You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

Skabies adalah penyakit kulit dengan prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia.
Penyakit ini mudah menular dan banyak faktor yang membantu penyebarannya ke
sesame manusia. Di beberapa Negara berkembang, prevalensinya dilaporkan berkisar
antara 6 27 % dari populasi umum dengan insiden tertinggi pada anak usia sekolah.
Skabies yang juga dikenal dengan nama The itch, gudik, budukan, gatal agogo
ini sangat mudah menular. Penularan scabies bisa terjadi baik secara langsung
maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya ibu yang menggendong anaknya
yang menderita skabies atau penderita yang bergandengan tangan dengan temantemannya. Secara tidak langsung misalnya melalui tempat tidur, handuk, pakaian dan
lain-lain. Masa inkubasinya sangat bervariasi.
Predileksi dari skabies ialah biasanya pada axilla, areola mammae, sekitar
umbilikus, genital, bokong, pergelangan tangan bagian volair, sela-sela jari tangan,
siku flexor, telapak tangan dan telapak kaki.2,3
Skabies yang terjadi pada anak balita biasanya terdapat pada leher, kepala,
telapak tangan dan telapak kaki sehingga sering dikelirukan dengan gambaran
eksema atopik. Karena sifatnya yang sangat menular, maka skabies ini populer
dikalangan masyarakat padat. Distribusi epidemiologisnya kosmopolitan terutama
pada penduduk dengan keadaan sosial ekonomi rendah.2
Pada populasi yang memiliki imunitas yang rendah atau pada usia tua akan
lebih mudah terjadi bentuk yang labih berat dari skabies yang disebut Norwegian
skabies atau skabies berkrusta yang lebih menular dan susah untuk diobati. 3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi skabies


Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi Sarcoptes scabei
var, hominis dan produknya yang nantinya akan menimbulkan reaksi sensitivitas.
Penyakit skabies ini sangat mudah sekali menular dan sangat gatal terutama pada
malam hari. Penyakit ini terjadi secara global dengan faktor predisposisi yang
mempengaruhi yakni kepadatan penduduk dan hygiene yang kurang baik.1,4
2.2 Sinonim skabies
The itch, gudik, budukan, gatal agogo.
2.3 Etiopatogenesis skabies
Sarcoptes scabei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarima, super famili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei
var.hominis. Selain itu terdapat Sarcoptes scabei yang lain, misalnya pada kambing
dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya
cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor dan
tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350
mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron.
Tungau yang dewasa bisa terlihat dengan mata telanjang, namun akan lebih terlihat
jelas dengan menggunakan lensa.5 Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2
pasang kaki didepan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina
berakhir pada rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir
dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup

beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang
sudah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3
milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai jumlah 40 atau 50.1,5 Bentuk betina yanag dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan mempunyai larva
yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi
dapat juga keluar.Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2
bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasan kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari
telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.1

Sarcoptes Scabiei var. hominis. 6


Setelah sekitar 1 minggu, telur menetas, dan anak Sarcoptes akan tumbuh
menjadi dewasa. Sarcoptes dewasa ini akan keluar dari lorong-lorong untuk mencari
pasangannya (hal ini biasanya terjadi pada malam hari). Oleh karena itu penderita
skabies akan merasakan gatal-gatal pada malam hari.

Siklus hidup skabies

Siklus tersebut akan terulang lagi. Lorong-lorong yang lama akan menyembuh,
sedangkan ditempat yang lain akan terbentuk lorong-lorong baru. Bekas loronglorong tersebut akan meninggalkan kelainan gambaran sebagai berikut :
1. Hiperpigmentasi
2. Tidak berskuama

Kelainan kulit pada skabies. 6


2.4 Gambaran klinis skabies
Gejala akan muncul sekitar empat sampai enam minggu pada seseorang yang
belum pernah terinnfestasi skabies sebelumnya. Sedangkan pada seseorang yang
sudah pernah terinfestasi biasanya gejala muncul dalam beberapa hari.3
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga
pada penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabakan oleh sensitisasi
terhadap sekreta dan eksreta tungau seperti feses, skin moult, dan saliva yang tersebar
di terowongan sampai jaringan sekitar terowongan pada manusia. Infestasi awal pada
manusia bisa saja tidak teridentifikasi selama beberapa bulan sebelum perkembangan
sensitisasi dan respon imun. 2,8 Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat

timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.2 Adapun empat tanda kardinal
gejala penyakit skabies yakni :
1.

Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas,
sehingga larva aktif akan keluar dari sarangnya. Khas untuk skabies adalah
rasa gatal yang amat sangat terutama pada malam hari.1,7,8

2.

Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah


keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi,
yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi
tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa
(carrier).

3.

Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna


putih atau keabu-aban. Berbentuk garus lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1
cm, pada ujung terowongan itu didapatkan papul atau vesikel. Jika timbul
infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi, dan lainlain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum
korneum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian
volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita),
umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada
bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.1,3,4

4.

Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan


satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut1,7


Efflourosensinya berupa papula atau vesikel dimana puncaknya terdapat
gambaran yang sebenarnya merupakan lorong-lorong rumah sarcoptes yang biasanya
disebut dengan istilah burrows atau kunikulus. Kunikulus ini pada pemeriksaan fisik
kadang tidak terlihat (tidak ditemukan) karena sudah hilang akibat garukan kronis.
Jika terjadi infeksi sekunder, kunikilus ini dapat menjadi pustula.

Tempat-tempat predileksi skabies


Apabila skabies mengenai gland penis seperti gambar diatas, maka akan
terbentuk papula-papula eritematus yang jelas. Papula ini mirip dengan papula pada
sifilis, hanya bedanya bahwa papula pada skabies tersebut terasa gatal sekali. Jika
skabies ini terjadi pada skrotum seperti gambar diatas pula, maka gambarannya akan
semakin jelas lagi. Hal ini dikarenakan stratum korneum scrotum lebik tipis.
Sehingga papula akan semakin jelas terlihat. Didaerah lain, stratum korneumnya
biasanya lebih tebal, sehingga papulanya akan lebih tidak terlihat.

Pada gambar diatas tampak kelainan yang ditimbulkan oleh skabies pada daerah
axilla (sekitar ketiak), glutea (sekitar bokong), dan pada genetalia (penis dan
scrotum).6

2.5 Penyebaran skabies


Penularan skabies dapat terjadi secara :
1.

Kontak langsung dengan penderitanya. Tungau dapat di transfer dari satu


manusia ke manusia lainnya. Penyebaran sangat mudah ditularkan melalui
kontak seksual dan mudah ditularkan pada orang yang tinggal satu rumah
atau institusi. Selain itu skabies juga sangat mudah menular di tempat yang
ramai seperti penjara dan rumah sakit. 5,12

2.

Secara tidak langsung, misalnya melalui pakaian, handuk, alat-alat tidur, dan
lain-lain.

3.

Sarcoptes Scabei sendiri senang berpindah-pindah tempat.


Sebagai catatan, sewaktu terjadi penularan pada orang lain, orang yang

ditulari tersebut tidak merasa gatal-gatal. Apabila seseorang pernah terkena skabies,
maka pada penularan yang kedua telah terjadi sensitisasi gejalanya akan berubah
menjadi :
1. Nodul
2. Besar
3. Teraba keras
4. Khas pada daerah longgar atau lunak.
Gejala ini sering dikelirukan dengan urtika. 9
2.6 Diagnosis skabies
Dengan adanya keluhan gatal terutama pada malam hari, kelainan kulit pada
tempat predileksi, dan adanya penyakit serupa pada angota keluarga yang serumah,
sudah dapat diduga bahwa penyakit tersebut adalah skabies. Terlebih-lebih jika
ditemukannya terowongan dan tugau. Diagnosis sudah dapat ditegakkan dari
anamnesa dan pemeriksaan fisik jika ditemukan minimal dua dari empat tanda
cardinal seperti di atas.1
Adapun cara menemukan tungau :
1.

Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat


papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas

sebuah kaca obyek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat
dengan mikroskop cahaya.1,5
2.

Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar


kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.

3.

Dengan membuat biopsy irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari


kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan
mikroskop cahaya.

4.

Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E.1

5.

BIT (Burrow Ink Test) bisa juga menjadi indikasi terdapatnya scabies.
Area yang dicurigai dioleskan atau digoreskan tinta kemudian
hapuskan dengan alcohol. Pada penderita scabies maka akan terdapat
garis zig-zag pada persilangan terhadap terowongan.12

2.7 Diagnosis banding skabies


Adanya pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the great
imitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal.
Sebagai diagnosis banding ialah : prurigo dan pedikulosis korporis.

Pedinculosis Corporis :

dengan gejala klinis gatal setempat oleh karena liur & eksreta pedinculous.
Efflourisensi yang didapatkan biasanya makula warna tembaga, likenifikasi dan
kadang-kadang disertai infeksi sekunder, (impetigo & furunculosis) serta biasanya
terjadi pembesaran KGB. Untuk diagnosis: kita berusaha untuk menemukan kutu &
telur (serat kapas pakaian).1

Prurigo :

Penyakit kulit kronik dari sejak bayi atau anak yang terdiri atas papul-papul miliar
berbentuk kubah, sangat gatal, lebih mudah diraba daripada dilihat terutama di daerah
ekstrimitas bagian ekstensor meluas ke bokong, perut, muka dan terjadi simetris.
KGB regional biasanya mengalami pembesaran.1

2.8 Penatalaksanaan Skabies


Syarat obat yang ideal adalah :
1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau.
2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik.
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian.
4. Mudah diperoleh dan harganya murah.
Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita
yang hiposensitisasi). Pengobatan ditujukan untuk membunuh tungau scabies dan
mengkontrol dermatitis, yang akan bertahan untuk beberapa bulan setelah pemberantasan
tungau.14

Pengobatan topikal :
1.

Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk


salep atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur,
maka penggunaanya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang
lain ialah berbau dan mengotori pakaian dan kadang-kadang menimbulkan
iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun.

2.

Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan


setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi
iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.

3.

Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan = gammexane) kadarnya 1%


dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua
stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak
dianjurkan pada anak dibawah enam tahun dan wanita hamil, karena toksis
terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika
masih ada gejala diulangi seminggu kemudian.

4.

Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal ; harus dijauhkan dari
mata, mulut, dan uretra.

5.

Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, aman digunakan dalam terapi


manajemen scabies kurang toksik jika dibandingkan gameksan, efektifitasnya

sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 8-10 jam serta dianjurkan
pemakaian pada malam hari. Bila belum sembuh diulangi selama seminggu.
Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan. Obat pilihan yang
disarankan untuk terapi Scabies adalah Scabimite cream dengan bahan aktif nya
permethrin 5% dan Scabimite ada dalam lemasan 10 gram dan 30 gram.
Permethrin bekerja dengan cara mengganggu polarisasi dinding sel saraf parasit
yaitu melalui ikatan dengan Natrium. Hal ini memperlambat repolarisasi dinding
sel dan akhirnya terjadi paralise parasit. Permethrin dimetabolisir dengan cepat di
kulit, hasil metabolisme yang bersifat tidak aktif akan segera diekskresi melalui
urine. Permethrin juga diabsorbsi setelah pengaplikasian secara topikal, tetapi kulit
juga

merupakan

sebuah

tempat

metabolisme

dan

konjugasi

metabolit.

Pengaplikasian 5% permethrin cream biasanya cukup untuk mebuat hilang


ektoparasit dan pengurangan dari simptom (biasanya pruritus). Pengaplikasian
berulang dibutuhkan untuk mengobati penyakit scabies diantara komunitas orang.
Hipersensitif terhadap Permethrin, Pirethroid sintetis atau Pirethrin. 14

Pengobatan Oral :
Dosis tunggal invermectin telah dilaporkan mampu menurunkan jumlah
skabies dan dosis berikutnya diminum setelah dua minggu terbebas dari penyakit.
Pada penelitian tidak ditemukan perbedaan yang signifikan pada penggunaan sulfur
topikal dengan invermectin oral. Namun pada invermectin pasien akan lebih tinggi
kepatuhan pemakaian obatnya. Adapun efek samping obat ini antara lain: nyeri perut
ringan, muntah, mual, dan nyeri otot atau nyeri sendi. Obat ini aman digunakan untuk
anak usia diatas lima tahun.13
Pada orang-orang immunocompetent, pengobatan menggunakan ivermectin pada
dosis 200 mcg/kg efektif pada sekitar 75% kasus dengan dosis tunggal dan 95% dari kasus
dengan dua kali dosis setiap 2 minggu sekali. Pada immunosuppressed host dan mereka
dengan crusted (hyperkeratotic) scabies, kelipatan dosis dari ivermectin ( setiap 2 minggu
untuk 2-3 dosis) ditambah terapi topikal dengan permethrin sekali setiap minggu bisa efektif
ketika pengobatan secara topikal dan oral terapi gagal dilakukan. 14

10

Bila disertai infeksi sekunder dapat seperti pyoderma, maka harus diobati dengan
sistemik antibiotik. Untuk rasa gatal dapat diberikan antihistamin per oral. Papula gatal
yang berkepanjangan bisa diobat dengan kortikosteroid berkekuatan sedang-tinggi atau
dengan intralesional triamcolone acetonide (2,5-5 mg/mL). 1,14

Cara pemberantasan penyakit akabies adalah :


1. Penyuluhan tentang penyakit skabies.
2. Pendidikan kesehatan pada masyarakat.
3. Peningkatan kebersihan
4. Pengobatan masal untuk penduduk.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1.

Pasien sebaiknya mandi yang bersih.5,7

2.

Kebanyakan gagalnya pengobatan skabies berhubungan dengan salah


pengunaan obat atau pengobatan yang tidak tuntas. Maka dari itu perlu
untuk menerangkan kepada pasien tentang penggunaan lotion atau cream
topikal. Lotion dipakai dari leher atau dari belakang telinga sampai ke
seluruh tubuh dan konsentrasikan pada daerah-daerah yang terdapat lesi,
namun pastikan daerah axial, pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan
area pubis juga dioleskan. Cream atau lotion harus segera dibersihkan
setelah delapan sampai dua belas jam pemakaian. Jika terdapat keraguan
dalam penggunaan, bisa dipakai beberapa hari kemudian.5,7,4,14

3.

