Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI.............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................2
Latar belakang........................................................................................................................2
Rumusan Masalah..................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
1. Pengertian..........................................................................................................................4
2. Sejarah TQM......................................................................................................................4
3. Karakteristik TQM............................................................................................................4
4. Prinsip TQM......................................................................................................................5
5. Unsur-unsur TQM:.............................................................................................................6
6. Elemen Pendukung Dalam TQM......................................................................................8
7. Model TQM.......................................................................................................................9
8. Elemen Kunci TQM........................................................................................................10
9. Manfaat Program TQM....................................................................................................14
10. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan TQM.............................................14
BAB III Penutup......................................................................................................................17
Kesimpulan...........................................................................................................................17
Daftar Pustaka..........................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di Indonesia yang pendidikannya belum banyak menerapkan strategi TQM (Total
Qualty Managemant), kualitas pendidikannya jauh lebih rendah dibanding dengan
negara lain. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya sekolah-sekolah yang hampir rubuh
dan ditinggalkan oleh para muridnya.
Kita menyadari bahwa pendidikan yang berkualitas merupakan instrumen penting
bagi pembangunan negara. Dan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas
dibutuhkan sistem pendidikan yang berkualitas pula. Oleh karena itu, pemerintah
mengulurkan dana sebesar 20% dari APBN untuk pendidikan di Indonesia.
Dalam pembentukan system pendidikan yang berkualitas, selain perlunya uang yang
cukup diperlukan juga manajemen yang berkualitas pula.
Pengendalian mutu adalah suatu proses dimana kinerja aktual dinilai atau diukur, dan
dibandingkan dengan tujuan, serta perbedaan atau penyimpangan ditindak lanjuti
dengan menggunakan metoda statistik.
Peningkatan mutu proses pencapaian snatu tingkat kinerja atau mutu barn yang lebih
tinggi dari sebelunmya. Pencapaian tingkat mutu bam. adalah yang terbaik dari pads
tingkat mutu sebelumnya.
Jaminan Mutu (QA) adalah suatu proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
sistematis, obyektif dan terpadu untuk; Menetapkan masalah dan penyebabnya
berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan upaya penyelesaian masalah
dan melaksanakan sesuai kemampuan menilai pencapaian hasil dengan menggunakan
indikator yang ditetapkan, menetapkan dan menyusun tindak lanjut untuk
meningkatkan mutu pelayanan. Walaupun mutu tidak selalu dapat dijamin tetapi dapat
diukur. Jika bisa diukur, berarti bisa ditingkatkan dan dapat disempurnakan. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengidentifikasi indikator kunci mutu dalam pelayanan,
memonitor indikator tersebut dan mengukur mutu hasilnya. Salah satu faktor yang
perlu diperhatikan adalah mengidentifikasi proses proses kunci yang mengarah pada
hasil tersebut (outcome). Dengan berfokus pada upaya peningkatan proses, tingkat
mutu dari hasil yang dicapai akan meningkat. Jadi, upaya pendekatan yang dilakukan
diawali dari jaminan mutu (QA), mengarah pada peningkatan mutu yang proaktif
(QI). Bila ada yang berpikir mutu dibawah standar, jangan ikut terlibar, mentalitas
seperti itu seharusnya dirubah menjadi walaupun mutu dibawah standar, tapi masih
dapat ditingkatkan. Bila mutu diartikan seberapa baik suatu organisasi ditampilkan,
usaha untuk meningkatkan mutu akan dapat diperbaiki melalui peningkatan kinerja.
Dewasa ini, perkembangan pemikiran manajemen di sekolah dan perguruan tinggi
mengarah pada system manajemen yang disebut TQM (Total Quality Management)
atau Manajemen Mutu Terpadu. Tulisan ini mencoba memberi masukan konstruktif
bagi pengelola sekolah dan civitas akademika perguruan tinggi dalam menerapkan
TQM, yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pengelolaan jurusan
yang berdampak pada peningkatan kualitas lulusan yang memiliki daya saing
kompetitif dan komparatif
Dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara terbaik agar
dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan
kualitas terbaik. Untuk menghasilkan kualitas terbaik diperlukan upaya perbaikan
berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan lingkungan. Cara
terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponen tersebut secara
berkesinambungan adalah dengan menerapkan TQM.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian TQM (Total Quality Management)?
2. Bagaimana sejarah munculnya Total Quality Managemen (TQM)?
3. Karakteristik TQM?
4. Apa prinsip TQM secara umum?
5. Apa unsur - unsur TQM (Total Quality Management)?
6. Apa elemen pendukung TQM?
7. Bagaimana Model TQM?
8. Elemen kunci TQM?
9. Apa manfaat TQM?
10. Faktor kegagalan TQM?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
1. TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba
untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus
menerus atas produk, jasa, manusi, proses, dan lingkungannya (Tjiptono dan
Diana, 2001).
