Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
I.1
Latar Belakang
Nyeri punggung bawah atau low back pain (LBP) didefinisikan sebagai nyeri yang
dirasakan terbatas di regio diantara batas bawah iga ke-12 dan lipatan gluteal. 1
LBP
merupakan nyeri punggung yang paling sering ditemukan. Kira-kira 60-80% manusia pernah
mengalami LBP di suatu saat dalam hidup mereka.1
LBP merupakan antara penyebab utama terjadinya gangguan aktivitas dan absensi
kerja di seluruh dunia. Hal ini mengakibatkan terjadinya beban ekonomi pada individu,
keluarga, komunitas, industri dan pemerintah. Sampai 10 tahun yang lalu, LBP dianggap
sebagai masalah yang lebih sering ditemukan di negara-negara barat. Namun, seiring dengan
pertambahan studi yang dilakukan, kini diketahui bahwa LBP juga menjadi masalah yang
cukup besar di negara dunia kedua dan ketiga.
Berdasarkan satu studi oleh Louw et al, rata-rata lifetime prevalensi LBP adalah 36%,
manakala rata-rata one-year prevalensi LBP adalah 33%, dan rata-rata point prevalensi
adalah 12%.1
dalam masa satu tahun berkisar diantara 54% sampai 90%, sementara angka rekurensi adalah
24% sampai 80%.
.
Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40%
penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang,
prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan
pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya LBP. Usia merupakan faktor
yang paling sering ditemukan.2 Apakah jenis kelamin memengaruhi angka prevalensi LBP
masih menjadi perdebatan.2
Selain itu, faktor kerja, termasuklah beban kerja dan posisi duduk, juga ikut mempengaruhi
terjadinya LBP.2 Selain itu, LBP juga mungkin boleh terjadi akibat adanya trauma kumulatif,
namun faktor ini juga masih banyak diperdebatkan.3
Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan antara faktor-faktor
resiko tersebut dengan terjadinya LBP. Walaupun begitu, sering kali ditemukan variabilitas
dalam hasil yang didapatkan. Hal ini mungkin terjadi akibat adanya beberapa perbedaan
pada sampel, ukuran sampel, definisi LBP, saat terjadinya LBP, cara pengumpulan data dan
metodologi penelitian yang
I.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, dirumuskan permasalahan penelitian sebagai
berikut :
1. LBP merupakan penyebab utama terjadinya gangguan aktivitas dan absensi kerja di
seluruh dunia. Kira-kira 60-80% manusia pernah mengalami LBP di suatu saat dalam
hidup mereka.
2. Penelitian oleh Louw et al menunjukkan, rata-rata lifetime prevalensi LBP adalah
36%, manakala rata-rata one-year prevalensi LBP adalah 33%, dan rata-rata point
prevalensi adalah 12%.
3. Penelitian di beberapa fasilitas kesehatan menunjukkan bahwa episode remisi dalam
masa satu tahun berkisar diantara 54% sampai 90%, angka rekurensi adalah 24%
sampai 80%.
4. Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40%
penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri
pinggang, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%
5. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya LBP. Antara lain adalah
umur, jenis kelamin, IMT, beban kerja, trauma, dan posisi duduk. Sehingga saat ini,
telah banyak penelitian yang dilakukan bagi mencari hubungan antara faktor-faktor
resiko tersebut dengan terjadinya LBP.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
2
1. Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau tugas
perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian,
dan pengabdian masyarakat.
2. Mewujudkan UKRIDA sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan.
3. Meningkatkan saling pengertian dan saling kerja sama antara mahasiswa dan staf
pengajar.
4. Data awal bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
kejadian ikutan pasca imunisasi di masyarakat.
1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat
1. Mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik dari Puskesmas Sukabumi
Utara dan Sukabumi Selatan.
2. Memperoleh pengetahuan dan informasi mengenai faktor faktor apa saja yang
berhubungan kejadian low back pain, sehingga meningkatkan kesadaran
pengunjung puskesmas terhadap faktor faktor tersebut dan mencegah terjadinya
low back pain.
1.5 Sasaran
3
Pengunjung puskesmas Sukabumi Utara, Jakarta Barat pada bulan Agustus 2015
Bab II
Tinjauan Pustaka
lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP
yang lebih dari 6 bulan disebut kronik.4
2.2 Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya low back pain adalah usia, kondisi kesehatan yang buruk,
masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor
(kurvatura >80o), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan
pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjamjam (posisi tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik
beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan. 1,10
2.3 Etiologi
Etiologi low back pain dapat berupa :5
1. Proses degeneratif, seperi spondilosis, HNP, stenosis spinalis, dan osteoartritis.
Perubahan pada vertebrata lumbosakral dapat terjadi pada arkus dan prosesus
artikularis serta ligamen yang menguhubungkan antar ruas tulang belakang.