Pakaian dan peralatan lainnya yang terkontaminasi harus segera di


bersihkan dengan air panas atau dry cleaned. Hal yang dapat dilakukan
adalah mencuci benda-benda yang kontak langsung dengan penderita pada
suhu di atas 50 C dan gunakan pakaian atau peralatan yang sudah tidak
terkontaminasi setelah melakukan pengobatan. Selimut dan baju harus
dicuci atau dibersihkan atau disingkirkan selama 14 hari dalam kantong
plastik.4,10,12,14

4.

Menerangkan kepada pasien agar menghentikan penggunaan obat atau


membilas obat dengan bersih apabila terjadi iritasi kulit atau reaksi
hipersensitivitas pada saat pemakaian.4

11

5.

Menyarankan kepada anggota keluarga, pasangan seksual serta semua


orang yang pernah kontak dengan pasien yang mengeluhkan gatal atau
tidak untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan skabies harus
dilakukan secara menyeluruh pada semua penderita dalam satu lingkungan
dalam satu waktu. 4,5,7,10,14

6.

Papula-papula yang tersisa bisa bertahan dalam beberapa minggu. Steroid


topikal bisa digunakan untuk menghilangkan gatalnya.5,7

7.

Infeksi sekunder pada tempat garukan juga perlu diobati.5,7

2.9 Komplikasi dan prognosis skabies


Skabies merupakan masalah yang serius dan menjadi persisten pada kelompok
orang dengan sistem imun yang rendah seperti pada penderita HIV atau kronik
leukemia dan pada pasien yang menderita sakit berat yang dirawat di rumah sakit
sehingga bisa menampakkan bentuk yang lebih serius dari skabies yakni skabies
norwegia (skabies berkrusta). Bentuk skabies ini ditandai dengan dermatitis berkrusta
pada tangan dan kaki, dan skuama yang generalisata. Bentuk ini sangat menular,
tetapi rasa gatalnya sangat sedikit serta susah untuk diobati. Tungau dapat ditemukan
dalam jumlah yang sangat besar. Selain diatas, penyakit ini terdapat pada penderita
dengan retardasi mental, kelemahan fisis, dan psikosis. 1,11 Garukan yang hebat pada
rasa gatal bisa menyebabkan infeksi sekunder seperti impetigo dan pada beberapa
kasus dapat berkembang menjadi anemia berat.8
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hygiene yang buruk),
maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik.

12

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1

Identitas Pasien
Nama

: FIW

No. CM

: 046007

Umur

: 16 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Jl. Gunung Agung gang Indus no 3 B, Denpasar

Pekerjaan

: Pelajar

Pendidikan

: Tamat SLTP

Suku/Bangsa

: Bali

Agama

: Hindu

Status Perkawinan

: Belum Menikah

Tanggal pemeriksaan : 19 Maret 2012


3.2

Anamnesis
Keluhan utama
Pasien datang ke poliklinik kesehatan kulit dan kelamin dengan
keluhan gatal-gatal dan timbul bentol bentol kemerahan di sela-sela jari
tangan kanan dan pergelangan tangan kiri bagian volar.
Perjalanan Penyakit
Keluhan gatal-gatal dan timbul bentol bentol kemerahan pada sela-sela
jari tangan kanan dan pergelangan tangan kiri bagian volar, dirasakan sejak
satu minggu yang lalu, awalnya dirasakan di sela-sela jari tangan kanan antara
jari telunjuk dan jari tengah kemudian meluas sampai ke seluruh sela jari
tangan kanan dan pergelangan tangan kiri bagian volar. Keluhan gatalnya
dirasakan terutama pada malam hari dan sangat mengganggu tidur pasien,

13

pasien sering menggaruk tangannya karena sangat gatal. Saat ini pasien
tinggal bersama orang tuanya dan satu adiknya. Riwayat keluarga di rumah
mengalami keluhan yang sama dibenarkan pasien, adik pasien yang tidur
sekamar dengan pasien menderita hal yang sama, namun tidak sampai separah
pasien. Teman sekelas pasien juga dikatakan memiliki keluhan yang sama.
Riwayat pengobatan
Pasien belum pernah berobat apa apa untuk keluhannya saat ini.
Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap makanan, obat,
maupun bahan-bahan alergen lainnya.
Riwayat penyakit terdahulu :
Riwayat menderita penyakit kronis dan penyakit sistemik disangkal
oleh pasien. Riwayat bersin pagi hari, kemerahan pada pipi dan asma juga
disangkal pasien.
Riwayat penyakit dalam keluarga :
Adik pasien menderita penyakit serupa.
Riwayat Sosial :
Pasien sehari hari merupakan pelajar SMA dan teman sekelasnya ada
juga yang mengeluhkan keluhan yang sama.
3.3

Pemeriksaan Fisik
Status present
Nadi

: 80 x / menit reguler isi cukup

RR

: 20 x / menit reguler

14

Status general
Kesadaran

: Kompos mentis

Keadaan umum

: Baik

Status Dermatologis
1. Lokasi :

