You are on page 1of 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA


Alat Penglihatan

KELOMPOK 8
Alfia Nurhayati

3415130990

Fauzia Nur Khidayati

3415131022

Merda Susanti

3415133058

Septa Rizkyana

3415131028

Yunita Perdianti Jajomi

3415133085

PENDIDIKAN BIOLOGI A
TAHUN AJARAN 2015/2016

I PENDAHULUAN
Penglihatan adalah kemampuan untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu
dari indra. Alat tubuh yang digunakan untuk melihat adalah mata. Banyak binatang yang indra
penglihatannya tidak terlalu tajam dan menggunakan indra lain untuk mengenali lingkungannya,
misalnya pendengaran untuk kelelawar. Manusia yang daya penglihatannya menurun dapat
menggunakan alat bantu atau menjalani operasi lasik untuk memperbaiki penglihatannya.
Secara anatomi Pupil mata disusun oleh beberapa selaput :
1.
2.
3.
4.

Selaput bening (cornea) merupakan bagian terluar


Selaput putih (sclera)
Selaput hitam (choroid)
Selaput jala (retina)

Pada alat penglihatan, refleks pupil sangat penting dalam mengatur sinar yang masuk
ke dalam bola mata agar dapat diterima oleh retina dalam jumlah yang tidak berlebihan
sehingga benda dapat terlihat cukup jelas. Reflex pupil memiliki beberapa jenis, yaitu :
1. Reflex cahaya
2. Reflex konsesual
3. Reflex pupil mata akibat akomodasi
Mata adalah alat indra kompleks yang berevolusi dari bintik-bintik peka sinar primitif
pada permukaan golongan invertebrata. Dalam bungkus pelindungnya, mata memiliki lapisan
reseptor sistem lensa yang membiaskan cahaya ke reseptor tersebut, dan sistem saraf yang
menghantarkan impuls dari reseptor ke otak.
Struktur-struktur utama pada mata terdiri dari lapisan pelindung luar bola mata, yaitu
sklera, dimodifikasi di bagian anterior untuk membentuk kornea yang tembus pandang dan
akan dilalui berkas sinar yang masuk ke mata. Di bagian dalam sklera terdapat kloroid,
lapisan yang mengadung banyak pembuluh darah yang memberi makan struktur-struktur
dalam bola mata. Lapisan-lapisan di 2/3 posterior kloroid adalah retina, jaringan saraf yang
mengandung sel-sel reseptor
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan mengetahui cara memeriksa reflex pupil
pada alat penglihatan dan memeriksa reflex pupil pada alat penglihatan. Praktikan juga bisa
mengerti dengan baik cara cara pemeriksaan penglihatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang bundar
anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahayayang masuk ke mata. Jika intensitas
cahaya tinggi, maka pupil akan mengecil. Reaksi ini dikenal dengan refleks cahaya pupil. Jarak
saraf untuk refleks ini diperlihatkan oleh dua jalur hitam pada gambar.
Bila cahaya mengenai retina, terjadi beberapa impuls yangmula-mula berjalan melalui
nervus optikus menuju nervus pretektalis. Dari sini, impuls berjalan ke nukleus !
dinger-"estphal dan akhirnya kembali melalui saraf parasimpatik untuk mengkonstriksikan sfingt
er iris. Sebaliknya dalam keadaan gelap, refleks ini dihambat oleh saraf simpatis yang
menyebabkan dilatasi pupil (Guyton, 2007). Dengan keadaan pupil yang berdilatasi ini, cahaya

