Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Yuni Puji R.
1314014
Lia Maharani
1314016
Ninis Rahayu
1314021
1314057
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul Bahan Konstruksi Nonlogam yang Berasal dari Alam Kayu tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam Mata Kuliah Bahan
Konstruksi Alat Proses dan Korosi
Tersusunnya makalah ini karena ada dorongan dan bantuan yang diberikan oleh
banyak pihak, oleh karena itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada temanteman mahasiswa ITN Malang yang telah meluangkan waktunya untuk membantu
terselesainya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangannya,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa,
khususnya Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia ITN Malang.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I BAHAN KONSTRUKSI..........................................................................1
BAB II KAYU
2.1. Kayu...............................................................................................................3
2.2. Aplikasi Kayu.................................................................................................9
2.3. Kelebihan Dan Kekurangan Kayu..................................................................10
2.4. Penyebab Korosi dan Pencengahan................................................................10
BAB III TANAH LIAT
3.1. Tanah Liat.......................................................................................................13
3.2. Aplikasi Tanah Liat.........................................................................................14
3.3. Kelebihan Dan Kekurangan Tanah Liat.........................................................15
BAB IV PASIR
4.1. Pasir................................................................................................................17
4.2. Aplikasi Pasir..................................................................................................18
4.3. Kelebihan Dan Kekurangan Pasir..................................................................19
BAB V KARET ALAM
5.1. Karet Alam......................................................................................................21
5.2. Aplikasi Karet Alam.......................................................................................24
BAB VI BATU
6.1. Batu.................................................................................................................26
6.2. Kelebihan Dan Kekurangan Karet Alam........................................................37
6.3. Penyebab Korosi dan Pencengahan................................................................37
BAB VI PENUTUP..................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................41
iii
BAB I
BAHAN KONSTRUKSI
Dalam pemakaiannya, semua partikel dan struktur logam akan terkena
pengaruh gaya luar yang dapat menimbulkan tegangan- tegangan sehingga
menimbulkan deformasi atau perubahan bentuk. Untuk menjaga terhadap akibat yang
timbul dari adanya tegangan- tegangan tersebut serta mempertahankannya pada batasbatas yang diperbolehkan bagi suatu pembebanan, maka diperlukan pemahaman
tentang bahan-bahan yang cocok untuk suatu keperluan dari berbagai perencanaan.
Pembuatan barang jadi atau setengah jadi, mestinya sudah didasarkan atas
sifat- sifat yang khas dari bahan, baik kekerasanya, keuletannya, kekokohannya, dsb.
Pengetahuan yang mendalam dari sifat- sifat yang khas tersebut didasarkan pada hasil
percobaan yang diselenggarakan berbagai keadaan beban, arah beban, serta dalam
waktu pembebanan.
Percobaaan bahan untuk mengetahui sifat- sifat yang dimiliki itu dapat
dilakukan dengan beban statis, dinamis, atau kedua-duanya. Percobaan dengan beban
statis ialah apabila beban ditingkatkan secara teratur sedikit demi sedikit. Misalnya
pada percoban tarik, percobaan puntir, percobaan bengkok, dan kompresi. Percobaan
dengan beban dinamis adalah apabila beban ditingkatkan secara cepat dan mendadak.
Percobaan berulang- ulang atau fatique (gabungan antara beban statis dan beban
dinamis), ialah apabila bebannya diberikan secara berulang-ulang dan berubah- ubah
arahnya maupun besarnya beban.
Secara garis besar, bahan konstruksi dibedakan menjadi dua jenis yaitu bahan
konstruksi yang berasal dari logam dan nonlogam. Bahan konstruksi yang berasal dari
logam dibagi menjadi tiga jenis yaitu besi, nonbesi, dan logam khusus. Bahan
konstruksi golongan besi dan nonbesi terbagi lagi menjadi dua jenis yaitu tunggal dan
campuran. Contoh bahan konstruksi besi jenis tunggal adalah besi tuang dan besi
tempa sedangkan contoh golongan besi jenis campuran (alloy) adalah baja dan
stainless steel. Contoh bahan konstruksi nonbesi jenis tunggal adalah aluminium, nikel,
seng, timah, timbal, silikon, cadmium, dan tembaga sedangkan contoh bahan
konstruksi nonbesi jenis campuran adalah high alloy steel. Golongan logam khusus
hanya terdiri dari satu unsur saja yaitu emas.
1
Bahan konstruksi yang berasal dari nonlogam terdiri dari dua golongan yaitu
alam dan sintetis. Contoh bahan konstruksi nonlogam yang berasal dari alam
diantaranya adalah kayu, batu, pasir, tanah liat, karet alam. Sedangkan bahan
konstruksi nonlogam yang berasal sintetis diantaranya adalah plastik, karet sintetis,
semen, kaca/gelas, keramik.
BAB II
KAYU
1
Kayu
Kayu merupakan satu dari beberapa bahan konstruksi yang sudah lama dikenal
masyarakat, didapatkan dari semacam tanaman yang tumbuh di alam dan dapat
diperbaharui secara alami. Faktor-faktor seperti kesederhanaan dalam pengerjaan,
ringan, sesuai dengan lingkungan (environmental compatibility) telah membuat kayu
menjadi bahan konstruksi yang dikenal di bidang konstruksi ringan (light construction).
Pemakaian kayu sebagai bahan bangunan, telah dikenal sejak lama, tidak saja
untuk konstruksi di bawah atap, tetapi juga konstruksi di tempat terbuka, dalam air atau
ditanam di tanah. Penggunaan kayu sebagai bahan konstruksi tidak hanya didasari oleh
kekuatannya saja, akan tetapi juga didasari oleh segi keindahannya. Secara alami kayu
memiliki bermacam-macam warna dan bentuk serat, sehingga untuk bangunan expose
material kayu tidak banyak memerlukan perlakuan tambahan.
Pada perkembangan teknik penggunaan kayu struktural perlu diperhatikan
sifat-sifat dan jenis-jenis kayu serta faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu,
sambungan dan alat-alat penyambung serta keawetan kayu. Penggunaan material kayu
solid sebagai bahan bangunan dari waktu ke waktu semakin besar, apalagi semakin
berkurangnya produksi kayu hutan dan semakin kecilnya dimensi kayu solid perlu
diusahakan peningkatan daya rekat pada proses laminasi dengan jalan pemberian
besaran gaya pengempaan yang sesuai. Pemberian variasi gaya pengempaan pada balok
laminasi terhadap kuat lentur perlu dilakukan, sehingga diharapkan didapat nilai
hubungan antara gaya pengempaan terhadap kuat lentur balok laminasi, guna
penggantian kayu solid sebagai material bahan bangunan.
Keterbatasan penggunaan kayu selama ini terjadi dikarenakan keterbatasan
kayu alami yang lurus dan relative panjang sudah jarang didapatkan, serta kayu dengan
tingkat kekuatan yang tinggi sidah semakin berkurang. Oleh karena itu, maka teknologi
sambungan dan komposit material sangat penting pada perancangan struktur kayu.