Sela antara jari tengan dan jari telunjuk tangan kanan

Effloresensi : - Papul eritema, berbatas tegas, berbentuk bulat, jumlah


multipel dengan ukuran terkecil 1 mm 1,5 mm dan
terbesar 2 mm 3 mm, tersebar secara discrete
-

Erosi diatas kulit yang eritema, jumlah multipel


dengan ukuran terkecil 1 mm 2 mm dan terbesar
3mm 4 mm, sebagian besar ditutupi krusta
berwarna kuning kecoklatan dan tersebar discrete

2. Lokasi : Jari keemapt tangan kanan bagian punggung


Effloresensi : - Pustula berbatas tegas, berbentuk bulat, jumlah soliter
dengan ukuran 1mm 2mm, diatas kulit yang eritema
3. Lokasi : Pergelangan tangan kiri bagian volar
Effloresensi : - erosi diatas kulit yang eritema, jumlah multiple dengan
ukuran terkecil 2 mm 2,5 mm dan terbesar 2mm
4mm, ditutupi krusta berwarna merah kekuningan dan
tersebar secara discrete.

15

Gambar Effloresensi :

3.4

3.5

Diagnosis Banding

Skabies

Prurigo

Pedikulosis Korporis

Diagnosis Kerja
Skabies

3.6

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi pengobatan topikal dan
sistemik. Pasien ini diberikan dua macam pengobatan tersebut.
Pengobatan topikal :
1.Scabimite cream 30 gram dioleskan satu kali sehari pada seluruh tubuh dan
dibiarkan hingga 12 jam.
2. Inerson cream 15 gram dioleskan pada daerah yang gatal 2 kali sehari
3. Clorampenicol 2 % cream dua kali sehari pada daerah lesi
Pengobatan sistemik :
Antihistamin tablet (Interhistin) dua kali 50 mg.

16

3.7

Prognosis
Dubius ad bonam

17

BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien seorang laki laki berumur 16 tahun, datang dengan keluhan gatal-gatal dan
timbul bentol bentol kemerahan pada pada sela-sela jari tangan kanan dan
pergelangan tangan kiri bagian volar. Keluhan dirasakan sejak satu minggu yang lalu,
awalnya dirasakan dari sela-sela jari tangan kanan antara telunjuk dan jari tengah
kemudian meluas sampai ke pergelangan tangan kiri bagian volar. Keluhan gatalnya
dirasakan terutama pada malam hari dan sangat mengganggu tidur pasien, sehingga
pasien sering menggaruknya. Saat ini pasien tinggal bersama orang tuanya dan satu
adiknya. Adik pasien memiliki keluhan yang sama dengan pasien, teman sekelas
disekolah pasien yang mengalami keluhan yang sama. Dari pemeriksaan fisik
diperoleh status general dalam batas normal. Status dermatologis, Lokasi pada Sela
antara jari tengan dan jari telunjuk tangan kanan dengan effloresensi berupa Papul
eritema, berbatas tegas, berbentuk bulat, jumlah multipel dengan ukuran terkecil 1
mm 1,5 mm dan terbesar 2 mm 3 mm, tersebar secara discrete. Juga ditemukan
Erosi diatas kulit yang eritema, jumlah multipel dengan ukuran terkecil 1 mm 2 mm
dan terbesar 3mm 4 mm, sebagian besar ditutupi krusta berwarna kuning kecoklatan
dan tersebar discrete. Lokasi pada Jari keemapt tangan kanan bagian punggung
dengan effloresensi berupa Pustula berbatas tegas, berbentuk bulat, jumlah soliter
dengan ukuran 1mm 2mm, diatas kulit yang eritema. Lokasi pada pergelangan
tangan kiri bagian volar dengan effloresensi erosi diatas kulit yang eritema, jumlah
multiple dengan ukuran terkecil 2 mm 2,5 mm dan terbesar 2mm 4mm, ditutupi
krusta berwarna merah kekuningan dan tersebar secara discrete.
Diagnosis banding dari kasus ini adalah skabies, pedinkulosis korporis, dan prurigo.
Dan diagnosis kerjanya adalah skabies.
4.1 Penegakan Diagnosis