dapat masuk ke dalam mata dengan intensitas yang lebih, sehingga objek dapat dilihat. Pupil
adalah lubang di pusat iris mata. Lubang ini bisa mengembang. Dan menguncup seiring dengan
aktivitas muskulusdilatator dan musculus sfingter pupilae. Kedua otot itu ialah otot polos yang
disarafi oleh serabut parasimpatetik dan serabut ortosimpatetik. Diameter pupil ditentukan oleh
keseimbangan aktivitas parasimpatetik dan ortosimpatetik. Tidak semua individu sehat
mempunyai diameter pupil yang sama. Diantaranya 17% menunjukkan anisokoria dengan
selisih sampai 1mm dalam diameternya. Anisokoria dianggap tidak patologis selama kedua
pupil bereaksi terhadap penyinarandengan sama cepatnya (Arif Muttaqin, 2008)
Pupil yang sempit disebut miosis dan pupil yang lebar disebut midriasis. Pada keadaan
nyeri, ketakutan, dan cemas terjadi midriasis. Dalam keadaan tidur, koma yang dalam dan
tekanan intracranial yang meningkat terjadi miosis. Midriasis dan miosisunilateral adalah
patologis
Dalam suatu eksperimen mengenai konstriksi pupil digunakan gambar sebagai
modulator untuk mengetahui respon pupil terhadap cahaya, kontras gambar, inversi dan
kecerahan warna dalam gambar, didapatkan hasil bahwa gambar tegak menginduksikontriksi
lebih besar pada diameter pupil daripada gambar terbalik, perbedaan dalam pencahayaan
memperkirakan pada konten gambar tingkat tinggo akan memicu pupildatasi, ukuran pupil
menyesuaikan terhadap perubahan persepsi di kecerahan dan kontras. Respon pupil juga
dapat disebabkan karena pengolahan adegan atau kejadian, dapat dikaitkan dengan perubahan
kognitif lain dari stimulasi simpatis.
Pada umumnya pupil adalah bundar dan batasnya rata dan licin. Ukuran kedua pupil
dapat berubah-ubah setiap saat, karena terjadi konstriksi dan dilatasi pupil secara berselingan
menurut irama tertentu. Gejala tersebut dikenal sebagai hipus. Pada ekspirasi,terjadi sedikit
konstriksi pupil yang mengembang kembali sewaktu inspirasi.
ALAT DAN BAHAN

Senter
Cermin datar

II HASIL PRAKTIKUM

1. Refleks Pupil
Nama OP

Reiska
Diah

Refleks Cahaya
(kedua mata)
Cahaya
Tanpa
Cahaya
Mengecil Membesa
r
Mengecil Membesa
r

Refleks Konsesual
Satu Mata
dengan
Mengecil
Mengecil

Satu Mata
Tanpa
Tdk
Bereaksi
Membesa
r

Akomodasi
Jauh

Dekat

Membesa
r
Mengecil

Mengecil
Mengecil

Dyna

Mengecil

Membesa
r

Mengecil

Mengecil

Membesa
r

Mengecil

Mengecil

Membesa
r
Mengecil

Mengecil
Mengecil

Membesa
r
Mengecil

Mengecil

Yuni

Membesa
r
Mengecil

Shynta
Alfia

Mengecil

Membesa
r

Mengecil

Tdk
Bereaksi

Membesa
r

Mengecil

Laras
Alif

Membesa
r

Membesa
r

2. Visus
Nama OP
Dyna
Alif
Yuni
Alfia

D = 6 meter
2 mata
1 mata
Salah 4
Salah 5
Salah 3
Salah 2
Terbaca
Salah 2
Salah 4 Salah 14

D = 5 meter
2 mata
1 mata
Terbaca
Salah 1
Terbaca
Terbaca
Salah 1
Salah 4
Salah 12 Salah 16

3. Buta Warna
Nama OP
Reiska
Diah
Dyna
Laras
Alif
Yuni
Shynta
Alfia

Jenis Kelamin
P
P
P
P
L
P
P
P

Usia
20
20
20
20
20
20
20
20

Interpretasi Gambar
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

III ANALISIS DATA


A. Tes Buta Warna
Praktikum kali ini membahas tentang buta warna. Praktiukum ini bertujuan untuk
melakukan pemeriksaan buta warna tergantung rasio stimulasi tiga jenis kerucut dalam
pemeriksaan buta warna menggunakan buku Isihara. Tes Ishihara ini merupakan tes buta
warna yang paling umum digunakan, bukunya berisi seperangkat gambar-gambar dibuat
sedemikian rupa sehingga seseorang yang buta warna akan melihat warna dengan gambar
tersebut sama dengan latarnya.
Tes buta warna ini dilakukan oleh delapan OP. Masing-masing OP disuruh untuk
menebak pola-pola atau gambar-gambar yang ada di buku Ishihara, satu pola diberi waktu
selama 2 menit. Jika OP dapat menebak dengan tepat, maka OP dapat dikatakan normal.

