You are on page 1of 40

Bab I

Pendahuluan
I.1

Latar Belakang
Nyeri punggung bawah atau low back pain (LBP) didefinisikan sebagai nyeri yang

dirasakan terbatas di regio diantara batas bawah iga ke-12 dan lipatan gluteal. 1

LBP

merupakan nyeri punggung yang paling sering ditemukan. Kira-kira 60-80% manusia pernah
mengalami LBP di suatu saat dalam hidup mereka.1
LBP merupakan antara penyebab utama terjadinya gangguan aktivitas dan absensi
kerja di seluruh dunia. Hal ini mengakibatkan terjadinya beban ekonomi pada individu,
keluarga, komunitas, industri dan pemerintah. Sampai 10 tahun yang lalu, LBP dianggap
sebagai masalah yang lebih sering ditemukan di negara-negara barat. Namun, seiring dengan
pertambahan studi yang dilakukan, kini diketahui bahwa LBP juga menjadi masalah yang
cukup besar di negara dunia kedua dan ketiga.
Berdasarkan satu studi oleh Louw et al, rata-rata lifetime prevalensi LBP adalah 36%,
manakala rata-rata one-year prevalensi LBP adalah 33%, dan rata-rata point prevalensi
adalah 12%.1

Studi di beberapa fasilitas kesehatan menunjukkan bahwa episode remisi

dalam masa satu tahun berkisar diantara 54% sampai 90%, sementara angka rekurensi adalah
24% sampai 80%.
.

Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40%

penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang,
prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan
pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya LBP. Usia merupakan faktor
yang paling sering ditemukan.2 Apakah jenis kelamin memengaruhi angka prevalensi LBP
masih menjadi perdebatan.2

Indeks Massa Tubuh juga mempengaruhi terjadinya LBP.2

Selain itu, faktor kerja, termasuklah beban kerja dan posisi duduk, juga ikut mempengaruhi
terjadinya LBP.2 Selain itu, LBP juga mungkin boleh terjadi akibat adanya trauma kumulatif,
namun faktor ini juga masih banyak diperdebatkan.3

Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan antara faktor-faktor
resiko tersebut dengan terjadinya LBP. Walaupun begitu, sering kali ditemukan variabilitas
dalam hasil yang didapatkan. Hal ini mungkin terjadi akibat adanya beberapa perbedaan
pada sampel, ukuran sampel, definisi LBP, saat terjadinya LBP, cara pengumpulan data dan
metodologi penelitian yang
I.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, dirumuskan permasalahan penelitian sebagai

berikut :
1. LBP merupakan penyebab utama terjadinya gangguan aktivitas dan absensi kerja di
seluruh dunia. Kira-kira 60-80% manusia pernah mengalami LBP di suatu saat dalam
hidup mereka.
2. Penelitian oleh Louw et al menunjukkan, rata-rata lifetime prevalensi LBP adalah
36%, manakala rata-rata one-year prevalensi LBP adalah 33%, dan rata-rata point
prevalensi adalah 12%.
3. Penelitian di beberapa fasilitas kesehatan menunjukkan bahwa episode remisi dalam
masa satu tahun berkisar diantara 54% sampai 90%, angka rekurensi adalah 24%
sampai 80%.
4. Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40%
penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri
pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%
5. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya LBP. Antara lain adalah
umur, jenis kelamin, IMT, beban kerja, trauma, dan posisi duduk. Sehingga saat ini,
telah banyak penelitian yang dilakukan bagi mencari hubungan antara faktor-faktor
resiko tersebut dengan terjadinya LBP.

Namun begitu, sering kali ditemukan

variabilitas dalam hasil yang didapatkan.


6. Belum di ketahuinya berbagai faktor yang berhubungan dengan kejadian LBP pada
pengunjung Puskesmas Sukabumi Utara pada bulan Agustus 2015

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
2

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan


dengan kejadian LBP pada pengunjung Puskesmas Sukabumi Utara, Jakarta
Barat.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Diketahuinya sebaran kejadian LBP pada pengunjung Puskesmas Sukabumi
Utara, Jakarta Barat pada bulang Agustus 2015.
2. Diketahuinya sebaran umur, jenis kelamin, pekerjaan, IMT, posisi duduk , dan
trauma pada pengunjung Puskesmas Sukabumi Utara, Jakarta Barat.
3. Diketahuinya hubungan antara umur , jenis kelamin, pekerjaan, IMT, posisi
duduk, dan trauma terhadapt kejadian LBP pada pengunjung Puskesmas
Sukabumi Utara, Jakarta Barat.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti
2. Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian LBP pada
pengunjung puskesmas.
3. Menerapkan ilmu pengetahuan tentang LBP yang telah diperoleh saat kuliah.
Memperoleh pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan penelitian.
4. Mengembangkan daya nalar, minat dan kemampuan dalam bidang penelitian.
1.4.2

Manfaat bagi Perguruan Tinggi

1. Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau tugas
perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian,
dan pengabdian masyarakat.
2. Mewujudkan UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.
3. Meningkatkan saling pengertian dan saling kerja sama antara mahasiswa dan staf
pengajar.
4. Data awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
kejadian ikutan pasca imunisasi di masyarakat.
1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat
1. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dari Puskesmas Sukabumi
Utara dan Sukabumi Selatan.
2. Memperoleh pengetahuan dan informasi mengenai faktor faktor apa saja yang
berhubungan kejadian low back pain, sehingga meningkatkan kesadaran
pengunjung puskesmas terhadap faktor faktor tersebut dan mencegah terjadinya
low back pain.
1.5 Sasaran
3

Pengunjung puskesmas Sukabumi Utara, Jakarta Barat pada bulan Agustus 2015

Bab II
Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Low Back Pain ( LBP )


LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat merupakan
nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri terasa di daerah lumbal atau
4

lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP
yang lebih dari 6 bulan disebut kronik.4
2.2 Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya low back pain adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk,
masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor
(kurvatura >80o), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan
pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjamjam (posisi tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik
beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan. 1,10
2.3 Etiologi
Etiologi low back pain dapat berupa :5
1. Proses degeneratif, seperi spondilosis, HNP, stenosis spinalis, dan osteoartritis.
Perubahan pada vertebrata lumbosakral dapat terjadi pada arkus dan prosesus
artikularis serta ligamen yang menguhubungkan antar ruas tulang belakang.
Perubahan degeneratif juga dapat menyerang anulus fibrosus dari diskus
intervertebralis.
2. Penyakit inflamasi, seperti rheumatoid artritis yang sering timbul sebagain
penyakit akut dengan ciri persendian keempat anggota gerak terkena secara
serentak atau spondilitis ankilopoetika dengan keluhan sakit punggung dan
pinggang yang sifatnya pegal, kaku.
3. Osteoporosis, pada orang tua dan jompo terutama menyerang kaum wanita.
Sakit bersifat pegal, tajam dan radikuler.
4. Kelainan kongenital, yang diperlihatkan foto rontgen polos dari vertebra
lumbosakralis sering dianggap sebagai penyebab LBP.dan dapat menyerupai
HNP.
5. Gangguan sirkulasi, seperti aneurisma aorta abdominalis dapat menyebabkan
LBP yang hebat. Gangguan sirkulasi lain seperti trombosis aorta terminalis,
dengan gejala nyeri yang menjalar sampai bokong, belakang paha dan tungkai
kedua sisi
6. Tumor, dapat berupa tumor jinak seperti osteoma, Pagets disease,
osteoblastoma, hemangioma, neurioma, meningioma, atau tumor ganas seperti
mieloma multipel, maupun sekunder
5

7. Infeksi akut, yang disebkam oleh kuman piogenik seperti streptococcus atau
staphylococcus, atau infeksi kronik seperti spondilitis tuberkulosis dan
osteomielitis
8. Psikoneuritik, seperti histeria, depresi.

