You are on page 1of 22

Bab I

Pendahuluan
I.1

Latar Belakang
Nyeri punggung bawah atau low back pain (LBP) didefinisikan sebagai nyeri yang

dirasakan terbatas di regio diantara batas bawah iga ke-12 dan lipatan gluteal.

LBP

merupakan nyeri punggung yang paling sering ditemukan. Kira-kira 60-80% manusia pernah
mengalami LBP di suatu saat dalam hidup mereka, yang sering di sebut juga sakit pinggang .1
LBP merupakan penyebab utama terjadinya gangguan aktivitas dan absensi kerja di
seluruh dunia. Hal ini mengakibatkan terjadinya beban ekonomi pada individu, keluarga,
komunitas, dan masyarakat. Sampai 10 tahun yang lalu, LBP dianggap sebagai masalah yang
lebih sering ditemukan di negara-negara barat. Namun, seiring dengan banyak penelitian
yang dilakukan, kini diketahui bahwa LBP juga menjadi masalah yang cukup besar di negara
dunia kedua dan ketiga.2
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya LBP. Usia merupakan faktor
yang paling sering ditemukan. Apakah jenis kelamin memengaruhi angka prevalensi LBP
masih menjadi perdebatan. Indeks Massa Tubuh juga mempengaruhi terjadinya LBP. Selain
itu, faktor kerja, termasuklah beban kerja dan posisi duduk, juga ikut mempengaruhi
terjadinya LBP.2 Selain itu, LBP juga mungkin terjadi akibat adanya trauma kumulatif,
namun faktor ini juga masih banyak diperdebatkan.2,3
Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan antara faktor-faktor
resiko tersebut dengan terjadinya LBP. Walaupun begitu, sering kali ditemukan variabilitas
dalam hasil yang didapatkan. Hal ini mungkin terjadi akibat adanya beberapa perbedaan
pada sampel, ukuran sampel, definisi LBP, saat terjadinya LBP, cara pengumpulan data dan
metodologi penelitian yang digunakan.2

I.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, dirumuskan permasalahan penelitian sebagai

berikut :
1. LBP merupakan penyebab utama terjadinya gangguan aktivitas dan absensi kerja di
seluruh dunia. Kira-kira 60-80% manusia pernah mengalami LBP di suatu saat dalam
hidup mereka.
2. Penelitian oleh Louw et al menunjukkan, rata-rata lifetime prevalensi LBP adalah
36%, manakala rata-rata one-year prevalensi LBP adalah 33%, dan rata-rata point
prevalensi adalah 12%.
Penelitian di beberapa fasilitas kesehatan menunjukkan bahwa episode remisi dalam

3.

masa satu tahun berkisar diantara 54% sampai 90%, angka rekurensi adalah 24%
sampai 80%.
4. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya LBP. Antara lain adalah
umur, jenis kelamin, IMT, beban kerja, trauma, dan posisi duduk. Sehingga saat ini,
telah banyak penelitian yang dilakukan bagi mencari hubungan antara faktor-faktor
resiko tersebut dengan terjadinya LBP.

Namun begitu, sering kali ditemukan

variabilitas dalam hasil yang didapatkan.


5. Belum di ketahuinya berbagai faktor yang berhubungan dengan kejadian LBP pada
pengunjung Puskesmas Sukabumi Utara pada bulan Agustus 2015

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai faktor dengan kejadian LBP
pada pengunjung Puskesmas Sukabumi Utara, Jakarta Barat.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Diketahuinya sebaran kejadian LBP pada pengunjung Puskesmas Sukabumi
Utara, Jakarta Barat pada bulang Agustus 2015.
2. Diketahuinya sebaran umur, jenis kelamin, pekerjaan, IMT, posisi duduk , dan
trauma pada pengunjung Puskesmas Sukabumi Utara, Jakarta Barat.
3. Diketahuinya hubungan antara umur , jenis kelamin, pekerjaan, IMT, posisi
duduk, dan trauma terhadapt kejadian LBP pada pengunjung Puskesmas
Sukabumi Utara, Jakarta Barat.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

2. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian LBP pada


pengunjung puskesmas.
3. Menerapkan ilmu pengetahuan tentang LBP yang telah diperoleh saat kuliah.
Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan penelitian.
4. Mengembangkan daya nalar, minat dan kemampuan dalam bidang penelitian.
1.4.2

