2-E1)/h]
2. Susunan dua cermin yang membentuk cavity-resonant sehingga
osilasi terjadi hanya pada frekuensi yang sesuai dengan
frekuensi cavity.
B. Koheren
B.1. Koheren ruang (spatial
coherence) B.2. Koheren waktu
(temporal coherence)

C. Keterarahan (directionality)
Merupakan konsekuensi langsung ditempatkannya bahan aktif dalam
cavity resonant.

Hanya gelombang yang merambat dalam arah yang tegak lurus


terhadap cermin2 yang dapat dipertahankan dalam cavity.
C.1. Koheren ruang yang sempurna
Pada jarak tertentu masih terjadi divergensi akibat difraksi
d

D
layar
Prinsip Huyghens : muka-muka gelombang pada layar dapat diperoleh
akibat superposisi dari gelombang-gelombang yang dipancarkan oleh tiap
titik di apertur D

= panjang
gelombang
d

D = diameter
berkas/celah

= koefisien numerik

Suatu berkas cahaya dimana divergensinya dapat diungkapkan dalam


bentuk d
diatas disebut diffraction limited.
C.2. Koheren ruang parsial
Divergensi lebih besar daripada nilai minimum untuk difraksi
Sc = luas koherensi yang berperilaku sebagai
apertur

Sc
batas terjadinya superposisi koheren dari wavelets elementer.
Kesimpulan: berkas output laser harus dibuat dalam batas difraksi
(diffraction limited)

1/ 2

D. Brightness
Brightness suatu sumber cahaya didefinisikan sebagai daya yang
dipancarkan persatuan luas permukaan persatuan sudut ruang.

n
O

Daya yang dipancarkan dP


oleh
permukaan luas dS ke
sudut ruang d di sekitar
titik OO:

dP

B cos

dS d

Faktor cos secara fisis merupakan proyeksi dS para bidang ortogonal


terhadap arah OO.
B adalah brightness sumber pada titik O dalam arah OO. Besaran ini
bergantung pada koordinat
Bila B merupakan suatu konstanta, maka sumber cahaya dikatakan
isotropik

(sumber Lambertian)
O

O
dS
Berkas laser dengan daya P
mempunyai diameter berkas D dan
divergensi (biasanya
<<), maka cos
1

Maka brightness:

D
4

Luas berkas: D

Sudut2emisi:

dP
4P

cos
dS d

Bila berkas adalah limit difraksi

D,

maka brightness maksimum:

Brightness merupakan parameter yang sangat penting. Secara umum


brightness dari sumber cahaya:
I
p

Ip

NA B

NA = numerical apertur dari lensa.

NA sin tan

DL

D
L

f
DL =
diameter
lensa f =
fokus lensa
Suatu berkas laser bahkan dengan daya yang sedang (mW)
mempunyai brightness beberapa orde yang lebih tinggi dibandingkan
dengan sumber cahaya konvensional. Hal ini diakibatkan oleh sifat
keterarahan yang tinggi.

Tipe-tipe cahaya LASER


Berdasarkan bentuk fisik bahan aktif: laser zat padat, zat cair dan gas.

Bentuk khusus : laser elektron bebas (free- electron LASER) adalah


bahan aktifnya terdiri dari elektron-elektron bebas
dengan bergerak melewati susunan medan magnet
yang periodik.
Berdasarkan panjang gelombang yang
dipancarkan : UV laser, visible, infra-merah
Berdarkan durasi berkas cahaya: kontinu dan pulsa

Klasifikasi LASER
LASER diklasifikasikan kedalam 4-kelas berdasarkan pada potensi kerusakan
organ biologi.
Class I
Class I.A.
Class II
Class IIIA
Class IIIB
Class IV

: Tidak berbahaya.
: Laser ini tidak boleh langsung mengenai mata (scanner di
supermarket). Batas atas dayanya 4.0 mW.
: Laser cahaya tampak berdaya rendah.
Daya maksimum 1 mW.
: Laser berdaya sedang (cw: 1-5 mW), yang hanya berbahaya
jika mengenai mata secara langsung.
(contoh : laser pointer).
: Laser berdaya sedang.
: Laser berdaya tinggi (cw: 500 mW, pulsed: 10 J/cm2).
Berbahaya jika dilihat dari berbagai kondisi (langsung atau
yang terhambur) dan berpotensi menyebabkan kebakaran
atau membakar kulit.
Laser ini memerlukan penanganan khusus.

You might also like