2.4 Epidemiologi
LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara industri.
Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama
hidupnya. Prevalensi pertahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalence
rata-rata 30%. Di Amerika Serikat nyeri ini merupakan penyebab yang urutan paling
sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia <45 tahun, urutan kedua
untuk alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan kelima alasan perawatan di rumah
sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan operasi. Data epidemiologi
mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa
Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki
18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah
sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%.6
2.5 Gejala klinis
Gejala klinis yang utama pada LBP adalah nyeri. Nyeri punggung bawah dapat
bersifat sementara atau menetap dan lokal atau menjalar. Nyeri juga dapat bersifat dangkal
atau dalam. Hal ini bergantung pada penyebab dan jenis nyeri. Terdapat berbagai jenis
nyeri punggung:7,8
1. Nyeri lokal, terjadi di area tertentu di punggung bagian bawah, nyeri jenis ini
paling sering terjadi. Penyebabnya biasa karena terkilir atau keseleo atau
cedera lainnya. Nyeri biasanya menetap,atau terkadang hilang timbul. Nyeri
lokal dapat berkurang atau bertambah dengan perubahan posisi. Punggung
bawah dapat sakit saat dipegang, dapat terjadi spasme otot.
2. Nyeri yang menjalar, nyeri bersifat tumpul dan terasa menjalar dari punggung
bawah ke tungkai. Nyeri dapat diikuti dengan nyeri tajam, biasanya hanya
mengenai satu sisi tungkai daripada seluruh tungkai.
3. Nyeri dapat terasa sampai ke kaki atau hanya sampai lutut.

Nyeri yang

menjalar biasanya menandakan adanya penekanan pangkal saraf, misalnya


karena HNP, osteoartritis atau stenosis tulang belakang.

Batuk, bersin,
6

mengedan atau membungkuk sambil menjaga kaki agar tetap lurus dapat
memicu munculnya nyeri. Jika terdapat penekanan berat pada pangkal saraf,
atau jika korda spinalis tertekan, maka akan timbul rasa seperti ditusuk jarum,
atau bahkan mati rasa dan hilangnya fungsi pengendalian berkemih dan
pencernaan (inkontinensia).
4. Referred pain, nyeri dirasakan pada lokasi berbeda dari lokasi penyebab nyeri
sebenarnya. Misalnya, pada pasien dengan serangan jantung, nyeri dirasakan
pada lengan kiri. Nyeri jenis ini pada punggung bawah cenderung bersifat
sakit dan dalam, dan sulit untuk menentukan lokasi asal nyeri. Pergerakan
tidak memperberat nyeri tersebut
2.6 Penatalaksanaan
Jika penyebab spesifik terjadinya nyeri punggung bawah dapat diketahui, maka
perlu diatasi penyebab tersebut. Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk penyebab nyeri
muskuloskeletal.

Tetapi terdapat beberapa tindakan yang dapat membantu,biasanya

tindakan ini juga dapat digunakan untuk mengatasi nyeri akibat penekanan tulang
belakang tindakan ini meliputi perbaiki aktifitas,menggunakan obat pereda nyeri, kompres
dingin pada daerah nyeri,dan olahraga.8
Untuk nyeri punggung bawah yang baru terjadi, penanganan dimulai dengan
mencegah aktivitas yang memberi stressor pada tulang belakang,misalnya mengangkat
benda berat dan membungkuk.
Penggunaan Acetaminophen terkadang dianjurkan untuk mengatasi nyeri. Jika
terdapat peradangan maka dapat digunakan obat NSAID yang dapat mengatasi nyeri dan
peradangan. Jika keduanya tidak dapat mengatasi nyeri yang ada,maka dapat digunakan
obat golongan Opioid.
Pemakaian relaksan otot seperti cyclobenzaprine, diazepam, atau methocarbamol,
terkadang diperlukan untuk mengatasi spasme otot, tapi kegunaannya sendiri masih
kontroversial. Obat obat ini tidak danjurkan oleh orang tua,karena lebih sering memberi
efek samping.8
2.7 Pencegahan
Cara yang paling efektif untuk mencegah nyeri punggung bawah adalah dengan
olahraga secara teratur.

Latihan aerobik dan olahraga untuk meregangkan dan

mengencangkan otot sangat membantu. Aerobik, berenang, dan berjalan, memperbaiki


7

kebugaran tubuh secara menyeluruh dan juga memperkuat otot otot. Latihan tertentu
dapat meregangkan dan memperkuat otot-otot perut, bokong, dan punggung sehingga
dapat menstabilkan tulang punggung. Pada beberapa orang, latihan peregangan dapat
menambah nyeri punggung,untuk itu latihan perlu dilakukan secara hati-hati. Secara
umum,olahraga yang menimbulkan atau menambah nyeri harus dihentikan.9
2.8 Patofisiologi
Vertebra lumbal berfungsi sebagai tiang penyangga bagi tubuh khususnya, dan
seluruh vertebra umumnya. Bagian depan yang terdiri dari korpus vertebralis dan diskus
intervertebralis berfungsi sebagai pengemban yang kuat, tetapi cukup fleksibel serta tahan
terhadap tekanan-tekanan menurut porosnya.

Tekanan tersebut ditahan oleh nukleus

pulposus. Fleksibilitas penyangga dipertahankan oleh ligamenta dan fasia kuat yang
mengikat dan membungkus corpora serta diskus intervertebralis. Fleksibilitas tersebut
dijamin oleh artikulus posterior superior dan inferior terhadap penekukan ke belakang dan
ke samping yang berlebihan, yang merupakan bagian belakang tiap ruas tulang belakang.
Bagian belakang ini terdiri dari pedikel, lamina, serta prosesus spinosus dan transversus.10
Otot-otot yang terdapat sekeliling tulang belakang mempunyai origo dan insersio
pada prosesus transversus atau spinosus.

Stabilitas kolumna vertebralis dijamin oleh

ligamenta secara pasif dan oleh otot-otot tersebut secara aktif. Ujung serabut penghantar
impuls nyeri terdapat di ligamen, otot-otot, periostium, lapisan luar annulus fibrosus dan
sinovia articulus posterior. Bangunan peka nyeri (Gambar 1) mengandung reseptor
nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal,
kimiawi). 10

Gambar 1. Struktur Sensitisasi Nyeri

Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator inflamasi


yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang
bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan.
Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan
iskemia.

Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan

terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi
primer pada sistem saraf.10
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya
nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan
sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya
karena pergerakan.

Kedua, penekanan mengenai serabut saraf.

Perubahan

biomolekuler terjadi pada kondisi ini, di mana terjadi akumulasi saluran ion Natrium
dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang
sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Beberapa kondisi spinal yang
terdapat pada Gambar 2 dapat menjelaskan patofisiologi dari low back pain.10

Gambar 2. Beberapa Kondisi Spinal pada Low Back Pain


2.9 Dampak LBP
LBP merupakan keluhan yang paling umum pada penderita dengan
problem musculoskeletal. Permasalahan yang dapat timbul dari LBP antara
lain:
1. Sakit pada pinggang bawah
2. Keterbatasan lingkup gerak sendi trunk

3. Penurunan kemampuan aktifitas yang membutuhkan gerakan dari


pinggang. 11
Permasalahan yang timbul dari kondisi ini antara lain:
1.
2.
3.
4.

Adanya nyeri dan spasme otot-otot pinggang


Terbatasnya lingkup gerak sendi lumbal
Menurunnya kekuatan otot penggerak trunk
Tergangguanya aktifitas fungsional penderita.

