You are on page 1of 19

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................2
Latar belakang........................................................................................................................2
Rumusan Masalah..................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
1. Pengertian..........................................................................................................................4
2. Sejarah TQM......................................................................................................................4
3. Karakteristik TQM............................................................................................................4
4. Prinsip TQM......................................................................................................................5
5. Unsur-unsur TQM:.............................................................................................................6
6. Elemen Pendukung Dalam TQM......................................................................................8
7. Model TQM.......................................................................................................................9
8. Elemen Kunci TQM........................................................................................................10
9. Manfaat Program TQM....................................................................................................14
10. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan TQM.............................................14
BAB III Penutup......................................................................................................................17
Kesimpulan...........................................................................................................................17
Daftar Pustaka..........................................................................................................................19

TQM (TOTAL QUALITY MANAGEMENT)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di Indonesia yang pendidikannya belum banyak menerapkan strategi TQM (Total
Qualty Managemant), kualitas pendidikannya jauh lebih rendah dibanding dengan
negara lain. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya sekolah-sekolah yang hampir rubuh
dan ditinggalkan oleh para muridnya.
Kita menyadari bahwa pendidikan yang berkualitas merupakan instrumen penting
bagi pembangunan negara. Dan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas
dibutuhkan sistem pendidikan yang berkualitas pula. Oleh karena itu, pemerintah
mengulurkan dana sebesar 20% dari APBN untuk pendidikan di Indonesia.
Dalam pembentukan system pendidikan yang berkualitas, selain perlunya uang yang
cukup diperlukan juga manajemen yang berkualitas pula.
Pengendalian mutu adalah suatu proses dimana kinerja aktual dinilai atau diukur, dan
dibandingkan dengan tujuan, serta perbedaan atau penyimpangan ditindak lanjuti
dengan menggunakan metoda statistik.
Peningkatan mutu proses pencapaian snatu tingkat kinerja atau mutu barn yang lebih
tinggi dari sebelunmya. Pencapaian tingkat mutu bam. adalah yang terbaik dari pads
tingkat mutu sebelumnya.
Jaminan Mutu (QA) adalah suatu proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
sistematis, obyektif dan terpadu untuk; Menetapkan masalah dan penyebabnya
berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan upaya penyelesaian masalah
dan melaksanakan sesuai kemampuan menilai pencapaian hasil dengan menggunakan
indikator yang ditetapkan, menetapkan dan menyusun tindak lanjut untuk
meningkatkan mutu pelayanan. Walaupun mutu tidak selalu dapat dijamin tetapi dapat
diukur. Jika bisa diukur, berarti bisa ditingkatkan dan dapat disempurnakan. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengidentifikasi indikator kunci mutu dalam pelayanan,
memonitor indikator tersebut dan mengukur mutu hasilnya. Salah satu faktor yang
perlu diperhatikan adalah mengidentifikasi proses proses kunci yang mengarah pada
hasil tersebut (outcome). Dengan berfokus pada upaya peningkatan proses, tingkat
mutu dari hasil yang dicapai akan meningkat. Jadi, upaya pendekatan yang dilakukan
diawali dari jaminan mutu (QA), mengarah pada peningkatan mutu yang proaktif
(QI). Bila ada yang berpikir mutu dibawah standar, jangan ikut terlibar, mentalitas
seperti itu seharusnya dirubah menjadi walaupun mutu dibawah standar, tapi masih

