Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Wine
a. Definisi wine
Wine (minuman anggur) pada dasarnya merupakan minuman hasil fermentasi sari
buah anggur. Hanya varietas anggur tertentu yang dapat menghasilkan minuman
anggur bermutu tinggi, dan hanya beberapa negara saja yang memproduksi wine
yang penting dan terkenal. Faktor yang paling menentukan dalam produksi wine
adalah iklim dimana buah anggur tumbuh.
b. Jenis-jenis wine
Secara garis besar wine dikelompokkan ke dalam 5 kelas, yaitu red tabel wine,
white table wine, appetizer wine, dessert wine dan sparkling wine.
Persentase (%)
2-3
0.03-0.5
05-1
0.15-0.3
Trace
Trace
Trace
6-9 (%berat)
8-13 (%vol).
antara 0,3 sampai 0,5. Penurunan kadar keasaman dengan fermentasi ini membuat
wine lebih lembut, rasa yang matang dan rasa yang lebih menarik. Tidak semua
jenis wine memerlukan proses fermentasi malolactic.
4. Proses setelah fermentasi (penyimpanan)
Kebanyakan wine putih tidak disimpan dalam jangka waktu yang lama setelah
fermentasi alkohol atau fermentasi malolactic selesai. Pada wine merah yang sudah
tua antara 1 sampai 2 tahun disimpan dalam tangki kayu (biasanya kayu oak).
Selama ini, reaksi kimia ini memberikan kontribusi pada perkembangan rasa antara
wine dan ekstrak komponen dari tangki kayu. Poin yang penting untuk mengontrol
selama penyimpanan dan penuaan adalah pengeluaran oksigen dan penambahan dari
sulfur dioksida ke level bebas antara 20 sampai 25 g/ml. Sebelum pengemasan,
wine mungkin disimpan di tempat yang bersuhu dingin antara 5-10 oC untuk
mengendapkan kotoran.
5. Citarasa wine
Wine memiliki cita rasa tersendiri yang berasal dari anggur dan proses operasinya
yang termasuk fermentasi alkohol, fermentasi malolactic dan penuaan. Kontribusi
anggur dari banyak komponen yang mudah menguap (misal terpenes) itu
memberikan wine variasi rasa.
d. Fermentasi Wine
Secara garis besar tahap-tahap produksi wine adalah seperti pada Gambar 1.
Buah anggur dipetik pada tingkat kematangan yang optimum, agar supaya diperoleh
musts dengan flavor, kandungan gula dan keasaman yang optimum. Buah-buah
anggur dihancurkan dengan hati-hati agar supaya biji tangkai yang mengandung
komponen dengan rasa pahit (tannin, tidak ikut hancur. Sebelum disaring ke dalam
musts ditambahkan sulfite atau sulfur dioksida (SO2). Penambahan bahan pengawet
ini bertujuan menekan pertumbuhan dan aktifitas berbagai mikroorganisme termasuk
4
khamir dan bakteri yang terdapat secara alami pada buah anggur. Sebagian besar
mikroba pembusuk bersifat sensitive terhadap SO2 Sedangkan khamir wine (wine
yeast) tidak dipengaruhi.
Untuk memproduksi red wine, fermentasi musts dilakukan lengkap dengan
kulit, tangkai dan biji. Sehingga pigmen merah yang terdapat pada bagian-bagian
buah tersebut akan terekstraksi selama proses fermentasi. Cara ini adalah
memanaskan musts pada suhu sekitar 40-44C selama 8-16 jam, kemudian
didinginkan dan disaring dengan tekanan. Cairan yang diperoleh selanjutnya
difermentasi. Selain dari kedua cara ini wine yang dihasilkan tidak berwarna merah,
tetapi merah muda dan dipasarkan sebagai rose wine. Selama fermentasi kandungan
tannin dalam kulit buah juga terektraksi, sehingga red wine mengandung tannin lebih
tinggi daripada white wine dan rose wine.
Beberapa organisme seperti Saccharomyces dapat hidup, baik dalam kondisi
lingkungan cukup oksigen maupun kurang oksigen. Organisme yang demikian disebut
aerob fakultatif. Dalam keadaan cukup oksigen, Saccharomyces akan melakukan
respirasi biasa. Akan tetapi, jika dalam keadaan lingkungan kurang oksigen
Saccharomyces akan melakukan fermentasi.Dalam keadaan anaerob, asam piruvat yang
dihasilkan oleh proses glikolisis akan diubah menjadi asam asetat dan CO 2.