18

Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabei var. hominis dan produknya. Penyakit ini sangat mudah
sekali menular dan sangat gatal terutama pada malam hari. Faktor yang
mempengaruhi ialah hygiene yang kurang baik. Predileksi dari skabies yang paling
sering biasanya pada axilla, areola mammae, sekitar umbulikus, genital, bokong,
pergelangan tangan bagian volar, sela-sela jari tangan, siku flexor, dan telapak tangan
dan telapak kaki.
Dasar penegakan diagnosis skabies pada pasien dalam kasus ini adalah
sebagai berikut :
1. Dari anamnesis, keluhan utama pasien adalah timbul bentol bentol lemerahan
pada sela-sela jari tangan kanan dan pergelangan tangan kiri bagian volar.
Keluhan dirasakan sejak satu minggu yang lalu. Keluhan gatalnya dirasakan
terutama pada malam hari dan sangat mengganggu tidur pasien. Saat ini
pasien tinggal bersama orang tuanya dan satu adiknya dan riwayat adik pasien
memiliki keluhan yang sama dan dikatakan ada teman sekelas pasien yang
mempunyai keluhan yang sama. Dari hal tersebut pasien telah memenuhi dua
dari empat tanda cardinal yang diharapkan ada pada seseorang dengan scabies
yakni terjadi gatal pada malam hari dan terdapat orang sekitar pasien yang
mengalami hal yang sama.
2. Dari pemeriksaan fisik, diperoleh status present dan status general dalam batas
normal. Status dermatologis Lokasi pada Sela antara jari tengan dan jari
telunjuk tangan kanan dengan effloresensi berupa Papul eritema, berbatas
tegas, berbentuk bulat, jumlah multipel dengan ukuran terkecil 1 mm 1,5
mm dan terbesar 2 mm 3 mm, tersebar secara discrete. Juga ditemukan Erosi
diatas kulit yang eritema, jumlah multipel dengan ukuran terkecil 1 mm 2
mm dan terbesar 3mm 4 mm, sebagian besar ditutupi krusta berwarna
kuning kecoklatan dan tersebar discrete. Lokasi pada Jari keemapt tangan
kanan bagian punggung dengan effloresensi berupa Pustula berbatas tegas,
berbentuk bulat, jumlah soliter dengan ukuran 1mm 2mm, diatas kulit yang
eritema. Lokasi pada pergelangan tangan kiri bagian volar dengan effloresensi

19

erosi diatas kulit yang eritema, jumlah multiple dengan ukuran terkecil 2 mm
2,5 mm dan terbesar 2mm 4mm, ditutupi krusta berwarna merah
kekuningan dan tersebar secara discrete. Lesi yang tampak pada pasien ini
sesuai dengan yang dipaparkan pada tinjauan pustaka yang menyebutkan
bahwa kelainan kulit dapat menyerupai dermatitis dengan ditemukannya
papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Efflorosensinya berupa papula atau
vesikel dimana puncaknya terdapat gambaran yang sebenarnya merupakan
lorong-lorong rumah sarcoptes yang biasanya disebut dengan istilah burrows
atau kunikulus. Pada pasien ini tidak terlalu Nampak burrow, namun terdapat
adanya papula pada daerah predileksi khas dari scabies dan adanya pustule
menandakan sudah terjadinya infeksi sekunder akibat garukan.
Dari diagnosis banding diatas maka diputuskan diagnosis kerjanya adalah
Skabies. Karena berdasarkan keluhan subyektif dari pasien dan tanda obyektif
yang ditemukan mengarah ke skabies. Pada pasien ini dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik saja sudah dapat menegakkan diagnosis dan menyingkirkan
diagnosis banding. Pasien sudah memenuhi 2 dari 4 tanda kardinal untuk
mendiagnosis skabies. Pada pasien ini tidak ada pembesaran KGB regional
dan dari predileksinya cenderung mengarah ke skabies. Disamping itu pasien
tidak ada riwayat atopi. Pemeriksaan penunjang yang diusulkan dikerjakan
bila keadaan meragukan.
4.2 Faktor Predisposisi Skabies
Skabies sangat mudah menular baik secara langsung maupun tidak langsung.
Secara langsung misalnya pada orang yang tinggal serumah atau satu tempat tinggal
dengan penderita dan sehari-harinya berinteraksi satu sama lain. Secara tidak
langsung misalnya melalui tempat tidur, handuk, pakaian dan alat-alat lainnya dengan
masa inkubasi yang bervariasi. Scabies juga dapat menular bukan hanya pada orang
yang tinggal serumah tetapi juga pada orang dilingkungan sekitar, karena menular
dengan kontak kulit, contohnya berjabat tangan.

20

4.3 Pemeriksaan Penunjang


Penemuan tungau pada pasien merupakan suatu hal yang paling diagnostik,
maka dari itu dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan penunjang untuk menemukan
tungau jika kondisi pasien masih meragukan. Pada pasien ini tidak dilakukan
pemeriksaan tungau karena anamnesis dan pemeriksaan fisik saja sudah dapat
menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding dan karena terdapat
keterbatasan alat pula. Adapun cara yang bisa dilakukan sesuai dengan tinjauan
pustaka yakni:
1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung yang terlihat papul
atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan diatas sebuah kaca
obyek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop
cahaya.
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas
putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
3. Dengan membuat biopsy irisan. Caranya: lesi dijepit dengan 2 jari kemudian
dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa denga mikroskop cahaya.
4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan H.E.
5. BIT (Burrow Ink Test) bisa juga menjadi indikasi terdapatnya scabies. Area
yang dicurigai dioleskan atau digoreskan tinta kemudian hapuskan dengan
alcohol. Pada penderita scabies maka akan terdapat garis zig-zag pada
persilangan terhadap terowongan.
Pada pasien ini dari anamnesis sudah ditemukan dua tanda kardinal, sehingga
anamnesa dan pemeriksaan fisik saja sudah dapat menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan penunjang yang diusulkan dikerjakan
bila keadaan meragukan. Direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan nomor
dua dan nomor lima apabila terjadi keterbatasan alat.
4.4