2. TQM adalah suatu prosedur dimana setiap orang bekerja keras sacara terus
menerus memperbaiki jalan menuju sukses (Slamet, 1995 dalam Margono
2010).
3. TQM merupakan usaha terintegrasi total untuk mendapatkan manfaat
kompetitif secara terus menerus memperbaiki budaya organisasional (Tobing
1990, dalam Andie, 2010).
4. TQM merupakan system manajemen yang mengangkat kualitas sebagai
strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan
seluruh anggota organisasi. (Santosa, 1992)
5. Pengertian TQM dapat dibedakan dalam 2 (dua) aspek. Aspek pertama
mnguraikan apa TQM itu dan aspek kedua membahas bagaimana
mencapainya.
6. Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan
usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus menerus atas jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.
2. Sejarah TQM
1. 1946 1950, periode perintisan dan penelitian. Dr.W.E.Deming
menyampaikan seminar 8 hari mengenai kualitas pada para ilmuwan, insinyur,
dan para eksekutif perusahaan Jepang.
2. 1951 1954, periode pengendalian mutu statistik (Statistical Quality Qontrol)
3. 1955 1960, periode pengendalian mutu sistematik. Diperkenalkan istilah
CWQC ( Company Wide Quality Control )
4. 1961sekarang, periode pemantapan dan pengembangan. Prof.DR.Kaoru
Ishikawa memperkenalkan Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle)
3. Karakteristik TQM
Total quality approach hanya dapat dicapai dengan memperhatikan karakteristik
TQM berikut ini :
(teamwork)
berkesinambungan
pelatihan
pemberdayaan karyawan
4. Prinsip TQM
Menurut Hensler dan Brunell (dalam scheuing dan Cristhoper, 1993) ada empat
prinsip utama dalam TQM, yaitu :
1. Kepuasan Pelanggan
Dalam TQM, konsep mengenai kaulitas dan pelanggan diperluas. Kualitas
tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi spesifikasi tertentu,
tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan.
2. Respek Terhadap Setiap Orang
Dalam perusahaan yang kualitasnya kelas dunia, setiap karyawan dipandang
sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas tersendiri yang unik.
Dengan demikian karyawan menjadi sumber daya yang organisasi yang paling
bernilai. Oleh karena itu setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan
baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim
pengambilan keputusan.
3. Manajemen Berdasarkan Fakta
Perusahaan kelas dunia berorientasi paa fakta. Maksudnya bahwa setiap
keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada perasaan
( feeling ). Ada dua konsep pokok berkaitan dengan hal ini. Pertama, prioritasi
yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek
pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada.
Oleh karena itu dengan menggunakan data maka manajemen dan tim dalam
organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang vital.
4. Perbaikan Berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses secara sistematis
dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku
disini adalah siklus PDCA ( plan-do-check-act ), yang terdiri dari langkah
langkah perencanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan
tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.
Ada beberapa tokoh yang mengemukakan prinsip-prinsip TQM. Salah satunya
adalah Bill Crash, 1995, mengatakan bahwa program TQM harus mempunyai
empat prinsip bila ingin sukses dalam penerapannya. Keempat prinsip tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Program TQM harus didasarkan pada kesadaran akan kualitas dan
berorientasi pada kualitas dalam semua kegiatannya sepanjang
program, termasuk dalam setiap proses dan produk.
2. Program TQM harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat dalam
memberlakukan karyawan, mengikutsertakannya, dan memberinya
inspirasi.
3. Progran TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang
memberikan wewenang disemua tingkat, terutama di garis depan,
sehingga antusiasme keterlibatan dan tujuan bersama menjadi
kenyataan.
4. Program TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua
prinsip, kebijaksanaan, dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan
celah organisasi.
Lebih lanjut Bill Creech (1996), menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam
sistem TQM harus dibangun atas dasar 5 pilar sistem yaitu; Produk, Proses,
Organisasi, Kepemimpinan, dan Komitmen.