2.10 Faktor faktor yang Berhubungan dengan LBP


2.10.1
Usia
Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan
keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun
terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi
jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada
tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko
orang tersebut tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang menjadi
pemicu timbulnya gejala LBP. Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai
dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Garg
dalam Pratiwi (2009) menunjukkan insiden LBP tertinggi pada umur 35-55 tahun
dan semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini diperkuat dengan
penelitian Sorenson dimana pada usia 35 tahun mulai terjadi nyeri punggung
bawah dan akan semakin meningkat pada umur 55 tahun.12
Menurut penelitian di rumah sakit Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto pada tahun 2010 menunjukkan bahwa pasien LBP paling banyak
terdapat pada usia > 54 tahun. Hal tersebut menunjukkan adanya kecenderungan
bahwa LBP merupakan masalah penyakit degeneratif. 13
2.10.2

Sex
Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita dibandingkan dengan

laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih sering izin untuk
tidak bekerja karena LBP . Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko
keluhan otot rangka. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot
wanita lebih rendah daripada pria. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan

10

prevalensi beberapa kasus musculoskeletal disorders lebih tinggi pada wanita


dibandingkan pada pria.12
Menurut penelitian di rumah sakit RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto jumlah pasien LBP yang berjenis kelamin perempuan 73% lebih
banyak daripada yang berjenis kelamin laki laki yaitu 27%.13
2.10.3

IMT
Indeks massa tubuh Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi

angka dari berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat
dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Panduan
terbaru dari WHO tahun 2000 mengkategorikan indeks masa tubuh untuk orang
Asia dewasa menjadi underweight (IMT < 18.5), normal range (IMT 18.5-22.9)
dan overweight (IMT 23.0). Overweight dibagi menjadi tiga yaitu at risk (IMT
23.0-24.9), obese 1 (IMT 25-29.9) dan obese 2 (IMT 30.0 ). Hasil penelitian
Purnamasari (2010) menyatakan bahwa seseorang yang overweight lebih berisiko
lima kali menderita LBP dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan
ideal.

Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk

menerima beban yang membebani tersebut sehingga mengakibatkan mudahnya


terjadi kerusakan dan bahaya pada stuktur tulang belakang. Salah satu daerah
pada tulang belakang yang paling berisiko akibat efek dari obesitas adalah
verterbrae lumbal.
Menurut penelitian di rumah sakit Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto pada tahun 2010. Dari 90 responden yang diteliti diperoleh data
tentang status gizi menunjukkan bahwa sebagian besar status gizi responden
adalah overweight yaitu sebanyak 65,6%.13
2.10.4 Pekerjaan
2.10.4.1
Beban kerja
Beban kerja merupakan beban aktivitas fisik, mental, sosial yang
diterima oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, sesuai
dengan kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja yang menerima beban
tersebut. Beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh
seseorang ataupun sekelompok orang, selama periode waktu tertentu dalam
keadaan normal. Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar
11

akan memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligamen
dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan
otot, kerusakan otot, tendon dan jaringan lainnya. Penelitian Nurwahyuni
melaporkan bahwa persentase tertinggi responden yang mengalami keluhan
LBP adalah pekerja dengan berat beban lebih dari 25 kg.12
2.10.4.2

Posisi kerja
Posisi yang salah adalah posisi tubuh yang menyimpang secara

signifikan dari posisi tubuh normal saat melakukan pekerjaan.

Bekerja

dengan posisi yang salah dapat meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan
dalam bekerja. Posisi yang salah dapat menyebabkan kondisi dimana transfer
tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah
menimbulkan kelelahan.

Termasuk ke dalam posisi yang salah adalah

pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai, berputar, memiringkan


badan, berlutut, jongkok, memegang dalam posisi statis dan menjepit dengan
tangan. Posisi ini melibatkan beberapa area tubuh seperti bahu, punggung dan
lutut karena daerah inilah yang paling sering mengalami cedera.12
2.10.4.3
Repetisi
Repetisi adalah pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama.
Frekuensi gerakan yang terlampau sering akan mendorong fatigue dan
ketegangan otot tendon. Ketegangan otot tendon dapat dipulihkan apabila ada
jeda waktu istirahat yang digunakan untuk peregangan otot. Dampak gerakan
berulang akan meningkat bila gerakan tersebut dilakukan dengan postur
janggal dengan beban yang berat dalam waktu yang lama.

Frekuensi

terjadinya sikap tubuh terkait dengan berapa kali repetitive motion dalam
melakukan pekerjaan. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan
akibat beban terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.12
2.10.4.4
Durasi
Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko.

Durasi

didefinisikan sebagai durasi singkat jika kurang dari 1 jam per hari, durasi
sedang yaitu 1-2 jam per hari dan durasi lama yaitu lebih dari 2 jam per hari.
Durasi terjadinya postur janggal yang berisiko bila postur tersebut
dipertahankan lebih dari 10 detik. Risiko fisiologis utama yang dikaitkan
dengan gerakan yang sering dan berulang-ulang adalah kelelahan otot.
Selama berkontraksi otot memerlukan oksigen, jika gerakan berulang-ulang
12

dari otot menjadi terlalu cepat sehingga oksigen belum mencapai jaringan
maka akan terjadi kelelahan otot.12
2.10.5 Trauma
Postur yang bervariasi dan abnormalitas kelengkungan tulang belakang
merupakan salah satu faktor risiko adanya keluhan LBP. Orang dengan kasus
spondylolisthesis akan lebih berisiko LBP pada jenis pekerjaan yang berat,
tetapi kondisi seperti ini sangat langka. Kelainan secara struktural seperti
spina bifida acculta dan jumlah ruas tulang belakang yang abnormal tidak
memiliki konsekuensi. Perubahan spondylitic biasanya memiliki nilai risiko
yang lebih rendah. Riwayat terjadinya trauma pada tulang belakang juga
merupakan faktor risiko terjadinya karena trauma akan merusak struktur
tulang belakang yang dapat mengakibatkan nyeri yang terus menerus.12

2.10.6 Aktivitas fisik


Pola hidup yang tidak aktif merupakan faktor risiko terjadinya
berbagai keluhan dan penyakit, termasuk di dalamnya LBP. Aktivitas fisik
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan aktivitas otot
pada periode waktu tertentu. Aktivitas fisik yang cukup dan dilakukan secara
rutin dapat membantu mencegah adanya keluhan LBP. Olahraga yang teratur
juga dapat memperbaiki kualitas hidup, mencegah osteoporosis dan berbagai
penyakit rangka serta penyakit lainnya.

Olahraga sangat menguntungkan

karena risikonya minimal. Program olahraga harus dilakukan secara bertahap,


dimulai dengan intensitas rendah pada awalnya untuk menghindari cidera pada
otot dan sendi.

Aktivitas fisik dikatakan teratur ketika aktvitas tersebut

dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu. Selain itu, di dalam aktivitas fisik
juga dilakukan streching guna meregangkan otot-otot yang sudah digunakan
dalam jangka waktu tertentu. Kurangnya aktivitas fisik dapat menurunkan
suplai oksigen ke dalam otot sehingga dapat menyebabkan adanya keluhan
otot. Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang
yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk istirahat
dan melakukan aktivitas fisik yang cukup.

13

Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh tingkat kesegaran


tubuh. Laporan NIOSH menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh
yang rendah maka risiko terjadinya keluhan adalah 8,1%, tingkat kesegaran
tubuh sedang adalah 3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8%.
Hal ini juga diperkuat dengan laporan Bettie et al yang menyatakan bahwa
hasil penelitian terhadap para penebang menunjukkan bahwa kelompok
penebang dengan tingkat kesegaran tubuh yang tinggi mempunyai risiko
sangat kecil terhadap risiko cidera otot.12

2.10.7 Kebiasaan Merokok


World Health Organization (WHO) melaporkan jumlah kematian
akibat merokok akibat tiap tahun adalah 4,9 juta dan menjelang tahun 2020
mencapai 10 juta orang per tahunnya.

Hubungan yang signifikan antara

kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk pekerjaan


yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok dapat
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Selain itu, merokok
dapat pula menyebabkan berkurangnya kandungan mineral pada tulang
sehingga menyebabkan nyeri akibat terjadinya keretakan atau kerusakan pada
tulang. Penelitian yang dilakukan Tana melaporkan bahwa dari hubungan
antara perilaku merokok dengan nyeri pinggang didapatkan hasil responden
dengan perilaku merokok lebih banyak yang menderita low back pain daripada
yang tidak pernah merokok sama sekali.12
Kebiasaan merokok diukur dengan menggunakan indeks Brinkman
yaitu jumlah rata-rata rokok yang dihisap sehari dikalikan dengan lama
merokok (dalam tahun); bukan perokok (0), perokok ringan (1-399) dan
perokok berat (400).
Merokok dapat menyebabkan penurunan perfusi dan kekurangan gizi
otot dan tulang akibat kurangannya aliran darah ke jaringan.

