Professional Documents
Culture Documents
SEMINAR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan akademik tingkat sarjana pada
Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Disusun Oleh:
LARIKIANSYAH
111.10.1043
ii
: Larikiansyah
NIM
: 111.10.1043
Program Studi
: Teknik Geologi
Jurusan
: Teknik Geologi
Kecamatan
Saptosari,
Kabupaten
tidak
terdapat
keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil
dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol
yang saya akui, seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan
pengakuan kepada penulis aslinya.
Apabila kemudian hari saya terbukti melakukan tindakan menyalin atau
meniru orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Larikiansyah
NIM 111.10.1043
iii
INTISARI
ANALISIS DIAGENESIS BATUAN KARBONAT DENGAN METODE
PETROGRAFI STUDI KASUS BATUGAMPING WONOSARI DESA
MONGGOL, KECAMATAN SAPTOSARI, KABUPATEN
GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Oleh :
Larikiansyah
111.10.1043
Pembimbing :
Arie Noor Rakhman, S.T., M.T.
NIK.08.0576.648E
Daerah penelitian terletak di daerah Desa Monggol, Kecamatan Saptosari,
Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewah Yogyakarta. Secara geografis Posisi
dareah penelitian terletak pada 110o3215 110o3221 BT dan 08o0328
08o0350 LS dengan luas daerah penelitian adalah sebesar 1km2 (1km x 1km).
Geomorfologi lokasi penelitian merupakan kawasan perbukitan karst.
Perbukitan karst ini tersebar luas, dicirikan oleh bukit bukit kecil batugamping.
Bukit bukit batugamping tersebut umumnya berbentuk kerucut.
Stratigrafi Formasi Wonosari yang ada pada daerah penelitian satuan
batugamping klastik. Batugamping daerah penelitian tersusun oleh 5 asosiasi
fasies, yaitu fasies alga foraminefera mudstone, fasies alga foraminefera
wackestone, fasies alga foraminifera packstone, fasies alga floatstone dan fasies
batugamping kristalin.
Proses proses diagenesis yang terjadi pada daerah penelitian Formasi
Wonosari yaitu micritisasi microbial, kompaksi, sementasi dan neomorfisme yang
menandakan bahwa Formasi Wonosari pernah pada lingkungan diagenesis marine
phreatic, burial, meteoric phreatic dan meteoric vadose.
iv
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, Rahmat dan HidayahNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Proposal
seminar
KARBONAT
DENGAN
BATUGAMPING
SAPTOSARI,
dengan
judul:
ANALISIS
METODE
WONOSARI
KABUPATEN
DIAGENESIS
PETROGRAFI
DESA
STUDI
MONGGOL,
GUNUNGKIDUL,
BATUAN
KASUS
KECAMATAN
DAERAH
ISTIMEWA
YOGYAKARTA.
Dengan tulus hati penulis menghaturkan terima kasih atas motivasi,
bimbingan, dan saran yang diberikan selama penyusunan seminar ini kepada :
1. Arie Noor Rakhman, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing seminar
yang memberi saran, masukan, dan semangat.
2. Ir. Miftahussalam,M.T. selaku dosen wali yang sealu memberi arahan
dalam akademik.
3. Kepada kedua orang tua yang selalu memberikan dorongan dan bantuan
baik moril maupun materil.
4. Kepada temen-temen keluarga besar GAIA yang selalu memberikan
masukan dalam penyusunan seminar.
Akhirnya penulis mengucapkan selamat membaca, semoga apa yang ada
dalam seminar ini dapat membantu memenuhi kebutuhan kita akan informasi
tentang lingkungan diagenesis batuan karbonat.