Penatalaksanaan Skabies

Medikamentosa

21

Penatalaksanaan skabies meliputi pengobatan topikal dan sistemik. Pada pasien


ini diberikan kedua macam pengobatan tersebut.
Pengobatan topikal :
Scabimite cream adalah Permetrin dengan kadar 5% dalam krim dan merupkan
obat pilihan yang disarankan untuk terapi Scabies karena aman digunakan dan kurang
toksik jika dibandingkan gameksan, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali
dan dihapus setelah 12 jam serta dianjurkan pemakaian pada malam hari. Bila
belum sembuh diulangi selama seminggu. Permetrin bekerja dengan cara
mengganggu polarisasi dinding sel saraf parasit yaitu melalui ikatan dengan Natrium.
Hal ini memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralise parasit.
Permethrin dimetabolisir dengan cepat di kulit, hasil metabolisme yang bersifat tidak
aktif akan segera diekskresi melalui urine. Permethrin juga diabsorbsi setelah
pengaplikasian secara topikal, tetapi kulit juga merupakan sebuah tempat metabolisme
dan konjugasi metabolit. Pengaplikasian 5% permethrin cream biasanya cukup untuk
membuat hilang ektoparasit dan pengurangan dari simptom (biasanya pruritus).
Kontraindikasi pada hipersensitif terhadap Permethrin, Pirethroid sintetis atau
Pirethrin.14 obat ini sesuai dengan kondisi pasien yang seorang pelajar sekolah,

karena pasien dapat mengoleskan krim pada malam hari sebelum tidur sehingga
tidak mengganggu aktivitas pasien keesokan harinya dan obat ini juga tidak
menyebabkan bau tak sedap dan tidak merusak pakaian.
Inerson cream adalah krim yang mengandung desoxymetasone, suatu
kortikosteroid yang memiliki efek antipruritik sehingga dapat diberikan pada
pasien untuk mencegah gatal.
Clorampenicol cream pengobatan antibiotic topikal ini diberikan untuk
mengobati infeksi sekunder akibat garukan.
Pengobatan sistemik :
Pasien diberikan antihistamin (Interhistin) 2 kali 50 mg, obat ini bertujuan
untuk mengurangi rasa gatal yang timbul akibat proses alergi.

22

KIE
Adapun beberapa hal penting yang harus diperhatikan, sesuai dengan tinjauan
pustaka antara lain:
1. Pasien sebaiknya mandi yang bersih.
2. Kebanyakan gagalnya pengobatan scabies berhubungan dengan salah
pengunaan obat atau pengobatan yang tidak tuntas . Maka dari itu perlu untuk

menerangkan kepada orang tua pasien tentang penggunaan lotion atau


cream topikal. Lotion dipakai ke seluruh tubuh dan muka dan
konsentrasikan pada daerah-daerah yang terdapat lesi, namun pastikan
daerah axial, pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan area pubis juga
dioleskan. Cream atau lotion harus segera dibersihkan setelah delapan
sampai dua belas jam pemakaian. Jika terdapat keraguan dalam
penggunaan, bisa dipakai satu minggu kemudian. Gatal biasanya tidak
akan langsung hilang, tetapi akan hilang dalam waktu satu bulan karena
proses sensitisasi yang tersisa.
3. Pakaian dan peralatan lainnya yang terkontaminasi harus segera di

bersihkan dengan air panas atau dry cleaned. Hal yang dapat dilakukan
adalah mencuci benda-benda yang kontak langsung dengan penderita pada
suhu di atas 50 C dan gunakan pakaian atau peralatan yang sudah tidak

terkontaminasi setelah melakukan pengobatan.


4. Menerangkan

pasien agar menghentikan penggunaan obat atau

membilas obat dengan bersih apabila terjadi iritasi kulit atau reaksi
hipersensitivitas pada saat pemakaian.
5. Menyarankan kepada anggota keluarga, serta semua orang yang pernah

kontak dengan pasien yang mengeluhkan gatal atau tidak untuk


dilakukan pemeriksaan dan pengobatan scabies harus dilakukan secara
menyeluruh pada semua penderita dalam satu lingkungan dalam satu waktu.

Komunikasi, informasi dan edukasi penting diberikan kepada orang tua


pasien dan keluarganya karena penyakit ini memang tidak memerlukan

23

waktu yang cukup lama untuk sembuh namun angka terinfeksi kembali
cukup tinggi dan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor predisposisi.
Kesabaran serta ketaatan pasien untuk berobat dan menjaga kebersihan
sangat diperlukan apalagi penularan bisa melalui kontak langsung maupun
tidak langsung.
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hygiene
yang buruk), maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis
yang baik.