dapat ditingkatkan. Bila mutu diartikan seberapa baik suatu organisasi ditampilkan,
usaha untuk meningkatkan mutu akan dapat diperbaiki melalui peningkatan kinerja.
Dewasa ini, perkembangan pemikiran manajemen di sekolah dan perguruan tinggi
mengarah pada system manajemen yang disebut TQM (Total Quality Management)
atau Manajemen Mutu Terpadu. Tulisan ini mencoba memberi masukan konstruktif
bagi pengelola sekolah dan civitas akademika perguruan tinggi dalam menerapkan
TQM, yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pengelolaan jurusan
yang berdampak pada peningkatan kualitas lulusan yang memiliki daya saing
kompetitif dan komparatif
Dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara terbaik agar
dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan
kualitas terbaik. Untuk menghasilkan kualitas terbaik diperlukan upaya perbaikan
berkesinambungan terhadap kemampuan manusia, proses, dan lingkungan. Cara
terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan komponen-komponen tersebut secara
berkesinambungan adalah dengan menerapkan TQM.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian TQM (Total Quality Management)?
2. Bagaimana sejarah munculnya Total Quality Managemen (TQM)?
3. Karakteristik TQM?
4. Apa prinsip TQM secara umum?
5. Apa unsur - unsur TQM (Total Quality Management)?
6. Apa elemen pendukung TQM?
7. Bagaimana Model TQM?
8. Elemen kunci TQM?
9. Apa manfaat TQM?
10. Faktor kegagalan TQM?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian
1. TQM merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba
untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus
menerus atas produk, jasa, manusi, proses, dan lingkungannya (Tjiptono dan
Diana, 2001).
2. TQM adalah suatu prosedur dimana setiap orang bekerja keras sacara terus
menerus memperbaiki jalan menuju sukses (Slamet, 1995 dalam Margono
2010).
3. TQM merupakan usaha terintegrasi total untuk mendapatkan manfaat
kompetitif secara terus menerus memperbaiki budaya organisasional (Tobing
1990, dalam Andie, 2010).
4. TQM merupakan system manajemen yang mengangkat kualitas sebagai
strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan
seluruh anggota organisasi. (Santosa, 1992)
5. Pengertian TQM dapat dibedakan dalam 2 (dua) aspek. Aspek pertama
mnguraikan apa TQM itu dan aspek kedua membahas bagaimana
mencapainya.
6. Total Quality Management merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan
usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus menerus atas jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.
2. Sejarah TQM
1. 1946 1950, periode perintisan dan penelitian. Dr.W.E.Deming
menyampaikan seminar 8 hari mengenai kualitas pada para ilmuwan, insinyur,
dan para eksekutif perusahaan Jepang.
2. 1951 1954, periode pengendalian mutu statistik (Statistical Quality Qontrol)
3. 1955 1960, periode pengendalian mutu sistematik. Diperkenalkan istilah
CWQC ( Company Wide Quality Control )
4. 1961sekarang, periode pemantapan dan pengembangan. Prof.DR.Kaoru
Ishikawa memperkenalkan Gugus Kendali Mutu (Quality Control Circle)
3. Karakteristik TQM
Total quality approach hanya dapat dicapai dengan memperhatikan karakteristik
TQM berikut ini :

1. Fokus pada pelanggan, baik


pelanggan internal maupun pelanggan
eksternal
2. Memiliki obsesi yang tinggi
terhadap kualitas
3. Menggunakan pendekatan ilmiah
pemecahan masalah

dalam pengambilan keputusan dan

4. Memiliki komitmen jangka panjang


5. Membutuhkan kerja sama tim
6. Memperbaiki proses secara

(teamwork)
berkesinambungan

7. Menyelenggarakan pendidikan dan

pelatihan

8. Memiliki kesatuann tujuan


9. Adanya keterlibatan dan

pemberdayaan karyawan

4. Prinsip TQM
Menurut Hensler dan Brunell (dalam scheuing dan Cristhoper, 1993) ada empat
prinsip utama dalam TQM, yaitu :
1. Kepuasan Pelanggan
Dalam TQM, konsep mengenai kaulitas dan pelanggan diperluas. Kualitas
tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi spesifikasi tertentu,
tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan.
2. Respek Terhadap Setiap Orang
Dalam perusahaan yang kualitasnya kelas dunia, setiap karyawan dipandang
sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas tersendiri yang unik.
Dengan demikian karyawan menjadi sumber daya yang organisasi yang paling
bernilai. Oleh karena itu setiap orang dalam organisasi diperlakukan dengan
baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim
pengambilan keputusan.
3. Manajemen Berdasarkan Fakta
Perusahaan kelas dunia berorientasi paa fakta. Maksudnya bahwa setiap
keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada perasaan
( feeling ). Ada dua konsep pokok berkaitan dengan hal ini. Pertama, prioritasi
yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek
pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada.
Oleh karena itu dengan menggunakan data maka manajemen dan tim dalam
organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang vital.
4. Perbaikan Berkesinambungan

Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses secara sistematis
dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku
disini adalah siklus PDCA ( plan-do-check-act ), yang terdiri dari langkah
langkah perencanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan rencana, dan
tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.
Ada beberapa tokoh yang mengemukakan prinsip-prinsip TQM. Salah satunya
adalah Bill Crash, 1995, mengatakan bahwa program TQM harus mempunyai
empat prinsip bila ingin sukses dalam penerapannya. Keempat prinsip tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Program TQM harus didasarkan pada kesadaran akan kualitas dan
berorientasi pada kualitas dalam semua kegiatannya sepanjang
program, termasuk dalam setiap proses dan produk.
2. Program TQM harus mempunyai sifat kemanusiaan yang kuat dalam
memberlakukan karyawan, mengikutsertakannya, dan memberinya
inspirasi.
3. Progran TQM harus didasarkan pada pendekatan desentralisasi yang
memberikan wewenang disemua tingkat, terutama di garis depan,
sehingga antusiasme keterlibatan dan tujuan bersama menjadi
kenyataan.
4. Program TQM harus diterapkan secara menyeluruh sehingga semua
prinsip, kebijaksanaan, dan kebiasaan mencapai setiap sudut dan
celah organisasi.
Lebih lanjut Bill Creech (1996), menyatakan bahwa prinsip-prinsip dalam
sistem TQM harus dibangun atas dasar 5 pilar sistem yaitu; Produk, Proses,
Organisasi, Kepemimpinan, dan Komitmen.
5. Unsur-unsur TQM:
Komponen ini memiliki 10 unsur utama (Goetch dan Davis, 1994) yang
masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Fokus Pada Pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal
merupakan driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk
atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan
internal berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses,
dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.
2. Obsesi terhadap Kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas
pelanggan internal dan eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan
tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memulai atau melebihi apa
yang ditentukan tersebut. Hal ini berarti bahwa semua karywan pada
6