Akibatnya saat ini terdapat kecenderungan beralihnya peran kayu dari bahan struktur
menjadi bahan pemerindah (dekoratif).
Struktur Kayu
Kelompok-kelompok sel kayu bergabung membentuk bagian/ anatomipohon.
Sebatang pohon dipotong melintang akan diperoleh secara kasar gambaran dan bagianbagian kayu seperti terlihat pada
lambat. Pada bagian tengah batang ada inti (pith) yang dikelilingi oleh sejumlah
cincin tahunan
Sifat Kayu
Sifat kayu dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu sifat fisika, sifat mekanik
dan sifat kimia dimana ketiga sifat tersebut sangat mempengaruhi terhadap kekuatan
suatu jenis kayu. Sifat fisik kayu dapat dibagi menjadi berat jenis, keawetan alami kayu,
warna kayu, hogroskopik, tekstur, serat, berat kayu, kesan raba, bau dan rasa. Sifat yang
sangat mempengaruhi kekuatan kayu adalah berat jenis.
Kepadatan dan berat jenis
Kepadatan atau berat unit sebuah kayu dinyatakan sebagai berat per unit volume. Hal
ini ditunjukkan untuk mengetahui porositas atau prosentase rongga/ void. Kepadatan
dan volume sangat bergantung pada kandungan air. Kepadatan akan kecil pada inti
kayu bagian dasar dan akan meningkat tajam kearah luar penampang (cross section)
dan meningkat secara perlahan ke arah ketinggian. Kepadatan suatu jenis kayu dapat
dihitung dengan cara membandingkan antara berat kering kayu dengan volume
basah. Berat kering kayu dapat diperoleh dengan cara menyimpan specimen kayu
dalam oven pada suhu 105oC selama 24 jam atau hingga berat specimen kayu tetap.
Berat jenis adalah perbandingan antara kepadatan kayu dengan kepadatan air pada
volume yang sama. Kayu terdiri dari bagian padat/sel kayu, air dan udara. Volume
adalah jumlah dari volume bagian padat, volume air dan volume udara. Ketika kayu
dimasukkan ke dalam oven atau dikeringkan, maka volume yang tetap tinggal adalah
volume bagian padat dan volume udara saja, sedangkan airnya sudah
menguap/hilang.
Cacat kayu
Kerusakan atau cacat pada kayu dapat mengurangi kekuatan dan bahkan kayu yang
cacat tersebut tidak dipakai sebagai bahan konstruksi. Cacat kayu yang sering terjadi
adalah mata kayu, retak/ belah, pecah, pingul, serat miring, gubal, lubang serangga,
serta lapuk dan hati rapuh.
Mata kayu sering terdapat pada batang kayu yang merupakan bekas cabang kayu
yang patah. Pada daerah mata kayu terjadi pembengkokkan arah serat, sehingga
kekuatan kayu menjadi berkurang. Menurut Desch dan Dinwoodie (1981),
penurunan kekuatan akibat mata kayu pada kuat geser dan kuat tekan tegak lurus
tegak lurus serat relatif kecil, pada kuat tekan sejajar serat cukup besar, dan
penurunan kekuatan yang paling besar terjadi pada kuat tarik sejajar
Gaya Pengempaan
Pengempaan bertujuan untuk menempelkan lebih rapat sehingga garis perekat yang
terbentuk dapat terbentuk serata dan sepejal mungkin dengan ketebalan setipis
mungkin. Semakin tebal garis perekat ternyata kekuatan rekatan yang dihasilkan
justru semakin rendah. Pemberian gaya kempa yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan menurunnya kekuatan rekatan tekanan tinggi menyebabkan
terdesaknya molekul-molekul perekat pada garis perekat dan berpindah dari
permukaan bahan ke dalam bahan yang direkat (penetrasi) dan perpindahan
kesamping dan ke luar dari rakitan perekat. Proses pengempaan dibagi menjadi dua
tipe yaitu tipe pengempaan dingin dan pengempaan panas. Pengempaan dingin lebih
unggul dibandingkan tipe pengempaan panas karena pengempaan dingin biayanya
lebih murah dan dapat dilaksanakan pada pembuatan produk laminasi struktural.
Kandungan air
Kayu merupakan material higroskopis, artinya kayu memiliki kaitan yang sangat erat
dengan air baik berupa cairan maupun uap. Kemampuan menyerapdan melepaskan
air sangat tergantung dari kondisi lingkungan seperti temperatur dan kelembaban
udara. Kandungan air yang terdapat pada sebuah pohon kayu sangatlah bervariasi,
tergantung pada jenis spesiesnya. Dalam satu spesies yang sama terjadi pula
perbedaan kandungan air yang disebabkan oleh umur, ukuran pohon dan lokasi
penanamannya. Pada bagian batang sebuah kayu terjadi perbedaan kandungan air,
kandungan air pada kayu gubal lebih banyak dari pada kayu teras. Air yang terdapat
pada batang kayu tersimpan dalam dua bentuk, yaitu air bebas (free water) yang
terletak di antara sel-sel kayu dan air ikat (bound water) yang terletak pada dinding
sel. Selama air bebas masih ada, maka dinding sel kayu akan tetap jenuh. Air bebas
merupakan air pertama yang akan berkurang seiring dengan proses pengeringan,
pengeringan selanjutnya akan mengurangi air ikat pada dinding sel.
Kuat tarik sejajar serat
Elemen kontruksi yang menerima beban tarik dapat dengan mudah kita temukan
pada konstruksi rangka. Kuat tarik dapat dihitung dengan cara membagi beban tarik
dengan luas tampang (cross section). Kayu memiliki kuat tarik yang lebih besar pada
arah panjang batang (sejajar serat) dari pada arah radial (tegak lurus serat), sehingga
pada konstruksi kayu harus dihindari pembebanan tarik yang tegak lurus serat kayu.
6
Kegagalan tarik memiliki kecendrungan untuk bergerak melalui bagian yang lebih
rendah kepadatannya (kayu muda/gubal), tetapi berbentuk zig-zag pada kayu yang
kepadatannya tinggi (kayu teras). Apabila batang kayu ditarik dengan beban tarik
tertentu, maka panjang batang kayu akan bertambah. Regangan didefinisikan sebagai
nilai banding antara pertambahan panjang dengan panjang batang awal.
Kuat tekan sejejar serat
Batang yang mengalami gaya tekan dijumpai pada konstruksi kuda-kudadan elemen
kolom pada portal. Kuat tekan dapat diperoleh dengan cara membagi besar gaya
tekan dengan luas tampang batang. Menurut Koebler (1980), untuk batang yang
memiliki panjang lebih dari 11 kali tebal batang, kegagalan tekan batang akan
disertai dengan munculnya tekuk atau buckling pada batang. Menurut Somaji (1995),
kuat tekan kayu pada arah tegak lurus serat berkisar antara 12% sampai 18% dari
kuat tekan sejajar serat. Kuat tekan kayu baik arah sejajar serat maupun arah tegak
lurus serat akan meningkat apabila kadar air menurun. Untuk kadar air di bawah 30%
(titik jenuh serat), penururnan setiap 1% kandungan air akan meningkatkan kuat
tekan antara 4% sampai 6%.
