Professional Documents
Culture Documents
LO 1 EXPENSES DEFINED
Menurut Framework, expense adalah penurunan economic benefits berbentuk outflow
atau depletion (penggunaan) dari suatu asset, atau terbentuknya liabilitas yang
mengakibatkan berkurangnya equity selain dikarenakan adanya distribusi untuk
partisipasi dari banyak pihak di dalam komponen ekuitas. Pada Framework juga
dinyatakan bahwa loss secara nature tidak berbeda dengan expense-expense lainnya
karena sama-sama menurunkan economic benefits dari suatu aset.
LO 2 EXPENSE RECOGNITION
Ada dua kriteria yang harus dipenuhi dalam expense recognition yaitu:
1. Adanya probabilitas bahwa akan ada future economic benefits yang terlibat
dalam item tersebut akan mengalir dari atau kepada entitas bisnis kita.
Expense dikatakan probable karena pada umumnya kita berada di lingkungan
yang penuh dengan uncertainty. Untuk memastikan probabilitas tersebut maka kita
harus membuat degree of uncertainty. Degree oof uncertainty ini juga harus
memenuhi karakteristik prudence (kehati-hatian dalam menetapkan degree
probabilitas dalam melakukan judgement yang dibutuhkan dalam mengestimasi
keadaan yang kondisinya uncertain) dan neutrality (free from bias).
2. Item tersebut harus memiliki cost atau value yang dapat diukur secara
reliable. Pengukuran yang reliable maksudnya adalah ketika pengukuran
membutuhkan estimasi, maka harus ada bukti yang cukup untuk mendukung
validitas dari estimasi tersebut. Misalnya untuk mengakui suatu item sebagai
expense maka bukti yang valid adalah adanya penurunan pada nilai suatu aset atau
kenaikan nilai liabilitas.
LO 3 EXPENSE MEASUREMENT
Pengukuran Beban
Pengertiannya adalah pengukuran beban dalam periode saat ini, beberapa
keputusan diperlukan untuk membuat bagaimana beban seharusnya dialokasikan di
masa depan yang dihasilkan dari pendapatan. Ada beberapa standar akuntansi yang
menyediakan petunjuk pada persoalan tersebut, namun menawarkan beberapa metode
dari beban dan proporsionalan pendapatan.
Alokasi beban
Satu pendekatan untuk mengukur beban adalah untuk mengalokasikan pada
periode dimana mereka berada. Proses matching berhubungan dengan kekonsistenan
atau terhubungnya pengakuan pendapatan dan beban yang dihasilkan langsung dan
secara tergabung dari transaksi atau kejadian yang lainnya.
Matching secara benar merupakan tugas yang susah, dan berkait dengan
keputusan yang besar di bagian akuntan. Akuntan tersebut harus mengidentifikasikan
asset yang mana yang terpakai dan jumlah yang seharusnya di hapus terhadap
pendapatan untuk suatu periode.
Konsept matching adalah kepentingan yang kritis di dalam akuntansi historical
cost. Hal tersebut menyediak petunjuk para akuntan dalam memutuskan biaya yang
mana seharusnya dibebankan dan di matchkan terhadap revenue untuk periode
tersebut, dan biaya yang mana dianggap masih berlaku. Untuk mengatasi masalahmasalah yang terlibat dengan menentukan dan mengukur biaya yang akan dibebankan
dan di carried forward, terdapatnya tiga metode dasar dari matching yang secara
umum, yaitu:
Immediate recognition
Yang pertama adalah jalan yang paling ideal, dimana yang kedua dan ketiga ketika
yang pertama tidak dapat digunakan.
1. Associating cause and effect
Akuntan memutuskan dimana beberapa barang dan jasa digunakan harus
memiliki pertolongan dalam pembuatan pendapatan pada suatu periode. Pendapatan
dari menjual produk biasanya berhubungan dengan biaya dari produk yang dijual
tersebut. Tidak adanya biaya dari seuatu penjualan jika tidak adanya pendapatan.
Contohnya adalah long term contracts.
Akuntan tidak secara langsung menghubungkan biaya dengan pendapatan,
namun menyamakannya dengan biaya interval waktu.
Systematic and allocation procedure
Pengasosiasian cause dan effect tidak dapat digunakan untuk semua beban.
Ketika tidak dapat diterapkan, terdapat suatu alternative untuk menggunakan
systematic dan prosedur alokasi rasional. Proses matching dimulai dengan
pengasosiasian bebang dengan beberapa segmen waktu.
IAS 16/AASB 16 PPE menerjemahkan depresiasi sebagai alokasi sistematis
dari jumlah yang dapat didepresiasi dari suatu asset pada umur penggunaanya.
Depresiasi adalah fenomena yang terjadi dan beban yang dicatat adalah reflek
keuangan.
Depresiasi merupakan penurunan dalam nilai suatu asset, penurunan nilai
biasanya dikarenakan penurunan harga nilai pasar. Penurunan tersebut dapat
didasarkan karena faktor fisik dan ekonomis.