Sedangkan jika OP menebak dengan jawaban salah, maka perlu dianalisi apakah OP tersebut
benar-benar buta warna atau ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi OP tidak bisa
menebak pola tersebut. Kedelapan OP dapat menebak semua pola pada buku Ishihara dengan
tepat, sehingga dapat disimpulkan bahwa semua OP negatif buta warna (normal) karena
stimulasi ketiga jenis sel kerucut pada matanya berfungsi dengan baik.
Sedangkan pada penderita buta warna, yang terjadi adalah adanya kelainan maupun
gangguan dan kerusakan pada sel kerucut di dalam retina mata sehingga hal ini bisa
menyebabkan seseorang menderita buta warna dan tidak bisa mampu untuk menagkap
spektrum warna tertentu. Mata mengubah energi dalam spektrum cahaya yang terlihat menjadi
potensial aksi dalam vervus opticus. Panjang gelombang cahaya terlihat adalah kira-kira 397
723 nm. Bayangan dari benda-benda di sekitarnya difokuskan pada retina. Berkas cahaya
mengenai retina menimbulkan potensial pada batang dan kerucut. Buta warna adalah suatu
kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-selkerucut mata untuk menangkap suatu
spektrum warna tertentu yang disebabkan oleh faktor genetis. Buta warna merupakan
kelainan genetika yang diturunkan dari orang tuakepada anaknya, kelainan ini sering juga
disebut sex linked, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak
membawa faktor buta warna. Saraf sel pada retina terdiri atas sel batang yang peka
terhadap hitam dan putih, serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya.
Buta warna terjadi ketika syaraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan,
terutama sel kerucut. Kebanyakan sel kerucut dimakula tengah retina buta warna terjadi jika
tidak memiliki salah satu jenis sel kerucut atau sel kerucut tidak bekerja dengan benar.mungkin
tidak dapat melihat salah satu dari tiga warna dasar/mungkin meliahat warna tersebut sehingga
warna turunan.penyebab lainnya antara lain :
a.penuaan
b.mata bermasalah.seperti glaukoma degenerasi makula,katarak/retinopati diabetic
c.cedera pada matad.efek samping dari beberapa obat
B. Pemeriksaan reflex Pupil
Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka cahaya karena
adanya iris, pigmen iris menentukan warna mata, lubang bundar di bagian tenah iris tempat
masuknya cahaya ke bagian dalam mata adalah pupil, ukuran lubang ini dapat disesuaikan
dalam variasi kontraksi otot. Otot iris untuk memungkinkan lebih banyak sedikitnya cahaya
masuk sesuai kebutuhan.
Pada praktikum pemeriksaan reflex pupil ini dugunakan cahaya senter sebagai alat
untuk memberikan cahaya untuk dilihat reaksi pupil mata OP. Pemeriksaan ini dilakukan
sebanyak 3 kali dimana pemeriksaan pertama untuk menguji reflex cahaya, pemeriksaan yang

