You are on page 1of 18

PEMBAHASAN HASIL MONEV

PENYELENGGARAAN OTONOMI
DAERAH
D.I. JOGJAKARTA

Dr. Wahyudi Kumorotomo, MPP


www.kumoro.staff.ugm.ac.id
kumoro@map.ugm.ac.id

1.
2.

3.

4.

5.
6.

Otonomi Daerah dan


Demokratisasi
Pendidikan politik; pemberian otonomi akan

memberi peluang lebih besar bagi partisipasi politik


Melatih kepemimpinan politik; pemerintah daerah
yang otonom akan memberi pengalaman mengenai
sistem kepartaian, peran legislatif, metode formulasi
kebijakan, dsb
Stabilitas politik; sistem pemerintahan yang
terdesentralisasi akan memungkinkan terciptanya
demokrasi yang stabil karena masyarakat dapat
memilih pemimpin yang mereka percayai.
Persamaan politik; dengan menyediakan peluang
partisipasi dalam pembuatan kebijakan,
pemerintahan yang otonom akan menjamin
persamaan politik warganya.
Akuntabilitas; Setiap hak individual akan lebih
terjamin sehingga masyarakat lebih bebas.
Responsivitas (daya-tanggap); Pemerintahan yang
otonom akan mampu menyediakan apa yang
dikehendaki oleh rakyatnya.

Pelimpahan Wewenang di Indonesia


Metode yang dianut adalah general
competence, dengan sedikit modifikasi
Perumusan kewenangan daerah ditetapkan
berdasarkan kewenangan residual, dengan
rumusan eksplisit dimulai dari pemerintah
pusat, yi: bidang pertahanan dan keamanan,
kebijakan moneter dan fiskal, politik luar
negeri, agama, justisi.
Dalam peraturan lebih teknis, perumusan
kewenangan didahului dengan kewenangan
pemerintah pusat dan pemerintah provinsi,
menurut PP No.25/2000).
Perumusan berdasarkan pengakuan
kewenangan dalam tiga jenjang (pusat,
provinsi, kabupaten/kota) menurut PP
No.38/2007.

Perbedaan
Fundamendtal

UU No 32/2004 meletakkan otonomi atas dasar lima


landasan yaitu: (1) demokrasi, (2) partisipasi dan
pemberdayaan, (3) persamaan dan keadilan, (4) pengakuan
atas potensi daerah dan perbedaannya, (5) penguatan
parlemen lokal.
Pengakuan adanya otonomi luas, kecuali lima urusan
pemerintah pusat.
Bertanggung jawab terhadap semua urusan yang telah
diresahkan kepada daerah mulai dari perencanaan,
penganggaran, implementasi, dan evaluasinya.
Daerah diberi kewenangan untuk mengurus urusan
keuangan, kepegawaian dan organisasi daerah.
Pemerintah daerah tidak termasuk DPRD (ada pemisahan
yang jelas).
Instansi vertikal digabung dengan dinas daerah.
Kecamatan memiliki fungsi dekonsentrasi, pemerintahan
desa berhak untuk memilik kepala desa dan BPD sendiri.

REALISASI PEMBAGIAN
KEWENANGAN DALAM PENATAAN
KELEMBAGAAN PERANGKAT
DAERAH

Diberikan keleluasaan daerah untuk


menatanya sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhan
Daerah mempunyai keadaan dan kemampuan
yang berbeda
Kewenangan daerah dalm konstruksi otonomi
UU No.32/2004 seharusnya lebih leluasa
ketimbang ketika diatur oleh UU No.5/1974
Peraturan pemerintah seharusnya tidak
mengatur yang cenderung membatasi
keleluasaan dan keberagaman daerah

Muatan PP No.38/2007

Pembagian kewenangan antara


pemerintah pusat, provinsi, kab/kota
secara rinci (lampiran 856 hal, mirip
dengan muatan Kepmendagri 130-67 th
2002)
Kewenangan wajib (basic services): 26
urusan
Kewenangan pilihan (core
competence) : 8 urusan.
Bagaimana dengan urusan
pemerintahan yang konkuren?