Selanjutnya, asam asetat diubah menjadi alkohol. Proses perubahan asam asetat
menjadi alkohol tersebut diikuti pula dengan perubahan NADH menjadi NAD+. Dengan
terbentuknya NAD+, peristiwa glikolisis dapat terjadi lagi. Dalam fermentasi alkohol
ini, dari satu mol glukosa hanya dapat dihasilkan 2 molekul ATP. Fermentasi alkohol,
secara
sederhana,
berlangsung
sebagai
berikut.
Gula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) Alkohol (etanol) + CO2 + Energi (ATP)
Sebagaimana halnya fermentasi asam laktat, reaksi ini merupakan suatu pemborosan.
Sebagian besar dari energi yang terkandung di dalam glukosa masih terdapat di dalam
etanol, karena itu etanol sering dipakai sebagai bahan bakar mesin. Reaksi ini, seperti
fermentasi asam laktat, juga berbahaya. Ragi dapat meracuni dirinya sendiri jika
konsentrasi etanol mencapai 13% (Hal ini menjelaskan kadar maksimum alkohol pada
minuman hasil fermentasi seperti anggur).
Gambar . 1 Diagram Alir Proses Produksi Wine (Miller dan Listky, 1976).
Penya
Fermentasi
Penyaringan bertekanan
Fermentasi
Pembotolan
B. Miras oplosan
a. Definisi miras oplosan
Istilah kata oplosan itu sendiri mempunyai arti campuran, dimana miras
oplosan tersebut merupakan minuman keras yang terdiri dari berbagai campuran,
diantaranya dioplos dengan alkohol industri (metanol) maupun dengan obat herbal
seperti obat kuat atau suplemen kesehatan. Miras oplosan biasanya dibuat secara
mandiri dan dijual secara ilegal.
b. Jenis-jenis miras oplosan
Tuak
Minuman tuak adalah suatu cairan yang dihasilkan dari nira kelapa atau
pohon penghasil nira lainnya seperti aren, siwalan dan lontar yang disadap dan
hasil penyadapan tersebut didiamkan selama beberapa hari. Dalam keadaan segar
nira mempunyai rasa manis berbau harum dan tidak berwarna. Dalam proses
penyadapan nira ini perlu penanganan, baik sebelum penyadapan ataupun sesudah
penyadapan. Hal ini karena nira merupakan cairan yang mengandung kadar gula
tertentu dan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikro organisme
seperti bakteri, kapang dan khamir yang merupakan salah satu bakteri penghasil
alkohol.
cair dan brem padat, dan kedua-duanya dibuat dari tape ketan. Proses pengolahan
brem cair dan brem padat dimulai dengan tahap awal yang sama, yaitu
pengepresan tape ketan dengan menggunakan alat pengepres hidrolik, tekanan 300
kg/cm selama 20 30 menit. Cairan yang diperoleh diencerkan dengan air,
dengan perbandingan 1 : 1. Sari tape yang diperoleh diperam pada suhu kamar
sampai menimbulkan bau alkohol.Setelah pemeraman selesai, brem yang
8
terbentuk dibotolkan. Botol yang akan digunakan harus di sterilkan dengan cara
direbus dalam air mendidih 15 menit, pada proses pengisian ini harus disisakan
ruang kosong sekitar 1 1/2 cm dari permukaan atas botol. Botol-botol yang telah
diisi dalam keadaan masih terbuka direbus kembali dalam air mendidih selama 15
menit, air direbus kira-kira 3/4 dari tinggi botol. Dalam keadaan masih panas botol
ditutup dengan alat penutup botol dan dipasteurisasi dengan suhu 900C selama 15
menit.Selanjutnya botol disimpan pada suhu 100C 150C selama tiga bulan atau
lebih. Hal ini untuk penyempurnaan proses pematangan brem atau untuk
mendapatkan kadar alkohol yang maksimal
Minuman berenergi
Untuk mendapatkan cita rasa yang lebih baik, penggemar minuman keras
Susu macan (Lapen), yakni campuran minuman keras yang dicampur dengan
susu. Jenis minuman ini banyak dijual di warung-warung miras tradisional.
