You are on page 1of 8

Diskriminasi Harga

Diskriminasi harga adalah tindakan penjualan dalam menjual barang yang sama di bawah pengawasan
produksi yang sama dengan harga berbeda kepada pembeli yang berbeda.

Sifat dasar diskrimanasi harga


A. Kondisi yang mengawali diskriminasi
Diskriminasi harga dapat terjadi bila diawali tiga sebagai brikut:
1.
Pembelian-pembelian mepunyai elastisitas permintaan yang berbeda-beda secara tajam
2.
Para penjual mengetahui perbedaan-perbedaan ini dan dapat menggolongkan pembeli dalam
kelompok-kelompok berdasarkan elastisitas yang berbeda-beda
3.
Para penjual dapat mencegah pembeli untuk menjual kembali barang-barang yang dibeli.
B. Kasus diskriman harga
Semua kondisi ini dapat berkombinasi mebentuk perbedaan elasitas yang tajam. Perbedaan
perbedaan tersebut dapat stabil dan berlangsung lama, atau berubah dengan cepat ( contoh : variasivariasi yang stabil ditemukan dalam permintaan terhadap listrik dalam waktu harian, mingguan ata
musiman. Variasi-variasi elastisitas yang tak stabil terdapat dalam permintaan pakaian / mainan).
C. Tipe-tipe diskriminasi harga
Diskriminasi tidak terbatas pada kasus-kasus sederhana dimana suatu produk di jual pada dua kelompok
pembeli. Jumlah produk dan kelompok pembeli dapat mencapai jumlah yang amat banyak produkproduk tersebut mungkin meruoakan bagian dari full line; produk-produk tersebut mungkin merupakan
kompenen-kompenen dari satu produk.

Pengaruh diskriminasi harga


Melalui penetapan harga secara selektif. Setiap perusahaan dapat melakukan dua hal yang utama:
a. Memaksimumkan keuntungan pada posisi pasar apapun
b. Meningkatkan atau mempertahankan posisi pasar tersebut terhadap perusahaan-perusahaan lain.
1.
Senjata persaingan. Setiap prusahaan besar atau kecil akan berusaha mengambil konsumen
dari pesaing-pesaingnya. Penetapan harga secara relative adalah salah satu cara yang lebih
ampuh dari pada pemotongan harga. Pemotongan harga yang selektif atau deskriminasi harga
meminimumkan pengorbanan tersebut.
2.
Meningkatkan atau mengurangi persaingan. Diskriminasi harga terbukti meningkatkan atau
mengurangi persaingan, tergantung pada situasi. Ada dua isu dalam hal ini :

Posisi pasar di mana perusahaan melakukan diskriminasi

Bagaimana sistematika dan melengkapi diskriminasi. Semakin tinggi pasang pasar, persaingan
tentu akan berkurang.

Tindakan mematikan perusahaan lain


a. Pengujian terhadap persaingan yang tak adil
b. Kreteria alternative
1. Harga dan biaya
2. Pengaruh tindakan antikompetisi

Kebijakan Diskriminasi harga


Kebijakan Diskriminasi harga
Diskriminasi harga adalah kebijaksanaan untuk memberlakukan harga jual yang
berbeda-beda untuk satu jenis barang yang sama di segmen pasar yang berbeda.
Diskriminasi harga terjadi jika produk yang sama dijual kepada konsumen yang
berbeda dengan harga yang berbeda, atas dasar alasan yang tidak berkaitan
dengan biaya.
Dengan melaksanakan sistem diskriminasi harga, perusahaan monopoli
memperoleh sebagian dari surplus konsumen yang sesungguhnya akan di peroleh
oleh pembeli pada keadaan-keadaan tersebut.
Diskriminasi harga terjadi bila produk yang sama dijual pada harga yang berbeda
untuk pembeli yang berbeda. Biaya produksi adalah sama, ataupun kalau terjadi
perbedaan tetapi tidak sebanyak perbedaan harga. Kita akan membahas kasus
produk yang sama, dihasilkan dengan biaya produksi yang sama, dan dijual pada
harga yang berbeda. Diskriminasi harga dapat ditunjukkan dengan contoh-contoh
berikut. PT Pertamina menetapkan harga minyak tanah lebih tinggi untuk sektor
industri dari pada sektor rumah tangga. Tarif dasar listrik per KwH ditetapkan PLN
lebih rendah untuk sektor rumah tangga yang mengkonsumsi listrik lebih sedikit
dari pada sektor rumah tangga yang mengkonsumsi listrik lebih banyak. Tarif
percakapan interlokal ditetapkan PT Telkom lebih rendah pada malam hari dari pada
siang hari. Dokter ahli bedah menetapkan harga lebih tinggi untuk operasi
pembedahan usus buntu untuk pasien berpendapatan tinggi yang dirawat di kamar
kelas VIP, dari pada pasien berpendapatan rendah yang dirawat di kamar kelas III.
Banyak contoh-contoh lain yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, silahkan
Anda mencarinya sendiri.
Tujuan Diskriminasi harga
Tujuan

