You are on page 1of 13

DERMATITIS SEBOROIK

Hanna Anggityaa Endang Tri Wahyunib


a

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Jakarta


b

Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi

ABSTRAK
Dermatitis seboroik adalah penyakit kronis dan berulang, kondisi kulit yang
menyebabkan eritema dan mengelupas, kadang-kadang muncul sebagai makula atau plak dengan
sisik putih kering atau lembab berminyak. Pada orang dewasa biasanya terjadi di daerah dengan
konsentrasi tinggi dari kelenjar sebasea. Wajah dan kulit kepala adalah daerah yang paling sering
terkena. Ketombe dianggap sebagai bentuk peradangan ringan dermatitis seboroik.Terdapat
peningkatan angka kejadian dermatitis seboroik terhadap orang dengan infeksi HIV atau
penyakit Parkinson. Penyebab dermatitis seboroik masih belum diketahui dengan jelas, tetapi
diperkirakan berhubungan dengan komposisi sekresi kelenjar sebasea, proliferasi jamur
Malessezia,dan respon imun. Pilihan pengobatan untuk dermatitis seboroik termasuk agen
topikal dan shampoo yang mengandung zat anti jamur, agen anti inflamasi, agen keratolitik dan
inhibitor kalsineurin. Karena beberapa area tubuh biasanya terlibat, dokter harus memeriksa
semua daerah yang sering terkena. Pasien harus disadarkan bahwa dermatitis seboroik adalah
kondisi kronis yang mungkin akan kambuh bahkan setelah pengobatan yang berhasil.
Kata kunci : Dermatitis seboroik

ABSTRACT
Seborrheic dermatitis is a chronic and recurrent disease, skin conditions that cause
erythema and flaking, sometimes appearing as macular or plaque with white dry scales or moist
oily. In adults usually occur in areas with a high concentration of sebaceous glands. Face and
scalp are the most commonly affected areas. Dandruff is considered a mild inflammation form of
seborrheic dermatitis. There is an increased of seborrheic dermatitis to people with HIV
infection or Parkinson's disease. Cause of seborrheic dermatitis is still unknown, but thought to
be related to the composition of the secretion of the sebaceous glands, proliferation of fungi
Malessezia, and the immune response. Treatment options for seborrheic dermatitis include
topical agents and shampoos that contain anti-fungal, anti-inflammatory agents, keratolytic
agents and calcineurin inhibitors. Because some areas of the body are usually involved, the
doctor must examine all the areas that are often exposed. Patients should be made aware that
seborrheic dermatitis is a chronic condition that may recur even after successful treatment.
Keyword : Seborrheic dermatitis

BAB I
PENDAHULUAN

Dermatitis seboroik adalah istilah umum yang dipakai untuk manifestasi kelainan
kulit yang berupa kemerahan, ruam kulit yang bersisik. Kelainan tersebut sering ditemukan
pada kulit kepala, kening, sekitar hidung, area alis atau mata dan sekitarnya, juga pada dada
bagian tengah serta di telinga bagian luar. Lokasi-lokasi ini banyak menghasilkan sebum
yaitu substansi yang mengandung banyak kandungan lemak yang diproduksi oleh kelenjar
khusus yang melindungi bagian epidermis dari kulit. Hal ini yang sering disebut ketombe
(dandruff).
Walaupun penyebab dari dermatitis ini tidak diketahui namun diduga jamur
(Pityrosporum ovale) sebagai faktor utama penyebab peradangan. Para peneliti percaya
bahwa perubahan flora pada kulit kepala dihasilkan akibat dari peningkatan proliferasi
epidermis. Stres juga dapat menjadi faktor predisposisi pada beberapa orang. Efek samping
dari obat berikut ini yaitu Metildova, cimetidine, litium, buspiron, klorpromazin dan
griseofulvin dapat juga menjadi penyebab kelainan kulit ini. Pasien dengan HIV dapat juga
mengalami kelainan kulit ini.
Insidensnya mencapai puncak pada umur 1840 tahun, kadangkadang pada umur
tua. Lebih sering pada lakilaki. Di dunia prevalensi dermatitis seboroik mencapai 35 %.
Kelainan kulit yang dapat terjadi adalah eritema dan skuama yang berminyak yang
agak kekuningan dengan batas yang kurang tegas. Kelainan tersebut terjadi pada seluruh
kulit kepala yang kita kenal dengan Pityriasis sika (ketombe, Dandruff) dengan skuama halus