Selain itu,

merokok juga dapat menyebabkan jaringan tidak efisien untuk merespon stress
mekanik yang dapat menyebabkan keluhan nyeri punggung.12
14

Hasil penelitian terhadap 100 sampel menunjukan bahwa 43 pekerja


mengalami LBP, kejadian pada bukan perokok sebanyak 12 orang (27,9%),
perokok ringan sebanyak 26 orang (60,5%), dan perokok berat 5 orang
(11,6%). Berdasarkan hasil analisis uji statistik, diperoleh nilai p = 0,307.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
kebiasaan merokok dengan kejadian low back pain. Setiap individu memiliki
respon tubuh yang berbeda terhadap agen penyakit. Hal ini disebabkan tiap
individu berbeda dari yang lain dalam hal susunan genetik dan interkasi
dengan lingkungan.12
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Kartana (2010) yang mendapatkan bahwa tidak ada hubungan
kebiasaan merokok dengan keluhan low back pain dengan nilai p = 0,734.
Berbeda dengan penelitian menemukan ada hubungan yang signifikan
antar kebiasaan merokok dengan keluhan otot pinggang, khususnya untuk
pekerjaan yang memerlukan pengerahan otot, karena nikotin pada rokok dapat
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke jaringan.
Ketika seseorang kelebihan berat biasanya kelebihan berat badan akan
disalurkan pada daerah perut yang berarti menambah kerja tulang lumbal.
Ketika berat badan bertambah, tulang belakang akan tertekan untuk menerima
beban tersebut sehingga mengakibatkan kerusakan dan bahaya pada stuktur
tulang belakang. Salah satu daerah pada tulang belakang yang paling berisiko
akibat efek dari overweight adalah vertebra lumbal.12
2.10.8 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).
Di harapkan semakin tinggi tingkat pengetahuan

seseorang,

kemungkinan untuk terjadinya LBP semakin rendah, sebaliknya jika


pengetahuan seseorang kemungkinan untuk terjadinya LBP semakin tinggi.
15

2.10.9 Kelainan bawaan


Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah Hemi Vertebrae. Kelainankelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat berupa tulang vertebra hanya
setengah bagian karena tidak lengkap pada saat lahir.

Hal ini dapat

menyebabkan timbulnya low back pain yang disertai dengan skoliosis ringan.
Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat
menjadi satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat lubang
di tulang vertebra dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina dan
keadaan ini dikenal dengan Spina Bifida.

Penyakit spina bifida dapat

menyebabkan gejala-gejala berat sepert club foot, rudimentair foof, kelayuan


pada kaki, dan sebagainya.namun jika lubang tersebut kecil, tidak akan
menimbulkan keluhan.
Beberapa jenis kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir adalah:
I.
Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan korpus vertebrae,
dimana arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebrae. Walaupun
kejadian ini terjadi sewaktu bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru
menimbulkan nyeri akibat kelinan-kelainan degeneratif. Nyeri pinggang
ini berkurang atau hilang bila penderita duduk atau tidur dan akan
II.

bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan.


Penyakit Kissing Spine
Penyakit ini disebabkan karena dua atau lebih processus spinosus
bersentuhan. Keadan ini bisa menimbulkan gejala dan tidak. Gejala
yang ditimbulkan adalah low back pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui

III.

dengan pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral.


Sacralisasi Vertebrae Lumbal Ke V
Penyakit ini disebabkan karena processus transversus dari vertebra
lumbal ke V melekat atau menyentuh os sacrum dan/atau os ileum.

16

Kerangka teori
Usia

Sex
IMT
Pekerjaan

Beban
kerjaan
Posisi kerja

Repitisi

Low Back Pain

Durasi

Trauma
Aktivitas
fisik
Merokok

Pengetauhan

17

Kerangka konsep

UMUR
PENGETAHUAN

SEX

LOW BACK PAIN


TRAUMA

BEBAN KERJA
POSISI KERJA
IMT

18

DAFTAR PUSTAKA
1. Inmaculada Calvo, Gomes Antonia and sanchez Julio Meca. Prevalence of Low Back
Pain in Children and Adolescent. BMC Pediatrics. Januari 2013. Diunduh dari
www.proquest.com
2. Hoy D, Blyth F, Buchbinder R. The Epidemiology of Low Back Pain. Best Practice
and

Research

clinical

Rheumatology

Agustus

2010.

Diunduh

dari

www.proquest.com
3. Marras William. The Case for Cumulative Trauma in Low Back Pain. The Spine
journal. Maret 2003. Diunduh dari www.proquest.com
4. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri punggung bawah. Dalam: Nyeri Neuropatik,
patofisioloogi dan penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS,
Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-167.
5. Bogduk N. Evidence-Based Clinical Guidelines for the Management of Acute Low
Back Pain. The National Muskuloskeletal Medicine Initiative. 1999.
6. Anderson GBJ. Epidemiological features of chronic low back pain. Lancet 1999;
354:581-5.
7. Adelia,

R.,

2007.

Nyeri

Pinggang/Low

Back

Pain.

Available

from:

http://www.fkunsri.wordpress.com/2007/09/01/nyeri-pinggang-low-backpain.

di

unduh pada tangal 15 agustus 2015


8. Cianflocco,

A.J.,

2013.

Low

back

pain.

Available

from:

http://www.merckmanuals.com/home/bone_joint_and_muscle_disorders/l
ow_back_and_neck_pain/low_back_pain.html. di unduh pada tangal 15 aguatus 2015
9. Advance

Spine

Care,

2010.

Low

Back

http://www.advancedspinecare.info/lowbackpain.html.

Pain.
diunduh

Available
pada

from:

tangal

15

agustus 2015
10. Sidharta P. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat. Jakarta. 2004.
8:202-5.
19

11. Eko Budi Prasetyo. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Low Back Pain Akibat
Kompresi Vertebra Lumbal Ii V. 2010.
12. Andini F. Risk Factors Of Low Back Pain In Workers. Januari 2015. Diunduh dari
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/
13. Tuti Marinus Lailani. Naskah Publikasi Hubungan Antara Peningkatan Indeks Massa
Tubuh Dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah Pada Pasien Rawat Jalan Di
Poliklinik Saraf Rsud Dokter Soedarso Pontianak. Maret 2013.

Diunduh dari

juke.kedokteran.unila.ac.id, pada tanggal 10 agustus 2015.


14. Samara Diana. Lama dan Sikap Duduk Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Nyeri
Pinggang Bawah. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Jurnal
Kedokteran. Juni 2004. Di unduh dari http://www.univmed.org/wp-content/uploads
pada tanggal 10 agustus 2015.
15. Widjaya Mario Polo , Aswar Haeril ,Palalangan Semuel. Faktor-Faktor yang
berhubungan dengan Kejadian Low Back Pain pada Pekerja Furniture. 2014. Di
unduh dari http://ojs.uho.ac.id/index.php/medula/article/view/196 pada tanggal 10
Agustus 2015.
16. Purnamasari Hendy, Gunarso Untung, Rujtio Lantip. Overweight Dan Low Back
Pain, Overweight Sebagai Faktor Resiko Low Back Pain Pada Pasien Poli Saraf Rsud
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Mandala Of Health. Volume 4, Nomor 1,
Januari 2010.
17. Webb R, Brammah T, Lunt M, et al. Prevalence and predictors of intense, chronic,
and disabling neck and back pain in the UK general population. Spine 2003 Jun
1;28(11):1195202.
18. Leboeuf-Yde C. Body weight and low back pain. A systematic literature review of 56
journal articles reporting on 65 epidemiologic studies. Spine 2000 Jan 15;25(2):226
37.
19. Nurwahyuni, Djajakusli Rafael, Naiem Furqaan Factors Associated With Complaints
Of Lower Back Pain In Workers Loading And Unloading Of Goods The Port Of ParePare 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasannudin Makasar. 2012.
Di

unduh

dari

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4780/Nurwahyuni_K111088
45.pdf?sequence=1

20

20. Carragee, Eugene MD; Alamin, Todd MD; Cheng, Ivan MD; Franklin, Thomas MD;
Hurwitz, Eric PhD . Does Minor Trauma Cause Serious Low Back Illness? .
December 1, 2006 - Volume 31 - Issue 25
21. Affan Ahmad ,dkk.Hubungan Posisi Duduk Dengan Nyeri Punggung Bawah Pada
Penjahit Vermak Levis Di Pasar Tanah Pasir Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara,
September

2014.