setiap level berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya


gberdasarkan perspektifbagaimana kita dapat melakukannya dengan
lebih baik? bila suatu organisasi terobsesi dengan kualitas,maka
berlaku prinsipgood enough is never good enough.
3. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat di perlukan dalam penerapan
TQM,terutama untuk mendesain pekerjaan dan dalam proses
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan
dengan pekerjaan yang didesain tesebut. Dengan demikian data di
perlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga
(benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
4. Komitmen Jangka Panjang
TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis.
Untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula. Oleh karena
itu komitmen jangka panjang sangat penting guna mengadakan
perubahan agar penerapan TQM dapat berjalan dengan sukses.
5. KerjaSama Tim (Teamwork)
Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional, seringkali
diciptakan persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi
tersebut agar daya saingannya terdongkrak . Akan tetapi persaingan
internal tersebut cenderung hanya menggunakan dan menghabiskan
energi yang seharusnya dipusatkan pada upaya perbaikan kualitas,
yang pada gilirannya untuk meningkatkan daya saing eksternal.
Sementara itu dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerjasama
tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina, baik antar karyawan
perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah,
dan masyarakat sekitarnya.
6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
Setiap produk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan prosesproses tertentu didalam suatu sistem atau lingkungan. Oleh karena itu
system yang ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar kualitas
yang dihasilkan dapat meningkat.
7. Pendidikan dan Pelatihan
Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup[ mata terhadap
pentingnya pendidikan dan pelatihan. Perusahaan-perusahaan seperti
itu hanya akan memberikan pelatihan-pelatihan yang sekedarnya
kepada karyawannya. Hal ini menyebabkan perusahaan tidak
berkembang dan sulit bersaing dengan perusahaan lainnya.

Sedangkan dalam perusahaan yang menerapkan TQM, pendidikan


dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Dalam hal ini
berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses yang tidak ada
akhirnya dan tidak mengenal batas usia.
8. Kebebasan yang Terkendali
Dalam TQM keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam
pengambilan keputusandan pemecahan masalah merupakan unsure
yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsure tersebut dapat
meningkatkan rasa memiliki dan tanggungjawab karyawan terhadap
keputusan yang telah dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat
memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang
diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak.
9. Kesatuan Tujuan.
Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik maka perusahaan harus
memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat
diarahkan pada tujuan yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan ini
tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan/kesepakatan antara
pihak manajemen dan karyawan mengenai upah dan kondisi kerja.
10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang
penting dalam penerapan TQM. Usaha untuk melibatkan karyawan
membawa 2 manfaat utama. Pertama, hal ini akan meningkatkan
kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang lebih
baik, atau perbaikan yang lebih efektif karena juga mencakup
pandangan dan pemikiran dari pihak-pihak yang langsung
berhubungan dengan situasi kerja. Kedua, keterlibatan karyawan juga
meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab atas keputusan
dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya.
Pemberdayaan bukan sekedar berarti melibatkan karyawan tetapi juga
melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguhsungguh berarti. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
menyusun pekerjaan yang memungkinkan pada karyawan untuk
mengambil keputusan mengenai perbaikan proses pekerjaanya dalam
parameter yang ditetapkan dengan jelas.
6. Elemen Pendukung Dalam TQM
Elemen-elemen pendukung TQM dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Kepemimpinan
Manajer senior harus mengarahkan upaya pencapaian tujuan dengan
memberikan, menggunakan alat dan bahan yang komunikatif, menggunakan
8