Perubahan degeneratif juga dapat menyerang anulus fibrosus dari diskus
intervertebralis.
2. Penyakit inflamasi, seperti rheumatoid artritis yang sering timbul sebagain
penyakit akut dengan ciri persendian keempat anggota gerak terkena secara
serentak atau spondilitis ankilopoetika dengan keluhan sakit punggung dan
pinggang yang sifatnya pegal, kaku.
3. Osteoporosis, pada orang tua dan jompo terutama menyerang kaum wanita.
Sakit bersifat pegal, tajam dan radikuler.
4. Kelainan kongenital, yang diperlihatkan foto rontgen polos dari vertebra
lumbosakralis sering dianggap sebagai penyebab LBP.dan dapat menyerupai
HNP.
5. Gangguan sirkulasi, seperti aneurisma aorta abdominalis dapat menyebabkan
LBP yang hebat. Gangguan sirkulasi lain seperti trombosis aorta terminalis,
dengan gejala nyeri yang menjalar sampai bokong, belakang paha dan tungkai
kedua sisi
6. Tumor, dapat berupa tumor jinak seperti osteoma, Pagets disease,
osteoblastoma, hemangioma, neurioma, meningioma, atau tumor ganas seperti
mieloma multipel, maupun sekunder
5
7. Infeksi akut, yang disebkam oleh kuman piogenik seperti streptococcus atau
staphylococcus, atau infeksi kronik seperti spondilitis tuberkulosis dan
osteomielitis
8. Psikoneuritik, seperti histeria, depresi.
2.4 Epidemiologi
LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara industri.
Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama
hidupnya. Prevalensi pertahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point prevalence
rata-rata 30%. Di Amerika Serikat nyeri ini merupakan penyebab yang urutan paling
sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia <45 tahun, urutan kedua
untuk alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan kelima alasan perawatan di rumah
sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan operasi. Data epidemiologi
mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa
Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri pinggang, prevalensi pada laki-laki
18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah
sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%.6
2.5 Gejala klinis
Gejala klinis yang utama pada LBP adalah nyeri. Nyeri punggung bawah dapat
bersifat sementara atau menetap dan lokal atau menjalar. Nyeri juga dapat bersifat dangkal
atau dalam. Hal ini bergantung pada penyebab dan jenis nyeri. Terdapat berbagai jenis
nyeri punggung:7,8
1. Nyeri lokal, terjadi di area tertentu di punggung bagian bawah, nyeri jenis ini
paling sering terjadi. Penyebabnya biasa karena terkilir atau keseleo atau
cedera lainnya. Nyeri biasanya menetap,atau terkadang hilang timbul. Nyeri
lokal dapat berkurang atau bertambah dengan perubahan posisi. Punggung
bawah dapat sakit saat dipegang, dapat terjadi spasme otot.
2. Nyeri yang menjalar, nyeri bersifat tumpul dan terasa menjalar dari punggung
bawah ke tungkai. Nyeri dapat diikuti dengan nyeri tajam, biasanya hanya
mengenai satu sisi tungkai daripada seluruh tungkai.
3. Nyeri dapat terasa sampai ke kaki atau hanya sampai lutut.
Nyeri yang
Batuk, bersin,
6
mengedan atau membungkuk sambil menjaga kaki agar tetap lurus dapat
memicu munculnya nyeri. Jika terdapat penekanan berat pada pangkal saraf,
atau jika korda spinalis tertekan, maka akan timbul rasa seperti ditusuk jarum,
atau bahkan mati rasa dan hilangnya fungsi pengendalian berkemih dan
pencernaan (inkontinensia).
4. Referred pain, nyeri dirasakan pada lokasi berbeda dari lokasi penyebab nyeri
sebenarnya. Misalnya, pada pasien dengan serangan jantung, nyeri dirasakan
pada lengan kiri. Nyeri jenis ini pada punggung bawah cenderung bersifat
sakit dan dalam, dan sulit untuk menentukan lokasi asal nyeri. Pergerakan
tidak memperberat nyeri tersebut
2.6 Penatalaksanaan
Jika penyebab spesifik terjadinya nyeri punggung bawah dapat diketahui, maka
perlu diatasi penyebab tersebut. Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk penyebab nyeri
muskuloskeletal.
tindakan ini juga dapat digunakan untuk mengatasi nyeri akibat penekanan tulang
belakang tindakan ini meliputi perbaiki aktifitas,menggunakan obat pereda nyeri, kompres
dingin pada daerah nyeri,dan olahraga.8
Untuk nyeri punggung bawah yang baru terjadi, penanganan dimulai dengan
mencegah aktivitas yang memberi stressor pada tulang belakang,misalnya mengangkat
benda berat dan membungkuk.