Diunduh

pada

01/09/2015

dari

http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Formil/article/viewFile/1089/1002
22. Parjoto, S., Pentingnya Memahami Sikap Tubuh Dalam Kehidupan, Majalah
Fisioterapi Indonesia Vol. 7 No. 11/Mei 2007, IFI Graha Jati Asih, Jakarta, 2001.
23. TS Wong, MBBS, N Teo, MD, MO Kyaw, MBBS, DMed.SC, MMed Sc. Prevalence
and Risk Factors Associated with Low Back Pain Among Health Care Providers in a
District Hospital Malaysian Orthopaedic Journal 2010 Vol 4 No 2.
24. Attitudes, knowledge and treatment of low back pain amongst nurses in the Eastern
Cape, South Africa, Cilliers et al, 2013

21

Bab III
Metodologi Penelitian

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif dengan
pendekatan cross-sectional mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Low
Back Pain pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara pada bulanAgustus 2015.
3.2 Tempat dan Waktu
Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara pada bulan
Agustus 2015.
3.3 Sumber Data
Sumber data terdiri dari data primer yang diambil dari subjek penelitian dengan
menggunakan kuesioner dan wawancara yang dibagikan kepada pengunjung Puskesmas
Kelurahan Sukabumi Utara pada bulan Agustus 2015.
3.4 Populasi :
3.4.1 Target
3.4.2 Terjangkau

: Semua pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara.


: Pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara pada
bulan Agustus 2015.

3.5 Kriteria :
3.5.1 Inklusi :
3.5.1.1 Semua pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara.
3.5.1.2 Responden mampu mengisi kuesioner.
3.5.1.3 Usia responden 25 tahun sampai dengan 65 tahun.

3.5.2

Ekslusi :
3.5.2.1 Responden menolak mengisi kuesioner.

3.6 Sampel
3.6.1 Besar sampel :
Melalui rumus dibawah ini, didapatkan besar sampel penelitian sebagai berikut:
22

( Z ) . p . q
n1=
L2
n2=n1+(10 . n1 )
Keterangan:
n1
: Jumlah sampel minimal
n2
: Jumlah sampel ditambah substitusi 10% (substitusi adalah persen responden
yang mungkin dropout)
z
: Nilai konversi pada tabel kurva normal, dengan nilai = 5%didapatkan z
pada kurva normal = 1,96
p
: Proporsi variabel yang ingin diteliti sebesar 0,4nilai p diperoleh sebesar
40% (Sadeli HAdkk, 2001)
q
: q = 1 P = 1-0,4= 0,6
L
: Derajat kesalahan yang masih dapat diterima sebesar 10 %.
2

( Z ) . p . q (1,96) .0,4 .0,6


n1=
=
= 92
0,1
L2
n2=n1+ ( 10 . n1 )
n2=+ ( 10 .92 )
= 101,2 dibulatkan 102
3.7 Tehnik pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah dengan non-probability sampling secara quota
sampling.

3.8 Indetifikasi Variabel


3.8.1 Variabel Dependen :
Low Back Pain
3.8.2 Variabel Independen
3.8.2.1 Umur
3.8.2.2 Jenis Kelamin
3.8.2.3 Indeks Massa Tubuh
3.8.2.4 Beban Kerja Fisik
3.8.2.5 Posisi Kerja
3.8.2.6 Trauma
3.8.2.7 Pengetahuan

23

3.9
Cara Kerja
3.9.1 Menghubungi Kepala puskesmas yang menjadi tempat penelitian untuk
melaporkan tujuan dan meminta ijin untuk mengadakan penelitian di
3.9.2

puskesmastersebut.
Menentukan sampel dengan teknik non-probability sampling yaitu Quota
Sampling. Sampel diambil berdasarkan populasi terjangkau yaitu pengunjung
Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara pada tanggal 27 sampai dengan 28 Agustus

3.9.3

2015.
Melakukan pengumpulan data-data dengan menggunakan instrumen penelitian
berupa kuesioner di Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara. Kuesioner
dibahagikan ke pengunjung puskesmas yang sudah di uji coba di Puskesmas

3.9.4
3.9.5
3.9.6

Kelurahan Sukabumi Selatan pada 25 Agustus 2015.


Melakukan pengolahan, analisis dan interpretasi data dengan program SPSS.
Penulisan laporan penelitian
Pelaporan penelitian

3.10
Pengumpulan Data
3.10.1 Tehnik pengumpulan data
Data diperoleh dari proses pengumpulan langsung di Puskesmas
Kelurahan Sukabumi Utara dengan kuesioner dan wawancara.
3.10.2 Instrumen Penelitian
Alat dan Bahan yang diperlukan:
Kuesioner
Alat tulis
Timbangan dan microtoa
3.11
Manajamen Data
3.11.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner.
3.11.2 Pengolahan Data
Terhadap data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukann
pengolahan berupa editing, verifikasi, dan coding. Selanjutnya dimasukkan
dan diolah dengan menggunakan program komputer SPSS.
3.11.3 Penyajian Data
24

Data yang didapat disajikan dengan tekstular dan tabular.


3.11.4 Analisis Data
Terhadap data yang telah diolah dilakukan analisis dengan cara
univariat dan bivariat denganuji non parametrik (chi square) dengan
menggunakan program SPSS.
3.11.5 Intepretasi Data
Data diinterpretasi secara deskriptif dan analisis asosiatif antara
variabel-variabel yang telah ditentukan.
3.11.6 Pelaporan Penelitian
Data disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang selanjutnya akan
dipublikasikan di hadapan staf pengajar KepaniteraanKlinik Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana pada
September 2015 dalam forum pendidikan Ilmu Kesehatan Komunitas FK
UKRIDA.
3.12 Definisi Operasional
3.12.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah semua pengunjung Puskesmas Kelurahan
Sukabumi Utara dari tanggal 27sampai dengan 28 Agustus 2015.
3.12.2 Data Umum
3.12.2.1
Variabel Dependen
3.12.2.1.1 Low Back Pain (Nyeri Pinggang)
Definisi

: Nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, yang dapat


merupakan nyeri lokal, maupun nyeri radikuler atau
keduanya, atau nyeri yang berasal dari punggung bawah yang
dapat menjalar ke daerah lain.

Alat ukur
Skala data
Koding

: Kuesioner
: Nominal
: Kode 0
: Pernah/sedang mengalami nyeri pinggang.
Kode 1
: Tidak pernah mengalami nyeri pinggang.
3.12.2.2
Variabel Independen
3.12.2.2.1 Umur
Definisi

: Umur adalah lamanya hidup seseorang dari dilahirkan sampai


saat penelitian dilakukan. Umur dihitung dari tanggal, bulan
dan tahun penelitian dikurangi tanggal, bulan dan tahun lahir
yang tertera di KTP yang masih berlaku. Bila terdapat
kelebihan, umur kurang dari enam bulan, dibulatkan ke
bawah.

Cara ukur

: Tahun penelitian dikurangi tahun kelahiran.