Manfaat bagi Perguruan Tinggi

1. Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau tugas
perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian,
dan pengabdian masyarakat.
2. Mewujudkan UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.
3. Meningkatkan saling pengertian dan saling kerja sama antara mahasiswa dan staf
pengajar.
4. Data awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
kejadian ikutan pasca imunisasi di masyarakat.
1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat
1. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dari Puskesmas Sukabumi
Utara dan Sukabumi Selatan.
2. Memperoleh pengetahuan dan informasi mengenai faktor faktor apa saja yang
berhubungan kejadian low back pain, sehingga meningkatkan kesadaran
pengunjung puskesmas terhadap faktor faktor tersebut dan mencegah terjadinya
low back pain.
1.5 Sasaran
Pengunjung puskesmas Sukabumi Utara, Jakarta Barat pada bulan Agustus 2015

Bab II
Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Low Back Pain ( LBP )

LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan
nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri terasa di daerah lumbal atau
lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP
yang lebih dari 6 bulan disebut kronik.4
2.2 Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya low back pain adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk,
masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor
(kurvatura >80o), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan
pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjamjam (posisi tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik
beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan.7
2.3 Etiologi
Etiologi low back pain dapat berupa :5
1. Proses degeneratif, seperi spondilosis, HNP, stenosis spinalis, dan osteoartritis.
Perubahan pada vertebrata lumbosakral dapat terjadi pada arkus dan prosesus
artikularis serta ligamen yang menguhubungkan antar ruas tulang belakang.
Perubahan degeneratif juga dapat menyerang anulus fibrosus dari diskus
intervertebralis.
2. Penyakit inflamasi, seperti rheumatoid artritis yang sering timbul sebagain
penyakit akut dengan ciri persendian keempat anggota gerak terkena secara
serentak atau spondilitis ankilopoetika dengan keluhan sakit punggung dan
pinggang yang sifatnya pegal, kaku.
3. Osteoporosis, pada orang tua dan jompo terutama menyerang kaum wanita.
Sakit bersifat pegal, tajam dan radikuler.
4. Kelainan kongenital, yang diperlihatkan foto rontgen polos dari vertebra
lumbosakralis sering dianggap sebagai penyebab LBP.dan dapat menyerupai
HNP.
5. Gangguan sirkulasi, seperti aneurisma aorta abdominalis dapat menyebabkan
LBP yang hebat. Gangguan sirkulasi lain seperti trombosis aorta terminalis,
dengan gejala nyeri yang menjalar sampai bokong, belakang paha dan tungkai
kedua sisi

6. Tumor, dapat berupa tumor jinak seperti osteoma, Pagets disease,


osteoblastoma, hemangioma, neurioma, meningioma, atau tumor ganas seperti
mieloma multipel, maupun sekunder
7. Infeksi akut, yang disebkam oleh kuman piogenik seperti streptococcus atau
staphylococcus, atau infeksi kronik seperti spondilitis tuberkulosis dan
osteomielitis
8. Psikoneuritik, seperti histeria, depresi.

2.4 Epidemiologi
LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara industri.
Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama
hidupnya. Prevalensi pertahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalence
rata-rata 30%. Di Amerika Serikat nyeri ini merupakan penyebab yang urutan paling
sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia <45 tahun, urutan kedua
untuk alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan kelima alasan perawatan di rumah
sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan operasi. Data epidemiologi
mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa
Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki
18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah
sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%.6
2.5 Gejala klinis
Gejala klinis yang utama pada LBP adalah nyeri. Nyeri punggung bawah dapat
bersifat sementara atau menetap dan lokal atau menjalar. Nyeri juga dapat bersifat dangkal
atau dalam. Hal ini bergantung pada penyebab dan jenis nyeri. Terdapat berbagai jenis
nyeri punggung:7,8
1. Nyeri lokal, terjadi di area tertentu di punggung bagian bawah, nyeri jenis ini
paling sering terjadi. Penyebabnya biasa karena terkilir atau keseleo atau
cedera lainnya. Nyeri biasanya menetap,atau terkadang hilang timbul. Nyeri
lokal dapat berkurang atau bertambah dengan perubahan posisi. Punggung
bawah dapat sakit saat dipegang, dapat terjadi spasme otot.
2. Nyeri yang menjalar, nyeri bersifat tumpul dan terasa menjalar dari punggung
bawah ke tungkai. Nyeri dapat diikuti dengan nyeri tajam, biasanya hanya
mengenai satu sisi tungkai daripada seluruh tungkai.