Penggunaan Acetaminophen terkadang dianjurkan untuk mengatasi nyeri. Jika
terdapat peradangan maka dapat digunakan obat NSAID yang dapat mengatasi nyeri dan
peradangan. Jika keduanya tidak dapat mengatasi nyeri yang ada,maka dapat digunakan
obat golongan Opioid.
Pemakaian relaksan otot seperti cyclobenzaprine, diazepam, atau methocarbamol,
terkadang diperlukan untuk mengatasi spasme otot, tapi kegunaannya sendiri masih
kontroversial. Obat obat ini tidak danjurkan oleh orang tua,karena lebih sering memberi
efek samping.8
2.7 Pencegahan
Cara yang paling efektif untuk mencegah nyeri punggung bawah adalah dengan
olahraga secara teratur.
kebugaran tubuh secara menyeluruh dan juga memperkuat otot otot. Latihan tertentu
dapat meregangkan dan memperkuat otot-otot perut, bokong, dan punggung sehingga
dapat menstabilkan tulang punggung. Pada beberapa orang, latihan peregangan dapat
menambah nyeri punggung,untuk itu latihan perlu dilakukan secara hati-hati. Secara
umum,olahraga yang menimbulkan atau menambah nyeri harus dihentikan.9
2.8 Patofisiologi
Vertebra lumbal berfungsi sebagai tiang penyangga bagi tubuh khususnya, dan
seluruh vertebra umumnya. Bagian depan yang terdiri dari korpus vertebralis dan diskus
intervertebralis berfungsi sebagai pengemban yang kuat, tetapi cukup fleksibel serta tahan
terhadap tekanan-tekanan menurut porosnya.
pulposus. Fleksibilitas penyangga dipertahankan oleh ligamenta dan fasia kuat yang
mengikat dan membungkus corpora serta diskus intervertebralis. Fleksibilitas tersebut
dijamin oleh artikulus posterior superior dan inferior terhadap penekukan ke belakang dan
ke samping yang berlebihan, yang merupakan bagian belakang tiap ruas tulang belakang.
Bagian belakang ini terdiri dari pedikel, lamina, serta prosesus spinosus dan transversus.10
Otot-otot yang terdapat sekeliling tulang belakang mempunyai origo dan insersio
pada prosesus transversus atau spinosus.
ligamenta secara pasif dan oleh otot-otot tersebut secara aktif. Ujung serabut penghantar
impuls nyeri terdapat di ligamen, otot-otot, periostium, lapisan luar annulus fibrosus dan
sinovia articulus posterior. Bangunan peka nyeri (Gambar 1) mengandung reseptor
nosiseptif (nyeri) yang terangsang oleh berbagai stimulus lokal (mekanis, termal,
kimiawi). 10
Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan
terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi
primer pada sistem saraf.10
Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan.
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya
nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan
sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya
karena pergerakan.
Perubahan
biomolekuler terjadi pada kondisi ini, di mana terjadi akumulasi saluran ion Natrium
dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan timbulnya mechano-hot spot yang
sangat peka terhadap rangsang mekanikal dan termal. Beberapa kondisi spinal yang
terdapat pada Gambar 2 dapat menjelaskan patofisiologi dari low back pain.10
Sex
Prevalensi terjadinya LBP lebih banyak pada wanita dibandingkan dengan
laki-laki, beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih sering izin untuk
tidak bekerja karena LBP . Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko
keluhan otot rangka. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot
wanita lebih rendah daripada pria. Berdasarkan beberapa penelitian menunjukkan
10
IMT
Indeks massa tubuh Indeks massa tubuh (IMT) merupakan kalkulasi
angka dari berat dan tinggi badan seseorang. Nilai IMT didapatkan dari berat
dalam kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi dalam meter (kg/m2). Panduan
terbaru dari WHO tahun 2000 mengkategorikan indeks masa tubuh untuk orang
Asia dewasa menjadi underweight (IMT < 18.5), normal range (IMT 18.5-22.9)
dan overweight (IMT 23.0). Overweight dibagi menjadi tiga yaitu at risk (IMT
23.0-24.9), obese 1 (IMT 25-29.9) dan obese 2 (IMT 30.0 ). Hasil penelitian
Purnamasari (2010) menyatakan bahwa seseorang yang overweight lebih berisiko
lima kali menderita LBP dibandingkan dengan orang yang memiliki berat badan
ideal.
