Professional Documents
Culture Documents
Endang Ediningsih
Lab.Farmakologi Fk.UNS
2010
Analgesik
PATOLOGI NYERI
1.Nyeri adalah gejala peny/kerusakan yg paling
sering dijumpai,walaupun nyeri sering berfs
mengingatkan & melindungi membantu diagnosis; Ttp tdk mengenakkan,pasien merasa ter
-siksa & berusaha terbebas darinya.
Bbrp peny,mis:tumor ganas fase akhir meringankan rasa nyeri merupakan tindakan
yg berharga.
Seluruh kulit luar,mukosa jar & banyak organ dlm bagian tubuh peka thd nyeri;ttp
terdpt juga organ yg tdk mempunyai reseptor nyeri spt otak.
Nyeri
somatik
KULIT
Nyeri II
Nyeri
Dalaman
Nyeri
Viseral
Mis:
-Tusukan
Jarum
-cubitan
b
Gmb 1.Thews,Mutschler,Vaupel
Otot
Jar.ikat
Tulang
Sendi
PERUT
Mis:
Kejang otot
Sakit kepala
Mis:
Kolik kantung
Empedu,
Nyeri luka
lambung
3.Reseptor Nyeri(nosiseptor)
*rangsang nyeri diterima reseptor nyeri khusus yg mempunyai ujung sy.bebas krn ujung
sy. bebas dpt juga menerima rangsang sensasi lain mk kespesifikan fungsional berkaitan
dgn diferensiasi pd tahap molekul yg tak terdeteksi pengamatan cahaya & elektronoptik.
*Ada 2 jenis reseptor :
-Mekanoreseptor meneruskan nyeri permukaan melalui serabut A-delta bermyelin
-Termoreseptor meneruskan nyeri ke2melalui
serabut2 C yg tak bermyelin.
4.Zat Nyeri
*rangsangan yg cukup utk menimbulkan nyeri ialah
kerusakan jar/ggn metab jarjar bebaskan sel2 yg
rusakterbebas seny2 yg disbt zat nyeri/mediator
nyeri menduduki reseptor nyeri.
*Zat nyeri dgn potensi terkecil adalah ionH+jika pH
<6terjadi rasa nyeri yg meningkat pd kenaikan konsentrasi ionH+.
*Dmk juga ionKalium dgn kerja lemah yg keluar dr inrasel stl terjadi kerusakan jarjika diruang interstitium
konsentrasinya >20mmol/L rasa nyeri
*Bbrp neurotransmitter dpt bekerja sbg zatnyeri pd
kerusakan jar a.l: pd slide selanjutnya..
Noksius
Kerusakan jaringan
PEMBEBASAN
-H+(pH<6)
-K+(>20mmol/L)
-Asetilkolin
-Serotonin
-Histamin
PEMBENTUKAN
-Kinin(mis:Bradikinin)
-Prostaglandin
Sensibilisasi reseptor
NYERI PERTAMA
NYERI LAMA
Melalui interneuron pd neuron2 selanjutnya yg menyilang pd sisi yg lain menuju kearah pusat dlm tract.Spinothalamicus.Yg dibagi dlm:
1.Tractus paleospinothalamicus yg tua secara filogenetik ,yg
mengand terutama serabut C &
2.Tractus neospinothalamicus yg lbh muda secara filo- genetik,
yg mengand terutama serabut A-delta.
*Serabut2 yg berakhir di Formatio Reticularis menimbulkan terutama reaksi vegetatif(mis.tek.drh me ;berkeringat).
*Serabut2 yg ketempat lain yi ke Thalamus Opticus kmd
diteruskanMenuju ke gyrus post centralis (celah sentral blkg) tempat lokalisasi nyeri.
*Selain itu juga impuls diteruskan kesistem limbik,yg terutama terlibat pd penilaian emosional nyeri.
Oleh otak & otak kecil ber-sama2 dilakukan reaksi perlindungan & reaksi menghindar yg terkoordi
Nasi.
Secara klinis: sistem neospinothalamicus pd tingKat thalamus menekan aferen paleothalamicus
Apabila penghambatan ini gagal, mk dpt terjadi
keadaan nyeri yg terberat.