kedua untuk menguji reflex konsensual, dan pemeriksaan ketiga untuk menguji reflex pupil
mata akibat akomodasi
Dari hasil pemeriksaan refleksi pupil terhadap cahaya diperoleh data bahwa pupil akan
mengecil saat cahaya menjauhi pupil atau tanpa cahaya. Hal ini terjadi ke 8 OP. dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa ke 8 OP tersebut memiliki pupil yang normal ketika
mendapatkan rangsangan cahaya, sebab pupil 8 OP mengecil untuk merespon cahaya terang,
pengecilan pupil ini bertujuan untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk kemata,
mekanisme yang terjadi saat pupil mengecil adalah : serat-serat otot memendek saat
berkontraksi, pupil mengecil apabila otot sirkuler (atau konstriktor) berkontraksi dan membentuk
cincin yang lebih kecil. Sedangakan saat berada pada keadaan tanpa cahaya (cahaya menjauh
dan makin lama dan semakin menghilang) reaksi yang dihasilkan pupil adalah semakin jauh
atau meredupnya cahaya, maka pupil akan semakin membesar. Untuk meningkatkan jumlah
cahaya yang masuk maka pupil makin membesar saat cahaya semakin sulit diperoleh.
Pada pengukuran reflex konsensual pupil diperoleh data 6 dari 8 OP bahwa saat satu
mata di sinar cahaya pupil bereaksi mengecil, dan mata yang lain yang tidak diberi cahaya juga
mengalami reaksi yang sama yaitu pupil mengecil, meskipun cahaya yang diterima mata
tersebut temaran (redup). Kejadian ini menunjukkan bahwa reflex cahaya konsensual pupil
yang dimiliki ke 6 OP dalam keadaan yang baik (normal). Hal ini dikarenakan pupil mata tetap
berkonsentrasi secara sinergis dimana mata yang di sinari cahaya berkontruksi berupa reflex
cahaya pupil sedangkan mata yang tidak disinari juga berkontriksi berupa (reflex cahaya
konsensual) yang keduanya menghasilkan reflex pupil yang mengecil karena respon terhadap
penyinaran oleh cahaya. Sedangkan pada 2 OP lainnya, saat mata yang satu diberi sinar maka
mata yang satu tidak bereaksi. Ini kemungkinan mata OP yang memiliki masalah atau
penyinaran yang dilakukan tidak dengan cara yang benar.
Dari hasil percobaan refleks akomodasi, didapatkan hasil bahwa semua OP memiliki
refleks akomodasi normal. Pada jarak jauh refleks pupil mengecil sedangkan pada jarak dekat
refleks pupil membesar. Akomodasi merupakan kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa
sehingga, baik sumber cahaya dekat maupun jauh dapat difokuskan di retina sebagai
akomodasi, kakuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot silindris, bentuk
lensa juga dipengaruhi oleh jumlah intensitas cahaya yang diterimanya. Untuk meata tertentu
jarak antara lensa retina selalu sama. Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus
di tertian dalam jarak yang sama harus dipergunakan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah

sebagai respon dari cahaya yang masuk dari pupil ke iris. Kemudian ke lensa mata, ukuran
lubang pupil disesuaikan oleh variasi kontraksi otot-otot iris untuk memungkinkan banyak atau
sedikitnya cahaya yang dibutuhkan. Seperti Shutter yang mengatur jumlah cahaya yang masuk
ke lensa. Iris mengandung dua jaringan otot polos, otot polos yang berbentuk sirkuler dan
radial.
Saat merespon jauh pupil mata mengecil karena serat-sert otot memendek, pengecilan
pupil ini terjadi apabila otot sirkuler atau konstriktor berkontraksi membentuk cincin yang lebih
kecil. Hal ini terjadi untuk merespon cahaya terang. Akibat melihat benda jauh yang berada di
luar ruangan, pupil mengecil untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk dan pupil
membesar saat melihat benda dekat di tempat teduh. Pembesaran pupil yang terjadi pada
keenam OP terjadi karena pupil membesar untuk meningkatkan intensitas cahaya yang masuk
ke retina.
C. Ketajaman visus
Menurut Gabriel (1995 dalam Gita 2009), visus (ketajaman penglihatan) adalah nilai
kebalikan sudut (dalam menit) terkecil dimana sebuah benda masih keliahtan dan dapat
dibedakan.
Visus (ketajaman penglihatan) adalah ketajaman atau kejernihan penglihatan, sebuah
bentuk yang khusus dimana tergantung dari ketajaman focus retina dalam bola mata dan
sensitifitas dari interpretasi diotak. Praktikum mengenai visus (ketajaman penglihatan) dilakukan
dengan menggunakan alat optotype snellen.
Pada praktikum yang bertujuan untuk mengetahui cara memeriksa visus pada alat
penglihatan dan memeriksa visus pada alat penglihatan ini juga digunakan optotype snellen.
Optotype snellen, yaitu sebuah ukuran kuantitatif suatu kemampuan untuk mengidentifikasi
symbol-simbol berwarna hitam dengan latar belakang putih dengan jarak yang telah
distandarisasi serta ukuran dari simbol-simbol yang bervariasi. Dimana pada praktikum ini
ototype diletakan pada jarak 6m dan 5m. Dimana pada masing-masing jarak akan menguji
penglihatan OP menggunakan satu mata ( kanan atau kiri dan yang sebelahnya ditutupi) dan
dengan kedua mata.
Ototype snellen digunakan untuk pemeriksaan visus sebab huruf optotype yang ada
dirancang sesuai uji ketajaman penglihatan yang kemungkinan 2 garis terlihat terpisah dan
terlihat segaris, sedangkan huruf-huruf digaris terkecil yang dapat dibaca orang normal pada