akan memberikan beban mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligamen
dan sendi. Beban yang berat akan menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan
otot, kerusakan otot, tendon dan jaringan lainnya. Penelitian Nurwahyuni
melaporkan bahwa persentase tertinggi responden yang mengalami keluhan
LBP adalah pekerja dengan berat beban lebih dari 25 kg.12
2.10.4.2
Posisi kerja
Posisi yang salah adalah posisi tubuh yang menyimpang secara
Bekerja
dengan posisi yang salah dapat meningkatkan jumlah energi yang dibutuhkan
dalam bekerja. Posisi yang salah dapat menyebabkan kondisi dimana transfer
tenaga dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah
menimbulkan kelelahan.
Frekuensi
terjadinya sikap tubuh terkait dengan berapa kali repetitive motion dalam
melakukan pekerjaan. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan
akibat beban terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.12
2.10.4.4
Durasi
Durasi adalah jumlah waktu terpajan faktor risiko.
Durasi
didefinisikan sebagai durasi singkat jika kurang dari 1 jam per hari, durasi
sedang yaitu 1-2 jam per hari dan durasi lama yaitu lebih dari 2 jam per hari.
Durasi terjadinya postur janggal yang berisiko bila postur tersebut
dipertahankan lebih dari 10 detik. Risiko fisiologis utama yang dikaitkan
dengan gerakan yang sering dan berulang-ulang adalah kelelahan otot.
Selama berkontraksi otot memerlukan oksigen, jika gerakan berulang-ulang
12
dari otot menjadi terlalu cepat sehingga oksigen belum mencapai jaringan
maka akan terjadi kelelahan otot.12
2.10.5 Trauma
Postur yang bervariasi dan abnormalitas kelengkungan tulang belakang
merupakan salah satu faktor risiko adanya keluhan LBP. Orang dengan kasus
spondylolisthesis akan lebih berisiko LBP pada jenis pekerjaan yang berat,
tetapi kondisi seperti ini sangat langka. Kelainan secara struktural seperti
spina bifida acculta dan jumlah ruas tulang belakang yang abnormal tidak
memiliki konsekuensi. Perubahan spondylitic biasanya memiliki nilai risiko
yang lebih rendah. Riwayat terjadinya trauma pada tulang belakang juga
merupakan faktor risiko terjadinya karena trauma akan merusak struktur
tulang belakang yang dapat mengakibatkan nyeri yang terus menerus.12
dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu. Selain itu, di dalam aktivitas fisik
juga dilakukan streching guna meregangkan otot-otot yang sudah digunakan
dalam jangka waktu tertentu. Kurangnya aktivitas fisik dapat menurunkan
suplai oksigen ke dalam otot sehingga dapat menyebabkan adanya keluhan
otot. Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang
yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk istirahat
dan melakukan aktivitas fisik yang cukup.
13
Selain itu,
merokok juga dapat menyebabkan jaringan tidak efisien untuk merespon stress
mekanik yang dapat menyebabkan keluhan nyeri punggung.12
14
seseorang,
menyebabkan timbulnya low back pain yang disertai dengan skoliosis ringan.
Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang melekat
menjadi satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan nyeri. Terdapat lubang
di tulang vertebra dibagian bawah karena tidak melekatnya lamina dan
keadaan ini dikenal dengan Spina Bifida.
III.
16
Kerangka teori
Usia
Sex
IMT
Pekerjaan
Beban
kerjaan
Posisi kerja
Repitisi
Durasi
Trauma
Aktivitas
fisik
Merokok
Pengetauhan
17
Kerangka konsep
UMUR
PENGETAHUAN
SEX
BEBAN KERJA
POSISI KERJA
IMT
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Inmaculada Calvo, Gomes Antonia and sanchez Julio Meca. Prevalence of Low Back
Pain in Children and Adolescent. BMC Pediatrics. Januari 2013. Diunduh dari
www.proquest.com
2. Hoy D, Blyth F, Buchbinder R. The Epidemiology of Low Back Pain. Best Practice
and
Research
clinical
Rheumatology
Agustus
2010.
