Professional Documents
Culture Documents
A. AKHLAK
Sifat Mazmumah
Gemar Makan dan Minum. Hadis Nabi saw yang bermaksud : Yang terlebih
Afdal(utama) pada Allah swt ialah orang yg banyak berlapar dan banyak tafakur
(berfikir
sambil meneliti) Dan yang terlebih benci kepada Allah ialah orang yang banyak
makan,
banyak tidur dan banyak minum.
Banyak berkata-kata perkara sia-sia ialah manusia yang suka berkata-kata, berbualbual
dan bersembang-sembang perkara yang laqa (lalai) seperti mencaci orang, menfitnah,
hanya kepentingan dunia, perkara tanpa faedah dan sebagainya. Firman Allah swt
yang
bermaksud : Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan2 mereka, melainkan
bisikan2
daripada yang menyuruh (manusia) bersedekah, atau berbuat makruf, atau
mendamaikan
manusia. (An-Nisa : 114)
Marah ialah berpunca dari kurang kesabaran dalam menghadapi sebarang keadaan.
Orang
yang demikian, selalunya didorong oleh pengaruh Syaitan yang ingin merosakkan
iman
dan dirinya.
Hasad dengki, dan iri hati ialah seseorang itu rasa kurang senang dengan nikmat yang
dikecapi orang lain lalu mengharapkan nikmat itu terhapus daripadanya. Hadis Nabi
saw
Allah Penguasa Alam dan sebagainya lagi, maka perlulah dan wajiblah kita tunduk
dan patuh
kepada perintah Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Kita wajib
membenarkan hati,
perbuatan dan perkataan akan setiap perkara yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw
adalah
dari Allah. Panduan bagi umat Islam untuk menuju kepada Allah atau menuju redho
Allah
adalah perlu menjadikan Nabi sebagai contoh ikutan dalam setiap amalan kehidupan
kita. Jangan
jadikan artis atau nama-nama tokoh bukan agama sebagai ikutan atau idola, kerana
mereka ini
akan menyesatkan kita semua. Kecuali kita jadikan ulama atau orang alim sebagai
idola dalam
kehidupan kita, kerana orang alim atau ulama adalah pewaris Nabi dan mereka adalah
penerus
dari usaha dakwah Nabi. Kita tidak akan sesat selamanya jika dijadikan ulama
sebagai panduan
dan idola sebab mereka hidup dalam ketaqwaan kepada Allah dan mereka juga dekat
diri dengan
Allah.
Ulama yang di maksud ialah ulama atau ahli agama yang benar-benar berjalan di
jalan
Allah yang mempedomani Alquran, hadits atau mujtihad sebagai dasar dalam
bertindak dan
mengambil keputusan soal hukum agama dan bukan mereka yang mengaku ahli
agama dengan
tujuan mempengaruhi umat manusia untuk mengikuti ajaran mereka sendiri ajaran
yang mereka
ciptakan untuk menyesatkan umat manusia seperti yang banyak terjadi saat ini.
Akhlak Mazmumah
Selain menjaga akhlak mahmudah, seorang muslim juga harus menghindari akhlak
mazmumah (akhlak tercela) yang meliputi: tergesa-gesa, riya (melakukan sesuatu
dengan tujuan
ingin menunjukkan kepada orang lain), dengki (hasad), takabbur (membesarkan diri),
ujub
(kagum dengan diri sendiri), bakhil, buruk sangka, tamak, pemarah dan akhlak tercela
lainnya.
Ajaran islam adalah ajaran yang bersumber pada wahyu Allah, Al Quran dalam
penjabarannya terdapat pada hadis Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam
Islam
mendapat perhatian yang sangat besar. Berdasarkan bahasa, akhlak berarti sifat atau
tabiat.
Berdasarkan istilah, akhlak berarti kumpulan sifat yg dimiliki oleh seseorang yang
melahirkan
perbuatan baik dan buruk.
Konsep Akhlak menurut Al-Ghazali adalah sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang,
darinya lahir perbuatan yang mudah tanpa pertimbangan pikiran terlebih dahulu.