utama

pelaku

usaha

melakukan

diskriminasi

harga

yaitu

untuk

mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dan keuntungan yang lebih tinggi
tersebut
diperoleh dengan cara merebut surplus konsumen. Surplus konsumen adalah selisih
harga tertinggi yang bersedia dibayar konsumen dengan harga yang benar-benar
dibayar oleh konsumen. Diskriminasi harga / price discrimination didasari adanya
kenyataan bahwa konsumen sebenarnya bersedia untuk membayar lebih tinggi,

maka perusahaan akan berusaha merebut surplus konsumen tersebut dengan cara
melakukan diskriminasi harga
Contohnya : PLN mengenakan tarif dasar listrik yang lebih tinggi untuk para
pemakai industri dan komersial dari pada untuk para konsumen biasa/rumah
tangga. Dalam segmen konsumen rumah tangga pun tarif dasar listrik dibedakan
kembali per daerah ataupun per besarnya daya.
Berikut merupakan stratifikasi dalam diskriminasi harga, yaitu:
- Setiap konsumen, tanpa stratifikasi apapun, harus membayar harga yang
ditetapkan oleh produsen.
Contoh: jual beli berlian, atau souvenir di depot-depot turis wisata.
- Melihat jumlah (kuantitas) pembelian, atau semakin besar pembelian semakin
murah harganya.
Contoh: barang-barang elektronik, atau pembelian partai besar di pasar.
- Membedakan stratifikasi (kelas/kelompok) konsumen dalam penetapan harga
yang berbeda-beda.
Contoh: harga khusus untuk pelajar dan orang-orang tua.
syarat menggunakan diskriminasi harga
Adapun syarat syarat menggunakan diskriminasi harga adalah sebagai berikut:
a. Barang tidak dapat dipisahkan dari pasar satu ke pasar yang lain.
b. Sifat barang dan jasa memungkinkan untuk melakukan diskriminasi harga.
c. Sifat permintaan dan elastisitas permintaan di masing masing pasar haruslah
sangat berbeda.
d. Kebijakan diskriminasi harga tidak memerlukan biaya yang melebihi tambahan
keuntungan yang diperoleh tersebut
e. Produsen dapat mengeksploiter beberapa sikap tidak rasional konsumen.
Diskriminasi harga berdasarkan tingkatannya, sbb:
1. Diskriminasi Harga Tingkat Pertama: penjual mengenakan harga terpisah kepada
setiap pelanggan, tergantung intensitas permintaan
Contoh: jasa profesional seperti pengacara terkadang menetapkan tarif berbeda
2. Diskriminasi Harga Tingkat Kedua: penjual mengenakan harga yang tidak terlalu
mahal kepada pembeli yang membeli dalam volume yang lebih besar
Contoh: pembelian dalam paket dengan jumlah besar mendapat pengurangan
harga
3. Diskriminasi Harga Tingkat Ketiga: penjual mengenakan harga berbeda pada
setiap kelas pembeli

Contoh: harga untuk kelas eksekutif dan bisnis dalam penerbangan atau kereta api
berbeda
Contoh lain dari diskriminasi harga :
1. PT Pertamina menetapkan harga minyak tanah lebih tinggi untuk sektor industri
dari pada sektor rumah tangga.
2. Tarif dasar listrik per KwH ditetapkan PLN lebih rendah untuk sektor rumah
tangga yang mengkonsumsi listrik lebih sedikit dari pada sektor rumah tangga yang
mengkonsumsi listrik lebih banyak.
3. Tarif percakapan interlokal ditetapkan PT Telkom lebih rendah pada malam hari
dari pada siang hari.
4. Dokter ahli bedah menetapkan harga lebih tinggi untuk operasi pembedahan
usus buntu untuk pasien berpendapatan tinggi yang dirawat di kamar kelas VIP,
dari pada pasien berpendapatan rendah yang dirawat di kamar kelas III.
Agar kebijakan diskriminasi harga yang ditetapkan perusahaan monopolis dapat
dilakukan, diperlukan beberapa persyaratan, diantaranya adalah:
1.