dan kasar. Sedangkan bentuk yang berminyak dikenal sebagai Pitiriasis steatoides yang
disertai dengan eritema dan krusta yang tebal. Rambut pada tempat kelainan mempunyai
kecenderungan untuk rontok mulai dari bagian vertek ke frontal. (1)
Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah
makanan dimana lebih sering pada orang yang makan lemak dan minum alcohol.
Iklim, insiden meningkat pada iklim dingin.
Keturunan tidak berpengaruh tapi cenderung meningkat pada orang yang stres
emosional.
Lingkungan yang menyebabkan kulit menjadi lembab dan maserasi akan lebih mudah
menimbulkan penyakit.
Faktor lain infeksi, kelelahan, dan defisiensi imun

Predileksi Dermatitis Seboroik di liang telinga luar, lipatan nasolabial, daerah sterna,
areola mammae, lipatan dibawah areola mammae, interskapular, umbilicus, lipat paha,
daerah anogenital

BAB II
LAPORAN KASUS

Dilaporkan seorang laki-laki berusia 73 tahun datang ke Rumah Sakit Umum Daerah
Sekarwangi dengan keluhan kulit kepala terasa gatal disertai bercak putih bersisik sejak 5 bulan
yang lalu. Gatal semakin bertambah jika pasien sedang berkeringat, gatal berkurang ketika
pasien menggaruk kepalanya. Saat di garuk pasien mengatakan terdapat sisik putih yang
terkelupas dan berminyak. Keluhan juga dirasakan pada bagian belakang telinga. 5 hari sebelum
datang ke RS pasien mengatakan timbul bercak kemerahan pada daerah wajah yang disertai sisik
berwarna putih dan berminyak. Saat pasien berkeringat bercak pada wajah terasa gatal dan perih.
Keluhan ini disertai rasa panas pada wajah.
Riwayat penyakit dahulu seperti yang dikeluhkan sekarang disangkal. Riwayat penyakit
sistemik seperti Diabetes Melitus dan Hipertensi disangkal. Istri pasien mengeluhkan keluhan
yang sama seperti ini. Riwayat alergi, asma dan riwayat atopic lainnya disangkal.
Pasien tampak sakit ringan dengan kesadaran composmentis dan tanda-tanda vital dalam
batas normal (TD :120/90 mmHg, Frekuensi nafas :18 x/menit, Nadi :76 x/menit, Suhu :36,7 C).
Status generalisata lain dalam batas normal.
Pada pemeriksaan dermatolgis ditemukan macula eritema, skuama dan berminyak pada
regio capitis, post auricular dan regio facialis (gambar 1,2 dan 3). Pemeriksaan penunjang
tambahan lain tidak dilakukan

Gambar 1: skuama (panah merah)

Gambar 2 : skuama (panah merah)

Gambar 3 : macula eritema, skuama dan berminyak (panah merah)

Pada kasus, pasien diterapi dengan dengan shampoo anti jamur 2 x/minggu (Ketokonazol
2%), Kortikosteroid topikal 1-2 x/hari (hidrokortisone 1 %), kortikosteroid sistemik
(metilprednisolon 3 x 4 mg). Selain itu berikan edukasi kepada pasien mengenai pentingnya
membiarkan sampo medikasi sedikitnya 5-10 menit sebelum membilas dan ajari tentang
menggunakan kortikosteroid topikal seperlunya untuk mengendalikan eritema, skuama, atau rasa
gatal.
Setelah diberi pengobatan selama 1 minggu terlihat perbaikan pada pasien, rasa gatal
berkurang, macula eritema mulai menghilang dan skuama menipis.