3. Nyeri dapat terasa sampai ke kaki atau hanya sampai lutut.

Nyeri yang

menjalar biasanya menandakan adanya penekanan pangkal saraf, misalnya


karena HNP, osteoartritis atau stenosis tulang belakang.

Batuk, bersin,

mengedan atau membungkuk sambil menjaga kaki agar tetap lurus dapat
memicu munculnya nyeri. Jika terdapat penekanan berat pada pangkal saraf,
atau jika korda spinalis tertekan, maka akan timbul rasa seperti ditusuk jarum,
atau bahkan mati rasa dan hilangnya fungsi pengendalian berkemih dan
pencernaan (inkontinensia).
4. Referred pain, nyeri dirasakan pada lokasi berbeda dari lokasi penyebab nyeri
sebenarnya. Misalnya, pada pasien dengan serangan jantung, nyeri dirasakan
pada lengan kiri. Nyeri jenis ini pada punggung bawah cenderung bersifat
sakit dan dalam, dan sulit untuk menentukan lokasi asal nyeri. Pergerakan
tidak memperberat nyeri tersebut
2.6 Penatalaksanaan
Jika penyebab spesifik terjadinya nyeri punggung bawah dapat diketahui, maka
perlu diatasi penyebab tersebut. Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk penyebab nyeri
muskuloskeletal.

Tetapi terdapat beberapa tindakan yang dapat membantu,biasanya

tindakan ini juga dapat digunakan untuk mengatasi nyeri akibat penekanan tulang
belakang tindakan ini meliputi perbaiki aktifitas,menggunakan obat pereda nyeri, kompres
dingin pada daerah nyeri,dan olahraga.8
Untuk nyeri punggung bawah yang baru terjadi, penanganan dimulai dengan
mencegah aktivitas yang memberi stressor pada tulang belakang,misalnya mengangkat
benda berat dan membungkuk.
Penggunaan Acetaminophen terkadang dianjurkan untuk mengatasi nyeri. Jika
terdapat peradangan maka dapat digunakan obat NSAID yang dapat mengatasi nyeri dan
peradangan. Jika keduanya tidak dapat mengatasi nyeri yang ada,maka dapat digunakan
obat golongan Opioid.
Pemakaian relaksan otot seperti cyclobenzaprine, diazepam, atau methocarbamol,
terkadang diperlukan untuk mengatasi spasme otot, tapi kegunaannya sendiri masih
kontroversial. Obat obat ini tidak danjurkan oleh orang tua,karena lebih sering memberi
efek samping.8
2.7 Pencegahan

Cara yang paling efektif untuk mencegah nyeri punggung bawah adalah dengan
olahraga secara teratur.

Latihan aerobik dan olahraga untuk meregangkan dan

mengencangkan otot sangat membantu. Aerobik, berenang, dan berjalan, memperbaiki


kebugaran tubuh secara menyeluruh dan juga memperkuat otot otot. Latihan tertentu
dapat meregangkan dan memperkuat otot-otot perut, bokong, dan punggung sehingga
dapat menstabilkan tulang punggung. Pada beberapa orang, latihan peregangan dapat
menambah nyeri punggung,untuk itu latihan perlu dilakukan secara hati-hati. Secara
umum,olahraga yang menimbulkan atau menambah nyeri harus dihentikan.9
2.8 Patofisiologi
Vertebra lumbal berfungsi sebagai tiang penyangga bagi tubuh khususnya, dan
seluruh vertebra umumnya. Bagian depan yang terdiri dari korpus vertebralis dan diskus
intervertebralis berfungsi sebagai pengemban yang kuat, tetapi cukup fleksibel serta tahan
terhadap tekanan-tekanan menurut porosnya.

Tekanan tersebut ditahan oleh nukleus

pulposus. Fleksibilitas penyangga dipertahankan oleh ligamenta dan fasia kuat yang
mengikat dan membungkus corpora serta diskus intervertebralis. Fleksibilitas tersebut
dijamin oleh artikulus posterior superior dan inferior terhadap penekukan ke belakang dan
ke samping yang berlebihan, yang merupakan bagian belakang tiap ruas tulang belakang.
Bagian belakang ini terdiri dari pedikel, lamina, serta prosesus spinosus dan transversus.10
Otot-otot yang terdapat sekeliling tulang belakang mempunyai origo dan insersio
pada prosesus transversus atau spinosus.