Kuat lentur
Kuat lentur kayu merupakan salah satu sifat mekanik kayu yang tertinggi, bila
dibandingkan dengan sifat mekanik yang lain seperti kuat tartik, kuat tekan, maupun
kuat geser. Akibat kuat lentur yang tinggi dan berat jenis yang kecil menyebabkan
kayu banyak dipakai untuk elemen lentur pada struktur ringan. Seiring dengan
meningkatnya bending momen, maka daerah sisi tekan akan membesar, sehingga
letak garis netral akan bergerak ke bawah. Urutan kegagalan sangat ditentukan oleh
jenis kayu itu sendiri, sebagai contoh untuk kayu-kayu yang tidak diawetkan,
kegagalan diawali pada daerah tekan, kemudian diikuti oleh kegagalan daerah tarik
atau daerah geser. Tegangan lentur maksimum yang terjadi pada saat keruntuhan
dikenal dengan istilah Modulus of Repture (MOR).
mekanik lainnya. Kayu memiliki kuat geser sejajar serat yang lebih kecil
dibandingkan dengan kuat geser tegak lurus serat. Cacat kayu seperti retak atau mata
kayu akan sangat mempengaruhi kuat geser kayu.
Perilaku terhadap temperatur tinggi
Sebagian kayu tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa yang kesemuanya itu
merupakan senyawa yang terbentuk dari unsur Carbon, Hidrogen dan Oksigen.
Unsur-unsur ini (Carbon, Hidrogen dan Oksigen) mudah terbakar Kayu digolongkan
sebagai material yang mudah terbakar apabila ada peningkatan temperatur ruangan
yang berlebihan. Oleh karena itu, kayu digolongkan sebagai material yang mudah
terbakar (combustible material). Perilaku struktur kayu dalam merespon api berbeda
dengan bahan strukturlainnya seperti beton atau baja. Ketika api sudah cukup untuk
membakar kayubagian luar, maka kayu bagian luar akan terbakar dan berubah
menjadi arang.Waktu yang dibutuhkan oleh api untuk membakar kayu bagian luar
sangattergantung dari kadar air kayu awal, dimensi batang kayu, ketersediaan
-
perlu diawetkan. Pada keperluan tertentu, bagian kayu gubal dari kayu kelas awet I & II
juga perlu diawetkan. Kayu-kayu yang telah diawetkan akan tahan terhadap serangan
serangga perusak dan jamur kayu walaupun kayu diletakkan di luar ruangan.
Penggolongan kayu dapat ditinjau dari aspek fisik, mekanik dan keawetan. Secara fisik
terdapat klasifikasi kayu lunak dan kayu keras. Kayu keras biasanya memiliki berat
8
satuan (berat jenis) lebih tinggi dari kayu lunak. Klasifikasi fisik lain adalah terkait
dengan kelurusan dan mutu muka kayu. Terdapat mutu kayu di perdagangan A, B dan C
yang merupakan penggolongan kayu secara visual terkait dengan kualitas muka (cacat
atau tidak) arah-pola serat dan kelurusan batang. Kadang klasifikasi ini menerangkan
kadar air dari produk kayu.
Balok
- Untuk kuda-kuda / batang struktur (cm) : 8 x (8, 10, 12, 15, 18), 10 x (10, 12,
15, 18).
- Balok antar tiang (cm) : 4 x (6, 8); 6 x (8, 12, 15); 8 x (12, 15, 18), 10 x (12, 15).
- Untuk kuzen pintu dan jendela (cm) : 6 x (10, 12, 13, 15) ; 8 x (10, 12, 15).
- Balok langit (cm) : 8 x (12, 15, 18, 20); 10 x (15, 18, 20).
- Tiang balok (cm) : 8 x (8, 10, 12); 10 x (10, 12); 12 x (12, 15).
2 Reng dan Kaso : 2 x 3; 2,5 x (3, 4, 6, 8, 10, 12); 3,5 x (3, 4, 6, 8, 10, 12, 15); 5 x (7,
8, 10, 12, 13, 15, 18 ,20, 22, 25).
9
10, 12).
4 Papan kayu. : 2 x (15, 18,20,22,25) 3 x (18,20,22,25,30) 4 x (18,20,22,25).
2.3 PENYEBAB KOROSI DAN PENCEGAHANNYA
Kerusakan atau cacat pada kayu dapat mengurangi kekuatan dan bahkan kayu
yang cacat tersebut tidak dipakai sebagai bahan konstruksi. Cacat kayu yang sering
terjadi seperti retak/belah, pecah, pingul, serat miring, gubal, lubang serangga, serta
lapuk dan hati rapuh. Retak/belah pada kayu terjadi karena proses penurunan
kandungan air (pengeringan) yang terlalu cepat. Proses pengeringan ini memaksa air
pada batang bagian dalam kayu untuk segera keluar, sehingga terbentuklah retak. Pada
batang kayu yang tipis, retak dapat terjadi lebih besar dan disebut dengan belah. Pecah
dapat disebabkan karena jatuh saat menebang. Pingul merupakan kayu yang tidak
persegian, terjadi karena kembang susut. Kondisi lingkungan yang memiliki
kelembaban udara tidak tetap (fluktuatif) dapat menyebabkan ukuran batang kayu tidak
stabil. Proses penyusutan (shrinkage) batang kayu terjadi apabila kelembaban udara di
sekitar batang kayu memaksa air pada batang kayu keluar, dan sebaliknya apabila
kandungan air pada kayu meningkat akibat tingginya kelembaban udara, maka batang
kayu akan mengembang (swalling). Besarnya kembang susut paling kecil terjadi pada
arah longitudinal, sedangkan kembang susut paling besar terjadi pada arah longitudinal.
Upaya meningkatkan keawetan kayu telah lama dilakukan, tujuannnya adalah
untuk meningkatkan ketahanan kayu terhadap serangan-serangan serangga (rayap,
bubuk, dll.) agar memperpanjang umur kayu. Lembaga Penelitian Hasil Hutan (LPPH),
membagi keawetan kayu menjadi lima kelas awet. Pembagian kelas awet tersebut
didasarkan pada kriteria yang terdapat dalam Tabel 1.2.
Tabel 1.2. Kelas Awet Kayu Berdasarkan Umurnya.
10
Membakar Kayu.
Salah satu cara untuk menambah ketahanan kayu adalah dengan membakar lapisan
luar kayu tersebut. Bagian luar yang berlapis arang tidak akan mudah termakan
rayap. Cara ini biasanya dipakai untuk tiang-tiang yang sebagian tertanam dalam
tanah. Cara ini tidak baik sebab kayu akan retak, sehingga bubuk/rayap akan mudah
masuk dalam retak-retak itu dan akan menyebabkan rusaknya kayu.
