Professional Documents
Culture Documents
Penyaji :
Diano Ramadhan Fauzan, S.Ked
1118011034
2015
KATA PENGANTAR
Pertama saya ucapkan terima kasih kepada Allah SWT. karena atas rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Primigravida
hamil 13 minggu dengan abortus imminens tepat pada waktunya. Adapun
tujuan pembuatan laporan kasus ini adalah sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.
Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Ratna Dewi Puspita Sari, Sp. OG
dan dr. Zulkarnaen, Sp.OG yang telah meluangkan waktunya untuk saya dalam
menyelesaikan laporan kasus ini. Saya menyadari banyak sekali kekurangan
dalam laporan ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bukan hanya
untuk saya, tetapi juga bagi siapa pun yang membacanya.
Penyusun
BAB I
LAPORAN KASUS
I. REKAM MEDIK
MRS
: 29 Juli 2015
No RM
: 422096
Pukul
: 05.30 WIB
A. ANAMNESA
Identifikasi
Nama
: Ny. RIE
Umur
: 26 tahun
Pendidikan
: DIII Kebidanan
Pekerjaan
: PKM Bengkunat
Agama
: Islam
Kebangsaan
:Lampung
Alamat
Keluhan
a. Utama
Status Reproduksi
Haid pertama umur
: 14 tahun
3
Siklus
: 28 hari
Lamanya
: 5-7 hari
Banyaknya
: normal
Warna
: merah
Bau
: (-)
Dismenorea
: (+)
HPHT
: 23-04-2015
Taksiran Persalinan
: 30-01-2016
Status Perkawinan
Pernikahan pertama dan sudah berlangsung selama 3 bulan.
Riwayat obstetri
-
Hamil sekarang
Riwayat peyakit
a. Penyakit dahulu (-)
b. Penyakit dalam keluarga (-)
Riwayat operasi
Tidak ada riwayat operasi sebelumnya
Riwayat keluarga berencana/kontrasepsi
(-)
B. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan umum : Sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
:80x/menit
Suhu
: 37.1oC
Keadaan gizi
: Baik
Tinggi badan
: 160 cm
Berat badan
: 58 kg
Status Generalis
Kulit
Muka
: Pucat (-)
Mata
Hidung
Leher
Jantung
Abdomen
Punggung
Rectum/anus
: Tidak dinilai
Ekstremitas
Reflex
: Tidak dinilai
Sensitibilitas
Hati
: Sulit dinilai
Limfa
: Sulit dinilai
Ginjal
Kel. Limfe
Kepala
: Normocephal
Telinga
: Tidak dinilai
Mulut/gigi
: Tidak dinilai
Dada
Paru
Pemeriksaan Obstetri
a. Pemeriksaan luar
Abdomen datar, lemas, simetris, FUT 1 jari atas simfisis
(1cm), his (-)
b. Pemeriksaan dalam
Inspekulo : Portio livid, OUE tertutup, flour (-), fluxus (+)
darah tak aktif, erosi/laserasi/polip (-)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb
: 11,3 gr/dl
Leukosit
: 9.600/ul
Trombosit
: 345.000/mm3
HT
: 33%
GDS
: 93 mg/dl
PP Test
: positif
G. PROGNOSIS
Ibu
: Dubia ad Bonam
Janin
: Dubia ad Bonam
H. FOLLOW UP
HARI/
TANGGAL
29/07/15
05.30 WIB
CATATAN
TINDAKAN
S/ Keluhan
Hamil anak kurang bulan dan keluar
darah
Th/
- konservatif
- observasi TVI,
perdarahan
- Cek lab DR,
CM
- IVFD RL xx
gtt/menit
- Nifedipin tab
3x10 mg
-Luminal 3x1 tab
- bed rest total
O/Status present
TD
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80x/menit
RR
: 20 x/menit
T
: 37,1 oC
Status Obstetri
PL: Abdomen datar, lemas, simetris,
FUT 1 jari atas simfisis (1cm), his (-)
R/ USG
konfirmasi
07.30 WIB
Dilakukan USG
konfirmasi
Kesan: Hamil 13
minggu
intrauterin,
pulsasi (+)bed
rest total
: 36,9 oC
Th/ Teruskan
08.30 WIB
Th/ Teruskan
Pasien pindah ke
paviliun
S/ Keluhan
Tidak ada
Th/ Teruskan
O/Status present
TD
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80x/menit
RR
: 20 x/menit
T
: 36,6 oC
A/ G1P0A0 hamil 13 mingu dengan
abortus imminens JTH intrauterin
31/07/2015
07.30
S/ Keluhan
Tidak ada
Pasien boleh
pulang
O/Status present
TD
: 120/80 mmHg
Nadi
: 88x/menit
RR
: 20 x/menit
T
: 36,7 oC
A/ G1P0A0 hamil 13 mingu dengan
abortus imminens JTH intrauterin
BAB II
ANALISA KASUS
Permasalahan:
1 Apakah diagnosis kasus ini sudah tepat?
2 Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat?