Stabilitas kolumna vertebralis dijamin oleh

ligamenta secara pasif dan oleh otot-otot tersebut secara aktif. Ujung serabut penghantar
impuls nyeri terdapat di ligamen, otot-otot, periostium, lapisan luar annulus fibrosus dan
sinovia articulus posterior. Bangunan peka nyeri (Gambar 1) mengandung reseptor
nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal,
kimiawi). 10

Gambar 1. Struktur Sensitisasi Nyeri


Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi
yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang
bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan.
Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan
iskemia.

Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan

terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi
primer pada sistem saraf.10
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya
nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan
sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya
karena pergerakan.

Kedua, penekanan mengenai serabut saraf.

Perubahan

biomolekuler terjadi pada kondisi ini, di mana terjadi akumulasi saluran ion Natrium
dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang
sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Beberapa kondisi spinal yang
terdapat pada Gambar 2 dapat menjelaskan patofisiologi dari low back pain.10

Gambar 2. Beberapa Kondisi Spinal pada Low Back Pain


2.9 Dampak LBP
LBP merupakan keluhan yang paling umum pada penderita dengan
problem musculoskeletal. Permasalahan yang dapat timbul dari LBP antara
lain:
1. Sakit pada pinggang bawah
2. Keterbatasan lingkup gerak sendi trunk
3. Penurunan kemampuan aktifitas yang membutuhkan gerakan dari
pinggang. 11
Permasalahan yang timbul dari kondisi ini antara lain:
1.
2.
3.
4.

Adanya nyeri dan spasme otot-otot pinggang


Terbatasnya lingkup gerak sendi lumbal
Menurunnya kekuatan otot penggerak trunk
Tergangguanya aktifitas fungsional penderita.

2.10 Faktor faktor yang Berhubungan dengan LBP


2.10.1
Usia
Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan
keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun
terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi
jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada
tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko
orang tersebut tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi
pemicu timbulnya gejala LBP. Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai
dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Garg
dalam Pratiwi menunjukkan insiden LBP tertinggi pada umur 35-55 tahun dan

semakin meningkat dengan bertambahnya umur.

Hal ini diperkuat dengan

penelitian Sorenson dimana pada usia 35 tahun mulai terjadi nyeri punggung
bawah dan akan semakin meningkat pada umur 55 tahun.12
Menurut penelitian di rumah sakit Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto pada tahun 2010 menunjukkan bahwa pasien LBP paling banyak
terdapat pada usia > 54 tahun. Hal tersebut menunjukkan adanya kecenderungan
bahwa LBP merupakan masalah penyakit degeneratif. 13
2.10.2

Sex
Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita dibandingkan dengan

laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih sering izin untuk
tidak bekerja karena LBP . Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko
keluhan otot rangka. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot
wanita lebih rendah daripada pria. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan
prevalensi beberapa kasus musculoskeletal disorders lebih tinggi pada wanita
dibandingkan pada pria.12
Menurut penelitian di rumah sakit RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto jumlah pasien LBP yang berjenis kelamin perempuan 73% lebih
banyak daripada yang berjenis kelamin laki laki yaitu 27%.13
2.10.3

IMT
Indeks massa tubuh Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi

angka dari berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat
dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Panduan
terbaru dari WHO tahun 2000 mengkategorikan indeks masa tubuh untuk orang
Asia dewasa menjadi underweight (IMT < 18.5), normal range (IMT 18.5-22.9)
dan overweight (IMT 23.0). Overweight dibagi menjadi tiga yaitu at risk (IMT
23.0-24.9), obese 1 (IMT 25-29.9) dan obese 2 (IMT 30.0 ). Hasil penelitian
Purnamasari (2010) menyatakan bahwa seseorang yang overweight lebih berisiko
lima kali menderita LBP dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan
ideal.

Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk

menerima beban yang membebani tersebut sehingga mengakibatkan mudahnya


terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu daerah

pada tulang belakang yang paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah
verterbrae lumbal.
Menurut penelitian di rumah sakit Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto pada tahun 2010. Dari 90 responden yang diteliti diperoleh data
tentang status gizi menunjukkan bahwa sebagian besar status gizi responden
adalah overweight yaitu sebanyak 65,6%.13
2.10.4 Pekerjaan
2.10.4.1
Beban kerja
Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang
diterima oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, sesuai
dengan kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja yang menerima beban
tersebut. Beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh
seseorang ataupun sekelompok orang, selama periode waktu tertentu dalam
keadaan normal. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar
akan memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligamen
dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan
otot, kerusakan otot, tendon dan jaringan lainnya. Penelitian Nurwahyuni
melaporkan bahwa persentase tertinggi responden yang mengalami keluhan
LBP adalah pekerja dengan berat beban lebih dari 25 kg.12
2.10.4.2
Repetisi
Repetisi adalah pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama.
Frekuensi gerakan yang terlampau sering akan mendorong fatigue dan
ketegangan otot tendon. Ketegangan otot tendon dapat dipulihkan apabila ada
jeda waktu istirahat yang digunakan untuk peregangan otot. Dampak gerakan
berulang akan meningkat bila gerakan tersebut dilakukan dengan postur
janggal dengan beban yang berat dalam waktu yang lama.

Frekuensi

terjadinya sikap tubuh terkait dengan berapa kali repetitive motion dalam
melakukan pekerjaan. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan
akibat beban terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.12
2.10.4.3
Durasi
Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko.

Durasi

didefinisikan sebagai durasi singkat jika kurang dari 1 jam per hari, durasi
sedang yaitu 1-2 jam per hari dan durasi lama yaitu lebih dari 2 jam per hari.
Durasi terjadinya postur janggal yang berisiko bila postur tersebut

dipertahankan lebih dari 10 detik. Risiko fisiologis utama yang dikaitkan


dengan gerakan yang sering dan berulang-ulang adalah kelelahan otot.
Selama berkontraksi otot memerlukan oksigen, jika gerakan berulang-ulang
dari otot menjadi terlalu cepat sehingga oksigen belum mencapai jaringan
maka akan terjadi kelelahan otot.12
2.10.5 Trauma
Postur yang bervariasi dan abnormalitas kelengkungan tulang belakang
merupakan salah satu faktor risiko adanya keluhan LBP. Orang dengan kasus
spondylolisthesis akan lebih berisiko LBP pada jenis pekerjaan yang berat,
tetapi kondisi seperti ini sangat langka. Kelainan secara struktural seperti
spina bifida acculta dan jumlah ruas tulang belakang yang abnormal tidak
memiliki konsekuensi. Perubahan spondylitic biasanya memiliki nilai risiko
yang lebih rendah. Riwayat terjadinya trauma pada tulang belakang juga
merupakan faktor risiko terjadinya karena trauma akan merusak struktur
tulang belakang yang dapat mengakibatkan nyeri yang terus menerus.12
2.10.6 Posisi Duduk
Salah satu faktor karena gangguan mekanikal tersebut adalah duduk lama.
Penelitian menunjukkan sekitar 39,7 - 60% orang dewasa mengalami NPB
akibat duduk lama. Penelitian lain menunjukkan bahwa lama duduk selama 4
jam per hari dengan sikap membungkuk merupakan faktor risiko terjadinya
NPB.

Mengingat tingginya akan kejadian dan besarnya biaya yang

dikeluarkan akibat NPB, maka perlu diuraikan lebih lanjut mekanisme


terjadinya NPB akibat lama dan sikap duduk.14
Bila seseorang duduk dengan tungkai atas berada pada posisi 900, maka
daerah lumbal belakang akan menjadi mendatar keluar yang dapat
menimbulkan keadaan kifosis. Keadaan ini terjadi karena sendi panggul yang
hanya berotasi sebesar 600, mendesak pelvis untuk berotasi ke belakang
sebesar 300 untuk menyesuaikan tungkai atas yang berada pada posisi 900.
Kifosis lumbal ini selain menyebabkan peregangan ligamentum longitudinalis
posterior, juga menyebabkan peningkatan tekanan pada diskus intervertebralis
sehingga mengakibatkan peningkatan tegangan pada bagian dari annulus
posterior dan penekanan pada nukleus pulposus.
Penelitian yang dilakukan oleh Andersson menunjukkan bahwa aktivitas
otot menurun ketika duduk dengan posisi merosot ke depan, meskipun pada

