You are on page 1of 2

teropong

Hiperurisemia adalah suatu


kondisi berlebihnya asam
urat di dalam darah. Asam
urat secara normal terlarut
di dalam darah, diproses
melalui ginjal dan dikeluarkan
dari tubuh melalui urin.
Jika tubuh membentuk
asam urat dalam jumlah
berlebih (overproduction),
atau ginjal tidak dapat
memprosesnya dengan
baik (underexcretion), maka
kadar asam urat dalam darah
menjadi berlebihan.
Gambar 1. Tahap akhir metabolisme purin dan tempat kerja obat
(site of drug action) hiperurisemia dan gout

Oleh: Feby Christina

Hiperurisemia kronik namun alergi


Allopurinol, apa solusinya?

iperurisemia sebenarnya
bukanlah suatu penyakit
dan seharusnya tidak
menimbulkan masalah,
namun jika berlangsung dalam
waktu yang lama (kronik) dapat
menyebabkan terbentuknya kristal urat
sehingga menjadi suatu penyakit yang
disebut gout.
Tidak hanya faktor diet,
penyakit dan obat-obatan
juga dapat sebabkan
hiperurisemia
Asam urat berasal dari pemecahan
purin, yaitu senyawa kimia yang secara
alami terdapat dalam diet dan tubuh
kita. Makanan dan minuman yang
paling besar kemungkinannya untuk
menyebabkan hiperurisemia dan gout
yaitu semua yang mengandung purin
kadar tinggi misalnya, daging merah,
jeroan, seafood, bir, dan makanan/
minuman yang dipermanis dengan

44

fruktosa kadar tinggi. Selain faktor


diet, beberapa masalah kesehatan yang
dapat menyebabkan hiperurisemia dan
gout yaitu obesitas, hipertensi, diabetes,
dislipidemia, penyakit ginjal dan
hipotiroidisme. Sementara itu, beberapa
obat-obatan juga dapat meningkatkan
risiko hiperurisemia, yaitu aspirin dosis
rendah, diuretik, cyclosporin, cytotoxic,
alkohol.
Beda fase penyakit, beda
terapinya
Tidak semua kondisi hiperurisemia
memerlukan terapi untuk menurunkan
kadar asam urat. Menggali faktor
penyebabnya adalah yang utama.
Khususnya bagi pasien hiperurisemia
yang asymptomatic, tidak selalu
diperlukan terapi farmakologi. Menurut
Japanese Guideline for the Management
of Hyperuricemia and Gout edisi
kedua tahun 2011, hiperurisemia
asymptomatic dapat diterapi dengan

Edisi XXII April 2015 - Juni 2015

obat jika:
-

kadar asam uratnya >8 mg/dl


dengan penyakit penyerta yang
menjadi faktor risiko gangguan
ginjal seperti, hipertensi, penyakit
jantung iskemik, diabetes mellitus,
sindrom metabolik, urolithiasis
dan gangguan jantung lainnya.
Tanpa penyakit penyerta dengan
kadar asam urat 9 mg/dl.

Hiperurisemia yang berlangsung


kronik akan mengarah kepada gout.
Gout memiliki fase akut dan kronik.
Terapi untuk fase akut lebih bertujuan
untuk mengatasi nyeri dan inflamasi
saat serangan, misalnya dengan obat
golongan NSAID, kortikosteroid dan
Colchicine. Sedangkan untuk fase
kronik bertujuan untuk mengatur
kadar asam urat dalam darah, misalnya
dengan Allopurinol, Probenecid,
Sulfinpyrazone, dll.