24

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Dari kajian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut:
Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabei var. hominis dan produknya. Dari anamnesa didapatkan
keluhan gatal-gatal dan timbul bentol bentol kemerahan pada sela sela jari tangan
kanan dan pergelangan tangan kiri bagian volar. Keluhan dirasakan sejak satu minggu
yang lalu, awalnya dirasakan dari sela-sela jari kemudian meluas sampai ke
pergelangan tangan. Keluhan gatalnya dirasakan terutama pada malam hari dan
mengganggu tidur pasien. Riwayat adik dan teman sekelas menderita penyakit yang
sama. Pasien didiagnosa dengan Skabies karena dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
yang dilakukan mendukung diagnosis ke arah skabies. Faktor predisposisi, adik
pasien dan teman sebangku dikelas pasien menderita keluhan yang sama, hal ini dapat
menular saat berjabat tangan dan saat tidur bersama.
Penatalaksanaan pada pasien ini meliputi pengobatan topikal dan sistemik.
Pengobatan topikalnya yakni Scabimite cream 15 gram dioleskan sekali pada seluruh
tubuh, inerson krim pada daerah gatal, dan klorampenicol krim pada lesi. Pasien juga
mendapat pengobatan sistemik yakni antihistamin tablet (Interhistin) dua kali 50mg.
Pemberian KIE sangat penting dalam kasus ini, hal ini disebabkan karena penyakit ini
memerlukan waktu yang cukup lama untuk sembuh dan angka kekambuhannya
cukup tinggi dan sangat dipengaruhi oleh faktor faktor predisposisi dan kesabaran
serta ketaatan pasien untuk berobat.

25

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan kasus ini adalah sebagai
berikut:
Skabies sangat mudah menular baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung misalnya pada orang yang tinggal serumah dengan penderita dan sehariharinya berinteraksi satu sama lain. Secara tidak langsung misalnya melalui tempat
tidur, handuk, pakaian dan lain-lain dengan masa inkubasi yang bervariasi.
Karena sifatnya yang sangat mudah menular, maka apabila ada salah satu anggota
keluarga terkena skabies, sebaiknya seluruh anggota keluarga atau yang pernah
kontak dengan pesien tersebut juga harus menerima pengobatan. Pakaian, alat-alat
tidur,

dan

lain-lain

hendaknya

dicuci

dengan

air

panas.

Adapun

cara

pemberantasannya seperti penyuluhan tentang penyakit skabies, pendidikan


kesehatan pada masyarakat, peningkatan kebersihan, dan pengobatan masal untuk
penduduk.

26

DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda Adhi . Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed. 3. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta : 2002.
2. Bag./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Atlas penyakit kulit dan
kelamin. FK. Unair/RSU Dr. Soetomo. Surabaya : 2007.
3. Brouhard Rod. Skabies: Symptoms and Treatment of Skabies. 2008 Available
from: http://firstaid.about.com/od/rash/qt/08_skabies.htm (Accesed October 3,
2009)
4. Springhouse.

Handbook

of

Diseases.

2003

Available

http://www.wrongdiagnosis.com/s/scabies/book-diseases-12a.htm

from:
(Accesed

October 3, 2009)
5. Hunter J., Savin J., Dahl M. Clinical Dermatology. Third Edition. Blackwell
Science. USA : 2002
6. Wiederkehr,

M.,

Schwart,

R.

A.

2006.

Skabies.

Available

at:

http://www.emedicine.com/DERM/topic471.htm. Accessed: June 28, 2007


7. Buxton Paul K. ABC of Dermatology. Fourth Edition. BMJ Books. British :
2003
8. Departement

of

Medical

Entomology.

Skabies.

Available

from:

http://www.medent.usyd.edu.au/fact/skabies.html (Accesed October 3, 2009)


9. Sularsito Sri Adi, Soebaryo Retno Widowati, Kuswadji. Dermatologi
praktis.Ed. 1. PERDOSKI. 1989
10. Lab/SMF. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Pedoman diagnosis dan terapi
penyakit kulit dan kelamin. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP
Sanglah. Denpasar : 2000
11. Mayo

Clinic

staff.

Complications.

Available

from:

http://www.mayoclinic.com/health/scabies/DS00451/dissection=complication
(Accesed October 3,2009)

27

12. Illinois Departement of Public Health. Scabies. 2008. Available from:


http://www.idph.state.il.us/public/hb/hbscab.htm (Accessed: October 3, 2009)
13. Anonim. Scabies. 2009. Available from: http://en.wikipedia.org/wiki/scabies
(Accessed: October 4, 2009)
14. Sadana, Liana Yuliawati. Krim permethrin 5% untuk pengobatan scabies. 2007.
Available from: http://yosefw.wordpress.com/2007/12/30/krim-permethrin-5untuk-pengobatan-scabies/ (Accessed: October 4, 2009)

28

You might also like