25

Alat ukur

: Kartu Tanda Penduduk

Skala data : Ordinal


Koding

: Kode 0

: 56-65 tahun

Kode 1

: 35-55 tahun

Kode 2

: 25-34 tahun

3.12.2.2.2 Jenis Kelamin


Definisi
: Jenis kelamin merupakan petanda gender seseorang yang
dibagi menjadi laki-laki dan perempuan.
Alat ukur : Kartu Tanda Penduduk
Skala data : Nominal
Koding
: Kode 0
: Perempuan
Kode 1
: Laki-laki

3.12.2.2.3 Indeks Massa Tubuh


Definisi

: Indeks massa tubuh (IMT) adalah alat pengukuran komposisi


tubuh yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB)
dan tinggi badan (TB) seseorang.

Alat ukur : Timbangan berat badan orang dewasa dan meteran dinding
Skala data : Interval
Cara kerja menentukan IMT: sampel diukur terlebih

dahulu

berat badannya dengan timbangan kemudian diukur tinggi


badan dan dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini:
IMT=

Berat badan (kg)


Tinggi badan2 (m)2

Klasifikasi
Berat badan kurang
Kisaran Normal
Berat Badan Lebih

IMT
< 18.5
18.5-22.9
23

Kemudian hasil IMT di masukkan ke dalam tabel di atas dan


di kategorikkan.
Skala ukur terakhir: Ordinal
26

Koding

: Kode 0

: IMT lebih (IMT 23)

Kode 1

: IMT normal (IMT 18,5 22,9)

Kode 2

: IMT kurang ( IMT < 18,5)

3.12.2.2.4 Beban KerjaFisik


Definisi

: Beban kerja merupakan beban aktivitas fisikyang diterima


oleh seseorang yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu,
sesuai dengan kemampuan fisik, maupun keterbatasan pekerja
yang menerima beban tersebut.

Alat ukur

: Kuesioner

Skala data

: Ordinal

Koding

: Kode 0 : 25 kg
Kode 1 : <25kg

3.12.2.2.5 Trauma
Definisi

: Trauma adalah kekerasan yang mengenai tubuh di


Daerah pinggang sehingga terjadi kerusakan/ gangguan pada
struktur dan fungsi jaringan.

Alat ukur

: Kuesioner

Skala data

: Nominal

Koding

: Kode 0
Kode 1

: Pernah mengalami cedera pinggang.


: Tidak pernah mengalami sebarang kecederaan
pinggang.

3.12.2.2.6 Posisi Kerja


Definisi
: Posisi tubuh saat melakukan perkerjaan.
Alat ukur : Kuesioner
Skala data : Nominal
Koding
: Kode 0 : Duduk membungkuk
Kode 1 : Duduk tegap
Kode 2 : Berdiri

27

3.12.2.2.7 Pengetahuan
Definisi
: Segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal nyeri
pinggang.
Alat ukur : Kuesioner
Cara Hitung :Total soal tujuh, dengan dua pilihan jawaban,
yaitu jawaban salah dan jawaban benar.

3.13

Skala data

:Ordinal

Skoring

:0-3

: Kurang

4-5
6-7

: Cukup
: Baik

EtikaPenelitian
Pada penelitian ini subyek penelitian diberikan jaminan bahwa data-data yang
mereka berikan dijamin kerahasiaannya dan berhak menolak menjadi sampel.

3.14 Sarana Penelitian


3.14.1 Tenaga
Penelitian dilakukan oleh 4 orang mahasiswa kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Komunitas, dengan dibantu oleh 1 orang pembimbing yaitu dosen IKM.
3.14.2 Fasilitas
Fasilitas yang tersedia berupa ruang perpustakaan, ruang diskusi, lembar
kuisioner, timbangan injak, microtoa, komputer, printer, program SPSS, internet, dan
alat tulis.

BAB IV
HASIL PENELITIAN

28

Hasil penelitian di Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara. Diambil sampel sebanyak


102 orang pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara.
Tabel 4.1 Sebaran Kejadian LBP pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi
Utara pada Agustus 2015.
LBP
Ya
Tidak
Total

Frekuensi
88
14
102

Persentase(%)
86.3
13.7
100.0

Gambar 1: Sebaran LBP pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara


Tabel 4.2 Sebaran Umur, Jenis Kelamin, Riwayat Trauma, Beban Kerja Fisik, Posisi
Kerja, IMT dan Pengetahuan LBP pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi
Utara pada Agustus 2015.
Variabel

Frekuensi

Persentase (%)
29

Umur (Tahun)
56-65
35-55
25-34
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki laki
IMT
Lebih (23)
Normal
(18.5-

14
57
31

13.7
55.9
30.4

60
42

58.8
41.2

56

54.9

36

35.3

10

9.8

23
79

22.5
77.5

10
92

9.8
90.2

37

36.3

46
19

45.1
18.6

37

36.3

Cukup

42

41.2

Baik

23

22.5

22.9)
Kurang (<18.4)
Beban
Kerja
Fisik
25 kg
<25 kg
Riwayat Trauma
Pernah
Tidak pernah
Posisi Kerja
Duduk
membungkuk
Duduk tegak
Berdiri
Pengetahuan
Kurang

Tabel. 4. 5 Hubungan antara Umur, Jenis Kelamin, Riwayat Trauma, Beban Kerja
Fisik, Posisi Kerja, IMT dan Pengetahuan dengan Kejadian LBP pada Pengunjung
Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara pada Agustus 2015.
LBP
T
Variabel

Y
a

i
d

Uji

Ho

Chi

0.42

Dite

Squ

rima

a
k

Umur
56-65

1
3

30

35-55
25-34

7
2

are

Jenis Kelamin
Wanita

Laki-laki

5
2
3
6

Chi
8

Squ
are

1.00

Dite

rima

0.35

Dite

rima

1.00

Dite

rima

0.00

Dito

lak

0.14

Dite

rima

Riwayat Trauma
Pernah

Tidak Pernah

1
0

Chi
0

Squ
are

Beban Kerja Fisik


25

<25

2
0

Chi
3

Squ
are

Posisi Kerja
Duduk

Membungkuk

Duduk Tegak
Berdiri

Chi
0

are

6
1

Squ

IMT
Lebih (23)

Normal (18.5-

22.9)
Kurang

1
1

(<18.4)

Chi
Squ
are

4
0

Pengetahuan
31

Kurang

0
3

Cukup

7
2

Baik

Chi
7

Squ
are

0.48

Dite

rima

5
2

Bab V
Pembahasan

5.1 Sebaran Kejadian Low Back Pain Pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan
Sukabumi Utara, Jakarta BaratAgustus 2015
Pada tabel 4.1 didapatkan bahwa sebaran kejadian Low Back Pain adalah
sebanyak 82 orang dengan persentase 80.4%, dan jumlah sebaran kejadian tidak
Low Back Pain adalah sebanyak 20 orang dengan persentase 19.6%. Jumlah
Low Back Pain mempunyai frekuensi yang lebih banyak dibandingkan jumlah
kejadian tidak Low Back Pain pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi
SelatanAgustus 2015.
Menurut Anderson 1999, kira-kira 60%-80% pernah mengalami LBP di
suatu saat dalam hidup mereka. Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan
hasil kejadian LBP sebanyak 80.4% pada pengunjung Puskesmas Kelurahan
Sukabumi Utara Agustus 2015. Perolehan dari data diketahui sebaran kejadian
LBP bersesuaian dengan penelitian sebelumnya.
5.2 Analisis Univariat Umur, Jenis Kelamin, Indeks Massa Tubuh, Beban Kerja
Fisik, Trauma, Posisi Duduk, dan Pengetahuan Pada Pengunjung
Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat Agustus 2015.
Pada tabel 4.2, berdasarkan tabel umur, didapati distribusi terbanyak pada
kategori umur 25 - 55 tahun dengan jumlah 53 orang dengan persentase 52.0%,
diikuti kategori umur 56 - 65 tahun sebanyak 49 orang dengan persentase 41.2%.