Penyusun
DAFTAR ISI
vi
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Penulis, 2014).........................................3
Gambar 2. Geologi Regional Daerah Penelitian (Surono dkk, 1992)............9
Gambar 3. Klasifikasi batuan karbonat Dunham (1962) ...............................11
Gambar 4. Klasifikasi batuan karbonat Embry dan Klovan (1971 )..............12
Gambar 5. Produk Diagenesis Mikritisasi microbial (Amrullah, 2011)........14
Gambar 6. Produk diagenesis pelarutan (Amrullah, 2011)............................15
Gambar 7. Produk diagenesis sementasi (Amrullah, 2011)...........................15
Gambar 8. Produk diagenesis neomorfisme (Amrullah, 2011) ......................16
Gambar 9. Produk diagensis dolomitisasi (Amrullah, 2011).........................17
Gambar 10. Produk diagensis kompaksi (Amrullah, 2011)...........................17
Gambar 11. Lingkungan diagenesis Tucker Dan Wrigth (1990) ...................18
Gambar 12. Bukit kecil batugamping lokasi penelitian (Penulis, 2015)........21
Gambar 13. Lokasi Pengamatan I (Penulis, 2015).........................................22
Gambar 14. Singkapan batuan karbonat fasias Packstone (Penulis, 2015) ...23
Gambar 15. Singkapan batuan karbonat fasies floatstone (Penulis, 2015) ....24
Gambar 16. Singkapan batuan karbonat fasies wackestone (Penulis, 2015) .24
Gambar 17. Lokasi Pengamatan II (Penulis, 2015) .......................................25
Gambar 18. Singkapan batuan karbonat fasies wackestone (Penulis, 2015) .26
Gambar 19. Singkapan batuan karbonat fasies packstone (Penulis, 2015)....27
Gambar 20. Lokasi Pengamatan III (Penulis, 2015) ......................................27
Gambar 21. Singkapan batuan karbonat fasies wackestone.(Penulis, 2015) .28
Gambar 22. Singkapan batuan fasies batugamping kristalin (Penulis, 2015) 29
viii
ix
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.Latar Belakang
Daerah penelitian, batuan karbonat merupakan Formasi Wonosari yang
tersingkap dengan cukup baik dan menarik untuk diteliti. Para peneliti
sebelumnya menggambarkan Formasi Wonosari sebagai suatu formasi berumur
Miosen Tengah hingga Pliosen yang disusun oleh litologi batuan karbonat. Batuan
karbonat terdiri dari batugamping klastik dan batugamping terumbu dengan
sisipan yaitu napal dan tuf (Surono dkk., 1992). Keberadaan litologi batuan
karbonat berupa batugamping klastik merupakan suatu fenomena geologi yang
khas dan menarik dan sehingga dijadikan sebagai objek penelitian dalam tugas
seminar. Perkembangan batugamping klastik yang sangat sensitif terhadap
perubahan keadaan geologi akan memberikan informasi yang sangat baik
mengenai sejarah geologi.
Proses diagenesis dapat disebabkan oleh proses fisika, kimia, dan biologi.
Perubahan sedimen akibat aktifitas organik merupakan proses awal diagenesis.
Kompaksi merupakan proses fisika yang terjadi setelah material sedimen
mengalami penimbunan dan berlanjut terus sampai ke tempat yang lebih dalam.
Proses sementasi merupakan proses kimia yang dapat terjadi pada awal proses
diagenesis dan terus berlanjut pada waktu material sedimen mengalami
penimbunan dan pengangkatan (Tuker, 1990).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3. Formasi Semilir
Formasi ini berlokasi di G. Semilir, sebelah selatan Klaten. Litologi
penyusunnya terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan
serpih. Komposisi tuf dan batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga
dasit. Bagian bawah satuan batuan ini, yaitu di K. Opak, Dusun Watuadeg,
Desa Jogotirto, Kec. Berbah, Kab. Sleman, terdapat andesit basal sebagai aliran
lava bantal (Bronto dan Mulyaningsih, 2001). Penyebaran lateral Formasi
Semilir ini memanjang dari ujung barat Pegunungan Selatan, yaitu di daerah
Pleret-Imogiri, di sebelah barat G. Sudimoro, Piyungan-Prambanan, di bagian
tengah pada G. Baturagung dan sekitarnya, hingga ujung timur pada tinggian
G. Gajahmungkur, Wonogiri. Ketebalan formasi ini diperkirakan lebih dari 460
meter.
4. Formasi Nglanggran
Lokasi formasi ini adalah di Desa Nglanggran di sebelah selatan Desa Semilir.
Batuan penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, tuf dan aliran
lava andesit-basal dan lava andesit. Breksi gunungapi dan aglomerat yang
mendominasi formasi ini umumnya tidak berlapis. Kepingannya terdiri dari
andesit dan sedikit basal, berukuran 2 50 cm. Bagian tengah formasi ini, yaitu
pada breksi gunungapi, ditemukan batugamping terumbu yang membentuk
lensa atau berupa kepingan. Secara setempat, formasi ini disisipi oleh batupasir
gunungapi epiklastik dan tuf yang berlapis baik.