5. Unsur-unsur TQM:
Komponen ini memiliki 10 unsur utama (Goetch dan Davis, 1994) yang
masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Fokus Pada Pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal
merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk
atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan
internal berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses,
dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
2. Obsesi terhadap Kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas
pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan
tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memulai atau melebihi apa
yang ditentukan tersebut. Hal ini berarti bahwa semua karywan pada
6
peningkatan
kepemimpinan,
kualitas
pendidikan,
pendidikan
dan
latihan,
secara
berkelanjutan,
dukungan
struktur,
melalui:
komunikasi,
2)
3)
2. Bricks
Setelah memiliki fondasi yang kuat, maka pilar penyangga akan lebih kuat lagi
dalam mencapai atap yang menjadi tujuan TQM, yaitu recognition. Bricks terdiri
atas hal-hal berikut:
1) TrainingDiklat sangat penting bagi karyawan untuk meningkatkan
produktivitasnya. Tugas diklat biasanya dibebankan pada supervisor atau
badan tersendiri dari Human Resources Departement. Pada dasarnya diklat
yang dibutuhkan karyawan di antaranya keahlian personal sesuai dengan
pekerjaan masing-masing, kemampuan untuk bekerja aktif dalam tim,
pemecahan masalah, pembuatan keputusan, ekonomi dan bisnis, dan keahlian
teknis lainnya sehingga akan mampu mendapatkan karyawan yang efektif.
2) TeamworkKekuatan tim akan lebih hebat dari individu. Dengan tim
permasalahan akan lebih cepat diselesaiakan dengan lebih banyak solusi yang
dapat saling mengisi. Tim juga akan mampu mingimprovisasi proses dan
pelaksanaan TQM. Ada tiga tipe tim yang disarankan dalam TQM, yaitu
sebagai berikut:
11
12
14
Manfaat lain dari implementasi TQM yang mungkin dapat dirasakan oleh institusi
di masa yang akan datang adalah:
1) Membuat institusi sebagai pemimpin (leader) dan bukan hanya sekedar
pengikut (follower)
2) Membantu terciptanya tim work
3) Membuat institusi lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan
4) Membuat institusi siap dan lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan
5) Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih mudah
10. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan TQM
TQM merupakan suatu pendekatan suatu pendekatan baru dan menyeluruh yang
membutuhkan perubahan total atas paradigama manajemen tradisional, komitmen
jangka panjang, kesatuan tujuan, dan pelatihan-pelatihan khusus.
Selain dikarenakan usaha pelaksanaan yang setengah hati dan harapan-harapan
yang tidak realitis, ada pula beberapa kesalahan yang secara umum dilakukan pada
saat organisasi memulai inisiatif perbaikan kualitas. Beberapa kesalahan yang
sering dilakukan antar lain :
1. Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior.
Inisiatif upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan sepatutnya simulai
dari pihak manajemen dimana mereka harus terlibat secara langsung dalam
pelaksanaannya. Bila tanggungjawab itu didelegasikan kepada pihak laik maka
peluang terjasinya kegagalan sangat besar.
2. Team mania
Untuk menunjang dan menumbuhkan kerja sama dalam tim, paling tidak ada
dua dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, baik penyelia maupun karyawan
harus memiliki pemahaman yang baik terhadap perannya masing-masing.
Kedua. Organisasi harus melakukan perubahan budaya supaya kerjasama tim
tersebut dapat berhasil. Apabila kedua hal tersebut tidak dilakukan sebelum
pembentukan tim, maka hanya akan timbul masalah, bukannya pemecahan
masalah.
3. Proses penyebarluasan
Ada organisasi yang mengembangkan inisiatif kualitas tanpa secara berbarengan
mengembangkan rencana untuk menyatukan kedalam seluruh elemen-elemen
organisasi. Seharusnya pengembangan inisiatif tersebut melibatkan para
manajer, serikat pekerja, pemasok, dan bidang produksi lainnya, karena usaha
itu meliputi pemikiran mengenai struktur, penghargaan, pengembangan
keterampilan, pendidikan dan kesadaran.
4. Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis
15
16
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Total Quality Management (TQM) atau yang biasa di sebut di Indonesia sebagai
Manajemen Mutu Total (MMT) ini sangat perlu diadopsi, diterapkan dan dikembangkan di
dunia pendidikan, lembaga pendidikan, khususnya lagi sekolah. Hal itu adalah sebuah
keniscayaan, karena seiring kemajuan IPTEK dan Sumber Daya Manusia (SDM), maka
karyawan akan semakin siap untuk diterapkannya konsep manajemen ini. Akan tetapi, TQM
ini bisa maksimal pada sekolah-sekolah yang memang sudah besar, dengan fasilitas yang
lengkap dan memadai. TQM bisa dilakukan juga di sekolah yang masih berkembang di
daerah-daerah pedesaan, dengan catatan perlu adanya usaha ekstra keras dari kepala sekolah
yang bersangkutan untuk menyatukan visi, mengadakan pemahaman tantang konsep mutu
dan memaksimalkan pendanaan untuk menggaji para karyawannya dengan cukup. Karena di
daerah-daerah pedesaan, orientasi masyarakatnya kebanyakan adalah memenuhi kebutuhan
hidup mereka masing-masing. Jika ini terkendala, maka proses TQM akan terkendala.