teropong
Allopurinol - sering
diresepkan tidak berarti
bebas risiko alergi
Allopurinol termasuk golongan
xanthine oxidase inhibitor (XOI).
Allopurinol menurunkan kadar asam
urat dengan cara menghambat enzim
xanthin oksidase dalam mengubah
xanthin menjadi asam urat.
Walaupun dikenal sebagai obat
yang sering diresepkan pada kasus
hiperurisemia dan gout, Allopurinol
pun tak luput dari reaksi alergi pada

pasien-pasien yang hipersensitif


terhadapnya. Reaksi tiap-tiap
orang terhadap obat berbeda-beda.
Alergi obat bisa terjadi pada siapa
saja, namun bukan berarti pasti
terjadi pada setiap orang. Alergi
obat merupakan reaksi abnormal
dari sistem imun akibat pengunaan
obat dalam dosis normal sekalipun.
Jika seseorang alergi terhadap obat
tertentu, maka sistem imunnya akan
mengidentifikasi obat tersebut sebagai
alergen. Sistem imun akan bereaksi
dengan cara menghasilkan antibodi
yaitu imunoglobulin E (IgE) terhadap
obat tersebut. Antibodi ini kemudian

dikirim ke sel-sel yang menghasilkan


senyawa kimia yang memicu reaksi
alergi.
Reaksi alergi yang paling sering
terjadi akibat Allopurinol berupa
ruam makulopapular pruritus. Lesi
yang terdapat pada ruam ini dapat
berupa lesi datar maupun menonjol
pada kulit. Ruam juga dapat melepuh
yang merupakan tanda komplikasi
yang berbahaya, namun hal ini jarang
terjadi. Jika reaksi alergi muncul
setelah menggunakan Allopurinol,
pengobatan tentunya harus segera

dihentikan dan diberikan alternatifnya


atau dilakukan desensitisasi.
Febuxostat pengganti
Allopurinol tidak tersedia
di Indonesia
Menurut kajian The Modern
Management of Gout yang
dipublikasikan oleh Oxford University
tahun 2010, Febuxostat dapat
digunakan bagi pasien yang alergi,
kontraindikasi maupun intoleransi
terhadap Allopurinol. Febuxostat
termasuk golongan XOI, namun
struktur kimianya tidak serupa dengan

Allopurinol sehingga meminimalkan


terjadinya reaksi alergi silang. Data
keamanannya masih kurang untuk
pasien chronic kidney disease (CKD)
tingkat 4 dan tidak tersedia di
Indonesia.
Probenecid dapat dijadikan
pilihan terapi alternatif
jika alergi Allopurinol
Berbeda dengan Allopurinol dan
Febuxostat, Probenecid termasuk
golongan urikosurik (uricosuric
agents). Urikosurik meningkatkan
ekskresi asam urat melalui urin
dengan cara meghambat reabsorpsi
asam urat di tubulus proksimal ginjal,
sehingga dapat menurunkan kadar
asam urat dalam darah. Berdasarkan
Guidelines for Management of Gout
- Systematic Nonpharmacologic and
Pharmacologic Therapeutic Approaches
to Hyperuricemia yang dikeluarkan
oleh American College of Rheumatology
tahun 2012, Probenecid dapat
dijadikan pilihan terapi alternatif jika
pasien alergi terhadap Allopurinol.
Namun, ada beberapa hal yang harus
dicermati sebelum memberikan
Probenecid yaitu sebagai berikut.
- Klirens kreatinin pasien harus >60
ml/menit (beberapa literatur ada
yang menyebutkan 50 ml/menit)
- Tidak ada riwayat nefrolitiasis atau
urolitiasis
Menyikapi masalah alergi obat
tentunya menjadi perhatian khusus
bagi apoteker sebagai mitra kerja
dokter. Apoteker diharapkan dapat
mengidentifikasi alergi obat yang
muncul pada pasien sejak dini.
Pemanfaatan patient medication record
(PMR) menjadi sangat penting untuk
mencatat riwayat alergi obat yang
pernah dialami pasien. Informasi ini
tentunya diharapkan akan bermanfaat
bagi dokter dalam menentukan
peresepan terapi yang tepat. Salam
sehat.n

Edisi XXII April 2015 - Juni 2015

45

You might also like