Perusahaan monopolis merupakan satu-satunya penjual atau produsen pada


industri tersebut. Tidak ada barang subsitusi yang sempurna, sehingga pembeli
tidak dapat beralih ke produsen lain.

2.

Penjual harus dapat memisahkan pasar agar perbedaan elastisitas dapat


dipertahankan.

3.

Barang tersebut tidak dapat dijual lagi pada pasar yang harganya rendah ke pasar
yang harganya lebih tinggi, atau tidak terjadi reselling. Biaya transport yang tinggi
dapat mencegah pengiriman barang dari pasar yang harganya rendah ke pasar
yang harganya lebih tinggi.
Gambar 6 menjelaskan secara grafis terjadinya diskriminasi harga oleh perusahan
monopolis. Diasumsikan bahwa perusahaan monopolis memiliki kurva MC yang
sama, perusahaan monopolis dapat memisahkan permintaannya menjadi dua
pasar, yaitu pasar 1 dan pasar 2. Dengan dua asumsi ini maka monopolis dapat
menetapkan harga yang berbeda untuk kedua pasar

Gambar 6. Diskriminasi Harga Perusahaan Monopolis


Dari gambar di atas, D merupakan penjumlahan secara horizontal kurva permintaan
pasar 1 dan pasar 2 (D=D1+D2). Demikian juga dengan MR merupakan
penjumlahan secara horizontal penerimaan marjinal pasar 1 dan pasar 2 (MR =
MR1+MR2), dan MC merupakan biaya marjinal perusahaan monopolis. Apabila
perusahaan monopolis tidak membagi pasar maka harga yang terjadi adalah P m dan
jumlah barang yang diproduksi/dijual adalah Q m dengan tingkat penerimaan adalah
OQmCPm.
Apabila perusahaan monopolis melakukan diskriminasi harga, maka pada pasar 1
akan dijual pada harga P1 dan tingkat output Q1, di mana MC = MR1. Sedangkan
pada pasar 2 akan dijual pada tingkat harga P2 dan tingkat output Q2, di mana MC =
MR2. Tujuan monopolis melakukan diskriminasi harga adalah memungkinkan untuk
memperoleh keuntungan ekonomis yang lebih besar. Dan ini dipandang sebagai
keburukan pasar monopoli. Tetapi pada sisi lain kebijakan ini dapat juga
memberikan manfaat, yaitu pemerataan pendapatan dan difrensiasi pelayanan.
Contoh-contoh yang diberikan dapat memberikan gambaran tentang hal tersebut.
Jenis jenis diskriminasi harga adalah sebagai berikut :
1.

Diskriminasi harga derajat 1


Diskriminasi harga derajat 1 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang
berbeda-beda untuk setiap konsumen berdasarkan reservation price (Willingness To
Pay) masing-masing konsumen dibedakan pada kemampuan daya beli masingmasing konsumen. Contoh: seorang dokter memberlakukan tarif konsultasi yang
berbeda-beda pada setiap pasiennya. Diskriminasi harga derajat 1 juga dijelaskan
kedalam grafik yang tersaji pada gambar 1.

Gambar 1. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 1


Pada gambar 1 menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat 1. Pada
grafik tersebut terdapat hubungan antara P (harga) dan Q (output) yang dimisalkan
harga terdapat P1, P2 dan P3 dan output terdapat Q1, Q2 dan Q3. Pada grafik
terlihat apabila P tinggi maka Q rendah. Hal ini apabila dikaitkan pada kemampuan
daya beli konsumen berarti apabila produsen menawarkan harga yang tinggi maka
terdapat sedikit konsumen yang akan membeli produk tersebut. Dan begitu
sebaliknya, apabila produsen menawarkan harga yang rendah maka terdapat
banyak konsumen yang dapat membeli barang tersebut. Jadi, dalam hal ini
perusahaan

harus mengetahui

kemampuan

daya

beli

pada

masing-masing

konsumen.
Diskriminasi harga derajat 1 dapat merugikan konsumen karena terdapat
surplus konsumen yang diterima oleh produsen, biaya yang harusnya diterima oleh
konsumen namun menjadi milik konsumen. Diskriminasi harga derajat 1 juga
disebut perfect price discrimination karena memperoleh surplus konsumen paling
besar.
2.