17
Konsep TQM ini tidak akan mencapai tujuannya apabila prinsip-prinsip dalam TQM
sendiri tidak dipegang dengan teguh. Karena TQM ini sangat berhubungan dengan integritas
dan loyalitas karyawan, maka dalam jiwa pemimpinnya sampai karyawan tingkat paling
bawah, haruslah tertanam akan pentingnya mutu dalam kualitas tugas mereka masingmasing. Jika ini sampai melenceng atau goyah, maka proses TQM akan berjalan terseok dan
tujuan TQM tidak akan pernah tercapai.
Pilar-pilar TQM yang antara lain adanya produk yang dihasilkan, proses yang
dilakukan dalam menghasilkan produk dan organisasi yang digerakkan oleh seorang
pemimpin, serta adanya komitmen di antara para pemimpin di dalam suatu organisasi. Nah,
semua komponen ini membentuk satu sistem TQM yang saling mempengaruhi dan
digerakkan oleh salah satu pilarnya, yaitu pemimpin. Artinya, pemimpin disini harus benarbenar piawai memainkan peranannya dalam menjalankan sistem ini untuk mencapai tujuan
program TQM yang telah dicanangkan.
Implemantasi TQM pada dunia pendidikan dan dunia bisnis memiliki perbedaan yang
esensial. Hal itu bisa dilihat dari produk dan tujuannya. Produk pada sekolah adalah lulusan
yang siap dengan ilmu pengetahuan plus prakteknya dan adanya sikap atau attitude yang baik
pada lulusannya. Indikator keberhasilannya adalah lulusan dapat diterima di perguruan tinggi
yang berkualitas, dapat diterima di dunia kerja dan bisa menjalani segala peran hidupnya
dengan sikap/karakter/akhlaq yang baik dimana pun dia berada. Sedangkan, jika perusahaan
bisnis adalah ada pada produk barang atau jasa yang berkualitas dan indikatornya adalah
adanya keuntungan yang sebesar-besarnya pada perusahaan. Akan tetapi, dalam langkah
implementasinya, keduanya memilki tahapan yang sama, tentunya dengan analogi-analogi
yang tepat.
Kegagalan dalam implentasi TQM bisa disimpulkan secara menyeluruh adalah
dikarenakan adanya inkonsistensi dari beberapa atau semua komponen mutu yang ada di
sekolah. Oleh karena itu, tidak boleh ada satupun komponen mutu atau tim TQM yang asal
kerja dan bahkan sembrono dalam melaksanakan tugasnya hingga melakukan kesalahan.
Kalaupun itu terjadi, sang pemimpin di sekolah harus segera mengadakan perbaikan dengan
secepatnya, agar proses mutu itu terus berlangsung dan berkembang sedikit demi sedikit
tanpa terhendi dengan adanya inkonsistensi tersebut.
18
Daftar Pustaka
[1] Lihat Deni Koswara dan Cepi Triatna, Manajemen Peningkatan Mutu Pndidikan,
sebagai penulis dalam Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan
Imdonesia, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabetha, 2008), hal. 288-289.
[2] Ibid, hal. 288.
[3] Ibid, hal. 299.
[4] Mujamil Qomar, Kesadaran Pendidikan; Sebuah Penentu Keberhasilan Pendidikan,
(Yogyakarta: Arruzz Media, 2012), Cet.1, hal. 48.
[5] Tim Gama Jakarta, Kamus Saku Ilmiah Populer, (Jakarta: Gama Press, 2010), Cet.1, hal.
278.
[6] Soewarso Hardjosoedarmo, Total Quality Manajemen, (Yogyakarta: Penerbit Andi,
2004), hal. 1.
[7] Veithrizal Rivai, Education Management; Analisis Teori dan Praktik, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada: 2009), hal. 479.
[8] E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Cet. 9, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), hal. 225.
[9] Ibid, hal. 483-484.
[10] Nana Saodih Sukmadinata, Ayi Novi Jamiat dan Ahman, Pengendalian Mutu
Pendidikan Sekolah Menengah; Konsep, Prinsip dan Instrumen, (Bandung: Refika
Aditama, 2006), Cet. 1, hal. 12-13.
[11] Ibid, hal 13-14.
[12] Bill Greech, Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu (TQM), terj. Alexander Sindoro,
(Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), hal. 6-7.
[13] M.N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001), hal. 150
19