3 Apakah penyebab abortus imminens pada kasus ini?
10
11
12
Berdasarkan hasil anamnesis pada kasus ini diperoleh adanya keluar darah dari
kemaluan 1 hari SMRS, berwarna merah kehitaman, banyaknya 1 kali ganti
celana dalam. Riwayat koitus 2 hari yang lalu (+), riwayat mual muntah (+),
riwayat keluar jaringan seperti daging (-), riwayat keluar buih-buih seperti
mata ikan (-) riwayat trauma (-), riwayat diurut-urut (-), riwayat minum jamu
13
14
awal kehamilan, meskipun hanya delapan dari mereka yang merasa hal tersebut
perlu, dan hanya satu dari tiga orang yang yakin hal tersebut bekerja baik7.
Sebuah penelitian randomised controlled trial (RCT) tentang efek tirah baring
pada abortus imminens menyebutkan bahwa 61 wanita hamil yang mengalami
perdarahan pada usia kehamilan kurang dari delapan minggu yang viabel,
secara acak diberi perlakuan berbeda yaitu injeksi hCG, plasebo atau tirah
baring. Persentase terjadinya keguguran dari ketiga perlakuan tersebut masingmasing 30%, 48%, and 75%. Perbedaan signifikan tampak antara kelompok
injeksi hCG dan tirah baring namun perbedaan antara kelompok injeksi hCG
dan plasebo atau antara kelompok plasebo dan tirah baring tidak signifikan.
Meskipun pada penelitian tersebut hCG menunjukkan hasil lebih baik
dibandingkan tirah baring, namun ada kemungkinan terjadi sindrom
hiperstimulasi
ovarium,
dan
mengingat
terjadinya
abortus
imminens
dipengaruhi banyak faktor, tidak relevan dengan fungsi luteal, menjadikan hal
tersebut sebagai pertimbangan untuk tidak melanjutkan penelitian tentang
penggunaan hCG7. Dalam sebuah penelitian retrospektif pada 226 wanita yang
dirawat di RS dengan keluhan akibat kehamilannya dan abortus imminens,
16% dari 146 wanita yang melakukan tirah baring mengalami keguguran,
dibandingkan dengan seperlima wanita yang tidak melakukan tirah baring.
Sebaliknya, sebuah studi kohort observasional terbaru dari 230 wanita dengan
abortus imminens yang direkomendasikan tirah baring menunjukkan bahwa
9,9% mengalami keguguran dan 23,3% baik-baik saja (p=0,03). Lamanya
perdarahan vagina, ukuran hematoma dan usia kehamilan saat diagnosis tidak
mempengaruhi tingkat terjadinya keguguran. Meskipun tidak ada bukti pasti
bahwa istirahat dapat mempengaruhi jalannya kehamilan, membatasi aktivitas
selama beberapa hari dapat membantu wanita merasa lebih aman, sehingga
memberikan pengaruh emosional7. Dosisnya 24-48 jam diikuti dengan tidak
melakukan aktivitas berat, namun tidak perlu membatasi aktivitas ringan
sehari-hari.
Abstinensia
Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens,
karena pada saat berhubungan seksual, oksitoksin disekresi oleh puting atau
15
pematangan
serviks
dan
meningkatkan
kolonisasi
mikroorganisme di vagina.8
Progestogen
Progestogen merupakan substansi yang memiliki aktivitas progestasional atau
memiliki efek progesteron, diresepkan pada 13-40% wanita dengan abortus
imminens. Progesteron merupakan produk utama korpus luteum dan berperan
penting pada persiapan uterus untuk implantasi, mempertahankan serta
memelihara kehamilan.7 Sekresi progesteron yang tidak adekuat pada awal
kehamilan diduga sebagai salah satu penyebab keguguran sehingga
suplementasi progesteron sebagai terapi abortus imminens diduga dapat
mencegah keguguran, karena fungsinya yang diharapkan dapat menyokong
defisiensi korpus luteum gravidarum dan membuat uterus relaksasi. Sebagian
besar ahli tidak setuju8 namun mereka yang setuju menyatakan bahwa harus
ditentukan dahulu adanya kekurangan hormon progesteron.
Berdasarkan pemikiran bahwa sebagian besar keguguran didahului oleh
kematian hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak faktor,
maka pemberian hormon progesteron memang tidak banyak manfaatnya.