Utk lebih mudah lihat bagan disederhanakan ttg
Terjadinya nyeri;penghantaran impuls;lokasi dari
Rasa nyeri & inhibisi nyeri endogen(gmbr 3)
Rasa nyeri
Penilaian nyeri
lokalisasi nyeri
reaksi
Pertahanan
Terkoordinasi
korteks
Sistem Limbik
Thalamus
opticus
formatio
retikularis
Sumsum tlg
reseptor nyeri
Pembebasan zat mediator
rangsang nyeri
Otak kecil
reaksi
vegetatif
reaksi pertahanan
8.Reseptor Opioid
* Berdsrkan pengukuran ikatan dgn agonis & antagonis yg bekerja pd reseptor opioid, dibedakan sub-jenis reseptor yg disbt sbg reseptor (mu),(kappa) &
(delta).
* Fs & sebgn juga eksistensi berbagai reseptor belum
dipastikan dgn tanpa pertentangan.
* Reseptor diduga berfs utk analgesi yg ditimbulkan
oleh opioiddepresi pernafasan,euforia & ketergantungan.
* Perangsangan reseptor mungkin menimbulkan analgesi spinal,miosis & sedasi.
* Perangsangan reseptor menimbulkan disforia,halusinasi & stimulasi pusat vasomotorik
obat
Peptida opioid
Enkefalin
-endofin
Dinorfin
Agonis
Kodein
Morfin
Metadon
Meperidin
Fentanil
Agon Antagon
Buprenorfin
Pentazosin
Nalbufin
Antagonis
Nalokson
reseptor
(mu)
(delta)
Agonis
Agonis
Agonis lemah
Agonis
Agonis
Agonis lemah
Agonis
Agonis
Agonis
Agonis
Agonis lemah
Agonis lemah
Agon.parsial
Anta/Ago.parsial
Antagonis
Antagonis
(kappa)
Antagonis lemah
Agonis
Agonis
Antagonis
Antagonis
9.Penilaian nyeri
=Rangsang nyeri yg sama dinilai sangat berbeda oleh
masing2 individuseseorg sdh mengatakan nyeri sa
-ngat tak tertahankan, sedang orang yg lainnya hanya merasakan nyeri ringan saja.
=Disamping aktivitas sistem penghantar nyeri mungkin
yg berbeda,yg bertanggung jwb penilaian nyeri emosional,afektif yg berbeda.
=Shg penggunaan psikofarmaka mungkin berguna wa
-lau tak bekerja analgesik ttp mengubah pengalaman
nyeri(rasanya masih nyeri,ttp nyeri nya tdk begitu me
-nyiksa)disamping traquilizer utk indikasi ini bisa
dipakai juga neuroleptika & antidepresiva
otak
4 analgesik
kerja
Sentral
Anestetika
konduksi
Gmb.5
saraf
reseptor nyeri
2 Anestetika
permukaan
1Analgesik yg kerja perifer
Keterangan Gmb.5
1.Mencegah sensibilisasi reseptor nyeri dgn cara penghambatan sintesis prostaglandin dgn analgetika perifer
2.Mencegah pembtkan rangsang dlm reseptor nyeri dgn
memakai anestetika permukaan/anestetika infiltrasi
3.Menghambat penerusan rangsang dlm serabut sensorik dgn anestetika konduksi
4.Meringankan nyeri atau meniadakan nyeri melalui kerja sistem saraf pusat dgn analgesik yg bekerja pd pusat atau obat narkosis
5.Mempengaruhi pengalaman nyeri dgn psikofarmaka
(tranquilizier,neuroleptika,antidepresiva)
Analgesik Opioid
Yg termasuk gol.opioidAlkaloid opium, deri- vat semisintetik
alkaloid opium,seny.sintetik dgn sft farmakologik menyerupai
morfin.
Kerja pd Pusat(hipoanalgesia)
-menurunkan rasa nyeri dgn cara stimulasi reseptor opioid (kerja analgesik)
-ttp tak mempengaruhi indra lain pd dosis terapi
-mengurangi aktifitas kejiwaan (kerja sedasi)
-meniadakan rasa takut & rasa bersalah ( kerja
tranquilansia)
Lanj.Kerja pusat(Hipoanalgesia)
-menghambat pusat pernafasan & pusat batuk
(kerja depresi pernafasan & antitusiva)
-seringkali mula2 menyebabkan mual & muntah akibat
stimulasi pusat muntah (kerja emetika),selanjutnya
sebabkan inhibisi pusat muntah.(kerja antiemetika)
-menimbulkan miosis(kerja miotika)
-meningkatkan pembebasan ADH(kerja antidiuretika)
-pemakaian berulang kebanyakan menyebabkan terjadinya toleransi & sering juga ketergantungan
2.Antagonis Opioid:nalokson,nalorfin,pentazo
-sin & buprenorfin(Temgesic). Bila digunakan
sebagai analgetikum,obat2 ini dpt menduduki
salah satu reseptor.