5. Formasi Sambipitu
Lokasi formasi ini terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya YogyakartaPatuk-Wonosari kilometer 27,8. Secara lateral, penyebaran formasi ini sejajar
di sebelah selatan Formasi Nglanggran, di kaki selatan Subzona Baturagung,
namun menyempit dan kemudian menghilang di sebelah timur. Ketebalan
Formasi Sambipitu ini mencapai 230 meter. Batuan penyusun formasi ini di
bagian bawah terdiri dari batupasir kasar, kemudian ke atas berangsur menjadi
batupasir halus yang berselang-seling dengan serpih, batulanau dan
batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak mengandung
bahan karbonat. Namun di bagian atasnya, terutama batupasir, mengandung
bahan karbonat. Formasi dengan hanya tersusun oleh batupasir tuf serta
meningkatnya kandungan karbonat di dalam Formasi Sambipitu ini
diperkirakan sebagai fase penurunan dari kegiatan gunungapi di Pegunungan
Selatan pada waktu itu (Bronto dan Mulyaningsih, 2001).
6. Formasi Oyo
Lokasi formasi ini berada di K. Oyo. Batuan penyusunnya pada bagian bawah
terdiri dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas secara berangsur dikuasai
oleh
batugamping
berlapis
dengan
sisipan
batulempung
karbonatan.
Gambar 2. Geologi Regional Daerah Penelitian (Surono dkk, 1992) tanda merah sebagai
penunjuk asosiasi satuan batuan Formasi Wonosari
10
Selain itu pembentukannya dapat pula terjadi akibat proses dari batuan
karbonat yang lain (sebagai contoh yang sangat umum adalah proses dolomitisasi,
dimana kalsit berubah menjadi dolomit). Seluruh proses pembentukan batuan
karbonat tersebut terjadi pada lingkungan air laut, sehinnga praktis bebas dari
detritus asal darat.
yang
direkatkan
11
bersama
selama
proses
deposisi
terumbu).
dua
allochtonous
kelompok
limestone
besar
berupa
yaitu
autochtonous
batugamping
yang
limestone
dan
komponen-komponen
12
komponen utama terumbu yang berfungsi sebagai perangkap sedimen. Selain itu
juga ditambahkan nama kelompok batuan yang mengandung komponen
berukuran lebih besar dari 2 cm >10 %. Nama yang mereka berikan adalah
rudstone untuk component-supported dan floatstone untuk matrix supported
(Klasifikasi Embry & Klovan 1971).
13
terhidar dari proses sementasi, tetapi porositas sekunder seperti moldic dan vug
berkembang secara signifikan.
II.4.1. Proses dan produk diagenesis
Enam proses utama yang terdapat dalam proses diagenesis, yaitu :
pelarutan, sementasi, neomorfisme, dolomitisasi, mikritisasi mikrobial dan
kompaksi. Proses ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti, tekanan,
temperatur, stabilitas mineral, kondisi kesetimbangan, rate of water influx, waktu
dan kontrol struktur. Tiga proses utama dalam proses diagenesis adalah, pelarutan
(dissolution), sementasi dan penggatian (replacement). Setiap proses ini dicirikan
oleh kenampakan berbeda beda yang menginterpretasikan kondisi pembetukan
batuan karbonat. Berikut adalah proses yang terjadi dalam proses diagenesis :
1. Mikritisasi Mikrobial
Proses ini terjadi di lingkungan laut, yang terbentuk oleh adanya, aktivitas
pemboran butiran oleh endolithic algae, fungi dan bakteri di sekitar skeletal
kemudian lubang yang terbentuk diisi dengan sedimen berbutir halus atau
14
2. Pelarutan
Proses pelarutan diketahui dengan adanya mineral yang tidak stabil larut dan
membentuk mineral lain yang stabil pada lingkungan yang baru, hal ini terjadi
adanya perbedaan lingkungan diagenesis. Proses pelarutan dapat terjadi pada
freshwater vadose maupun freshwater phreatic (Longman, 1980).
15
3. Sementasi
Proses sementasi merupakan proses diagenesis utama dalam sedimen karbonat
terjadi pada waktu air pori yang sudah jenuh sewaktu fase semen dan tidak ada
faktor kinetik yang bisa menghalangi presipitasi semen. Proses ini memerlukan
sirkulasi air tawar ataupun air laut yang besar sekali. Lingkungan diagenesis
ditunjukkan oleh adanya mineralogi dan fabric semen yang berbeda beda
tergantung pada komposisi air pori, kecepatan suplai karbonat dan presipitasi.
16
4. Neomorfisme
Neomorfisme adalah proses penggatian dan rekristalisasi dimana terjadi
perubahan mineralogi. Contohnya yaitu pengasaran ukuran kristal pada lumpur
karbonat atau mikrit (aggrading neomorphism) dan penggatian cangkang
aragonit dan semen oleh kalsit (calcitization) (Tucker, 1990). Proses ini dapat
terjadi pada awal sedimentasi freshwater phreatic dan deep burial.