data dan menggali siapa-siapa yang berhasil menerapkan konsep manajemen


mutu terpadu. Ketika memutuskan untuk menggunakan MMT/TQM sebagai
kunci proses manajemen, peranan manajer senior sebagai penasihat, guru, dan
pimpinan tidak bisa diremehkan.Pimpinan Senior suatu organisasi harus
sepenuhnya menghayati implikasi manajemen di dalam suatu ekonomi
internasional di mana manajer yang paling berhasil, paling mampu, dan paling
hebat pendidikannya di dunia harus diperebutkan melalui persaingan yang
ketat. Kenyataan hidup yang berat ini akan menyadarkan manajer senior
mengakui bahwa mereka harus mengembangkan secara partisipatif, baik misi,
visi, maupun proses manajemen, yang dapat mereka gunakan untuk mencapai
keduanya. Pimpinan bisnis harus mengerti bahwa MMT adalah suatu proses
yang terdiri atas tiga prinsip dan elemen-elemen pendukung yang harus
mereka kelola agar mencapai perbaikan mutu yang berkesinambungan sebagai
kunci keunggulan bersaing.
2. Pendidikan dan Pelatihan
Mutu didasarkan pada keterampilan setiap karyawan yang pengertiannya
tentang apa yang dibutuhkan oleh pelanggan ini mencakup mendidik dan
melatih semua karyawan, memberikan informasi yang mereka butuhkan untuk
menjamin perbaikan mutu dan memecahkan persoalan. Pelatihan inti ini
memastikan bahwa suatu bahasa dan suatu set alat yang sama akan diperbaiki
di seluruh perusahaan. Pelatihan tambahan pada bench marking, statistik, dan
teknik lainnya juga digunakan dalam rangka mencapai kepuasan pelanggan
yang paripurna.
3. Struktur Pendukung
Manajer senior mungkin memerlukan dukungan untuk melakukan perubahan
yang dianggap perlu dalam melaksanakan strategi pencapaian mutu. Dukungan
semacam ini mungkin diperoleh dari luar melalui konsultan. Akan tetapi, lebih
baik kalau diperoleh dari dalam organisasi itu sendiri. Suatu staf pendukung
yang kecil dapat membantu tim manajemen senior untuk mengartikan konsep
mengenai mutu, membantu melalui network dengan manajer mutu di bagian
lain dalam organisasi, dan membantu sebagai narasumber mengenai topiktopik yang berhubungan dengan mutu bagi tim manajer senior.
4. Komunikasi
Komunikasi dalam suatu lingkungan mutu mungkin perlu ditempuh dengan
cara berbeda-beda agar dapat berkomunimasi kepada seluruh karyawan
mengenai suatu komitmen yang sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan
dalam usaha peningkatan mutu. Secara ideal manajer harus bertemu pribadi
dengan para karyawan untuk menyampaikan informasi, memberikan
pengarahan, dan menjawab pertanyaan dari setiap karyawan
7. Model TQM

Gambar 1 Model implementasi TQM dalam pendidikan


Model implementasi TQM tersebut dimulai dari tujuan utama TQM itu sendiri.
Tujuan utama dari TQM yaitu meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan
di segala komponen pendidikan secara berkelanjutan dan bertahap. Sedangkan
prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap lembaga pendidikan untuk mencapai
tujuan tersebut adalah dengan berfokus pada pelanggan pendidikan, peningkatan
kualitas melalui proses serta melibatkan seluruh tim yang ada secara menyeluruh.
Agar berhasil, implementasi TQM di bidang pendidikan harus juga didukung dengan
adanya

peningkatan

kepemimpinan,

kualitas

pendidikan,

pendidikan

dan

latihan,

secara

berkelanjutan,

dukungan

struktur,

melalui:

komunikasi,

penghargaan dan pengakuan, serta pengukuran.


Dengan demikian TQM dalam pendidikan berkaitan dengan adanya penciptaan
budaya kualitas dengan menempatkan pelanggan sebagai fokus utama melalui
pelibatan seluruh karyawan dan staf bidang pendidikan serta perbaikan secara terus
menerus, demi tercapainya organisasi pendidikan yang bermutu, yang mampu
bersaing dan tetap bertahan dalam era perkembangan zaman.
8. Elemen Kunci TQM
Model TQM di atas menunjukkan suatu philosophy bahwa mutu yang diinginkan
didapat dari kekuatan kepemimpinan, perencanaan, design, dan peningkatan
inisiatif. Kedelapan elemen kunci tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat
bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Foundation, termasuk di dalamnya ethics, integrity, and trust.
2. Building Bricks, termasuk di dalamnya training, teamwork, and leadership.
3. Binding Mortar, termasuk di dalamnya adalah communication.
10

4. Roof adalah recognition.


Adapun penjabaran serta pengertian dari ke empat elemen diatas adalah sebagai
berikut:
1. Foundation
TQM dibangun di atas suatu fondasi yang terdiri atas ethics, integrity, dan trust. Ini
akan menumbuhkan keterbukaan, keadilan, ketulusan dan memberikan peluang
bagi semua orang untuk ikut serta dalam proses pelaksanaannya.Ketiga elemen
kunci pada grup ini akan membuka potens TQM yang luar biasa. Ketiganya
berjalan beriringan, tetapi memberikan kontribusi yang berbeda dan saling
melengkapi dalam TQM. Adapun sebagai berikut :
1)

Ethics adalah suatu bentuk kedisiplinan akan menjalankan halhal yang


dianggap baik oleh perusahaan dan menghindarkan diri dari tindakan-tindakan
yang dianggap buruk. Ada dua jenis etika perusahaan, yaitu yang berkaitan
dengan etika bisnis dan etika personal, etika dari individual SDM terhadap
perusahaan dan sesama SDM.