Mengetir.
Biasanya dipakai pada tiang pagar dan rangka atap dari kayu muda. Ada dua macam
tir yang sering dipakai yaitu : kolter dan sweedsteer warnanya coklat muda dan
cair.
Penggunaan Karbolium.
Karbolium lebih baik dari pada tir, sebab pori-pori kayu tidak tertutup dan getahnya
masih bisa keluar. Biasanya digunakan pada bangunan air dan umum, misalnya untuk
tiang jembatan dalam laut, perahu, dll.
11
dimasukan, lalu diproses sampai 10 atmosfir. Penggunaan minyak ini juga bisa
disapukan atau dicatkan dibagian luar seperti mengetir.
5
Proses Burnett.
Proses ini sama dengan proses minyak kreosoot, hanya bahannya yang berbeda yaitu
Zn Cl2 berbusa dan tak berwarna. Cara ini tidak dapat digunakan untuk struktur yang
terendam air.
Proses Kijan.
Kayu direndam dalam air yang sudah dicampur bahan pengawet Hg Cl2 (zat cair
putih yang beracun sangat berbisa dan tak berwarna) selama 5 - 14 hari, kemudian
ditumpuk pada tempat yang berangin. Kayu yang sudah diobati tidak berbau dan
berwarna, setelah kering bisa di cat. Cara ini tidak baik jika digunakan pada struktur
yang berlengas, juga tidak baik dipadukan (komposit) dengan besi.
Proses Wolman.
Proses ini menggunakan garam wolman, yaitu bahan pengawet yang terdiri dari Na
Fe di tambah dini trophenol dan bichromat kers. dijual dalam bentuk bubuk. Kayu
yang akan diawetkan harus dikeringkan terlebih dahulu, kemudian direndam dalam
air yang sudah dicampur garam wolman selama 7 hari dan kemudian dikeringkan.
12
BAB III
TANAH LIAT
3.1
Tanah Liat
Tanah merupakan bahan bangunan yang berasal dari alam, berupa bumi ini,
yang terdiri dari air, udara dan butir-butir tanah yang padat, dimana bagian yang berisi
dengan air dan udara disebut dengan rongga atau pori. Perbandingan isi air dengan
udara dalam pori ini menentukan kondisi tanah tersebut, yaitu apabila tanah tersebut
kering, maka volume udara dalam pori lebih sedikit dibanding volume udara, maka
tanah tersebut dikatakan basah. Apabila pori penuh diisi air, sehingga tidak ada udara di
dalamnya, maka tanah dikatakan sebagai tanah jenuh.
Sifat-sifat umum tanah dapat dilihat dari besarnya nilai-nilai parameter tanah
yang bersangkutan, misalnya:
jenis.
Angka rongga, yaitu perbandingan volume rongga dengan volume total tanah.
Porositas merupakan perbandingan volume air dengan volume pori. Kadar air
merupakan jumlah air dalam tanah atau volume air disbanding dengan volume tanah.
Derajat kejenuhan dan lain-lain.
Dalam membahas masalah macam-macam tanah, maka perlu diketahui bahwa
yang digunakan untuk membedakannya adalah dari besar butiran, berdasarkan kepada
analisa ayakan.
a. Pasir
Pasir merupakan tanah dengan butiran yang keras dan tajam, yang lolos pada ukuran
saringan 0,07 mm sampai dengan 4,76 mm, merupakan butiran-butiran yang kepas.
Dalam penggunaannya sebagai agregat halus pada beton tidak diijinkan mengandung
lumpur lebih besar dari 5% dari berat kering pasir.
b. Lanau
Lanau merupakan tanah dengan butiran kecil dari 0,07 mm, dan bersifat mudah
menyerap air. Sehingga apabila terendam air menjadi lumpur.
c. Lempung
13
Lempung atau tanah liat merupakan tanah dengan butiran yang sangat halus, bersifat
plastik, yaitu mudah dibentuk, dan mempunyai daya lekat.
3.2
setelah keluar akan berbentuk balok-balok tanah liat dengan ukuran lebar tertentu,
selanjutnya balok-balok tersebut dipotong-potong sesuai ukuran yang diinginkan.
Balok-balok tanah liat tersebut kemudian dimasukkan kedalam ruang untuk
diangin-anginkan atau dilakukan pengeringan dengan udara. Setelah kering udara
bata matahari. Pengeringan terakhir dilakukan dengan menggunakan tungku
pengering. Hasil proses dari tungku ini merupakan bata merah yang kering. Keras
dengan bentuk yang bagus, yang akhirnya dikemas, siap untuk dijual. Bata merah
produksi tradisional teksturnya kasar, kepadatannya tidak rata, ukuran.
2. Genteng
Genteng dalam bangunan digunakan sebagai penutup atap, dalam buku
Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI) 1982, ada beberapa
macam genteng, yaitu genteng dari bahan beton, keramik, kaca, bambu dan tanah.
Genteng tanah merupakan tanah liat yang diproses seperti pembuatan bata merah,
sehingga menjadi bahan yang keras dan tidak tembus.
3. Keramik
Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI) 1982 dan
dalam buku Bahan Bangunan. Ir. Kardiyono Tjokrodimulyo, ME, (1995).,
keramik merupakan tanah liat murni yang dicampur dengan kaolin, serisit, silikat
(kuarsa, felspar) bahan-bahan tersebut dan seterusnya diaduk dengan ditambahkan
air menjadi campuran. Selanjutnya campuran-campuran dicetak sesuai dengan
bentuk yang dikendaki. Setelah kering udara dibakar pada suhu yang tinggi,
sehingga menjadi produk setengah jadi. Kemudian diglazzur dengan bahan
pemoles, hingga menjadi produk jadi. Dalam proses pembakaran, bahan campuran
tersebut akan bereaksi satu sama lain, sehingga menjadi bahan yang keras, licin
dan bersifat sebagai isolator. Pemanfaatan bahan keramik antara lain: ubin, pelapis
dinding, genteng, isolator dan lain-lain.
4. Pipa tanah liat
Pipa tanah liat umumnya digunakan untuk saluran pembuangan air kotor berupa
pipa lurus atau yang berbentuk leher angsa. Yang dibuat dari tanah liat dibakar
seperti proses pembuatan bata merah.
3.3
15
16
BAB IV
PASIR
4.1
Pasir
Aggregat halus atau dalam istilah yang popular disebut pasir merupakan
bahan bangunan yang paling banyak dipakai dalam industri konstruksi, sehingga
kebutuhan
pasir
setiap
harinya
sangat
banyakapalagi
daerah
kota
yang
pembangunannya sangat pesat. Dalam bidang teknik sipil dikenal dua macam agregat
sebagai bahan pengisi, yaitu agregat kasar dan agregat halus
Agregat Kasar
Aggregat kasar identik dengan kerikil, batu pecah, dan sebagainya. Untuk
campuran beton digunakan kerikil yang berasal dari hasil produksi pabrik stone
crusher (pabrik pemecah batu alam). Agregat kasar, dalam hal ini kerikil, juga
mempunyai syarat-syarat tertentu agar dapat digunakan dalam campuran beton.
Tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton.
Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% terhadap berat kering.
Agregat kasar berasal dari butiran-butiran yang keras dan tajam, dan tidak
atau hancur oleh pengaruh-pengaruh alam, seperti terik matahari atau hujan
Penimbunan pasir harus dipisahkan dari material lainnya, karena pasir yang
Pasir Alam , yaitu pasir yang bersumber dari gunung, sungai, pasir laut, bekas
4.2
Aplikasi Pasir
Ada beberapa jenis pasir yang biasa dijual diantaranya :
-
Pasir Beton
Pasir Beton adalah pasir yang bagus untuk bangunan dan harganya lumayan
mahal, anda bisa lihat di daftar harga pasir. Pasir Beton biasanya berwarna
hitam dan butirannya cukup halus, namun apabila dikepal dengan tangan tidak
menggumpal dan akan puyar kembali. Pasir ini baik sekali untuk pengecoran,
plesteran dinding, pondasi, juga pemasangan bata dan batu.
Pasir Pasang
Pasir Pasang adalah pasir yang lebih halus dari pasir beton ciri cirinya apabila
dikepal dia akan menggumpal tidak kembali lagi ke semula. Jenis pasir ini
harganya lebih murah dibanding dengan pasir beton. Pasir pasang biasanya
dipakai untuk campuran pasir beton agar tidak terlalu kasar sehingga bisa
dipakai untuk plesteran dinding.
Pasir Elod
Pasir Elod adalah pasir yang paling halus dibanding pasir beton dan pasir
pasang. Harga Pasir ini jauh lebih murah dibanding Jenis Pasir yang lainnya.
Ciri ciri pasir elod adalah apabila dikepal dia akan menggumpal dan tidak akan
puyar kembali. Pasir ini masih ada campuran tanahnya dan warnanya hitam.
Jenis pasir ini tidak bagus untuk bangunan. Pasir ini biasanya hanya untuk
campuran pasir beton agar bisa digunakan untuk plesteran dinding, atau untuk
4.3
(susunan dan bentuk kristal dari mineralnya). Kekuatan agregat bisa diperoleh dari
pengujian langsung terhadap sejumlah benda uji menurut standar BS 812-1976, ASTM
C 131 C 535 (memakai mesin aus Los Angeles) atau SII 0087-75. Pada dasarnya
pengujian
dilakukan
dengan
cara
dengan perbandingan bagian aus yang menembus ayakan 0.3 mm. Kekuatan
agregat akan berpengaruh terhadap kekuatan beton yang dibentuknya.
Porositas agregat akan berpengaruh langsung terhadap sifat-sifat agregat,
seperti : berat jenis, daya serap air, modulus elastisitas, ketahanan aus, dan stabilitas
beton yang tersusun. Ada 2 (dua) macam porositas, yaitu :
Ukuran Ayakan
(mm)
4,75
2,36
1,18
0,6 4
0,3 1
0,15
0,075
Pasir Alam
100
95 100
70 100
40 - 70
10 - 35
2 - 15
0-5
Persen lolos
Pasir Buatan
100
95 - 100
70 - 100
40 - 70
20 - 40
10 - 25
0 - 10
Menurut peraturan di Inggris tentang gradasi pasir untuk beton dan diadopsi di
Indonesia dengan SK SNI T - 15 - 1990 03, bahwa kekasaran pasir untuk beton
19
dibagi menjadi empat zona, yaitu pasir halus (zona 4), pasir agak halus ( zona 3),
pasir agak Kasar (zona 2), dan pasir kasar ( zona 1).
Tabel Zona Kekasaran Pasir
Ukuan Ayakan (mm)
10
4,8
2,4
1,2
0,6
0,3
0,15
I
100
90 - 100
60 - 95
30 - 70
15 -34
5 - 20
0 - 10
IV
100
95 - 100
95 - 100
90 -100
80 - 100
5 - 50
1
- 15
BAB V
KARET ALAM
5.1
Karet Alam
Seperti yang telah dijelaskan lateks berasal dari partikel karet yang dilapisi
protein dan fosfolipid. Protein ini akan memberikan muatan negatif yang mengelilingi
partikel karet sehingga mencegah terjadinya interaksi antara sesama partikel karet,
dengan demikian sistem koloid lateks akan tetap stabil. Namun dengan adanya
mikroorganisme maka protein yang terdapat dalam partikel karet akan rusak dan
terjadilah interaksi antara partikel karet membentuk flokulasi atau gumpalan.
Pembekuan atau koagulasi bertujuan untuk mempersatukan (merapatkan) butir-butir
karet yang terdapat dalam cairan lateks, supaya menjadi suatu gumpalan atau koagulum.
Untuk membuat koagulum ini, lateks perlu dibubuhi bahan pembeku (koagulan) seperti
asam semut atau asam cuka. Lateks segar yang diperoleh dari hasil sadapan mempunyai
pH 6,5. Agar dapat terjadi penggumpalan atau koagulasi, pH yang mendekati netral
tersebut harus diturunkan sampai pH 4,7.
20
Compo crepe adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, scrap pohon,
berwarna hitam
Pure smoked blanket crepe adalah crepe yang diperoleh dari penggilingan karet
asap yang khusus berasal dari RSS, termasuk juga block sheet atau sheet
bongkah, atau dari sisa pemotongan RSS. Jenis karet lain atau bahan bukan
karet sheet, crepe maupun lateks pekat tidak berlaku pada jenis ini
Tyre rubber
22
Tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang
setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk
pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya.
Karet reklim (reclaimed rubber)
Karet reklim adalah karet yang diolah kembali dari barang-barang karet bekas,
terutama ban-ban mobil bekas dan bekas ban-ban berjalan. Karenanya boleh
dibilang karet reklim dalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah divulkanisir.
Biasanya karet reklim banyak dipakai sebagai bahan campuran sebab bersifat
mudah mengambil bentuk dalam acuan serta daya lekat yang dimilikinya juga
baik.
5.2 Aplikasi Karet Alam Sebagai Bahan Konstruksi
Pemanfaat karet dalam bidang industri salah satunya yaitu sebagai penyekat,
pengisolasi listrik (selang kabel), bahan pembuatan pipa (selang) untuk bahan-bahan
yang tidak berbahaya dan tidak memiliki suhu tinggi. Dalam perkembangan teknologi
karet banyak dicampurkan pada pembuatan cat, karena sifatnya yang elastis.
Karet lunak digunakan untuk pengisolasian kabel, sselang yang fleksibel,
penahan goncangan, tali, pelapis bejana-bejana besi dan baja (karet direkatkan dengan
perekat khusus bejana), pipa-pipa saluran.