Akhlak meliputi
jangkauan yang sangat luas dalam segala aspek kehidupan. Akhlak meliputi
hubungan hamba
dengan Tuhannya (vertikal) dalam bentuk ritual keagamaan dan berbentuk pergaulan
sesama
manusia (horizontal) dan juga sifat serta sikap yang terpantul terhadap semua
makhluk (alam
semesta).
Bagi seorang muslim, akhlak yang terbaik ialah seperti yang terdapat pada diri Nabi
Muhammad SAW karena sifat-sifat dan perangai yang terdapat pada dirinya adalah
sifat-sifat
yang terpuji dan merupakan uswatun hasanah (contoh teladan) terbaik bagi seluruh
kaum
Muslimin.
Allah Subhana Wa Taalah sendiri memuji akhlak Nabi Muhammad SAW di dalam AlQuran sebagaimana firman-Nya: Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benarbenar
berakhlak agung. (Al-Qalam:4)
Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk berakhlak baik seperti yang
terkandung dalam
hadis: Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik
akhlaknya.
B. DEFINISI AKHLAK
Dalam kamus besar bahasa indonesia , kata akhlak diartikan sebagai budi
pekerti atau kelakuan. Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa arab ( yang biasa
berartikan tabiat, perangai,kebiasaan, bahkan agama ) namun kata seperti itu tidak
ditemukan dalam Al Quran. Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut
yaitu khuluq yang tercantum dalam Al Quran dalam surat Al Qalam ayat 4, yang
dijadikan sebagai konsiderans pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai rasul.
Allah SWT
sebagaimana firman-Nya:
Kata akhlak banyak ditemukan di dalam hadis-hadis Nabi SAW, dan yang paling
populer ialah :
aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia
Ataupun
Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik
akhlaknya.
Bertitik tolak dari pengertian bahasa di atas , yakni akhlak sebagai kelakuan , kita
selanjutnya dapat berkata bahwa akhlak atau kelakuan manusia sangat beragam, dan
bahwa firman Allah berikut ini dapat menjadi salah satu argumen keanekaragaman
tersebut.
Keanekaragaman tersebut dapat ditinjau dari berbagai sudut antara lain nilai dan
kelakuan yang berkaitan dengan baik dan buruk , serta dari objeknya yakni kepada
siapa kelakuan itu ditujukan.
Maka kami telah memberi petunjuk (kepada)-nya (manusia) dua jalan yang
mendaki (baik dan buruk) (QS Al-Balad [90]:10)
C. AKHLAK TERCELA
Menurut bahasa akhlak merupakan tingkah laku, tabiat atau perangai. Sedangkan
akhlak menurut istilah merupakan suatu pengetahuan yang menjelaskan mengenai
perbuatan yang baik serta buruk, mengatur prilaku manusia, serta mampu
menentukan perbuatan akhir. Pada dasarnya akhlak sudah melekat pada diri seseorang
yang berasal dari prilaku serta perbuatan. Nah, jika perilaku yang ditunjukan buruk
maka otomatis akhlak tersebut bisa dikatakan akhlak buruk. Sedangkan jika yang
ditampilkan baik, maka otomatis akhlak tersebut baik.
Akhlak buruk atau tercela merupakan suatu sikap serta perbuatan yang dilakukan jauh
dari apa yang dilarang agama. Karena pada dasarnya agama mengajarkan kita untuk
selalu bersikap baik terutama menjaga perilaku serta perbuatan yang akan kita
lakukan. Dengan berlandaskan agama maka sifat tercela ini sebenarnya bisa dicegah
karena ancaman serta sangsi yang akan didapatkan dalam waktu cepat maupun
dikehidupan selanjutnya. Akhlak tercela ini merupakan cerminan bahwa seseorang
tersebut mempunyai prilaku yang kurang baik, hal tersebut bisa saja disebabkan
karena kita mulai jauh pada aturan aturan agama.
Syirik
Syirik adalah mempersekutukan allah SWT dengan makhluk-Nya, baik dalam
dimensi rububiyah, mulkiyah maupun ilahiyah, secara langsung atau tidak, secara
nyata atau terselubung.