2)

Integrity termasuk di dalamnuya adalah kejujuran, moralitas, nilai, keadilan,


dan ketulusan. Semuanya harus terwujud dalam hubungan antara komponen
perusahaan terhadap konsumen. Suatu perusahaan hendaknya mampu menilai
apa yang konsumen harapkan dan apa yang pantas diberikan kepada konsumen
berdasarkan nilai-nilai tersebut.

3)

Trust kepercayaan di antara karyawan dan pihak-pihak terkait dengan


perusahaan akan memudahkan proses pengambilan keputusan dan
pelaksanaan. Jadi, kepercayaan akan mendatangkan lingkungan yang
kooperatif terhadap TQM.

2. Bricks
Setelah memiliki fondasi yang kuat, maka pilar penyangga akan lebih kuat lagi
dalam mencapai atap yang menjadi tujuan TQM, yaitu recognition. Bricks terdiri
atas hal-hal berikut:
1) TrainingDiklat sangat penting bagi karyawan untuk meningkatkan
produktivitasnya. Tugas diklat biasanya dibebankan pada supervisor atau
badan tersendiri dari Human Resources Departement. Pada dasarnya diklat
yang dibutuhkan karyawan di antaranya keahlian personal sesuai dengan
pekerjaan masing-masing, kemampuan untuk bekerja aktif dalam tim,
pemecahan masalah, pembuatan keputusan, ekonomi dan bisnis, dan keahlian
teknis lainnya sehingga akan mampu mendapatkan karyawan yang efektif.
2) TeamworkKekuatan tim akan lebih hebat dari individu. Dengan tim
permasalahan akan lebih cepat diselesaiakan dengan lebih banyak solusi yang
dapat saling mengisi. Tim juga akan mampu mingimprovisasi proses dan
pelaksanaan TQM. Ada tiga tipe tim yang disarankan dalam TQM, yaitu
sebagai berikut:
11

3) Quality Improvement Teams or Excellence Teams (QITS) Ini adalah


bentukan tim yang sifatnya temporer yang bertugas untuk menyelesaikan
problem yang spesifik. Biasanya bentukan tim ini digunakan dalam kurun
waktu tiga sampai dengan dua belas bulan. Tim ini juga biasanya digunakan
lagi ketika permasalahan yang sama timbul pada periode waktu berikutnya.
4) Problem Solving Teams (PSTs) Tim ini juga bersifat temporer dengan tugas
menyelesaikan permasalahan yang juga spesifik dan mengidentifikasi serta
menangani penyebab permasalahan dengan kurun waktu satu minggu sampai
dengan tiga bulan. Dengan tingkat permasalahan yang lebih rendah daripada
permasalahan yang dihadapi QITS.
5) Natural Work Teams (NWTs) Bentukan tim ini terdiri atas sekelompok kecil
SDM ahli di bidangnya dengan tiap-tiap anggota tim memikul tugas dan
tanggug jawab sendiri-sendiri yang dibagi berdasarkan kapabilitasnya.
Konsep yang terdapat di dalam tim yang melibatkan karyawan, kesanggupan
me-manage tim secara professional, dan kesatuan di antara anggota tim yang
berupa lingkaran berkualitas. Tim ini berkesinambungan tanpa ada batas
waktu dengan jam kerja kurang lebih satu sampai dengan dua jam setiap
minggunya.
6) Leadership Bisa dikatakan sebagai kunci utama dalam TQM. Sosok
kepemimpinan dalam TQM hendaknya yang memiliki visi ke depan dan
mampu menginspirasi anggotanya. Pemimpin di sini juga berarti mampu
membuat arah strategi yang dapat dipahami oleh semua komponen yang ada
dengan nilai-nilai yang mewakili seluruh kepentingan. Sosok kepemimpinan
ini biasanya dipegang oleh seorang manajer. Dalam TQM juga dibutuhkan
supervisor yang berkomitmen untuk memimpin karyawan. Seorang supervisor
harus paham betul. TQM dengan seperangkat nilai dan philosophy yang
terkandung di dalamnya dan mampu mengkomunikasikannya ke seluruh
elemen yang berada di bawahnya. Intinya keseluruhan TQM harus dipahami,
dipegang, dan dipimpin oleh perangkat top management yang harusmemiliki
komitmen tinggi terhadap hal tersebut. Nilai obyektivitas harus dijunjung
tinggi karena top management bertindak dari planer sampai measurement.
3. Binding Mortar
Binding Mortar merupakan elemen kunci yang melingkupi keseluruhan model
dari TQM. Communication Komunikasi adalah suatu jembatan yang
menentukan keberhasilan TQM. Komunikasi yang tidak tepat dan tidak tertuju ke
sasaran akan mengakibatkan rubuhnya model TQM. Kesatuan dari keseluruhan
elemen kunci ini disatukan dengan suatu komunikasi yang tepat, yang tepat
sasaran dan tepat ide. Komunikasi yang baik dalam TQM diperlukan antara
seluruh elemen organisasi, supplier, dan konsumen. Dalam kondisi apa pun
seorang supervisor harus peka terhadap aliran informasi yang ada di sekitarnya
yang kemudian disampaikan ke manajemen untuk diolah sedemikian rupa
menjadi suatu keputusan terhadap suatu kondisi berupa informasi untuk
kemudian disampaikan ke pihak-pihak yang terkait. Ada beberapa macam
komunikasi, yaitu sebagai berikut:

12

1) Downward communication Aliran komunikasi dari atas ke bawah.