posisi ini menyebabkan tekanan maksimum pada diskus. Namun demikian bila
sandaran belakang ditidurkan menjadi 1100, maka otot tetap rileks dan
penekanan terhadap diskus diminimalkan. Apabila duduk tegak lurus maka
otot akan bekerja untuk mengatasi tegangan pada hamstring. Tulang pelvis
berputar ke depan pada tuberositas ischiadika dan lordosis diperbaiki.
Keterlibatan otot utama pada gerakan ini (fleksi panggul) adalah otot
iliopsoas. Kerja otot dibutuhkan untuk menopang berat batang tubuh, sehingga
selanjutnya vertebra lumbal berada pada gerakan di garis tengah dan
ligamentum tidak lagi tegang.14
Penelitian menunjukkan tekanan diskus lebih besar pada posisi duduk
tegak (140%) dibandingkan posisi berdiri (100%) dan menjadi lebih besar lagi
pada posisi duduk dengan badan membungkuk ke depan (190%). Keadaan ini
terjadi akibat perubahan mekanisme pelvis dan sakrum selama perpindahan
dari berdiri ke duduk, yaitu: tepi atas pelvis berotasi ke belakang, sakrum
berputar menjadi tegak, kolumna vertebralis berubah dari lordosis ke posisi
lurus atau kofosis. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan pada
diskus.14
Sejumlah penelitian menunjukkan keterkaitan antara lama duduk dengan
NPB. Magora menemukan prevalensi NPB sebesar 12,6% pada orang yang
sering bekerja duduk selama lebih dari 4 jam, 1,2% kadang-kadang duduk, dan
25,9% jarang duduk dengan waktu kurang dari 2 jam. penelitian Kesley dkk
menemukan orang yang bekerja dengan posisi duduk selama setengah hari
waktu kerja atau lebih memiliki risiko relatif 1,6 lebih besar untuk terjadinya
NPB, dimana risiko semakin besar pada pekerja yang lebih tua, supir dan
paling besar pada supir truk. Penelitian yang dilakukan oleh Emami dkk
menunjukkan bahwa NPB tidak meningkat selama duduk satu jam per hari.
Namun NPB berkaitan dengan duduk lebih dari 4 jam (p<0,05). Penelitian
yang dilakukan oleh Trousler terhadap murid sekolah di Skandinavia
menemukan 41,6% yang menderita NPB selama duduk di kelas, terdiri dari
30% yang duduk selama 1 jam, dan 70% setelah duduk lebih dari 1 jam.14
2.10.7 Aktivitas fisik
Pola hidup yang tidak aktif merupakan faktor risiko terjadinya
berbagai keluhan dan penyakit, termasuk di dalamnya LBP. Aktivitas fisik
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan aktivitas otot

pada periode waktu tertentu. Aktivitas fisik yang cukup dan dilakukan secara
rutin dapat membantu mencegah adanya keluhan LBP. Olahraga yang teratur
juga dapat memperbaiki kualitas hidup, mencegah osteoporosis dan berbagai
penyakit rangka serta penyakit lainnya.

Olahraga sangat menguntungkan

karena risikonya minimal. Program olahraga harus dilakukan secara bertahap,


dimulai dengan intensitas rendah pada awalnya untuk menghindari cidera pada
otot dan sendi.

Aktivitas fisik dikatakan teratur ketika aktvitas tersebut

dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu. Selain itu, di dalam aktivitas fisik
juga dilakukan streching guna meregangkan otot-otot yang sudah digunakan
dalam jangka waktu tertentu. Kurangnya aktivitas fisik dapat menurunkan
suplai oksigen ke dalam otot sehingga dapat menyebabkan adanya keluhan
otot. Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang
yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk istirahat
dan melakukan aktivitas fisik yang cukup.
Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh tingkat kesegaran
tubuh. Laporan NIOSH menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh
yang rendah maka risiko terjadinya keluhan adalah 8,1%, tingkat kesegaran
tubuh sedang adalah 3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8%.
Hal ini juga diperkuat dengan laporan Bettie et al yang menyatakan bahwa
hasil penelitian terhadap para penebang menunjukkan bahwa kelompok
penebang dengan tingkat kesegaran tubuh yang tinggi mempunyai risiko
sangat kecil terhadap risiko cidera otot.12

2.10.8 Kebiasaan Merokok


World Health Organization (WHO) melaporkan jumlah kematian
akibat merokok akibat tiap tahun adalah 4,9 juta dan menjelang tahun 2020
mencapai 10 juta orang per tahunnya.

Hubungan yang signifikan antara

kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan


yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok dapat
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok
dapat pula menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada tulang

sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada


tulang. Penelitian yang dilakukan Tana melaporkan bahwa dari hubungan
antara perilaku merokok dengan nyeri pinggang didapatkan hasil responden
dengan perilaku merokok lebih banyak yang menderita low back pain daripada
yang tidak pernah merokok sama sekali.12
Kebiasaan merokok diukur dengan menggunakan indeks Brinkman
yaitu jumlah rata-rata rokok yang dihisap sehari dikalikan dengan lama
merokok (dalam tahun); bukan perokok (0), perokok ringan (1-399) dan
perokok berat (400).
Merokok dapat menyebabkan penurunan perfusi dan kekurangan gizi
otot dan tulang akibat kurangannya aliran darah ke jaringan.