Dalam dimensi rububiyah misalnya menyakini bahwa ada makhluk yang mampu
menolak segala kemudhratan dan meraih segala kemanfaatan, atau dapat memberikan
berkat, seperti menyakini kesaktian para Wali Allah, sehingga dia minta bantuan
kepada mereka untuk menolak petaka atau untuk meraih keuntungan apalagi bila
wali tersebut sudah meninggal dunia.
Bukan berarti Allah menutup pintu tobat bagi orang syirik, sebab Allah akan
mengampuni dosa apa pun kalau yang bersangkutan bertobat kepadanya-Nya:
Sesungguhnya syirik itu adalah sebuah kezaliman yang besar. (Luqman
31:)
II.
Syririk Kecil
Syirik kecil adalah : Semua perkataan dan perbuatan yang akan membawa
seseorang kepada kemusyrikan. (as-Saadi, tt.,30)
Syirik kecil termasuk dosa besar yang dikhawatirkan akan mengantarkan
pelakunya kepada syirik besar. Jika orang yang melakukan syirik kecil meninggal
sebelum bertobat, dan di akhirat ternyata Allah tidak berkenan mengampuninya maka
ia akan masuk neraka.
Di antara Amal perbuatan yang termasuk syirik kecil ini adalah:
a. Bersumpah dengan selain Allah:
.
Barangsiapa yang bersumpah dengan selain nama Allah dia telah kufur
atau syirik. (HR. tirmizi).
diri
kepada
tangkal
maka
Allah
tidak
akan
Sesungguhnya mantra, azimat dan guna-guna itu adalah perbuatan syirik.
(HR.Ibn Hibban).
d. Sihir
Barangsiapa yang membuat satu simpul kemudian dia meniupinya, maka ia
telat menyihir.Barangsiapa menyihir, sugguh ia telah berbuat syirik.(HR
Nasai)
h. Riya
Secara khusus Rasulullah SAW mengingatkan akan bahaya salah satu syirik
kecil yaitu riya:
Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti terjadi kepada kalian adalah
syirik kecil. Sahabat bertanya: apa syirik kecil itu ya Rasulullah?
Rasulullah menjawab riya.(HR Ahmad)
Riya pada hakikatnya adalah melakukan sesuatu karena ingin dilihat atau
dipuji orang lain. Apa bila seseorang melakukan sesuatu hanya karena ingin
dipuji orang lain, maka berarti ia telah melakukan syirik kecil. Inilah yang
paling ditakuti oleh Rasulullah SAW terjadi pada umatnya. Dalam sebuah
hadist
yang
panjang
riwayatkan
oleh
Muslim,
Rasulullah
SAW
menggambarkan bahwa diakhirat nanti ada beberapa orang dicap Allah SWT
sebagai pendusta; ada yang mengaku berjuang pada jalan Alah hingga mati
syahid, padahal ia berperang hanya ingin dikenal sebagai orang yang
pemberani; ada yang mengaku mempelajari ilmu pengetahuan, mengajarkan
dan membaca Al-Quran karena Allah, padahal dia hanya ingin dikenal
sebagai orang alim dan qori; ada yang mengaku mendermakan hartanya
untuk mencari ridha Allah, padahal dia hanya ingin disebut dermawan.
Amalam semua orang itu ditolak Allah dan mereka di masukan kedalam
neraka(ringkasan makna hadist riwayat Muslim dari Abu Hurairah).
pergaulan, sering menuduh orang tama (ingin diberi). Kemudian orang yang
kikir itu apabila hartanya telah berkumpul, ia merasa kaya dan tidak lagi
memerlukan bantuan orang lain yang juga lupa kepada pemberinya. Allah
berfirman dalam surat al-Lail ayat 8-10 yang artinya, Tetapi orang yang kikir
dan merasa dirinya serba cukup, dan mendustakan yang baik, akan kami
mudahkan baginya (jalan) kesukaran.