Diunduh
dari
www.proquest.com
3. Marras William. The Case for Cumulative Trauma in Low Back Pain. The Spine
journal. Maret 2003. Diunduh dari www.proquest.com
4. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri punggung bawah. Dalam: Nyeri Neuropatik,
patofisioloogi dan penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS,
Sadeli HA. Perdossi, 2001:145-167.
5. Bogduk N. Evidence-Based Clinical Guidelines for the Management of Acute Low
Back Pain. The National Muskuloskeletal Medicine Initiative. 1999.
6. Anderson GBJ. Epidemiological features of chronic low back pain. Lancet 1999;
354:581-5.
7. Adelia,
R.,
2007.
Nyeri
Pinggang/Low
Back
Pain.
Available
from:
http://www.fkunsri.wordpress.com/2007/09/01/nyeri-pinggang-low-backpain.
di
A.J.,
2013.
Low
back
pain.
Available
from:
http://www.merckmanuals.com/home/bone_joint_and_muscle_disorders/l
ow_back_and_neck_pain/low_back_pain.html. di unduh pada tangal 15 aguatus 2015
9. Advance
Spine
Care,
2010.
Low
Back
http://www.advancedspinecare.info/lowbackpain.html.
Pain.
diunduh
Available
pada
from:
tangal
15
agustus 2015
10. Sidharta P. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat. Jakarta. 2004.
8:202-5.
19
11. Eko Budi Prasetyo. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Low Back Pain Akibat
Kompresi Vertebra Lumbal Ii V. 2010.
12. Andini F. Risk Factors Of Low Back Pain In Workers. Januari 2015. Diunduh dari
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/
13. Tuti Marinus Lailani. Naskah Publikasi Hubungan Antara Peningkatan Indeks Massa
Tubuh Dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah Pada Pasien Rawat Jalan Di
Poliklinik Saraf Rsud Dokter Soedarso Pontianak. Maret 2013.
Diunduh dari
unduh
dari
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4780/Nurwahyuni_K111088
45.pdf?sequence=1
20
20. Carragee, Eugene MD; Alamin, Todd MD; Cheng, Ivan MD; Franklin, Thomas MD;
Hurwitz, Eric PhD . Does Minor Trauma Cause Serious Low Back Illness? .
December 1, 2006 - Volume 31 - Issue 25
21. Affan Ahmad ,dkk.Hubungan Posisi Duduk Dengan Nyeri Punggung Bawah Pada
Penjahit Vermak Levis Di Pasar Tanah Pasir Kelurahan Penjaringan Jakarta Utara,
September
2014.
Diunduh
pada
01/09/2015
dari
http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Formil/article/viewFile/1089/1002
22. Parjoto, S., Pentingnya Memahami Sikap Tubuh Dalam Kehidupan, Majalah
Fisioterapi Indonesia Vol. 7 No. 11/Mei 2007, IFI Graha Jati Asih, Jakarta, 2001.
23. TS Wong, MBBS, N Teo, MD, MO Kyaw, MBBS, DMed.SC, MMed Sc. Prevalence
and Risk Factors Associated with Low Back Pain Among Health Care Providers in a
District Hospital Malaysian Orthopaedic Journal 2010 Vol 4 No 2.
24. Attitudes, knowledge and treatment of low back pain amongst nurses in the Eastern
Cape, South Africa, Cilliers et al, 2013
21
Bab III
Metodologi Penelitian
3.5 Kriteria :
3.5.1 Inklusi :
3.5.1.1 Semua pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara.
3.5.1.2 Responden mampu mengisi kuesioner.
3.5.1.3 Usia responden 25 tahun sampai dengan 65 tahun.
3.5.2
Ekslusi :
3.5.2.1 Responden menolak mengisi kuesioner.
3.6 Sampel
3.6.1 Besar sampel :
Melalui rumus dibawah ini, didapatkan besar sampel penelitian sebagai berikut:
22
( Z ) . p . q
n1=
L2
n2=n1+(10 . n1 )
Keterangan:
n1
: Jumlah sampel minimal
n2
: Jumlah sampel ditambah substitusi 10% (substitusi adalah persen responden
yang mungkin dropout)
z
: Nilai konversi pada tabel kurva normal, dengan nilai = 5%didapatkan z
pada kurva normal = 1,96
p
: Proporsi variabel yang ingin diteliti sebesar 0,4nilai p diperoleh sebesar
40% (Sadeli HAdkk, 2001)
q
: q = 1 P = 1-0,4= 0,6
L
: Derajat kesalahan yang masih dapat diterima sebesar 10 %.