32

Pada tabel 4.2, berdasarkan tabel jenis kelamin, didapati distribusi


terbanyak pada wanita yaitu 60 orang dengan persentase 58.8% diikuti dengan
distribusi laki-laki sebanyak 42 orang dengan persentase 41.2%.
Pada tabel 4.2, berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT), didapati distribusi
IMT terbanyak pada kategori lebih yaitu 56 orang dengan persentase 54.9%,
diikuti IMT dengan kategori normal sebanyak 35 orang dengan persentase
34.3%, dan IMT dengan kategori kurang sebanyak 11 orang dengan persentasi
10.8%.
Pada tabel 4.2, berdasarkan tabel beban kerja fisik, didapati distribusi
terbanyak adalah beban kerja fisik <25 kg yaitu 79 orang dengan persentase
77.5% diikuti distribusi beban kerja 25 kg yaitu sebanyak 23 orang dengan
persentase 22.5%.
Pada tabel 4.2, berdasarkan tabel trauma, didapati distribusi terbanyak
pada tidak pernah trauma yaitu sebanyak 92 orang dengan persentase 90.2%,
diikuti pernah trauma yaitu 10 orang dengan persentase 9.8%.
Pada tabel 4.2, berdasarkan tabel posisi duduk, didapati bahwa posisi
duduk dengan kategori duduk tegak mempunyai distribusi terbanyak dengan
jumlah 61 orang dengan persentase 59.8% diikuti kategori duduk membungkuk
sebanyak 41 orang dengan persentase 20.2%.
Pada tabel 4.2, berdasarkan tabel pengetahuan, didapati pengetahuan
dengan kategori cukup mempunyai distribusi terbanyak dengan jumlah 42 orang
dengan persentase 41.2% diikuti pengetahuan dengan kategori kurang sebanyak
37 orang dengan persentase 36.3% dan pengetahuan dengan kategori baik
sebanyak 23 orang dengan persentase 22.5%.

5.3 Hubungan Antara Faktor Umur dengan Kejadian Low Back Pain Pada
Pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat Agustus
2015
Hubungan antara faktor umur terhadap kejadian low back pain melalui
uji Chi-Square didapatkan X2= 0.021, karena p < 0,05 maka Ho ditolak. Artinya,

33

terdapat hubungan yang bermakna antara umur yang dengan kejadian low back
pain.
Penelitian yang di lakukan oleh Andini pada tahun 2015, menyimpulkan
sejalan dengan meningkatnya usia semakin tinggi untuk orang tersebut
mengalami gejala LBP. Diperkuatkan dengan penelitian Sorenson di mana akan
meningkat pada umur 55 tahun, pada umumnya keluhan ini dapat dirasakan pada
usia kerja iaitu 25-65 tahun. Hasil dapatan dari penelitian pada pengunjung
Puskesmas

Sukabumi

Utara

Agusutus

2015

menunjukkan

semakin

meningkatnya umur, semakin meningkatnya kejadian LBP.12


Penelitian yang dilakukan oleh Garg dalam Pratiwi pada tahun 2009
menunjukkan insiden LBP tertinggi pada umur 35-55 tahun dan semakin
meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini diperkuat dengan penelitian
Sorenson dimana pada usia 35 tahun mulai terjadi nyeri punggung bawah dan
akan semakin meningkat pada umur 55 tahun.15
Dari penelitian Mario Polo Widjaya pada tahun 2014, hasil penelitian
terhadap 100 sampel menunjukan bahwa 43 pekerja mengalami LBP, kejadian
pada kelompok umur < 25 tahun sebanyak 3 orang (6,98%), kelompok umur 2535 tahun sebanyak 14 orang (32,55%), kelompok umur 36-45 tahun sebanyak 16
orang (37,21%) dan kelompok > 45 tahun sebanyak 10 orang (23,26%).
Berdasarkan hasil analisis uji statistik, diperoleh nilai p = 0,004 Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur dengan kejadian
low back pain.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Zaki pada tahun 2008,
yang mendapatkan bahwa insiden tertinggi LBP terjadi pada kelompok umur 3645 tahun, sedangkan yang terendah pada kelompok umur 18-25 tahun. Hasil
serupa didapat oleh Djais (2002), dimana puncak kejadian LBP pada laki-laki
dengan usia rata-rata 45 13,9 tahun. 15
Hal ini sejalan dengan kesimpulan yang didapat Pratiwi et all pada tahun
2009

bahwa pertambahan umur seseorang akan disertai dengan penurunan

kapasitas fisik dan kemampuan fungsional. Salah satu gejala proses penuaan
adalah terjadinya degenerasi tulang, yang dapat meningkatkan risiko nyeri
punggung bawah. Hal ini terjadi pada saat seseorang berusia 40 tahun ke atas,
sehingga kemampuan kerjanya menurun.15

34

5.4 Hubungan Faktor Jenis Kelamin dengan KejadianLow Back Pain Pada
Pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat Agustus
2015
Hubungan antara faktor jenis kelamin terhadap kejadian low back pain
melalui uji Chi-Square didapatkan X2= 0.905, karena p > 0,05 maka Ho gagal
ditolak. Artinya, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor jenis
kelamin dengan kejadian low back pain.
Hasil penelitian ini berseuaian dengan hasil penelitian oleh Olsen et al,
yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan prevalensi LBP antara perempuan
dan laki-laki (masing-masing 30.7% dan 30%).

Satu meta-analisis yang

dilakukan oleh Immaculada et al juga menunjukkan tidak ada hubungan yang


signifikan antara jenis kelamin dengan prevelansi LBP.1
Hasil ini bertentangan dengan beberapa penelitian

lain

yang

menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan


kejadian LBP. Antaranya adalah penelitian oleh Shebad et al dan Kovacs et al
yang menunjukkan adanya prevelansi LBP yang lebih tinggi pada wanita
(masing-masing 64.7% dan 69.3%) dibandingkan dengan laki-laki (masingmasing 50.8% dan 50.9%).1
Selain itu, NIOSH 1997 dan juga penelitian di RSUD Professor dr
Margono Soekarjo Purwokorto juga menyatakan prevalensi terjadinya LBP lebih
banyak pada wanita berbanding laki-laki. 12
Perbedaan ini mungkin terjadi karena jumlah sampel yang digunakan
dalam penelitian kami kecil. Selain itu, terdapat hal lain yang boleh menjadi
faktor kofounding mempengaruhi hubungan antara jenis kelamin dengan
kejadian LBP.
5.5 Hubungan Faktor Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Low Back Pain
Pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat
Agustus 2015
Hubungan antara faktor indeks massa tubuh terhadap kejadian low back
pain melalui uji Chi-Square didapatkan X 2= 0.782, karena p > 0,05 maka Ho
gagal ditolak. Artinya, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor
indeks massa tubuh dengan kejadian low back pain.
Hasil ini bertentangan dengan beberapa penelitian lainnya yang
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara IMT dengan kejadian
LBP. Menurut hasil penelitian Purnamasari dkk 2010, terdapat hubungan
35

signifikan antara obesitas dengan kejadian LBP (p=0.032, =0.05).