3.Campuran:nalorfin,nalbufin(nubain).Zat2 ini
dgn kerja campuran juga mengikat pd reseptor
opioid,ttp tdk atau hanya sedikit mengaktivasi
daya kerjanya.Kurva dosis/efeknya memperlihatkan plafon,sesudah dosis ttt peningkatan dosis tdk memperbesar lagi efek analgesiknya.
praktis tdk menimbulkan depresi pernafasan.
Campuran
Agonis
Agonis
Agonis-antago
kuat
Lemah-sedang
nis
morfin
kodein
nalbufin
hidromorfon Oksikodon
Buprenorfin
oksimorfon Hidrkodon
metadon
propoksifen
Meperidin
fentanil
difenoksilat
antagonis
Nalorfin
Nalokson
Naltrekson
struktur
dasar
agonis
kuat
agonis lemah
Sampai
sedang
morfinan
levofanol
Butorfanol
benzomorfan
pentazosin
campuran
Agoniaantagonis
antagonis
Potensi Analgesik
Khasiat analgesik morfin oral 30-60mg dpt disamakan dgn dekstromoramida 5-10mg, metadon 20mg, dekstropropoksifen 100mg, tramadol
120mg,pentazosin 100/180mg &kodein 200mg.
Khasiat analgesik dr morfin s.c/i.m.10mg adalah lbh kurang ekivalen dgn fentanil 0,1mg, heroin 5mg, metadon 10mg, petidin 75/100mg,
pentazosin 30/60mg & tramadol 100mg.
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja
Khasiat analgesik opioid berdsrkan kemampu
annya utk menduduki sisa2 reseptor nyeri yg be
-lum ditempati peptida opioid endogen. ttp bila
analgesik tsb digunakan terus menerus, pembtk
-an reseptor2 baru distimulasi & produksi pep
-tida opioid endogen di ujung saraf otak dirintangi, akibatnya terjadilah kebiasaan & ketagihan
INDIKASI
Sal.Nafas:Terjadi bronkokonstrisi,pernafasan
menjadi >dangkal frekwensinya menurun.
Sal.Cerna:motilitas ber<(0bstipasi),kontraksi
sfingter kandung empedu(kolik batu empedu),
sekresi pancreas,usus & empedu ber<.
Efek2 tsb tadi membuat pasien yg sdh ketagihan sukar menghentikan penggunaan opioid
utk menghindari efek2 yg tak nyaman terpaksa melanjutkan penggunaannya.
Kontraindikasi
Interaksi
Pemberian bersama dgn obat yg menekan pusat,
Juga konsumsi alkohol memperbesar efek samping opioid.
Intoksikasi
Keracunan akut opioid ditandai koma yg dlm
dgn pernafasan dangkal sp tdk ada & pengecilan pupil maksimum=pin point pupil;Trias yg
khas:tdk sadar,depresi pernafasan & miosisdisertai sianosis,kulit dingin & hipotermia.
Kematian terjadi akibat kelumpuhan
pernafasan
Dosis lethal morfin pd org dws 0,1g utk pemakaian perenteral;0,3-1,5g utk pemakaian oral;
pd bayi mungkin 2-3 tts tingtur opium sdh dpt
menyebabkan kematian.
Terapi
Keracunan morfin spt halnya pd keracunan obat
tidur,dilakukan terutama dgn mengatasi
kekurangan oksigen.
Disamping pernaf.buatan tlh terbukti bhw penyu
ntikan secara i.v./i.m. dr antagonis opioid spt
nalokson,nalorfin atau levalorfan berhsl baik.
Terapi
Dosis:nalokson(0,4-0,8mg);nalorfin(5-10mg);levalorfan (0,1-1mg) bergantung parahnya kasus setiap 2-3
jam.
Pd pasien yg ketergantungan,dosis dikurangi & juga
selang dosis dipersingkat krn bahaya sindrom penghentian(withdrawal syndrome)
obat
Morfin
Kodein
Diamorfin
Hidromorfin
Oksikodon
Hidrokodon
Petidin
Metadon
Pentazosin
Nalokson
Nalorfin
penggunaan utama
analgesik
antitusiva
anagesik
analgesik
antitusiva
analgesik
analgesik
analgesik
antidotum
antidotum,analgesiklemah
dosis (mg)
10-60
30-50
2
10-20
5-10
25-50
2,5-10
30-60
0,4 i.v.
5i.m/s.c/i.v