2
23
3.9
Cara Kerja
3.9.1 Menghubungi Kepala puskesmas yang menjadi tempat penelitian untuk
melaporkan tujuan dan meminta ijin untuk mengadakan penelitian di
3.9.2
puskesmastersebut.
Menentukan sampel dengan teknik non-probability sampling yaitu Quota
Sampling. Sampel diambil berdasarkan populasi terjangkau yaitu pengunjung
Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara pada tanggal 27 sampai dengan 28 Agustus
3.9.3
2015.
Melakukan pengumpulan data-data dengan menggunakan instrumen penelitian
berupa kuesioner di Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara. Kuesioner
dibahagikan ke pengunjung puskesmas yang sudah di uji coba di Puskesmas
3.9.4
3.9.5
3.9.6
3.10
Pengumpulan Data
3.10.1 Tehnik pengumpulan data
Data diperoleh dari proses pengumpulan langsung di Puskesmas
Kelurahan Sukabumi Utara dengan kuesioner dan wawancara.
3.10.2 Instrumen Penelitian
Alat dan Bahan yang diperlukan:
Kuesioner
Alat tulis
Timbangan dan microtoa
3.11
Manajamen Data
3.11.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner.
3.11.2 Pengolahan Data
Terhadap data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukann
pengolahan berupa editing, verifikasi, dan coding. Selanjutnya dimasukkan
dan diolah dengan menggunakan program komputer SPSS.
3.11.3 Penyajian Data
24
Alat ukur
Skala data
Koding
: Kuesioner
: Nominal
: Kode 0
: Pernah/sedang mengalami nyeri pinggang.
Kode 1
: Tidak pernah mengalami nyeri pinggang.
3.12.2.2
Variabel Independen
3.12.2.2.1 Umur
Definisi
Cara ukur
Alat ukur
: Kode 0
: 56-65 tahun
Kode 1
: 35-55 tahun
Kode 2
: 25-34 tahun
Alat ukur : Timbangan berat badan orang dewasa dan meteran dinding
Skala data : Interval
Cara kerja menentukan IMT: sampel diukur terlebih
dahulu
Klasifikasi
Berat badan kurang
Kisaran Normal
Berat Badan Lebih
IMT
< 18.5
18.5-22.9
23
Koding
: Kode 0
Kode 1
Kode 2
Alat ukur
: Kuesioner
Skala data
: Ordinal
Koding
: Kode 0 : 25 kg
Kode 1 : <25kg
3.12.2.2.5 Trauma
Definisi
Alat ukur
: Kuesioner
Skala data
: Nominal
Koding
: Kode 0
Kode 1
27
3.12.2.2.7 Pengetahuan
Definisi
: Segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal nyeri
pinggang.
Alat ukur : Kuesioner
Cara Hitung :Total soal tujuh, dengan dua pilihan jawaban,
yaitu jawaban salah dan jawaban benar.
3.13
Skala data
:Ordinal
Skoring
:0-3
: Kurang
4-5
6-7
: Cukup
: Baik
EtikaPenelitian
Pada penelitian ini subyek penelitian diberikan jaminan bahwa data-data yang
mereka berikan dijamin kerahasiaannya dan berhak menolak menjadi sampel.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
28
Frekuensi
88
14
102
Persentase(%)
86.3
13.7
100.0
Frekuensi
Persentase (%)
29
Umur (Tahun)
56-65
35-55
25-34
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki laki
IMT
Lebih (23)
Normal
(18.5-
14
57
31
13.7
55.9
30.4
60
42
58.8
41.2
56
54.9
36
35.3
10
9.8
23
79
22.5
77.5
10
92
9.8
90.2
37
36.3
46
19
45.1
18.6
37
36.3
Cukup
42
41.2
Baik
23
22.5
22.9)
Kurang (<18.4)
Beban
Kerja
Fisik
25 kg
<25 kg
Riwayat Trauma
Pernah
Tidak pernah
Posisi Kerja
Duduk
membungkuk
Duduk tegak
Berdiri
Pengetahuan
Kurang
Tabel. 4. 5 Hubungan antara Umur, Jenis Kelamin, Riwayat Trauma, Beban Kerja
Fisik, Posisi Kerja, IMT dan Pengetahuan dengan Kejadian LBP pada Pengunjung
Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara pada Agustus 2015.