Meskipun bukti terbatas, percobaan pada 421 wanita abortus imminens
menunjukkan bahwa progestogen efektif diberikan pada penatalaksanaan
abortus imminens sebagai upaya mempertahankan kehamilan.7
Salah satu preparat progestogen adalah dydrogesterone, Penelitian dilakukan
pada 154 wanita yang mengalami perdarahan vaginal saat usia kehamilan
kurang dari 13 minggu. Persentase keberhasilan mempertahankan kehamilan
lebih tinggi (95,9%) pada kelompok yang mendapatkan dosis awal
dydrogesterone 40 mg dilanjutkan 10 mg dua kali sehari selama satu minggu
dibandingkan kelompok yang mendapatkan terapi konservatif 86,3%.4
Meskipun tidak ada bukti kuat tentang manfaatnya namun progestogen
disebutkan dapat menurunkan kontraksi uterus lebih cepat daripada tirah
baring, terlepas dari kemungkinan bahwa pemakaiannya pada abortus
16
17
Profilaksis Rh (rhesus)
Konsensus menyarankan pemberian imunoglobulin anti-D pada kasus
perdarahan setelah 12 minggu kehamilan atau kasus dengan perdarahan gejala
berat mendekati 12 minggu.7
Penatalaksanaan kasus Ny. RIE belum tepat. Dilakukan terapi konservatif,
pemeriksaan darah rutin untuk melihat kemungkinan adanya penurunan
hemoglobin pasca perdarahan dan USG untuk mengkonfirmasi usia gestasi
dan viabilitas janin.
Pada abortus imminens dilakukan bed rest total selama 24-48 jam. Pada kasus
ini pasien melakukan bed rest dan obat-obatan tokolitik (nifedipin dan
luminal). Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa obat-obat tokolitik tidak
berefek pada prognosis pasien. Obat-obatan tokolitik bertujuan untuk
mencegah terjadinya kontraksi uterus. Pada pasien ini tidak ditemukan adanya
kontraksi.
Jadi, pada kasus abortus imminens dilakukan penatalaksanaan
konservatif dengan manajemen bed rest tanpa membatasi
aktivitas ringan. Abstinensia perlu dilakukan selama trimester
pertama dan ketiga. USG transvaginal dapat dilakukan untuk
menentukan prognosis kehamilan.
3. Apakah penyebab abortus imminens pada kasus ini?
Penyebab abortus imminens pada pasien ini kemungkinan besar karena post
coitus. Cairan semen pada sperma mengandung prostaglandin. Prostaglandin
dapat memicu terjadinya pematangan serviks. Pada coitus, bila terjadi
rangsangan pada puting, dapat menyebabkan pengeluaran oksitosin alami dari
ibu yang dapat mengakibatkan kontraksi pada uterus.
Pemeriksaan lebih lanjut secara menyeluruh dibutuhkan untuk mengetahui
kemungkinan-kemungkinan lain penyebab abortus imminens pada kasus ini.
18
Penyebab
abortus
bervariasi
dan
sering
diperdebatkan.
defek
pada
implantasi,
defek
dari
perdarahan
(kontaksi/mulas)
sonogram,
dan
bercak
sudah
tidak
kebanyakan
atau
kram
viabel
dilihat
dari
embrio
perut
dari
ini
yang
95%nya
terjadi
kelainan
19
20
f. Sindroma Asherman
3. Autoimun1
a. Aloimun
b. Mediasi imunitas humoral
c. Mediasi imunitas seluler
4. Defek fase luteal1
Sampai saat ini belum ada metode yang dapat
mendiagnosis dari kelainan defek fase luteal.
a. Faktor endokrin eksternal
b. Antibodi antitiroid hormon
c. Sintesis LH yang tinggi
d. Progesteron rendah
5. Infeksi1
Infeksi mempengaruhi janin yaitu kematian janin atau
cacat berat sehingga janin sulit bertahan hidup. Infeksi
juga dapat menyebabkan insufisiensi plasenta dan
mengganggu proses implantasi. Selain itu, infeksi juga
dapat memacu perubahan genetik dan anatomik
embrio yang umumnya disebabkan oleh infeksi virus
pada awal kehamilan.
6. Hematologik1
Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan
defek
plasentasi
pembuluh
darah
dan
adanya
plasenta.
mikrotrombi
Berbagai
pada
komponen
implantsai
embrio,
invasi
trofoblas,
dan
plasentasi.
7. Lingkungan1
Perkiraan malformasi janin terjadi akibat paparan obat,
bahan kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir
dengan abortus, misalnya paparan terhadap buangan
gas anestesi dan tembakau. Nikotin memiliki zat
vasoaktif
sehingga
menghambat
sirkulasi
21
oksigen
ibu
dan
janin
serta
memcau
neurotoksin.
Usia kehamilan saat terjadinya abortus bisa memberi gambaran tentang
penyebabnya. Sebagai contoh, antiphospholipid syndrome (APS) dan
inkompetensi serviks sering terjadi setelah trimester pertama.
BAB III
KESIMPULAN
1.
22
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S..Ilmu kebidanan edisi 4 cetakan 3. 2010.
Jakarta: PT Bina Pustaka.
23
24