jarak 6m memberi sudut penglihatan 5 menit dan garis CII huruf dipisahkan oleh sudut sebesar
1menit. Dengan demikian jarak pisah minimal sesuai dengan sudut penglihatan sebesar sekitar
1 menit.
Berkas cahaya sejajar yang jatuh ke suatu lensa bikonveks akan mengalami
pembiasaan suatu titik (fokus prinsipal) di belakang warna fokus prinsipal terletak di sebuah
garis yang berjalan melintasi pusat lengkungan lensa, sumbu prinsipal. Jarak antara lensa dan
fokus prinsipal disebut jarak fokus prinsipal. Berkas cahaya yang jatuh di lensa dari suatu benda
dengan jarak lebih dekat dari 20ft akan mengalami sejajar. Berkas cahaya dari suatu benda
yang terletak lebih dekat dari 20 ft akan mengalami divergensi sehingga jatuh ke fokus yang
lebih ke belakang di sumbu prinsipal daripada fokus prinsipal.
Apabila otot siliaris berada dalam keadaan istirahat maka berkas cahaya paraleel yang
jatuh di mata yang secara optis normal akan difokuskan di retina. Selama relaksasi ini
dipertahankan, maka berkas cahaya dari benda yng kurang dari 6 m dari pengamat akan
berfokus di belakang retina dan akibatnya benda tersebut tampak kabur. Masalah yang timbul
membawa berkas divergen dari benda dekat ke suatu fokus di retina dapat di atasi dengan
meningkatkan jarak antara lensa dan retina atau dengan meningkatkan kelengkungan
(akomodasi).
Berdasarkan hasil praktikum dengan beberapa OP, menunjukan hasil yang sangat
bervariasi. Dimana rata-rata OP tidak dapat melihat huruf di angka ke 15 pada jarak 6meter.
Tetapi tidak semua OP tidak mampu menyebutkan dengan benar sama sekali huruf-huruf
tersebut, ada beberapa OP yang mampu membacanya dengan benar walaupun hanya
beberapa huruf saja. Bukan hanya pada angka ke 15 tetapi di titik ke 20 maupun 25 ada Op
yang sudah tidak bisa membaca beberapa huruf dengan benar baik pada jarak 6menetr
maupun 5 meter. Bahkan pada titik ke 30 ada beberapa huruf yang tidak terbaca dengan jelas
oleh OP. Ketajaman penglihatan semakin memburuk pada pengujian dengan menggunakan 1
mata. Dengan kata lain pembentukan bayangan pada retina OP dalam pemfokusan cahaya
sedikit mengalami gangguan. Gangguan yang dialami OP terjadi pada proses konvergensi bola
mata. Jika pada mata normal, kemampuan memfokuskan kedua bola mata pada dua objek
yang berbeda dapat dilakukan secara bersamaan pada satu benda, maka pada OP Riski dan
Anis kemampuan memfokuskan kedua bola mata tidak dapat dilakukan dengan baik, karena
tidak mampu mngearahkan cahaya dari suatu benda agar jatuh pada titik sesuai pada retina
kedua mata.