Ebonit yang keras digunakan untuk pelapis pompa dan keran, untuk kerankeran yang lebih kecil tidak perlu penguat logam. Berikut merupakan contoh dari
aplikasi karet alam sebagai bahan konstruksi:
-
aspal polimer yang mengunakan lateks terlalu tinggi, sehingga sulit untuk
diaplikasikan dengan cara penyemprotan (spraying).
Penggunaan lateks pekat dengan kadar air < 40% (LP-AR), Lateks LP-KR yang
memiliki kandungan karbohidrat rendah, dan Daya lekat yang dimiliki lateks LP-VR
sesuai sebagai bahan adiftif aspal. Dengan menggunakan lateks LP-AR yang
berkadar air rendah mengakibatkan pengaruh muncratan air ketika lateks ditambah
ke aspal dapat dikurangi sehingga sesuai sebagai aditif aspal, khususnya aspal
campuran panas (hot mix). Lateks LP-KR memiliki kandungan karbohidrat rendah,
sedangkan karbohidrat dalam jumlah besar akan menghambat setting semen sehingga
penggunaannya sesuai sebagai aditif semen beton. Daya lekat lateks LP-VR
disebabkan bobot molekul atau viskositas molekul karetnya lebih rendah dari
molekul karet dalam lateks pekat. Sehingga lateks LP-VR sesuai sebagai aditif bahan
tambal jalan aspal dan jalan beton. Dengan bobot molekulnya yang rendah tersebut
juga akan berpengaruh pada kenaikan viskositas aspal dikurangi sehingga sesuai
-
BAB VI
BATU
6.1
Batu
Batuan Batuan adalah benda alam yang menjadi penyusun utama bumi.
Kebanyakan batuan merupakan campuran mineral yang tergabung secara fisik satu
sama lain. Beberapa batuan terutama tersusun dari satu jenis mineral saja, dan sebagian
kecil lagi dibentuk oleh gabungan mineral, bahan organik serta bahan bahan vulkanik.
Batuan dipelajari dalam petrologi yaitu satu ilmu yang mempelajari tentang berbagai
macam batuan yang terdapat dalam kerak bumi baik cara terjadinya maupun
klasifikasinya.
Unsur-unsur yang membentuk batuan yang merupakan lapisan (kerak) luar bumi :
Oksigen (O2) : 49,4 %
Silisium (Si) : 25,4 %
Aluminium (Al)
: 7,5 %
Besi ( Fe )
: 4,7 %
Kalsium (Ca) : 3,4 %
Natrium (Na) : 2,6 %
Kalium (K) : 2,4 %
Magnesium (Mg)
: 2,0 %
Jenis-jenis Batu Alam menurut proses kejadiannya :
- Batuan Beku Batuan beku berasal dari cairan magma yang membeku akibat
mengalami pendinginan. Menurut ilmu petrologi semua bahan beku terbentuk dari
magma karena membekunya lelehan silikat yang cair dan pijar. Magma yang cair dan
pijar itu berada di dalam bumi dan oleh kekuatan gas yang larut di dalamnya naik ke
atas mencari tempat-tempat yang lemah dalam kerak bumi seperti daerah
patahan/rekahan. Magma akan keluar mencapai permukaan bumi melalui pipa
gunungapi dan disebut lava, akan tetapi ada pula magma yang membeku jauh di
dalam bumi. Klasifikasi Batuan beku Berdasarkan letak kejadiannya, batuan beku
dibagi menjadi tiga, yaitu:
25
- Batuan beku dalam (plutonik) Batuan beku dalam adalah batuan yang terbentuk
barada jauh di dalam bumi (15-50 km), proses pendinginan sangat lambat karena
dekat dengan astenosfer sehingga batuan seluruhnya terdiri atas kristal-kristal.
Contoh batuan beku dalam : granit, granodiorit, gabro.
- Batuan beku korok (hypabisal) Terbentuk pada celah-celah / pipa gunungapi,
proses pendinginanya relative cepat sehingga batuannya terdiri atas kristalkristalyang tak sempurna dan bercampur dengan masa dasar sehingga membentuk
struktur porfiritik. Contohnya granit porfiri dan diorit porfiri. Granit porfiri
disebut dengan gang (batuan intrusi). magma yang mempunyai susunan granit itu
membeku dalam sebuah gang, maka batuan yang terbentuk itu disebut porfiri
granit yang berarti granit yang bertekstur porfiri.
- Batuan beku luar (efusif) Terbentuk di (dekat)permukaan bumi. Proses
pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk kristal. Struktur
batuan ini dinamakan amorf. Contohnya obsidian, riolit, batu apung. Manfaat
batuan beku Tiap jenis mineral mempunyai sifat dan komposisi mineral tertentu,
tidak semua jenis batuan dapat digunakan untuk semua jenis pekerjaan. Batuan
mempunyai kegunaan sendiri tergantung sifatnya, misalnya :
Batuan yang mempunyai kerapatan tinggi dan tidak porus sangat baik untuk
pekerjaan di laut
Batuan yang berat, keras, dan mempunyai daya tahan besar sesuai untuk
digunakan sebagai fondasi bangunan pengeras jalan juga bahan lantai
Batuan yang umumnya berat jenis 2,6, baik untuk digunakan sebagai
bahan pekerjaan teknik berat.
- Batuan Sedimen adalah batuan yang terjadi karena pengendapan materi hasil erosi.
sekitar 80% permukaan benua tertutup batuan sedimen, waluapun volumnya hanya
sekitar 5% dari volum kerak bumi. Klasifikasi Batuan Sedimen Berdasarkan tenaga
yang mengangkut hasil pelapukan dan erosi batuan sedimen dapat digolongkan atas 3
bagain :
Sedimen Aquatis, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga air. Contohnya :
kristalkristal besar.
Metamorfik Dinamo Yaitu suatu perubahan mineral satu ke mineral lainnya
(batuan yang disebabkan karena tekanan tinggi yang dihasilkan oleh gerak
diatropisme). Metamosfosa ini banyak dijumpai di daerah patahan dan lipatan.
Batu lunak ( 4 kg/cm2 8 kg/cm2), yaitu batu alam yang mudah digali dan
dipatahkan dengan tangan. Batu ini mengalami proses pelapukan dan banyak
mengandung retakan.
Batu sedang ( 8 kg/cm2 18 kg/cm2), batuan alam ini sukar digali dengan
peralatan tangan. Bagian pecahan/patahan tidak dapat dipatahkan dengan
Penggunaanya : Berbutir halus untuk pembuatan jalan-jalan dan jembatanjembatan yang akan dibebani beban berat. Konstruksi bangunan air dan
konstruksi bagian luar. Berbutir kasar tugas yang tidak begitu berat seperti :
Penggunaannya :
Bahan untuk pembuatan plamier plesteran, adukan dan batu cetak masih dalam
penyelidikan.