Selain itu,

merokok juga dapat menyebabkan jaringan tidak efisien untuk merespon stress
mekanik yang dapat menyebabkan keluhan nyeri punggung.12
Hasil penelitian terhadap 100 sampel menunjukan bahwa 43 pekerja
mengalami LBP, kejadian pada bukan perokok sebanyak 12 orang (27,9%),
perokok ringan sebanyak 26 orang (60,5%), dan perokok berat 5 orang
(11,6%). Berdasarkan hasil analisis uji statistik, diperoleh nilai p = 0,307.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
kebiasaan merokok dengan kejadian low back pain. Setiap individu memiliki
respon tubuh yang berbeda terhadap agen penyakit. Hal ini disebabkan tiap
individu berbeda dari yang lain dalam hal susunan genetik dan interkasi
dengan lingkungan.12
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Kartana (2010) yang mendapatkan bahwa tidak ada hubungan
kebiasaan merokok dengan keluhan low back pain dengan nilai p = 0,734.
Berbeda dengan penelitian menemukan ada hubungan yang signifikan
antar kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk
pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok dapat
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan.
Ketika seseorang kelebihan berat biasanya kelebihan berat badan akan
disalurkan pada daerah perut yang berarti menambah kerja tulang lumbal.
Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk menerima

beban tersebut sehingga mengakibatkan kerusakan dan bahaya pada stuktur


tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang belakang yang paling berisiko
akibat efek dari overweight adalah vertebra lumbal.12
2.10.9 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Di harapkan semakin tinggi tingkat pengetahuan

seseorang,

kemungkinan untuk terjadinya LBP semakin rendah, sebaliknya jika


pengetahuan seseorang kemungkinan untuk terjadinya LBP semakin tinggi.
2.10.10

Kelainan bawaan
Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Kelainankelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya
setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir.

Hal ini dapat

menyebabkan timbulnya low back pain yang disertai dengan skoliosis ringan.
Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat
menjadi satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat lubang
di tulang vertebra dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina dan
keadaan ini dikenal dengan Spina Bifida.

Penyakit spina bifida dapat

menyebabkan gejala-gejala berat sepert club foot, rudimentair foof, kelayuan


pada kaki, dan sebagainya.namun jika lubang tersebut kecil, tidak akan
menimbulkan keluhan.
Beberapa jenis kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir adalah:
I.
Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus vertebrae,
dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebrae. Walaupun
kejadian ini terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru
menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri pinggang

ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur dan akan
II.

bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan.


Penyakit Kissing Spine
Penyakit ini disebabkan karena dua atau lebih processus spinosus
bersentuhan. Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan tidak. Gejala
yang ditimbulkan adalah low back pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui

III.

dengan pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral.


Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V
Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari vertebra
lumbal ke V melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau os ileum.

Kerangka teori
Usia

Sex
IMT
Pekerjaan

Beban
kerjaan
Posisi kerja

Repitisi

Durasi

Trauma

Low Back Pain

Aktivitas
fisik
Merokok

Pengetauhan

Kerangka konsep

UMUR
PENGETAHUAN

SEX

LOW BACK PAIN


TRAUMA

BEBAN KERJA
POSISI KERJA

IMT

DAFTAR PUSTAKA
1.

Inmaculada Calvo, Gomes Antonia and sanchez Julio Meca. Prevalence of Low Back
Pain in Children and Adolescent. BMC Pediatrics. Januari 2013. Diunduh dari
www.proquest.com

2. Hoy D, Blyth F, Buchbinder R. The Epidemiology of Low Back Pain. Best Practice
and

Research

clinical

Rheumatology

Agustus

2010.

Diunduh

dari

www.proquest.com
3. Marras William. The Case for Cumulative Trauma in Low Back Pain. The Spine
journal. Maret 2003. Diunduh dari www.proquest.com
4. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri punggung bawah. Dalam: Nyeri Neuropatik,
patofisioloogi dan penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS,
Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-167.
5. Bogduk N. Evidence-Based Clinical Guidelines for the Management of Acute Low
Back Pain. The National Muskuloskeletal Medicine Initiative. 1999.