Komunikasi ini tergolong dominan dalam organisasi. Dari top manajemen
yang menyampaikan informasi ke supervisor, selanjutnya dari supervisor ke
karyawan adalah contoh dari komunikasi ini.
2) Upward communication Dapat berupa kritikan karyawan terhadap
manajemen atau hasil mata-mata karyawan dan pengetahuan lainnya dari
karyawan yang disampaikan ke atas, demi kesempurnaan TQM.
3) Sideways communication Komunikasi ini sangat penting karena memecah
dinding pembatas antara satu departemen dengan departemen lainnya. Tanpa
komunikasi ini TQM akan terpecah dari satu departemen dengan yang lainnya.

4. Roof atau Recognition


Recognition adalah elemen terakhir dari TQM. Seharusnya elemen ini mampu
memberikan sugesti dan achivement bagi tim dan karyawan individual. Dengan
seseorang memperoleh suatu pengakuan, akredibilitas, maka secara otomatis akan
terjadi perubahan yang luar biasa dalam kepercayaan diri, self esteem,
produktivitas, dan kualitas kerja yang sesuai dengan mutu yang diharapkan
perusahaan. Secara tidak langsung hal inilah yang pada akhirnya akan
memberikan kepuasan kepada konsumen berupa produk dengan mutu yang tinggi
sebagai hasil dari pemberdayaan SDM yang berkualitas.
Pengakuan atau kredibilitas dapat terjadi dengan cara, terjadi pada tempat serta
terjadi pada waktu, antara lain sebagai berikut:
1) CaraBerupa sertifikat penghargaan, trofi, plakat, dan sebagainya.
2) TempatPenampilan yang baik dapat dilihat dari kondisi kerja departemen,
panitia, tim, dan top manajemen. Pengakuan di sini terjadi di kalangan
departemen, top manajemen, ataupun di kalangan karyawan
3) WaktuPengakuan dapat diberikan pada waktu tertentu, seperti rapat staf,
penghargaan yang sifatnya rutin, dan sebagainya.
Dua macam pendekatan Model TQM adalah sebagai berikut:
1) Traditional Management Approach (Model Pendekatan Tradisional) Model ini
adalah model yang paling sering digunakan, yaitu pimpinan perusahaan
membuat suatu pendekatan TQM dengan memaksakan penerapan TQM yang
akan diberlakukan ke HRD dan OM. Hal ini berarti bahwa pimpinan tidak
berdampingan dengan HRD dan OM dalam merancang TQM itu sendiri.
Akibatnya adalah pendekatan ini dapat mengalami kegagalan sebanyak 80%.
Hal itu terjadi karena yang terkesan dari TQM dengan pendekatan ini adalah
Rat Race atau perburuan hadiah yang akan menimbulkan cara-cara tidak sehat
atau Run end atau kinerja yang mendadak berhenti ketika seorang karyawan
merasa tidak mampu ataupun sudah puas.
13

2) Integrated Management Approach (Model Pendekatan Terpadu) TQM adalah


perpaduan dan penyeimbangan antara budaya kerja yang telah ada di OM dan
HRD dengan budaya yang akan diciptakan oleh TQM sehingga tercipta suatu
garis tengah yang menjembatani semua kebutuhan dan kebudayaan HRD dan
OM dengan alur dari TQM dengan tujuan yang dibawa oleh TQM. Dengan
demikian, di antara ketiganya akan tercipta suatu integritas, kesepahaman,
tanpa adanya rasa saling dirugikan dan mereka akan berkinerja lebih baik
tanpa perlu merasakan aura kompetisi yang tidak sehat seperti Rat Race dan
Runs end. Tingkat keberhasilan sangat tinggi mengingat akan disesuaikan
antara tingkat keberhasilan yang diinginkan perusahaan dengan kemampuan
dan kemauan para pelaksana.