Muatan PP No.41/2007

Penyusunan SOT berdasarkan penilaian mandiri (selfassessment)


Struktur inti: kepala daerah & wakil dibantu staf
(sekretariat), unsur pengawas (inspektorat), unsur
perencana (badan), unsur pendukung (lembaga teknis
daerah), unsur pelaksana (dinas).
Struktur tambahan: unsur pelaksana sesuai potensi
unggulan (core competence) daerah
Kemungkinan pembentukan lembaga lain sesuai kebijakan
nasional (Sekr. Badan Narkoba, Komisi Penyiaran, dsb)
Kriteria objektif (?) dengan pembobotan: 40% variabel
penduduk, 35% luas wilayah, 25% besaran APBD. Masalah:
apakah eselonisasi sudah sesuai dengan beban kerja?
Penurunan eselon Kabid pd dinas & badan IIIa menjadi IIIb.
Kepala Daerah dapat merekrut hingga 5 orang staf ahli
(eselon IIa untuk staf ahli Gub, IIb untuk staf ahli
Bup/Walikota). Masalah: kemungkinan nepotisme?
Kecemburuan?

Apa indikator yang Tepat


untuk menilai Kinerja Otda?

Tata-pemerintahan (Kriteria Good


Governance, Governance
Assessment 2006)
Kriteria Otonomi Award (Jawa
Timur bersama Jawa Pos, 2007)
Kriteria Kontekstual Daerah
Istimewa Jogjakarta (Bappenas &
MAP-UGM, 2007)

INDIKATOR
GOVERNANCE ASSESSMENT
1.

2.
3.
4.
5.
6.

Kemampuan memenuhi hak politik warga;


partisipasi, transparansi, kapasitas
penyampaian aspirasi (voice)
Melaksanakan kebijakan & menyelenggarakan
layanan publik; efisien, efektif, akuntabel?
Mengendalikan korupsi; insiden korupsi,
toleransi masy.
Menjaga stabilitas politik; keamanan &
ketertiban, mengelola konflik
Membuat Perda untuk pelayanan publik;
kualitas peraturan, fasilitasi thd dunia usaha
Menegakkan hukum; kepastian, keadilan,
kesamaan akses warga

KRITERIA
OTONOMI AWARD
1.

2.

3.

4.

Inovasi kebijakan; Apakah ada inovasi


baru yg dilaksanakan pejabat daerah?
Layanan publik; kesehatan, pendidikan,
perizinan
Pengembangan ekonomi; pertumbuhan,
pemerataan, pemberdayaan
Kinerja politik lokal; partisipasi,
akuntabilitas, kesinambungan politik.

No.

Tabel 1. Rekapitulasi Tema Perda di Jawa Tengah


1999-2004
Daerah

Kategori

Kelembagaan

Keuangan

Pajak

Retribusi

Kesehatan

Tenagakerja

Jumlah

Lainnya

Provinsi Jateng

12

13

17

17

72

Kota Semarang

11

46

Kudus

17

14

17

60

Pekalongan

17

11

12

51

Blora

11

13

36

Surakarta

14

14

44

Sragen

23

11

28

11

82

Purbalingga

27

15

15

69

Kebumen

20

10

25

29

88

10

Wonosobo

34

19

26

38

123

11

Cilacap

10

20

16

53

187

125

41

196

15

18

142

724

Jumlah

Sumber: Enny Nurbaningsih et al, Dinamika Implementasi Perda, 2006.

Kriteria Kontekstual
Daerah Istimewa Jogjakarta
1.

Apakah Pemda (provinsi, kab/kota) mampu memperbaiki kondisi


ekonomi makro?

2.

Apakah Pemda mampu mengatasi masalah di daerah?

3.

Pengendalian tata-ruang
Konversi lahan
Masalah Sultan Ground
Masalah pencemaran lingkungan

Apakah Pemda mampu menggerakkan sektor andalan?

4.

Pertumbuhan sektoral
Pertanian
Pendidikan & pariwisata
Kemakmuran rakyat

Pertumbuhan sektor pertanian


Pertumbuhan sektor pariwisata
Pertumbuhan sektor pendidikan
Adakah inovasi di sektor andalan yg lain?

Apakah Pemda mampu menyelenggarakan layanan publik


dengan baik?

Kesehatan
Pendidikan
Perizinan

Tabel 2. Luas lahan terkonversi pada tahun 20052006 di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

No.

Lokasi

Luas Tanah Terkonversi (Ha)

Kabupaten Gunung Kidul

200

Kabupaten Kulon Progo

150

Kabupaten Bantul

246

Kabupaten Sleman

328

Kota Yogyakarta

924

Sumber: diolah dari Kantor BPS Provinsi DI Yogyakarta.

Ringkasan Penyelenggaraan Otda di Provinsi DIY


Daerah

Penyesuaian
peraturan daerah

Kelembagaan

Keuangan daerah

Kepegawaian

Pengelolaan aset

Pelayanan publik

Kota Jogjakarta

Inventarisasi
kebutuhan peraturan
PP Pelaksana UU
belum ada

Kerjasama antar
daerah (menurut PP
No.50/2007)

Penajaman skala
prioritas
Mslh: berubahubahnya peraturan

Assessment
psikologi, tes
kompetensi bagi
PNS yg masuk Jogja
Mslh: proses SK
pensiun lama (Gol
IV/c) harus ke
Pusat

Aset tanah dan


bangunan masih
dihuni pihak lain
Bagaimana
pengosongannya?