Diskriminasi harga derajat 2


Diskriminasi harga derajat 2 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang
berbeda-beda pada jumlah batch atau lot produk yang dijual. Diskriminasi harga ini
dilakukan karena perusahaan tidak memiliki informasi mengenai reservation
pricekonsumen. Contoh: perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan
pembelian eceran, pembeli yang membeli mie instan 1 bungkus dan 1 kardus akan
berbeda harganya. Diskriminasi harga derajat 2 juga dijelaskan dalam grafik yang
tersaji pada gambar 2.

Gambar 2. Grafik Diskriminasi Harga derajat 2


Pada gambar 2 diatas menjelaskan tentang diskriminasi harga derajat 2.
Pada grafik tersebut pelaku usaha menetapkan harga (P1, P2 dan P3) berdasarkan
jumlah konsumsi.
Kebijakan ini dapat meningkatkan kesejahteraan konsumen karena jumlah
output bertambah dan harga jual semakin murah. Hal ini dikarenakan pelaku usaha
menggunakan sistem perbedaan harga per unit pada pembelian grosir dan
pembelian eceran. Harga eceran lebih tinggi dari pada harga per pak, sehingga
konsumen lebih baik membeli barang langsung per pak daripada membeli barang
eceran.
3.

Diskriminasi harga derajat 3


Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan dengan cara menerapkan harga yang
berbeda untuk setiap kelompok konsumen berdasarkan reservation price masingmasing kelompok konsumen. Diskriminasi harga derajat 3 dilakukan karena
perusahaan tidak mengetahui reservation price masing-masing konsumen, tapi
mengetahui reservation price kelompok konsumen. Kelompok konsumen dapat
dibedakan atas lokasi, geografis, maupun karakteristik konsumen seperti umur,
jenis kelamin, pekerjaan, dan lain-lain. Contoh : barang yang dijuala di pedesaan
dan di perkotaan akan berbda harganya. Diskriminasi harga derajat 3 juga
dijelaskan kedalam grafik yang tersaji pada gambar 3.

Gambar 3. Grafik Diskriminasi Harga Derajat 3


Pada gambar 3 diatas menjelaskan tentang grafik diskriminasi harga derajat
3.

Diskriminasi

harga

ditetapkan

berdasarkan

perbedaan

elastisitas

Permintaan yang lebih inelastis dikenakan harga yang lebih tinggi.


Efek Monopoli terhadap Kesejahteraan Masyarakat

harga.

Seperti yang telah disinggung di bagian sebelumnya, efek perusahaan monopoli


dapat mengakibat beberapa keburukan berikut, pertama, dari segi distribusi
penghasilan, perusahaan monopoli dapat menciptakan ketidakadilan, karena
monopolis mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan perusahaan
lainnya. Kedua, volume produksi yang ditetapkan monopolis lebih kecil dari volume
output optimum, yaitu volume produksi yang dihasilkan perusahaan monopolis
lebih kecil dari volume produksi yang dihasilkan dalam persaingan sempurna. Ini
berarti dalam pasar monopoli ada ketidakefisienan dalam produksi. Ketiga, harga
yang ditetapkan perusahaan monopolis adalah lebih tinggi dibandingkan dengan
yang terjadi kalau seandainya pasarnya adalah pasar persaingan murni.
Ada beberapa keijakan yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi
dampak negatif dari monopoli, diantaranya adalah:
1.

Membuat undang-undang anti monopoli, seperti undang-undang Anti Trust


yang berlaku di Amerika serikat.

2.

Pemerintah mendirikan perusahaan tandingan di dalam pasar tersebut dengan


tujuan memberikan persaingan kepada si monopolis untuk membatasi
kekuasaan monopolinya.

3.

Membuka kran impor, sehingga barang-barang buatan luar negeri yang sejenis
dengan barang yang dihasilkan monopoli dapat memberikan persaingan.

4.

Membuat ketentuan-ketentuan khusus terhadap operasi perusahaan


monopolis.

You might also like