d. Al-Butan,
yaitu suka berdusta. Berdusta adalah mengada-adakan sesuatu baik dengan
ucapan, tulisan, maupun dengan isyarat, padahal sebenarnya tidak ada, mungkin
untuk kepentingan dirinya atau membela orang lain, atau sengaja untuk
menjatuhkan nama orang lain, apalagi lempar batu sembunyi tangan. Firman
Allah dalam surat al-Nisa ayat 112 yang artinya, Siapa yang mengerjakan
kesalahan atau dosa, kemudian dituduhkan kepada orang lain yang tidak
bersalah, sesungguhnya dia memikul kebohongan dan dosa yang jelas.
e. Khianat,
yaitu tidak menempati janji. Khianat ini lawan dari amanat, apabila amanat
dapat melapangkan rezeki, maka khianat akan dapat menimbulkan kefakiran.
Sifat khianat ini seringkali tidak nampak, sehingga kadang-kadang ada orang
yang membela orang yang khianat karena ia tidak mengetahuinya. Allah
berfirman dalam surat al-Nisa ayat 107 yang artinya, Dan janganlah engkau
membela orang-orang yang khianat kepada dirinya sendiri, sesungguhnya Tuhan
tidak menyukai orang-orang yang khianat dan berdosa.
f. Al-Jubn,
yaitu pengecut. Orang pengecut penuh dengan rasa takut, yang menyebabkan
dirinya menjadi hina, sebab sudah mundur sebelum dicoba, tidak berani berjalan
untuk mendapatkan kemenangan.Ia selalu iri terhadap keuntungan atau hasil
yang dicapai orang lain. Allah berfirman dalam surat al-Nisa ayat 72 dan 73 yang
artinya, Dan sesungguhnya di antara kamu ada orang yang lembek/pengecut
kalau kamu ditimpa bahaya (dalam perjuangan), dia berkata, sesungguhnya
Tuhan memberi karunia kepadaku karena aku tidak ikut beserta mereka. Dan
kamu memperoleh karunia dari Tuhan (atas perjuanganmu), mereka tentu
mengatakan, sebagai tidak ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan
mereka, supaya aku turut mendapat kemenangan yang besar.
g. Al-Gibah,
yaitu menggunjing atau mengumpat. Menggunjing adalah mengatakan
keadaan orang lain dibelakangnya dengan celaan kepada orang-orang yang ada
dimukanya, dengan tujuan untuk menjatuhkan nama orang tersebut atau tujuan
lain, meskipun memang sebenarnya keburukan itu ada pada orang yang
digunjingnya. Bila tidak ada, hal itu merupakan fitnah. Firman Allah dalam surat
al-Hujurat ayat 12 yang artinya, Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan berprasangka, karena sebagian kecurigaan itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang, dan janganlah mempergunjingkan orang satu
sama lain.
h. Al-Hasad,
yaitu dengki. Dengki atau hasud suatu perbuatan kerusakan terhadap orang
lain, kemungkinan timbul disebabkan nimat Tuhan yang dianugerahkan kepada
orang lain dengan keinginan agar nimat orang lain itu terhapus. Dengki juga
karena benci dan dendam atas kegagalan usaha dirinya, kemudian membuat caracara yang tidak diridlai Allah Swt. Allah berfirman dalam surat al-Falak ayat 1-5
yang artinya, Katakanlah. Aku berlindung kepada Tuhan subuh, terhadap
bahaya makhluk yang diciptakan-Nya, dan dari kegelapan ketika ia telah datang,
dan dari bahaya hembusan dalam ikatan, dan dari bahaya dengki ketika ia
mendengki.
i. Al-Ifsad,
yaitu berbuat kerusakan. Seringkali sifat perusak mendorong manusia dalam
usaha mencapai kepentingan pribadinya dengan tidak memperhatikan akibatnya,
misalnya merusak lingkungan baik sendiri-sendiri, maupun bersama-sama
dengan orang lain. Dalam surat Asyuara ayat 151-152 Allah berfirman yang
artinya, Dan janganlah kamu turuti perintah orang-orang yang melanggar batas.