Pembentukan Dinas
Perijinan
Askes dengan KTP
Penyerahan urusan
ke Kecamatan?

Kabupaten Bantul

Perda 15/2005 ttg


RPJMD 2006-2010
Belum seluruh
kewenangan
terlaksana
Peraturan LPND
masih parsial

Ketidakjelasan
kewenangan. Mis:
pemeriksaan
kendaraan bermotor
Kewenangan
kabupaten atau
provinsi?

Retribusi air bawah


tanah. Kabupaten
(menurut UU
32/2004) atau
provinsi (menurut UU
34/2000)?

Peningkatan
kapasitas SDM

Masalah tanah
Sultan Ground. Mis:
di Imogiri

Otonomi untuk
kesejahteraan
masyarakat, bukan
sekadar pembagian
kewenangan

Kabupaten
Kulonprogo

Melengkapi NSPK &


SPM urusan wajib
Perda No.2/2005:
pelimpahan
kewenangan Bupati
kepada Camat

Tidak ada Juklak


pembantuan ke desa
Urusan concurrent
(bencana, penyuluh
pertanian)
menyebabkan
tumpang-tindih

DIPA mestinya
sepengetahuan
Bupati, tidak dialirkan
langsung ke SKPD

Tenaga honorer: SK
Menpan >< PP
No.48/200. Tepatkah
daerah merekrut
tenaga honorer?

Aset daerah yg
diserahkan ternyata
PAG.
Eks Cabdin Sosial
diserahkan gedung,
tanah tidak?

Penyakit menular
sudah teratasi
Mslh: kapasitas SDM
kurang

Kabupaten Sleman

Penyiapan Perda
Penetapan Urusan
Status urusan tugas
pembantuan & dekon
tidak jelas
Produk: 12 Perda, 21
Perbup/Kepbup, 34
perjanjian kerjasama

Percontohan Otda
(22 dinas) Perda
12/2000 (7 dinas)
Perda 12/2003 (9
dinas)
Bgm aturan untuk
lembaga baru? (UU
24/2007 ttg BPBD,
UU 16/2006 ttg
SKPD Penyuluhan)

Masalah dana dekon:


untuk pelaksanaan
kewenangan
daerah?
Siapa pengelola
keuangan daerah?
PP 58/2005: Kepala
SKPD, PP 8/2006:
Sekda
Standar akuntansi
tidak konsisten

Jabatan fungsional
tanpa tunjangan
PNS Sleman
dipergunakan
Pemprov untuk
Selokan Mataram
Masalah guru bidang
studi vs. kurikulum
baru

Penyelesaian status
hukum & sertifikasi
aset daerah
Aset limpahan
Pemprov tidak jelas:
rumah dinas mantri
pertanian, pos-pos
pemantauan, tanah,
kendaraan, dsb

Dilema antara
perijinan dengan
konservasi lahan
Retribusi BTS: Pusat
kurang sensitif
terhadap aspirasi
lokal.

Kesepakatan
1.
2.

3.

4.
5.
6.

Otonomi daerah memberi peluang besar


bagi partisipasi politik
Kewenangan daerah (prov, kab/kota) adl yg
ada di luar 5 urusan Pusat: hankam,
moneter & fiskal, politik LN, agama, justisi
Otda adl tanggungjawab thd semua urusan:
perencanaan, penganggaran, implementasi,
pengawasan, evaluasi
Urusan instansi vertikal skrg dilaksanakan
oleh dinas daerah
Daerah spy lebih leluasa menata organisasi
sesuai kemampuan & kebutuhan
Otda bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masy, bukan sekadar bagi-bagi
kewenangan.

Ketidaksepakatan
1.
2.

3.

4.

5.

Daerah menghadapi keadaan &


kemampuan yg berbeda-beda
Keleluasaan penataan kelembagaan harus
ditetapkan dg indikator yg objektif (SPM,
NSPK)
Urusan pemerintah (Pusat/Daerah) yg
konkuren harus ditempatkan melalui
negosiasi (dg argumentasi rasional-objektif)
Prioritas Otda adl: peningkatan PD, fasilitasi
dunia usaha (menarik investor), atau
perbaikan pelayanan publik?
Sampai di mana peran koordinatif Pemprov?
Penyerahan aset terkait dengan tujuan
pelayanan publik.

You might also like