Gambar 4 : Terlihat skuama dan eritema pada wajah mulai menghilang

Gambar 5 : Makula hipopigmentasi (panah merah), skuama telah menghilang

BAB III
DISKUSI

Telah dilaporkan kasus seorang pasien laki-laki usia 73 tahun dengan diagnosis kerja
dermatitis seboroik. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamatoir kulit yang biasanya dimulai pada kulit
kepala dan kemudian menjalar ke muka, kuduk, leher dan badan. 1 Penyakit ini sering kali
dihubungkan dengan peningkatan produksi sebum (seborrhea) dari kulit kepala dan daerah muka
serta batang tubuh yang kaya akan folikel sebaceous. Dermatitis seboroik sering ditemukan dan
biasanya mudah dikenali. Kulit yang terkena biasanya berwarna merah muda (eritema),
membengkak, ditutupi dengan sisik berwarna kuning kecoklatan dan berkerak. 3,4 Penyakit ini
dapat mengenai semua golongan umur, tetapi lebih dominan pada orang dewasa. Pada orang
dewasa penyakit ini cenderung berulang, tetapi biasanya dengan mudah dikendalikan.5
Dari anamnesis didapatkan keluhan kulit kepala terasa gatal disertai bercak putih bersisik
sejak 5 bulan yang lalu. Gatal semakin bertambah jika pasien sedang berkeringat, gatal
berkurang ketika pasien menggaruk kepalanya. Saat di garuk pasien mengatakan terdapat sisik
putih yang terkelupas dan berminyak. Keluhan juga dirasakan pada bagian belakang telinga. 5
hari sebelum datang ke RS pasien mengatakan timbul bercak kemerahan pada daerah wajah yang
disertai sisik berwarna putih dan berminyak. Saat pasien berkeringat bercak pada wajah terasa
gatal dan perih. Keluhan ini disertai rasa panas pada wajah.Paseien belum pernah berobat
sebelumnya. Riwayat timbul bercak putih bersisik sebelumnya tidak ada. Istri pasien mengalami
keluhan yang sama.
Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan,
batasnya agak kurang tegas. Dermatitis seboroik yang ringan hanya mengenai kulit kepala
berupa skuama-skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh
kulit kepala dengan skuama-skuama yang halus dan kasar. Kelaianan tersebut pitiriasis sika
(ketombe, dandruff). Bentuk yang berminyak disebut Pitiriasis steatoides yang dapat disertai
eritema dan krusta-krusta yang tebal. Rambut pada tempat tersebut mempunyai kecenderungan
rontok, mulai di bagian vertex dan frontal.3,4

Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan berminyak
disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga post-aurikular dan
leher. Pada daerah dahi tersebut, batasnya sering cembung.5
Dari pemeriksaan fisik ditemukan makula eritema, skuama dan berminyak pada regio
capitis, post auricular dan regio facialis. Dari anamnesis dan pemeriksaa fisik dapat kita tegakkan
diagnosis dermatitis seboroik dan bisa didiagnosis banding dengan tinea kapitis.

Penatalaksanaan
1. Topikal
Shampoo anti dandruff yang mengandung selenium sulfide 1,8 %, Pyrithione zink 12%, atau ketokenazol 2% 2-3x/minggu

Untuk skuama yang tebal dan difus :

Minyak mineral hangat / olium olivarum dilanjutkan dengan shampoo

Kombinasi coal tar dan keratolitik

Losio kortikostreroid 1-3 kali sehari, atau salep asidum salisilikum 5

Cream hidrokortisone 1 % dapat ditambahkan 1-2 kali sehari untuk menekan eritem
dan gatal
2. Obat sistemik
Kortikosteroid tablet (prednisone atau deksamethasone)
Dosis 2-3 kali 2 tablet sampaikeadaan membaik, lalu dosis diturunkan bertahap.
Ketokenazol tablet 200 mg dosis 1 kali 1 tablet selama 3 minggu
Dermatitis seboroik adalah salah satu manifestasi klinis yang sering terjadi pada pasien dengan
AIDS. Sehingga merupakan salah satu lesi tanda dan harus lebih hati-hati dalam menangani
pasien dengan resiko tinggi.1
Pengobatan sistemik
Kortikosteroid digunakan pada bentuk yang berat, dosis prednisone 20-30 mg sehari. Jika
telah ada perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Kalau disertai infeksi sekunder diberi
antibiotic.