Diluar negeri telah dipakai sebagai lembaran-lembaran untuk dinding-dinding
ruangan bertingkat, karena sifatnya yang ringan, sifatnya yang hidraulis baik
PERLIT
Perlit adalah batuan vulkanis yang terbentuk oleh sfeorida-sfeorida kecil, berbutir
halus seperti mutiara dan biasanya merupakan suatu gumpalan-gumpalan besar
yang padat berupa gelas. Warnanya dari kelabu mudah sampai kelabu kehitamhitaman. Bila dipanaskan secara bertahap-tahap hingga mencapai suhu antara 9501050oC, Perlit akan mencapai perkembangan isi tetap dan maksimum. Sifat
29
Kg/m2.
BATU PASIR KWARSA (SANDSTONE)
BATU PASIR KWARSA (SANDSTONE).jpgBatuan ini disebut pula batu pasir,
termasuk golongan batuan-batuan yang rekat dan di semen. Dari sekian banyak
batuan-batuan yang disemen, batu pasir adalah merupakan batuan yang terpenting
yang dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan. Batu Kwarsa ini dibentuk
karena konsilidasi dari butir-butiran pasir yang kwarsa dan biasanya bercampur
pula dengan kerikil. Sebagai bahan perekatnya dapat silikat sendiri, kapur, tanah
liat, besi oksida, dll. Warnanya biasanya tergantung dari warna perekatnya, warna
yang putih dari silikat atau kapur, warna kemerah-merahan dari warna besi oksida.
Yang dibentuk oleh bahan perekat silikat adalah yang paling stabil dan kuat dapat
mencapai kekuatan tekan hingga 2500 Kg/cm2. Berat jenisnya = 3,7 ton/m3.
- Penggunaannya :
- Untuk dinding-dinding atau ubin diruangan yang tidak akan mendapat suhu
yang panas ini, disebabkan karena batu pasir kwarsa mempunyai sifat
-
pirit didalamnya
Penahan rel kereta api
30
KWARSIT
Bahan ini adalah batuan metamorf dari batu pasir kwarsa. Karena proses
metamorfose butir-butiran kwarsanya mengalami rekristilisasi, pertumbuhan dari
butir-butirannya sedemikian rupa sehingga bahan perekatnya tidak dapat diketahui
lagi batas-batasnya.
Warnanya dapat putih, ungu, atau kuning gelap. Kekuatan tekannya kurang lebih
4000 Kg/cm2, tahan terhadap iklim. Karena kekerasanya yang tinggi, agak sukar
dikerjakan akan tetapi dapat dipergunakan sebagai untuk tugas-tugas berat, seperti
menahan jembatan, pondasi dan dinding-dinding luar. Batu pecahan lama
kelamaan dapat menjadi bulat dengan permukaannya yang licin. Batu-batu yang
terbentuk ini disebut batu kerikil (graveks) perubahan bentuk ini disebabkan oleh
erosi. Erosi adalah perubahan dari pengangkutan bahan-bahan batuan dari air atau
angin. Batu kerikil lama-kelamaan dapat pecah-pecah lagi menjadi berbagai
macam pasir, seperti pasir kwarsa, dan pasir kwarsa lainnya, dan akhirnya menjadi
tanah liat.
BASALT
Suatu batuan beku yang berbutir halus, warnanya sangat gelap, kehitam-hitaman,
dan agak hijau. Terdiri dari kapur dan natron felspar dengan piroksin dengan bijibiji besi dan magnesium. Jumlah SiO2 kurang dari 50%. Mempunyai ciri-ciri
(sifat-sifat) sbb:
- Berat jenisnya antara 2,9-3,3 ton/m3
- Kekuatan tekannya dapat mencapai 5000 kg/cm2
- Karena kekerasaanya yang tinggi dan sifatnya yang getas, agak sukar untuk
dikerjakan. Kebanyakan dipakai untuk pembuatan jalan dan selainnya sama
seperti Granit.
ANDESIT (ANDESITE)
Terdiri terutama dari kapur dan natron, felspar (Ca A12S1O8) dan (Na A 1 Si3O8)
didalam berbagai perbandingan, sisanya biasanya pirogin dan sedikit kwarsa
bebas, jumlah SiO antara 55-65%.
Tanda-tandanya sebagai berikut :
Warnanya abu-abu kehijau-hijauan hingga abu-abu gelap.
Berat jenisnya antara 2,8-2,7 ton/m3
Kekuatan tekannya antara 600-2400 Kg/cm2
Bila telah melalui derajat pelapukan tertentu akan berubah menjadi tras.
Penggunaannya sangat luas didalam teknik bangunan seperti : sebagai batu
pecahan, penahan atau pengeras jalan dan rel, untuk dinding, didalam bangunan
Batu kali atau sering pula dinamakan batu guling, bentuk dari batu ini umumnya
membulat karena selalu terkena air sungai dan kadang-kadang berguling-guling
terdorong oleh aliran sungai yang deras.
Jenis batu-batu ini berwarna abu-abu, permukaannya agak kasar, agak berporipori dan tahan terhadap air. Oleh karena itu ia termasuk batu-batu yang kukuh.
Beratnya antara 50-100 kg tiap-tiap buahnya, sering sekali dipergunakan pada
konstruksi-konstruksi di tepi laut, di pelabuhan-pelabuhan, sedangkan yang
ukurannya lebih kecil dipakai untuk pondasi batu-batu gedung, kaki dinding, batu
-
plesteran.
GIPS
Gips adalah batuan sedimen kalsium silikat yang mengandung 2 (dua) molekul air
kristal CaSO4.2H2O. endapannya diakibatkan biasanya oleh reaksi kimia paling
banyak terjadi di lautan dari pada di danau-danau. Dapat diperoleh murni atau
mengandung kotoran-kotoran yang biasanya terdiri dari batu kapur dan berbagai
macam tanah liat. Warnanya biasanya putih, kuning, hingga gelap.
Sifat-sifatnya :
- Bila dipanaskan pada suhu 115-150oC akan diperoleh gips chemi-hidrat.
- Bila dipanaskan pada suhu 200oC air kristalnya akan hilang dan menjadi gips
-
Gelas selonit yaitu lembaran gips dengan ukuran yang besar dan dapat
ditembus penglihatan.
- Gips serat atau disebut juga gips sutra karena mengkilap seperti sutra.
- Alabaster berbutir halus.
- Batu gips berbutir halus sekali dan kompak.
- PENGGUNAANNYA
- Plester : untuk berbagai macam adukan, pembuatan berbagai macam panil,
-
kering.
Gips Estrich untuk pembuatan lantai, dinding, juga dipakai sebagai katalisator
bangunan.
