Professional Documents
Culture Documents
k
Mobil melaju kencang menuju Pondok Indah Mal 2.
Di dalam mobil
suasana sangat canggung. Tidak seperti biasanya, kali ini Daniel sangat
berkonsentrasi mengendarai mobilnya.
Adisti asyik mengganti-ganti lagu di car audio Daniel. Natalie di
belakang bersama Ardi yang sangat nervous. Daniel sesekali melirik kaca
spion tengahnya mengamati Ardi dan Natalie.
Mo nonton apa nih? tanya Daniel.
Tau! Nat mo nonton apa? tanya Adisti.
Natalie hanya mengangkat pundaknya tanda tidak tahu.
Pasti nonton film-film cengeng. tuduh Daniel.
Maksud loh?sanggah Adisti.
Iya. film-film romantis yang enggak mungkin gitu. jawab Daniel lagi.
Eeh, apanya yang ga mungkin? mungkin aja lagii...! jawab Adisti.
Apanya yang mungkin? masa dinner di pinggir danau belerang trus ada
yang mati trus menjelma jadi cowok laen. Basi abis! goda Daniel.
Natalie hanya mendengarkan dengan wajah serius.
Ya elo jangan bandingin sama film-film gitu dong. Nenek-nenek peyot
juga tau itu gak mungkin. Lagian kok lo tau-taunya ada scene kayak gitu.
Jangan-jangan elo yang suka film-film kacangan kayak gitu. ejek Adisti.
Gua nonton film-film gitu cuma pengen mempelajari, apa sih yang
disukai cewe-cewe cantik kayak elo-elo. Daniel mengelak dengan cantik.
Gombal lo! seru Adisti.
Ardi memperhatikan Daniel dan berusaha merekam kata-kata Daniel
dan gerak-geriknya.
Di... kok lo diem aja? kasian Natalie dicuekin. goda Daniel.
Ardi tertawa kecil diikuti keringat dingin menetes di dahinya. Padahal AC
mobil Daniel hampir sedingin freezer es krim Walls.
Ga kok... ga papa. Enakan dengerin Adisti sama Daniel ngobrol. Abis
seru sih. kata Natalie.
Adisti sok tidak mendengar perkataan Natalie tapi ia tidak dapat
menutupi wajahnya yang ke-GR-an.
Mobil memasuki pelataran parkir Pondok Indah Mall 2. Daniel dengan
sigap memasukkan mobilnya ke ruang kosong di dekat lift Pondok Indah
Mall 2.
Ardi menarik tangan Daniel.Nil... gimana duitnya? bisik Ardi.
Eh ngapain sih? kok berhenti? pake bisik-bisik lagi! seru Adisti yang
berada lima langkah di depan Ardi dan Daniel.
Sori. kita ke mobil dulu sebentar. ujar Daniel.
Cepetan ya. seru Adisti.
Iyaaa... jawab Ardi sambil berjalan menuju mobil bersama Daniel.
Udah di sini aja. ujar Daniel berhenti di pojok pintu lantai parkir.
Keliatan ga? kata Ardi khawatir.
enggak.
namun
Natalie
tersenyum
kemudian
kembali
mengarahkan
merasakan
hal
yang
seperti
ini
sebelumnya.
Tangannya
tidak
berani
menengok
ke
arah
Natalie.
Ia
berusaha
menenangkan diri. Namun usahanya gagal dan semakin parah ketika tibatiba Natalie memegang tangan kirinya sesaat. Ia terhentak dan langsung
menatap Natalie kemudian ke arah Ardi. Ada rasa khawatir kalau Ardi
melihat apa yang sedang terjadi. Pikiran Daniel bercampur aduk dengan
perasaannya yang meletup-letup.
Gila, gila! pikir Daniel.
Daniel tiba-tiba berdiri dan berjalan keluar ruangan.
Duuh! Rese banget sih. keluh Adisti.
Di luar Daniel langsung duduk menenangkan diri.
Anjrit, gila! Gila! Yang bener aja! Gimana nih? Terus Ardi gimana?
Gilaaaa...! kata-kata keterkejutan dan pertanyaan-pertanyaan tidak
henti-hentinya melintas di kepala Daniel.
Ia duduk kemudian berdiri, demikian ia ulangi berkali-kali. Sampaisampai para pengunjung lain melihatnya dengan heran.
Ah, nanti aja gua pikirin. kata Daniel dalam hati.
Daniel memasuki studio dan kembali duduk di kursinya. Di seberang
sana Ardi berusaha berkomunikasi dengan Daniel sambil memasang
tampang abis ngapain lo? lama banget!
Daniel membalas dengan senyuman serta mengangkat kedua alisnya
dua kali. Namun tiba-tiba wajah Natalie menghalangi komunikasi mereka.
Natalie menengok ke arah Ardi kemudian Daniel.
Natalie melempar senyum manis ke arah Daniel. Dada Daniel serasa
terhantam batu besar. Jantungnya berdegup kencang.
Kalo Ardi sampe tahu, mampus gua! kata Daniel dalam hati.
Daniel membalas senyuman Natalie kemudian memperbaiki posisi
duduknya.
Tapi ini kesempatan emas banget. Kapan lagi gua dapet cewe kinclong
gini. katanya lagi dalam hati.