LBP
T
Variabel
Y
a
i
d
Uji
Ho
Chi
0.42
Dite
Squ
rima
a
k
Umur
56-65
1
3
30
35-55
25-34
7
2
are
Jenis Kelamin
Wanita
Laki-laki
5
2
3
6
Chi
8
Squ
are
1.00
Dite
rima
0.35
Dite
rima
1.00
Dite
rima
0.00
Dito
lak
0.14
Dite
rima
Riwayat Trauma
Pernah
Tidak Pernah
1
0
Chi
0
Squ
are
<25
2
0
Chi
3
Squ
are
Posisi Kerja
Duduk
Membungkuk
Duduk Tegak
Berdiri
Chi
0
are
6
1
Squ
IMT
Lebih (23)
Normal (18.5-
22.9)
Kurang
1
1
(<18.4)
Chi
Squ
are
4
0
Pengetahuan
31
Kurang
0
3
Cukup
7
2
Baik
Chi
7
Squ
are
0.48
Dite
rima
5
2
Bab V
Pembahasan
5.1 Sebaran Kejadian Low Back Pain Pada Pengunjung Puskesmas Kelurahan
Sukabumi Utara, Jakarta BaratAgustus 2015
Pada tabel 4.1 didapatkan bahwa sebaran kejadian Low Back Pain adalah
sebanyak 82 orang dengan persentase 80.4%, dan jumlah sebaran kejadian tidak
Low Back Pain adalah sebanyak 20 orang dengan persentase 19.6%. Jumlah
Low Back Pain mempunyai frekuensi yang lebih banyak dibandingkan jumlah
kejadian tidak Low Back Pain pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi
SelatanAgustus 2015.
Menurut Anderson 1999, kira-kira 60%-80% pernah mengalami LBP di
suatu saat dalam hidup mereka. Dari penelitian yang telah dilakukan, didapatkan
hasil kejadian LBP sebanyak 80.4% pada pengunjung Puskesmas Kelurahan
Sukabumi Utara Agustus 2015. Perolehan dari data diketahui sebaran kejadian
LBP bersesuaian dengan penelitian sebelumnya.
5.2 Analisis Univariat Umur, Jenis Kelamin, Indeks Massa Tubuh, Beban Kerja
Fisik, Trauma, Posisi Duduk, dan Pengetahuan Pada Pengunjung
Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat Agustus 2015.
Pada tabel 4.2, berdasarkan tabel umur, didapati distribusi terbanyak pada
kategori umur 25 - 55 tahun dengan jumlah 53 orang dengan persentase 52.0%,
diikuti kategori umur 56 - 65 tahun sebanyak 49 orang dengan persentase 41.2%.
32
5.3 Hubungan Antara Faktor Umur dengan Kejadian Low Back Pain Pada
Pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat Agustus
2015
Hubungan antara faktor umur terhadap kejadian low back pain melalui
uji Chi-Square didapatkan X2= 0.021, karena p < 0,05 maka Ho ditolak. Artinya,
33
terdapat hubungan yang bermakna antara umur yang dengan kejadian low back
pain.
Penelitian yang di lakukan oleh Andini pada tahun 2015, menyimpulkan
sejalan dengan meningkatnya usia semakin tinggi untuk orang tersebut
mengalami gejala LBP. Diperkuatkan dengan penelitian Sorenson di mana akan
meningkat pada umur 55 tahun, pada umumnya keluhan ini dapat dirasakan pada
usia kerja iaitu 25-65 tahun. Hasil dapatan dari penelitian pada pengunjung
Puskesmas
Sukabumi
Utara
Agusutus
2015
menunjukkan
semakin
kapasitas fisik dan kemampuan fungsional. Salah satu gejala proses penuaan
adalah terjadinya degenerasi tulang, yang dapat meningkatkan risiko nyeri
punggung bawah. Hal ini terjadi pada saat seseorang berusia 40 tahun ke atas,
sehingga kemampuan kerjanya menurun.15
34
5.4 Hubungan Faktor Jenis Kelamin dengan KejadianLow Back Pain Pada
Pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat Agustus
2015
Hubungan antara faktor jenis kelamin terhadap kejadian low back pain
melalui uji Chi-Square didapatkan X2= 0.905, karena p > 0,05 maka Ho gagal
ditolak. Artinya, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor jenis
kelamin dengan kejadian low back pain.
Hasil penelitian ini berseuaian dengan hasil penelitian oleh Olsen et al,
yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan prevalensi LBP antara perempuan
dan laki-laki (masing-masing 30.7% dan 30%).
lain
yang
5.7 Hubungan Faktor Trauma dengan Kejadian Low Back Pain Pada
Pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat Agustus
2015
Hubungan antara faktor trauma terhadap kejadian low back pain melalui
uji Fisher didapatkan X2= 0.407, karena p > 0,05 maka Ho gagal ditolak.