Purnamasari dkk juga menyatakan bahwa seseorang dengan berat badan
berlebihan lima kali lipat lebih beresiko menderita LBP berbanding orang
dengan berat badan ideal.16
Selain itu, penelitian oleh Webb R et al juga menunjukkan bahwa
adanya asosiasi antara obesitas dengan LBP (OR, 1.7; 95% confidence
interval, 1.12.5).17
Perbedaan ini, sama seperti pada variabel lainnya, mungkin terjadi
karena jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian kami kecil. Selain itu,
terdapat hal lain yang menjadi faktor kofounding mempengaruhi hubungan
antara IMT dengan kejadian LBP. Selain itu, sesuai dengan systemic review
yang dilakukan oleh Leboeuf-Yde, didapatkan bahwa BMI merupakan faktor
resiko LBP yang lemah. 32% dari 56 hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan antara obesitas dengan LBP, namun secara statistik, hasil penelitian
ini mempunyai angka signifikan yang lemah.18
5.6 Hubungan Faktor Beban Kerja Fisik dengan Kejadian Low Back Pain Pada
Pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat Agustus
2015
Hubungan antara faktor beban kerja fisik terhadap kejadian low back
pain melalui uji Fisher didapatkan X2= 1.000, karena p > 0,05 maka Ho gagal
ditolak. Artinya, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor beban
kerja fisik dengan kejadian low back pain.
Pada penelitian Nurwahyuni et all pada tahun 2012 menunjukkan bahwa
responden yang memiliki berat beban yang tidak memenuhi syarat ( 25 Kg)
lebih banyak yakni 74 responden(97,4%) dibanding dengan berat beban yang
memenuhi syarat (< 25 kg ) yaitu dua reponden (2,6%). Berdasarkan hasil
analisis uji statistik, diperoleh nilai p= 0.037 Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara beban kerja fisik dengan kejadian low
back pain.19
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian kami di karenakan rata-rata
pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara Agustus 2015 terdiri dari ibu
rumah tangga, orang lansia, dan karyawan yang beban kerjanya tidak lebih dari
25kg. Oleh kerana itu, hasil dapatan dari penelitian ini mendapatkan tidak ada
hubungan antara faktor beban kerja fisik dengan kejadian LBP.
36

5.7 Hubungan Faktor Trauma dengan Kejadian Low Back Pain Pada
Pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat Agustus
2015
Hubungan antara faktor trauma terhadap kejadian low back pain melalui
uji Fisher didapatkan X2= 0.407, karena p > 0,05 maka Ho gagal ditolak.
Artinya, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor trauma dengan
kejadian low back pain.
Hasil ini bersesuaian dengan hasil penelitian oleh Purnamasari dkk,
dimana didapatkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara trauma dengan
kejadian LBP (p=0.41, =0.05).16
Selain itu, penelitian oleh Eugene et al juga menunjukkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara trauma dengan kejadian LBP (p=0.59).20
Hasil penelitian ini bagaimanapun tidak bersesuaian dengan penelitian
oleh Bridger 2008 yang menyatakan riwayat terjadinya trauma pada tulang
belakang juga menjadi faktor resiko terjadinya LBP kerana terjadinya kerusakan
struktur tulang belakang yang dapat menyebakan nyeri berterusan pada tulang
belakang. Dari
Sama seperti pada variabel lain, perbedaan ini mungkin terjadi karena
jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian kami kecil. Selain itu, terdapat
hal lain yang boleh menjadi faktor kofounding mempengaruhi hubungan antara
trauma dengan kejadian LBP. Sulit untuk dibuktikan apakah ada hubungan
signifikan antara trauma dengan kejadian LBP karena tidak banyak penelitian
yang dilakukan bagi meneliti hal ini. Selain itu, tipe trauma itu sebaiknya di
kategotikan, seperti apakah traumanya besar, kecil ataupun kumulatif.
5.8 Hubungan Faktor Posisi Duduk dengan Kejadian Low Back Pain Pada
Pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat Agustus
2015
Hubungan antara faktor posisi duduk terhadap kejadian low back pain
melalui uji Chi-Square didapatkan X2= 0.010 , karena p < 0,05 maka Ho ditolak.
Artinya, terdapat hubungan yang bermakna antara faktor posisi duduk dengan
kejadian low back pain.
Hubungan antara faktor posisi dudukterhadap kejadian low back pain
melalui uji Chi-Square didapatkan X2= 0.010 , karena p < 0,05 maka Ho ditolak.
Artinya, terdapat hubungan yang bermakna antara faktor posisi duduk dengan
kejadian low back pain.
37

Menurut Samara 2004, setiap posisi duduk memberikan tekanan yang


berbeza terhadap tulang belakang, tekanan yang besar pada diskus vertebralis
akan menyebabkan nyeri LBP.14
Berikutan penelitian Ahmad 2014, didapatkan uji korelasi diantara
variabel posisi duduk dengan kejadian LBP diperoleh p = 0.000, dengan jumlah
sampel sebanyak 50 responden di Kelurahan Penjaringan 2014.21
Ini diperkuat dengan penelitian Parjoto 2007 yang membahagikan posisi
duduk kepada duduk tegak dan duduk condong ke depan (membungkuk).22
penelitian-penelitian itu menyimpulkan tekanan paling besar adalah pada
posisi duduk membungkuk dan paling berhubungan dengan kejadian LBP
berbanding posisi duduk yang lain.14,21
Didapatkan penelitian ini bersesuaian dengan penelitian sebelumnya,
dimana pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara Agustus 2015 yang
mempunyai kebiasaan duduk membungkuk dalam aktivitas sehari-hari menderita
nyeri LBP.
5.9 Hubungan Faktor Pengetahuan dengan Kejadian Low Back Pain Pada
Pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara Agustus 2015
Hubungan antara faktor pengetahuan terhadap kejadian low back pain
melalui uji Chi-Square didapatkan X2= 0.820, karena p > 0,05 maka Ho gagal
ditolak. Artinya, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor
pengetahuan dengan kejadian low back pain.
Hasil penelitian ini bersesuaian dengan hasil penelitian oleh penelitian
oleh TS Wong et al, yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan dengan LBP (p=0.11).23
Satu lagi penelitian oleh dengan menggunakan 109 orang perawat
sebagai sampel menunjukkan bahwa sekalipun 54% dari jumlah ini pernah
mendapatkan informasi mengenai LBP, angka prevelansi LBP tetap tinggi yaitu
84%.24
Bagaimanapun, menurut Legiran dkk, pengetahuan tentang nyeri LBP
dapat mencegah terjadinya nyeri LBP dengan menghindari faktor-faktor resiko.
Perbedaan ini mungkin terjadi karena sulitnya untuk menentukan tahap
pengetahuan sesorang mengenai LBP secara tepat. Selain itu, perlu juga diteliti
apakah pengetahuan mengenai LBP ini akan mempengaruhi sikap seoseorang.
Penambahan jumlah sampel juga mungkin akan menambah baiki hasil penelitian
ini.
38

Bab VI
Kesimpulan dan Saran
6.1 kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai hubungan antara kejadian LBP dan faktor
faktor yang berhubungan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara,
Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, pada Agustus 2015, dapat diambil kesimpulan
bahwa pada total sampel sebesar 102 orang, didapatkan sebaran yang LBP sebesar
80,4%.
Dari usia didapatkan bahwa pengunjung puskesmas paling banyak dengan usia
yang LBP sebanyak 52,0 % pada umur 25-55 tahun. Jenis kelamin paling banyak pada
perempuan sebanyak 58,8%. IMT di dapatkan sebesar 54,9% pada IMT kategori lebih.
Dari beban kerja fisik di dapatkan 77.5% yang beban kerjanya <25 kg. Riwayat
trauma terbanyak pada yang tidak mengalami trauma yaitu sebesar 90,2%. Posisi
39

duduk di dapatkan sebesar 59.8% yaitu pada orang dengan posisi duduk tegak. Dari
pengetahuan di dapatkan sebesar 41,2 % pada kategori pengetahuan cukup.
Terdapat hubungan yang bermakna antara umur dan posisi duduk

dengan

kejadian LBP pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat
pada bulan Agustus 2015. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis
kelamain, riwayat trauma, beban kerja fisik, IMT, dan pengetahuan terhadap kejadian
LBP pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat pada bulan
Agustus 2015 .

6.2
6.2.1

Saran
Puskesmas
Di adakannya kegiatan penyuluhan megenai bagaimana cara posisi duduk
yang baik dan benar dan penyediaan leaflet mengenai gambaran klinis serta
pengertian mengenai LBP sehingga melalui kegiatan tersebut diharapkan kejadian
LBP pada pengunjung puskesmas dapat berkurang

6.2.2

Peneliti lain
1. Pada penelitian selanjutnya dapat melakukan desain penelitian yang lain
seperti desain kohort retrospektif atau kasus kontrol, agar hubungan sebab
akibat antar variabel dapat lebih jelas terlihat.
2. Di perbesarnya sampel penelitian sehingga hipotesis nol yang di inginkan
ada hubungan yang bermakna dapat tercapai.

40

You might also like