9. Manfaat Program TQM


TQM sangat bermanfaat baik bagi pelanggan, institusi, maupun bagi staf
organisasi.
1. Manfaat TQM bagi pelanggan adalah:
1) Sedikit atau bahkan tidak memiliki masalah dengan produk atau pelayanan.
2) Kepedulian terhadap pelanggan lebih baik atau pelanggan lebih diperhatikan.
3) Kepuasan pelanggan terjamin.
2. Manfaat TQM bagi institusi adalah:
1) Terdapat perubahan kualitas produk dan pelayanan
2) Staf lebih termotivasi
3) Produktifitas meningkat
4) Biaya turun
5) Produk cacat berkurang
6) Permasalahan dapat diselesaikan dengan cepat.
3. Manfaat TQM bagi staf Organisasi adalah:
1) Pemberdayaan
2) Lebih terlatih dan berkemampuan
3) Lebih dihargai dan diakui

14

Manfaat lain dari implementasi TQM yang mungkin dapat dirasakan oleh institusi
di masa yang akan datang adalah:
1) Membuat institusi sebagai pemimpin (leader) dan bukan hanya sekedar
pengikut (follower)
2) Membantu terciptanya tim work
3) Membuat institusi lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan
4) Membuat institusi siap dan lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan
5) Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih mudah
10. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegagalan TQM
TQM merupakan suatu pendekatan suatu pendekatan baru dan menyeluruh yang
membutuhkan perubahan total atas paradigama manajemen tradisional, komitmen
jangka panjang, kesatuan tujuan, dan pelatihan-pelatihan khusus.
Selain dikarenakan usaha pelaksanaan yang setengah hati dan harapan-harapan
yang tidak realitis, ada pula beberapa kesalahan yang secara umum dilakukan pada
saat organisasi memulai inisiatif perbaikan kualitas. Beberapa kesalahan yang
sering dilakukan antar lain :
1. Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari manajemen senior.
Inisiatif upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan sepatutnya simulai
dari pihak manajemen dimana mereka harus terlibat secara langsung dalam
pelaksanaannya. Bila tanggungjawab itu didelegasikan kepada pihak laik maka
peluang terjasinya kegagalan sangat besar.
2. Team mania
Untuk menunjang dan menumbuhkan kerja sama dalam tim, paling tidak ada
dua dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, baik penyelia maupun karyawan
harus memiliki pemahaman yang baik terhadap perannya masing-masing.
Kedua. Organisasi harus melakukan perubahan budaya supaya kerjasama tim
tersebut dapat berhasil. Apabila kedua hal tersebut tidak dilakukan sebelum
pembentukan tim, maka hanya akan timbul masalah, bukannya pemecahan
masalah.
3. Proses penyebarluasan
Ada organisasi yang mengembangkan inisiatif kualitas tanpa secara berbarengan
mengembangkan rencana untuk menyatukan kedalam seluruh elemen-elemen
organisasi. Seharusnya pengembangan inisiatif tersebut melibatkan para
manajer, serikat pekerja, pemasok, dan bidang produksi lainnya, karena usaha
itu meliputi pemikiran mengenai struktur, penghargaan, pengembangan
keterampilan, pendidikan dan kesadaran.
4. Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis

15

Ada pula organisasi yang hanya menggunakan pendekatan Deming, pendekatan


Juran, atau Pendekatan Crosby dan hanya menerapkan prinsip-prinsip yang
ditentukan disitu. Padahal tidak ada satupun pendekatan yang disarankan oleh
ketiga pakar tersebut maupun pakar-pakar kualitas lainnya yang merupakan satu
pendekatan yang cocok untuk segala situasi.
5. Harapan yang terlalu berlebihan dan tidak realistis
Bila hanya mengirimkan karyawan untuk mengikuti suatu pelatihan selama
beberapa hari, bukan berarti telah membentuk waktu untuk mendidik,
mengilhami dan membuat karyawan sadar akan pentingnya kualitas. Selain itu
dibutuhkan waktu yang sangat lama pula untuk mengimplementasikan
perubahan-perubahan proses baru, bahkan seringkali perubahan proses baru,
bahkan seringkali perubahan tersebut memakan waktu yang sangat lama untuk
sampai terasa pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas dan daya saing
perusahaan.
6. Emprowerment yang bersifat premature
Banyak perusahaan yang kurang memahami makna dari pemberian
emprowerment kepada karyawan. Mereka mengira bahwa bila karyawan telah
dilatih dan diberi wewenang baru dalam mengambil suatu tindakan, maka para
karyawan tersebut akan dapat menjadi self-directed dan meberikan hasil-hasil
positif. Seringkali dalam praktik, karyawan tidak tahu apa yang harus dikerjakan
setelah suatu pekerjaan diselesaikan. Oleh karena itu sebenarnya mereka
membutuhkan sasaran dan tujuan yang jelas sehingga tidak salah dalam
melakukan sesuatu.

16

BAB III
Penutup

Kesimpulan
Total Quality Management (TQM) atau yang biasa di sebut di Indonesia sebagai
Manajemen Mutu Total (MMT) ini sangat perlu diadopsi, diterapkan dan dikembangkan di
dunia pendidikan, lembaga pendidikan, khususnya lagi sekolah. Hal itu adalah sebuah
keniscayaan, karena seiring kemajuan IPTEK dan Sumber Daya Manusia (SDM), maka
karyawan akan semakin siap untuk diterapkannya konsep manajemen ini. Akan tetapi, TQM
ini bisa maksimal pada sekolah-sekolah yang memang sudah besar, dengan fasilitas yang
lengkap dan memadai. TQM bisa dilakukan juga di sekolah yang masih berkembang di
daerah-daerah pedesaan, dengan catatan perlu adanya usaha ekstra keras dari kepala sekolah
yang bersangkutan untuk menyatukan visi, mengadakan pemahaman tantang konsep mutu
dan memaksimalkan pendanaan untuk menggaji para karyawannya dengan cukup. Karena di
daerah-daerah pedesaan, orientasi masyarakatnya kebanyakan adalah memenuhi kebutuhan
hidup mereka masing-masing. Jika ini terkendala, maka proses TQM akan terkendala.