Isotretinoin dapat digunakan pada kasus yang rekalsitran. Efeknya mengurangi aktivitas
kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat dikurangi sampai 90%, akibatnya terjadi
pengurangan produksi sebum. Dosinya 0,1-0,3 mg per kg berat badan per hari, perbaikan tapmak
setelah 4 minggu. Sesudah itu diberikan dosis pemeliharaan 5-10 mg per hari selama beberapa
tahun yang ternayta efektif untuk mengontrol penyakitnya.
Pada D.S. yang parah juga dapat diobati dengan narrow band UVB (TL-01) yang cukup
aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x seminggu selama 8 minggu, sebagian besar
penderita mengalami perbaikan.
Bila pada sediaan langsung terdapat P. ovale yang banyak dapat diberikan ketokonazol,
dosisnya 200 mg per hari.3
Pengobatan topikal
Pada pitiriasis sika dan oleosa, seminggu 2 3 kali scalp dikeramasi selama 5 15 menit,
misalnya dengan selenium sufida (selsun). Jika terdapat skuama dan krusta diberi emolien,
misalnya krim urea 10%. Obat lain yang dapat dipakai untuk D.S. ialah :
-

ter, misalnya likuor karbonas detergens 2-5% atau krim pragmatar


resorsin 1-3%
sulfur praesipitatum 4 20%, dapat digabung dengan asam salisilat 3 - 6%
Kortikostreroid, misalnya krim hidrokortison 2 %. Pada kasus dengan inflamasi yang
berat dapat dipakai kostikosteroid yang lebih kuat, misalnya betametason valerat, asalkan

jangan dipakai terlalu lama karena efek sampingnya.


Krim ketokonasol 2% dapat diaplikasikan, bila pada sediaan langsung terdapat banyak P.
ovale.1

Edukasi Pasien
1. Ajari pasien tentang pengendalian daripada pengobatan dermatitis seboroik.
2. Tekankan tentang pentingnya membiarkan sampo medikasi sedikitnya 5-10 menit
sebelum membilas.
3. Ajari tentang menggunakan kortikosteroid topikal seperlunya untuk mengendalikan
eritema, skuama, atau rasa gatal.2

Pada kasus, pasien diterapi dengan dengan shampoo anti jamur 2 x/minggu (Ketokonazol
2%), Kortikosteroid topikal 1-2 x/hari (hidrokortisone 1 %), kortikosteroid sistemik

(metilprednisolon 3 x 4 mg). Selain itu berikan edukasi kepada pasien mengenai pentingnya
membiarkan sampo medikasi sedikitnya 5-10 menit sebelum membilas dan ajari tentang
menggunakan kortikosteroid topikal seperlunya untuk mengendalikan eritema, skuama, atau rasa
gatal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Juanda A. Dermatitis Eritroskuamosa. Dalam Juanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu penyakit


kulit dan kelamin, Edisi keempat. Cetakan kedua, Jakarta : FKUI ; 2005:200-2.
2. Plewig G. Seborrhoeic Dermatitis. In Fatpatrick TB, Elsen AZ, Wolff K, Freedenberg IM,
Austen KF. Dermatology in general medicine. Vol.1. Fourth edition. United stase of America
: MC Grow Hill ; 1993 : 1569-73.
3. Champion RH, Burton JL, Ebling EJG. Seborrheic Dermatitis. Textbook of dermatology.
Vol.1 Fifth edition. Oxford : Blerckwell scientific publication ; 1992 : 545-51.
4. Murtiastuti D, Ervianti E, Agusni I, dan Suyoso S. Dermatitis Seboroik. Atlas penyakit kulit
dan kelamin. Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press ; 2013 :112-6.
5. Clark AF, Hopkins TT. Dermatitis seboroik. In Muscella SL, Hurley HJ. Dermatology.

Fourth edition. United Stase of America : WB Sounders Company. 1992 : 462-72.

You might also like