Alokasi biaya adalah konsep matching yang menjunjung terhadap prosedur
yang bervariasi. Idea ini adalah untuk menemukan beberapa metode yang kurang
lebih berhubung dengan patter dari jasa atau benefit yang disediakan oleh asset untuk
periode masa depan.
Terdapat tiga bentuk share based payment, yakni:
Other transactions
jika terdapat hubungan langsung atau sebab akibat dengan penjualan produk
atau penyerahan jasa,
pada periode terjadinya, yakni pada saat kas dikeluarkan jika tidak terdapat
hub. Langsung atau sebab akibat dengan penjualan produk atau jasa,
Namun jika 2 syarat itu tidak terpenuhi, maka prosedur alokasi yang sistematis
dan rasional yang digunakan. Tujuannya adalah untuk mengalokasikan biaya kepada
periode-periode yang menerima manfaat (dikonsumsi atau kedaluwarsa). Salah satu
contoh implementasi alokasi yang sistematis dan rasional adalah depresiasi.
IAS 16/AASB 116 tentang Property, Plant and Equipment mendefinisikan
depresiasi sebagai alokasi sistematis dari jumlah yang dapat didepresiasikan dari
suatu aset selama masa manfaatnya (par.6). IAS 16/AASB 116 par.60 juga
menyatakan bahwa metode depresiasi yang digunakan harus mencerminkan pola
dimana manfaat ekonomi aset di masa depan diharapkan diterima/dikonsumsi. Jadi,
penyusutan adalah proses alokasi, bukan penilaian. Alokasi sendiri diartikan sebagai
proses pembagian nilai awal dan penerapan bagian-bagian nilai tersebut ke dalam
periode-periode. Kerasionalan metode pemisahan ini diartikan bahwa pemisahan
tersebut harus dikaitkan dengan manfaat yang diharapkan dalam tiap pemisahan.
Secara umum depresiasi dapat dilihat sebagai fenomena nyata yang terjadi,
dimana pencatatannya sebagai beban adalah efek moneternya. Secara umum akuntan
melihat depresiasi sebagai penurunan nilai aset yang biasanya juga berarti
penurunan harga pasar yang dikarenakan (1) faktor fisik seperti keausan dan
penurunan daya guna karena pemakaian, dan (2) faktor ekonomi misalnya keusangan.
Akan tetapi pemakaian dan keusangan tidak dapat diukur dengan normal dan tidak
ada jejak hubungan antara alokasi dengan pendapatan atau periode pembebanan
penyusutan. Penyusutan, karenanya , didefinisikan sebagai suatu alokasi rasional dan
sistematis atas biaya ke periode-periode aset dianggap dipakai.
Barang atau jasa yang diperoleh entitas diukur pada nilai wajar pada tanggal
entitas memperoleh barang atau menerima jasa.
Jika nilai wajar barang atau jasa yang diterima tidak dapat diukur secara
handal, maka diukur dengan merujuk pada nilai wajar instrumen ekuitas yang
diberikan.
informasi
dengan
karakteristik
dari
kerelevansian
dan
berarti keadaan pada masa yang akan datang seperti pengkonfirman dari loss dan
ekspense.
ACCOUNTING FOR EXPENSES Jim Martin
Pada tahun 2000, Public Oversight Board Panel menemukan terdapat tujuh
kesalahan pengungkapan transakasi dan Ekspense merupakan akun yang menempati
peringkat kedua setelah revenue. Sebelum kita melihat kesalahan pencatatan pada
akun ekspense mari kita melihat sifat dari ekspense itu sendiri. Ekspense menurut
Financial Acounting Standard Borad (FASB) didefinisikan sebagai arus keluar dari
penggunaan aset atau liabilities atau keduanya selama sebuah periode dari pengiriman
atau produksi barang, atau menyajikan servis. atau bisa dikatakan bahwa ekspense
adalah bentuk pengorbanan untuk mendapatkan revenue dimana pengorbanan tersebut
tidak mempunyai future benefit. Bentuk pengorbanan ini dapat berupa pengeluaran
kas seperti pembayaran tagihan listrik bulanan atau perjanjaian akan membayar
hutang dari produk yang telah dibeli. Seorang akuntan disini haruslah dapat
menidentifikasi mana pengorbanan yang memiliki future benefit atau yang tidak
seperti pembelian peralatan dimana terdapat dua hal yakni ketika peralatan tersebut
masih mempunyai future benefit seorang akuntan tidaklah harus mencatatnya sebagai
ekspense akan tetapi berbeda pula ketika peralatan tersebut sudah tidak mempunyai
future benefit sehingga akuntan tersebut haruslah mencatatnya sebagai ekspense. pada
beberapa kasus dimana terdapat pengorbanan yang memiliki manfaat untuk
kedepannya sehingga akuntan haruslah membagi porsi dari pengorbanan tersebut dan
kemudian menunda nilai tersebut untuk periode berikutnya.
Tipe Kesalahan dalam Expense
-
kepada konsumen.
b. biaya yang ditimbulkan kita lihat dapat memberikan manfaat.