Yaitu orang-orang yang membuat kerusakan (bencana) di muka bumi, dan tidak
mengadakan perbaikan.
j. Al-Israf,
yaitu berlebih-lebihan. Allah berfirman dalam surat al-Araf ayat 31 yang
artinya, Hai anak-anak Adam, pakailah perhiasanmu setiap waktu shalat dan
makan minumlah kamu, dan janganlah melampaui batas, sesungguhnya Tuhan
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
k. Al-Dzulmu,
yaitu berbuat aniaya. Dzalim atau aniaya adalah lawannya dari adil. Orang
yang aniaya baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain, akan
menimbulkan perbuatan fasik, karena ia tidak mampu menempatkan sesuatu
pada tempatnya, yang akhirnya dapat menimbulkan kehancuran. Allah Swt
berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 59 yang artinya, Tetapi orang-orang
yang aniaya mengubah perkataan dengan perkataan lain yang tidak dikatakan
kepadanya, lantas kami turunkan kepada orang-orang yang aniaya siksaan dari
langit, karena fasik.
l. Al-Fawahisyi,
yaitu dosa-dosa besar. Dosa yang paling besar adalah menyekutukan Tuhan,
orangnya dinamakan musyrik. Allah tidak akan memaafkan orang-orang
musyrik. Kemudian terhadap ibu dan bapak.Ridla Allah terletak dalam keridlaan
ibu dan bapak. Kemudian dosa membunuh, minuman keras, mencuri, berzina,
berjudi, memutuskan silaturahim, takabur, sumah dan ria, menjadi saksi palsu,
sumpah palsu, memfitnah, dan mengadu-adu, meninggalkan shalat, tidak
berpuasa
Ramadlan,
melaksanakannya.
tidak
zakat
dan
hajji,
padahal
ia
mampu
m. Al - Ghadlab (Pemarah)
Marah atau disebut juga sifat pemarah terjadi karena darah mendidih di
dalam hati untuk menuntut pembalasan. Pembalasan ini merupakan bentuk
kekuatan untuk memberikan kelezatan dan tidak akan reda kecuali dengan
pembalasan. Amarah merupakan bagian dari karakter yang selalu ada pada diri
manusia.Barang siapa marah dan selalu mengikuti kemarahannya hingga
mengikuti perbuatan yang jelek, maka hal tersebut merupakan kemarahan yang
tercela sesuai perbuatan yang dulakukannya.
Marah menunjukkan tingkat kelabilan jiwa seseorang karena ia tidak mampu
mengendalikan amarahnya. Ketika marah berkobar maka kesadaran nurani
terhalangi
yang
kemudian
mendatangkan
sakit
hati
yang
berat.
n. Al - Istikbar (sombong)
Sombong yaitu menganggap dirinya lebih dari yang lain sehingga ia berusaha
menutupi dan tidak mau mengakui kekurangan dirinya, selalu merasa lebih
besar, labih kaya, lebih pintar, lebih dihormati, lebih mulia, dan lebih beruntung
dari yang lain. Maka biasanya orang seperti itu memandang orang lain lebih
buruk , lebih rendah dan tidak mau mengakui kelebihan orang tersebut, sebab
tindakan itu menurutnya sama dengan merendahkan dan menghinakan dirinya
sendiri.
Al-Ghazali menyebutkan kesombongan itu banyak macamnya. Berdasarkan
terhadap apa kesombongan itu ditujukan, maka terdapat tiga macam,
yakni sombong terhadap Allah, sombong terhadap para Nabi dan sombong
terhadap orang lain.
o. Al- Namimah (mengadu domba)
Menyampaikan perkataan seseorang atau menceritakan keadaan seseorang
atau mengabarkan pekerjaan seseorang kepada orang lain dengan maksud
mengadu domba antara keduanya atau merusakkan hubungan baik antara
mereka.
Keadaan ini mengakibatkan timbulnya kejahatan antara orang dengan orang
atau memutuskan silaturrahmi anttara keluarga dan sahabat, menceraikan
hubungan orang dan sebenarnya hal ini berarti memperbanyak jumlah lawan.
dengan
memperkatakannya,
atau
dengan
meniru