6. Anderson GBJ. Epidemiological features of chronic low back pain. Lancet 1999;
354:581-5.
7. Adelia, R., 2007. Nyeri Pinggang/Low Back Pain. Available from:
http://www.fkunsri.wordpress.com/2007/09/01/nyeri-pinggang-low-backpain. di
unduh pada tangal 15 agustus 2015
8. Cianflocco, A.J., 2013. Low back pain. Available from:
http://www.merckmanuals.com/home/bone_joint_and_muscle_disorders/l
ow_back_and_neck_pain/low_back_pain.html. di unduh pada tangal 15 aguatus 2015
9. Advance Spine Care, 2010. Low Back Pain. Available from:
http://www.advancedspinecare.info/lowbackpain.html. diunduh pada tangal 15
agustus 2015
10. Sidharta P. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat. Jakarta. 2004.
8:202-5.
11. Eko Budi Prasetyo. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Low Back Pain Akibat
Kompresi Vertebra Lumbal Ii V. 2010.
12. Andini F. Risk Factors Of Low Back Pain In Workers. Januari 2015. Diunduh dari
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/
13. Tuti Marinus Lailani. Naskah Publikasi Hubungan Antara Peningkatan Indeks Massa
Tubuh Dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah Pada Pasien Rawat Jalan Di
Poliklinik Saraf Rsud Dokter Soedarso Pontianak. Maret 2013.

Diunduh dari

juke.kedokteran.unila.ac.id, pada tanggal 10 agustus 2015.


14. Samara Diana. Lama dan Sikap Duduk Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Nyeri
Pinggang Bawah. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Jurnal
Kedokteran. Juni 2004. Di unduh dari http://www.univmed.org/wp-content/uploads
pada tanggal 10 agustus 2015.
15. Widjaya Mario Polo , Aswar Haeril ,Palalangan Semuel. Faktor-Faktor yang
berhubungan dengan Kejadian Low Back Pain pada Pekerja Furniture. 2014. Di
unduh dari http://ojs.uho.ac.id/index.php/medula/article/view/196 pada tanggal 10
Agustus 2015.
16. Purnamasari Hendy, Gunarso Untung, Rujtio Lantip. Overweight Dan Low Back
Pain, Overweight Sebagai Faktor Resiko Low Back Pain Pada Pasien Poli Saraf Rsud

Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala Of Health. Volume 4, Nomor 1,


Januari 2010.
17. Webb R, Brammah T, Lunt M, et al. Prevalence and predictors of intense, chronic,
and disabling neck and back pain in the UK general population. Spine 2003 Jun
1;28(11):1195202.
18. Leboeuf-Yde C. Body weight and low back pain. A systematic literature review of 56
journal articles reporting on 65 epidemiologic studies. Spine 2000 Jan 15;25(2):226
37.
19. Nurwahyuni, Djajakusli Rafael, Naiem Furqaan Factors Associated With Complaints
Of Lower Back Pain In Workers Loading And Unloading Of Goods The Port Of ParePare 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasannudin Makasar. 2012.
Di

unduh

dari

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4780/Nurwahyuni_K111088
45.pdf?sequence=1
20. Carragee, Eugene MD; Alamin, Todd MD; Cheng, Ivan MD; Franklin, Thomas MD;
Hurwitz, Eric PhD . Does Minor Trauma Cause Serious Low Back Illness? .
December 1, 2006 - Volume 31 - Issue 25
21. Affan Ahmad ,dkk.Hubungan Posisi Duduk Dengan Nyeri Punggung Bawah Pada
Penjahit Vermak Levis Di Pasar Tanah Pasir Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara,
September

2014.

Diunduh

pada

01/09/2015

dari

http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Formil/article/viewFile/1089/1002
22. Parjoto, S., Pentingnya Memahami Sikap Tubuh Dalam Kehidupan, Majalah
Fisioterapi Indonesia Vol. 7 No. 11/Mei 2007, IFI Graha Jati Asih, Jakarta, 2001.
23. TS Wong, MBBS, N Teo, MD, MO Kyaw, MBBS, DMed.SC, MMed Sc. Prevalence
and Risk Factors Associated with Low Back Pain Among Health Care Providers in a
District Hospital Malaysian Orthopaedic Journal 2010 Vol 4 No 2.
24. Attitudes, knowledge and treatment of low back pain amongst nurses in the Eastern
Cape, South Africa, Cilliers et al, 2013

You might also like