17

Konsep TQM ini tidak akan mencapai tujuannya apabila prinsip-prinsip dalam TQM
sendiri tidak dipegang dengan teguh. Karena TQM ini sangat berhubungan dengan integritas
dan loyalitas karyawan, maka dalam jiwa pemimpinnya sampai karyawan tingkat paling
bawah, haruslah tertanam akan pentingnya mutu dalam kualitas tugas mereka masingmasing. Jika ini sampai melenceng atau goyah, maka proses TQM akan berjalan terseok dan
tujuan TQM tidak akan pernah tercapai.
Pilar-pilar TQM yang antara lain adanya produk yang dihasilkan, proses yang
dilakukan dalam menghasilkan produk dan organisasi yang digerakkan oleh seorang
pemimpin, serta adanya komitmen di antara para pemimpin di dalam suatu organisasi. Nah,
semua komponen ini membentuk satu sistem TQM yang saling mempengaruhi dan
digerakkan oleh salah satu pilarnya, yaitu pemimpin. Artinya, pemimpin disini harus benarbenar piawai memainkan peranannya dalam menjalankan sistem ini untuk mencapai tujuan
program TQM yang telah dicanangkan.
Implemantasi TQM pada dunia pendidikan dan dunia bisnis memiliki perbedaan yang
esensial. Hal itu bisa dilihat dari produk dan tujuannya. Produk pada sekolah adalah lulusan
yang siap dengan ilmu pengetahuan plus prakteknya dan adanya sikap atau attitude yang baik
pada lulusannya. Indikator keberhasilannya adalah lulusan dapat diterima di perguruan tinggi
yang berkualitas, dapat diterima di dunia kerja dan bisa menjalani segala peran hidupnya
dengan sikap/karakter/akhlaq yang baik dimana pun dia berada. Sedangkan, jika perusahaan
bisnis adalah ada pada produk barang atau jasa yang berkualitas dan indikatornya adalah
adanya keuntungan yang sebesar-besarnya pada perusahaan. Akan tetapi, dalam langkah
implementasinya, keduanya memilki tahapan yang sama, tentunya dengan analogi-analogi
yang tepat.
Kegagalan dalam implentasi TQM bisa disimpulkan secara menyeluruh adalah
dikarenakan adanya inkonsistensi dari beberapa atau semua komponen mutu yang ada di
sekolah. Oleh karena itu, tidak boleh ada satupun komponen mutu atau tim TQM yang asal
kerja dan bahkan sembrono dalam melaksanakan tugasnya hingga melakukan kesalahan.
Kalaupun itu terjadi, sang pemimpin di sekolah harus segera mengadakan perbaikan dengan
secepatnya, agar proses mutu itu terus berlangsung dan berkembang sedikit demi sedikit
tanpa terhendi dengan adanya inkonsistensi tersebut.

18

Daftar Pustaka
[1] Lihat Deni Koswara dan Cepi Triatna, Manajemen Peningkatan Mutu Pndidikan,
sebagai penulis dalam Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan
Imdonesia, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabetha, 2008), hal. 288-289.
[2] Ibid, hal. 288.
[3] Ibid, hal. 299.
[4] Mujamil Qomar, Kesadaran Pendidikan; Sebuah Penentu Keberhasilan Pendidikan,
(Yogyakarta: Arruzz Media, 2012), Cet.1, hal. 48.
[5] Tim Gama Jakarta, Kamus Saku Ilmiah Populer, (Jakarta: Gama Press, 2010), Cet.1, hal.
278.
[6] Soewarso Hardjosoedarmo, Total Quality Manajemen, (Yogyakarta: Penerbit Andi,
2004), hal. 1.
[7] Veithrizal Rivai, Education Management; Analisis Teori dan Praktik, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada: 2009), hal. 479.
[8] E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Cet. 9, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), hal. 225.
[9] Ibid, hal. 483-484.
[10] Nana Saodih Sukmadinata, Ayi Novi Jamiat dan Ahman, Pengendalian Mutu
Pendidikan Sekolah Menengah; Konsep, Prinsip dan Instrumen, (Bandung: Refika
Aditama, 2006), Cet. 1, hal. 12-13.
[11] Ibid, hal 13-14.
[12] Bill Greech, Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu (TQM), terj. Alexander Sindoro,
(Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), hal. 6-7.
[13] M.N. Nasution, Manajemen Mutu Terpadu, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2001), hal. 150

19

You might also like