Visus (ketajaman penglihatan) sangat dipengaruhi oleh sifat pisis mata, oberasi
(kegagalan sinar untuk berkonvergensi atau bertemu di 1 titik focus setelah melalui suatu
system optic), besarnya pupil, komposisi cahaya, mekanisme akomodasi, elastisitas otot, warna
yang kontras, besar kecilnya stimulus, durasi, intensitas cahaya, serta faktor retina (semakin
kecil dan rapat sel kerucut). Untuk dapat melihat benda, stimulus (cahaya) harus jatuh di
reseptor dalam retina yang selanjutnya diteruskan ke pusat penglihatan (fovea sentralis) dan
diperlukan ketajaman penglihatan. Bila kita melihat satu benda dengan kedua belah mata maka
benda tersebut dapat terlihat dengan baik karena jatuh di titik identik, tetapi bila bola mata
diganggu yaitu dengan menutup satu mata maka akan terlihat benda rangkap (diplopia ) karena
tidak jatuh di titik identik.
Untuk menghasilkan detail penglihatan, sistem optik mata harus memproyeksikan
gambaran yang fokus pada fovea, sebuah daerah di dalam makula yang memiliki densitas
tertinggi akan fotoreseptor konus/kerucut sehingga memiliki resolusi tertinggi dan penglihatan
warna terbaik. Ketajaman dan penglihatan warna sekalipun dilakukan oleh sel yang sama,
memiliki fungsi fisiologis yang berbeda dan tidak tumpang tindih kecuali dalam hal posisi.
Ketajaman dan penglihatan warna dipengaruhi secara bebas oleh masing-masing unsur.
Cahaya datang dari sebuah fiksasi objek menuju fovea melalui sebuah bidang imajiner yang
disebut visual aksis. Jaringan-jaringan mata dan struktur-struktur yang berada dalam visual
aksis (serta jaringan yang terkait di dalamnya) mempengaruhi kualitas bayangan yang dibentuk.
Seperti pada lensa fotografi, visus dipengaruhi oleh diameter pupil. Aberasi optik pada
mata yang menurunkan tajam penglihatan ada pada titik maksimal jika ukuran pupil berada
pada ukuran terbesar (sekitar 8 mm) yang terjadi pada keadaan kurang cahaya. Jika pupil kecil
(1-2 mm), ketajaman bayangan akan terbatas pada difraksi cahaya oleh pupil. Antara kedua
keadaan ekstrim, diameter pupil yang secara umum terbaik untuk tajam penglihatan normal dan
mata yang sehat ada pada kisaran 3 atau 4 mm
IV. KESIMPULAN
1. Buta warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan selselkerucut mata untuk menangkap suatu spektrum warna tertentu yang disebabkan
oleh faktor genetis.
2. Semua OP negatif buta warna (normal) karena karena stimulasi ke 3 jenis sel
kerucut pada matanya berfungsi dengan baik.
3. Pupil mata tergantung dari iris, iris mendekati jika cahaya masuk terlalu terang dan
menjauh jika cahaya yang masuk terlalu tedup. Jika mata tidak siap saat terkena
cahaya, maka pupil mengecil atau meredup secara perlahan

4. Mengecilnya pupil mata karena menyesuaikan dengan intensitas cahaya yang


masuk itu banyak dan membesarnya pupil itu karena intensitas cahaya yang masuk
sedikit. Refleks pupil mata yang satu akan diikuti oleh reaksi pupil mata yang lain.
Hal ini disebut refleks konsensuil.
5. Mengecilnya pupil ini membuktikan bahwa ada reaksi akomodasi, konvergensi, dan
stimulus cahaya di mana akomodasi ini terjadi karena mata berusaha untuk
memfokuskan (memusatkan) bayangan.
DAFTAR PUSTAKA
Murtiati, Tri dkk. 2007. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. FMIPA UNJ: Jakarta
Dosen Pembimbing. 2014. Anfisman. Pekalongan: Universitas Pekalongan.
Gita N. 2000. Pengaruh Pemakaian Kacamata Las Terhadap Ketajaman Penglihatan Pada
Pekerja Las Terhadap Ketajaman Penglihatan Pada pekerja Las Karbit di Wilayah Pinggir Jalan
Goa Jatijajar Kebumen. Purwokerto: Kementrian Pendidikan Nasional Universitas Jenderal
Soederman Fakultas Kedokteran dan Ilmi-ilmu Kesehatan Jurusan Kesehatan Masyarakat.

You might also like