Professional Documents
Culture Documents
Hertanto (1977 - 1998), Hafidin Royan (1976 - 1998), dan Hendriawan Sie
(1975-1998). Mereka tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di
tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada.
Nusantara pada pukul 12.30. Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari
Polri dan militer datang kemudian. Beberapa mahasiswa mencoba bernegosiasi
dengan pihak Polri. Namun, terjadi beberapa kepanikan dan negosiasi antara
polri dan mahasiswa.
Suasana mulai memanas pada pukul; 17.00 19.30 WIB, pada saat
dan kesaksian berbagai pihak. KPP HAM menemukan berbagai kekerasan yang
pada dasarnya melanggar hak asasi manusia seperti pembunuhan, penganiayaan
penghilangan paksa, perkosaan, perampasan kemerdekaa dan kebebasan fisik
yang dilakukan secara sistematis serta meluas yang dilakukan oleh pelaku
tertenu dengan sasaran masyarakat tertentu. Masyarakat tersebut secara khusus
adalah mahasiswa maupun masyarakat yang berdemontrasi terhadap kekuasaan
politik untuk menuntut perubahan.
Hal-hal diatas ini merupakan suatu pelanggaran berat terhadap hak asasi
pasal 28A tersebut jelas diterangkan bahwa pasal tersebut menjamin hak
seseorang untuk hidup. Tetapi, dalam kasus Tragedi Trisakti 1998, para anggota
polisi dan militer/TNI yang terlibat dalam kasus itu telah merenggut hak hidup
mahasiswa Universitas Trisakti dengan cara menginjak, memukuli, dan
menembak mahasiswa secara brutal.
Disisi lain, para terdakwa yang melakukan atau yang menerima perintah dapat
ditindak pidana kumulatif pembunuhan yang dilakukan bersama-sama
sebagaimana yang telah diatur Pasal 338 KUHP jo Pasal 55 Ayat 1 ke 1 KUHP
serta penganiayaan bersama-sama sebagaimana diatur Pasal 351 KUHP Ayat 1
ke 1 jo Pasal 55 Ayat 1 ke 1 KUHP. Sehingga pasal ini bisa dituntut terhadap
terdakwa.
Rekomendasi
Bedasarkan kronologis peristiwa dan temuan-temuan penyidikan kami
mengajukan rekomendasi-rekomendasi sebagai berikut:
1. Mendesak KOMNAS HAM untuk mendesak pemerintah agar para
terdakwa peristiwa ini diproses oleh kejaksaan sesuai dengan hasil
penyelidikan yang dilakukan yang faktanya peristiwa ini melibatkan
petinggi TNI dan POLRI.
2. Mendesak pemerintah dan DPR untuk segera meratifikasi instrumentinstrumen hukum internasional hak asasi manusia yang penting bagi
pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia, termasuk dan tidak
terbatas pada konvenan internasional hak-hak sipil dan politik berikut
protocol tambahannya mengenai individual complaints.