BATU KAPUR ( LIMESTONE )
batu kapur adalah suatu batuan yang terutama terdiri dari mineral kalsite ( calsite
= CaCO3 ). Bentuk kristalnya bermacam-macam. Bila keseluruhannya terdiri dari
kalsit, maka warnanya putih keabu-abuan, bila gabungan dari logam-logam besi
memberi warna merah coklat, sedangkan gabungan magnesium memberi warna
abu-abu keputih-putihan. Kebanyakan batu kapur terjadi sebagai endapanendapan laut di daerah tropik, hasil dari sisa-sisa organisme yang telah mati,
seperti algas, foraminifera, koral, dsb.
Pengendapan ini semula merupakan suatu massa larutan garam kalsium terutama
sulfat, di dalam air laut diakibatkan oleh semacam bakteri yang mampu
mengendapkan CaCO3 dan kemudian berkonsolodasi menjadi batu kapur yang
kompak. Penggunaannya :
- Adukan
- Beton
- Ubin
- Pembuatan batu cetak
- Semen portland
- Gelas kaca, dll.
- MARMER ( MARBLE )
Marmer adalah batu kapur metamorf, karenanya butiran-butiran kristalnya telah
mengalami rekristalisasi. Terdiri dari mineral kalsit CaCO3 dan kadang juga
tercampur dengan dolomit ( CaCO3.MgO3 ).
33
Derajat besarnya butiran-butiran mulai halus sekali dan sukar dilihat hingga yang
besar sekali dan mudah dilihat. Butirannya saling mengikat satu sama lain dengan
kuatnya. Bila murni warnanya putih bersih dan warna-warna lainnya adalah warna
dari kotoran-kotorannya seperti warna gabungan logam. Penggunaannya :
- Berdasarkan penggunaannya , marmer dibagi dua :
- Marmer Ordinario
Dipakai sebagai bahan bangunan untuk pembuatan dinding, ubin, batu
bangunan, wc, papan sambungan listrik, papan meja mandikan mayat, papan
meja asa, dll.
- Marmer Statuario
Dipakai khusus untuk pembuatan patung, tugu, pilar, kuburan, dll.
- Batu marmer dapat digolongkan dalam dua golongan yaitu :
- Marmer murni
Golongan ini berwarna putih polos, kadang-kadang sekali dengan tambahan uraturat berwarna gelap yang berasal dari bahan-bahan seperti oksida besi, hidraulik
besi, dan granit yang memberi warna khusus di tempat-tempat tertentu. Golongan
marmer ini setelah dipolis kelihatan mengkilap sekali, dan banyak dipakai untuk
-
6.2
tersebut.
Akibat pembekuan air
Batuan bisa pecah/hancur akibat pembekuan air yang terdapat di dalam batuan.
Misalnya di daerah sedang atau daerah batas salju, pada musim panas, air bisa masuk
ke pori-pori batuan. Pada musim dingin atau malam hari air di pori-pori batuan itu
menjadi es. Karena menjadi es, volume menjadi besar, akibatnya batuan menjadi
pecah.
Akibat perubahan suhu tiba-tiba
Kondisi ini biasanya terjadi di daerah gurun. Ketika ada hujan di siang hari
menyebabkan suhu batuan mengalami penurunan dengan tiba-tiba. Hal ini dapat
akhirnya pecah, dan akhirnya hancur berkeping-keping. Pelapukan seperti ini Anda
bisa perhatikan di daerah gurun. Di daerah Timur Tengah (Arab) temperatur siang
hari bisa mencapai 60 derajat Celcius, sedangkan pada malam hari turun drastis dan
bisa mencapai 2 derajat Celcius. Atau pada saat turun hujan, terjadi penurunan suhu,
-
ponor, sungai bawah tanah, stalagtit, tiang-tiang kapur, stalagmit, atau gua kapur.
Karren
Di daerah kapur biasanya terdapat celah-celah atau alur-alur sebagai akibat
pelarutan oleh air hujan. Gejala ini terdapat di daerah kapur yang tanahnya
dangkal. Pada perpotongan celah-celah ini biasanya terdapat lubang kecil yang
disebut karren.
Ponor
Ponor adalah lubang masuknya aliran air ke dalam tanah pada daerah kapur yang
relatif dalam. Ponor dapat dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu dolin dan pipa
karst. Dolin adalah lubang di daerah karst yang bentuknya seperti corong. Dolin
ini dibagi menjadi 2 macam, yaitu dolin korosi dan dolin terban. Dolin korosi
terjadi karena proses pelarutan batuan yang disebabkan oleh air. Di dasar dolin
diendapkan tanah berwarna merah (terra rossa). Sedangkan dolin terban terjadi
36
berlubang, berlapis-lapis, dan agak tumpul. Jika stalaktit dan stalakmit bisa
bersambung, maka akan menjadi tiang kapur (pillar).
- Pelapukan Biologis
- Mungkin Anda pernah melihat orang sedang memecahkan batu. Batu yang
besar itu dihantam dengan palu menjadi kerikil-kerikil kecil yang digunakan
untuk bahan bangunan. Atau mungkin Anda pernah melihat burung atau
binatang lainnya membuat sarang pada batuan cadas, lama kelamaan batuan
cadas itu menjadi lapuk. Dua ilustrasi ini merupakan contoh pelapukan
-
biologis.
Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis terjadi akibat proses
organis. Pelakunya adalah mahluk hidup, bisa oleh tumbuh-tumbuhan, hewan,
atau manusia. Akar tumbuh-tumbuhan bertambah panjang dapat menembus
dan menghancurkan batuan, karena akar mampu mencengkeram batuan.
Bakteri merupakan media penghancur batuan yang ampuh. Cendawan dan
lumut yang menutupi permukaan batuan dan menghisap makanan dari batu
bisa menghancurkan batuan tersebut.
37
BAB VII
PENUTUP
Bahan konstruksi yang berasal dari nonlogam terdiri dari dua golongan yaitu
alam dan sintetis. Contoh bahan konstruksi nonlogam yang berasal dari alam
diantaranya adalah kayu, batu, pasir, tanah liat, karet alam. Kayu merupakan satu
dari beberapa bahan konstruksi yang sudah lama dikenal masyarakat, didapatkan
dari semacam tanaman yang tumbuh di alam dan dapat diperbaharui secara alami.
Faktor-faktor seperti kesederhanaan dalam pengerjaan, ringan, sesuai dengan
lingkungan (environmental compatibility) telah membuat kayu menjadi bahan
konstruksi yang dikenal di bidang konstruksi ringan (light construction).
38
DAFTAR PUSTAKA
http://asat.staff.umy.ac.id/files/2010/02/2.-Inti-STRUKTUR-KAYU.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND.TEKNIK_SIPIL/195306261981011E._KOSASIH_DANASASMITA/SK11.pdf
http://sisfo.itp.ac.id/bahanajar/BahanAjar/Mulyati/Struktur%20Kayu/Materi
%20Pertemuan%20I,II,III.pdf
http://www.polines.ac.id/teknis/upload/jurnal/jurnal_teknis_1336645876.pdf
hmtsfst.ukm.unsoed.ac.id/files/.../58288209-kayu.pdf
39