Salah satu oplosan yang cukup populer adalah Mansion Cola, terdiri dari
Vodka dicampur dengan minuman bersoda. Tujuannya semata-mata untuk
memberikan cita rasa atau menutupi rasa tidak enak pada minuman keras.
10
12
dioplos metanol. Gejala keracunan yang mula-mula timbul dapat berupa mual,
muntah, rasa kantuk, vertigo, mabuk, gastritis, diare, sakit pada punggung dan
lembab pada anggota gerak. Setelah melalui periode laten selama 6 hingga 30 jam,
penderita dapat mengalami asidosis metabolik berat, gangguan penglihatan,
kebutaan, kejang, koma, gagal ginjal akut yang disertai mioglobinuria
(terdeteksinya protein serat otot/mioglobin dalam urin), bahkan kematian.
asidosis
metabolik,
ketoasidosis,
hipoglikemia,
bradikardia,
hipotensi, amnesia, penurunan tingkat kesadaran, kejang, pingsan, koma dan jika
etanol dikonsumsi dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kematian.
e. Pertolongan Pertama Keracunan Miras Oplosan
Pertolongan pertama keracunan akibat minuman beralkohol adalah dengan
menjaga jalan napas karena adanya risiko terjadinya aspirasi ke dalam paru-paru
yang dapat berakibat fatal. Gejala keracunan alkohol yang sering muncul adalah
dehidrasi. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan yaitu penanganan dehidrasi
14
yang dialami oleh korban. Jika korban sadar dapat dilihat dan ditanyakan apakah
korban mengalami dehidrasi, disarankan untuk memberikan banyak minum untuk
mengganti cairan tubuh yang hilang sedangkan jika korban tidak sadar segera
bawa ke Rumah Sakit untuk mendapat pengobatan.
Penanganan keracunan miras oplosan dilakukan oleh petugas medis secara
suportif dan simtomatik, yaitu:
1. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk menjamin
pertukaran udara.
2. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan
cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan
oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
3. Penatalaksaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi darah.
4. Jika terjadi mual dan muntah dapat diberikan antiemetik (antimuntah).
5. Jika korban mengalami ketoasidosis alkohol dapat diberikan Dextrose 5%
dalam NaCl 0,9%, vitamin B1 dan vitamin lainnya serta pengganti Kalium apabila
diperlukan.
6. Jika korban menunjukkan asidosis berat atau kejang dapat diberikan Natrium
Bikarbonat dan Benzodiazepin.
7. Asidosis metabolik ditandai dengan napas cepat dan dalam (hiperventilasi).
Untuk melihat ada atau tidaknya metanol dalam miras oplosan dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium terhadap osmolaritas (anion gap) atau kepekatan darah
dalam tubuh.
8. Dekontaminasi gastrointestinal dapat dilakukan melalui aspirasi nasogastrik.
9. Jika alkohol mengenai mata korban perlu dilakukan irigasi mata yaitu secara
perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan sejumlah air bersih
15
dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 15-20 menit atau
sekurangnya 1 liter untuk setiap mata. Hindarkan bekas air cucian mengenai
wajah atau mata lainnya. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10
menit.
DAFTAR PUSTAKA
from:
http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/Buletin%20Info
%20POM/0314.pdf
Peraturan Presiden nomor 74 tahun 2013 tentang pengendalian dan pengawasan Minuman
Beralkohol.6
Desember
2013.cited
[2015
Oct
19];
available
from:
www.ekon.go.id/hukum/view/perpres-no-74-tahun-2013.787/279/perpres-74-2013.pdf
ttg pengendalian dan pengawasan minuman beralkohol
Cohen,
James
S.
Alcohol
intoxication
[cited
2015
Oct19];
Available
from:
http://www.emedicinehelath.com/script/main/art.asp?articlekey=5869&pf=3&page=1)
William C. Shiel, Jr, MD,FACP,FACR. Definiton of Alkohol. [cited 2015 Oct
19];Availablefrom: http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=20078
16
Joewana Satya Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif ed.2
EGC.Jakarta : 2008
Sentra Informasi Keracunan (SIKer) dan tim, Pedoman Penatalaksanaan Keracunan untuk
Rumah Sakit ; 2001
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1010220-clinical#
17