Artinya, tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor trauma dengan
kejadian low back pain.
Hasil ini bersesuaian dengan hasil penelitian oleh Purnamasari dkk,
dimana didapatkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara trauma dengan
kejadian LBP (p=0.41, =0.05).16
Selain itu, penelitian oleh Eugene et al juga menunjukkan tidak ada
hubungan yang signifikan antara trauma dengan kejadian LBP (p=0.59).20
Hasil penelitian ini bagaimanapun tidak bersesuaian dengan penelitian
oleh Bridger 2008 yang menyatakan riwayat terjadinya trauma pada tulang
belakang juga menjadi faktor resiko terjadinya LBP kerana terjadinya kerusakan
struktur tulang belakang yang dapat menyebakan nyeri berterusan pada tulang
belakang. Dari
Sama seperti pada variabel lain, perbedaan ini mungkin terjadi karena
jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian kami kecil. Selain itu, terdapat
hal lain yang boleh menjadi faktor kofounding mempengaruhi hubungan antara
trauma dengan kejadian LBP. Sulit untuk dibuktikan apakah ada hubungan
signifikan antara trauma dengan kejadian LBP karena tidak banyak penelitian
yang dilakukan bagi meneliti hal ini. Selain itu, tipe trauma itu sebaiknya di
kategotikan, seperti apakah traumanya besar, kecil ataupun kumulatif.
5.8 Hubungan Faktor Posisi Duduk dengan Kejadian Low Back Pain Pada
Pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat Agustus
2015
Hubungan antara faktor posisi duduk terhadap kejadian low back pain
melalui uji Chi-Square didapatkan X2= 0.010 , karena p < 0,05 maka Ho ditolak.
Artinya, terdapat hubungan yang bermakna antara faktor posisi duduk dengan
kejadian low back pain.
Hubungan antara faktor posisi dudukterhadap kejadian low back pain
melalui uji Chi-Square didapatkan X2= 0.010 , karena p < 0,05 maka Ho ditolak.
Artinya, terdapat hubungan yang bermakna antara faktor posisi duduk dengan
kejadian low back pain.
37
Bab VI
Kesimpulan dan Saran
6.1 kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai hubungan antara kejadian LBP dan faktor
faktor yang berhubungan di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara,
Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, pada Agustus 2015, dapat diambil kesimpulan
bahwa pada total sampel sebesar 102 orang, didapatkan sebaran yang LBP sebesar
80,4%.
Dari usia didapatkan bahwa pengunjung puskesmas paling banyak dengan usia
yang LBP sebanyak 52,0 % pada umur 25-55 tahun. Jenis kelamin paling banyak pada
perempuan sebanyak 58,8%. IMT di dapatkan sebesar 54,9% pada IMT kategori lebih.
Dari beban kerja fisik di dapatkan 77.5% yang beban kerjanya <25 kg. Riwayat
trauma terbanyak pada yang tidak mengalami trauma yaitu sebesar 90,2%. Posisi
39
duduk di dapatkan sebesar 59.8% yaitu pada orang dengan posisi duduk tegak. Dari
pengetahuan di dapatkan sebesar 41,2 % pada kategori pengetahuan cukup.
Terdapat hubungan yang bermakna antara umur dan posisi duduk
dengan
kejadian LBP pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat
pada bulan Agustus 2015. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis
kelamain, riwayat trauma, beban kerja fisik, IMT, dan pengetahuan terhadap kejadian
LBP pada pengunjung Puskesmas Kelurahan Sukabumi Utara, Jakarta Barat pada bulan
Agustus 2015 .
6.2
6.2.1
Saran
Puskesmas
Di adakannya kegiatan penyuluhan megenai bagaimana cara posisi duduk
yang baik dan benar dan penyediaan leaflet mengenai gambaran klinis serta
pengertian mengenai LBP sehingga melalui kegiatan tersebut diharapkan kejadian
LBP pada pengunjung puskesmas dapat berkurang
6.2.2
Peneliti lain
1. Pada penelitian selanjutnya dapat melakukan desain penelitian yang lain
seperti desain kohort retrospektif atau kasus kontrol, agar hubungan sebab
akibat antar variabel dapat lebih jelas terlihat.
2. Di perbesarnya sampel penelitian sehingga hipotesis nol yang di inginkan
ada hubungan yang bermakna dapat tercapai.
40