5. Dolomitisasi
Dolomitisasi adalah proses penggatian mineral kalsit menjadi dolomit yang
disebabkan oleh meningkatnya kadar Mg dalam batuan karbonat. Faktor
faktor yang mempercepet presipitasi dolomit adalah besarnya perbandingan
Mg/Ca pada mineral, besarnya kandungan CO2, tingginya temperatur dan pH,
rendahnya kandungan sulfat, rendahnya kadar silinitas serta pengaruh material
organik. Proses dolomitisasi bisa berubah replacement melalui proses
presipitasi atau berupa sementasi, yang dapat terjadi pada lingkungan mixing
zone dan deep burial (Morrow. 1982)
17
6. Kompaksi
Menurut Tucker Dan Wrigth (1990) proses kompaksi dibagi 2 macam, yaitu :
1. Kompaksi mekanik yang terjadi pada saat pembebanan semakin besar yang
menyebabkan terjadinya retakan dalam butiran, butir saling berdekatan,
porositas berkurang.
2. Kompaksi kimia, terjadi ketika antara butir bersentuhan sehingga
mengalami pelarutan yang menghasilkan kontak suture dan kontak
concavo-convex
18
19
20
5. Zona burial
Lingkungan ini dicirikan adanya proses kompaksi baik kompaksi mekanik
maupun kimia. Menurut Longmen (1980), lingkungan ini dicirikan oleh semen
kalsit atau dolomit kasar yang bersifat ferroan dengan tekstur poikilotopik,
terjadinya grain failure, stylolite dan dissolution seam.
21
BAB III
PEMBAHASAAN
III. 1. Litostratigrafi Lokasi Penelitian
21
22
Lokasi Penelitian I
Pada LP I desa Monggol dan sekitarnya kordinat LS 08o0328, BT
110o3215 ditemukan singkapan batuan batugamping tebal 10,4 m singkapan
mempunyai slope 19o dan memiliki kedudukan N 160o E/3o. Pada LP I singakapan
tersusun dari beberapa litologi Fasies Alga Floatstone, Fasies Alga
Foraminefera Packstone dan Fasies Alga - Foraminefera Wackestone.
23
Gambar 14. Singkapan batuan karbonat fasias Packstone. Foto diambil mengadap arah
barat (Kanan). Sayatan batuan karbonat packstone, terlihat adanya
foraminefera Nummulites dan Red alga (Kiri). (Penulis, 2015)
24
Gambar 15. Singkapan batuan karbonat fasies floatstone. Foto diambil mengadap arah
barat (Kanan). Sayatan batuan fasies floatstone, terlihat adanya green alga
(Kiri). (Penulis, 2015)
Gambar 16. Singkapan batuan karbonat fasies wackestone. Foto diambil mengadap
arah barat (Kanan). Sayatan batuan fasies wackestone, terlihat adanya
foraminefera Nummulites (Kiri). (Penulis, 2015)
25
Lokasi Penelitian II
Pada LP II desa Monggol dan sekitarnya kordinat LS 08o0347, BT
110o3220 ditemukan singkapan batuan batugamping tebal 4,4 m singkapan
mempunyai slope 13o dan memiliki kedudukan N 133o E/3o. Pada LP II
singakapan batugamping tingkat pelapukan relatif tinggi, warna gelap pada
singkapan sangat dominan dan tersusun dari beberapa litologi
Fasies
26
Gambar 18. Singkapan batuan karbonat fasies wackestone. Foto diambil mengadap
arah barat (Kanan). Sayatan batuan fasies wackestone, terlihat adanya
foraminefera Nummulites (Kiri). (Penulis, 2015)
semen kalsit.
27
Gambar 19. Singkapan batuan karbonat fasies packstone. Foto diambil mengadap arah
barat (Kanan). Sayatan batuan fasies packstone, terlihat adanya
foraminefera dan Green Alga (Kiri). (Penulis, 2015)
28
Gambar 21. Singkapan batuan karbonat fasies Mudstone. Foto diambil mengadap arah
barat (Kanan). Sayatan batuan fasies mudstone, terlihat adanya
foraminefera dan Red Alga (Kiri). (Penulis, 2015)
29
Gambar 22. Singkapan batuan fasies batugamping kristalin. Foto diambil mengadap
arah barat (Kanan). Sayatan batuan fasies batugamping kristalin, terlihat
adanya perubahan ukuran butiran menjadi kristal - kristal (Kiri). (Penulis,
2015)
30
Gambar 23. LP II/Sempel 1 micritisasi microbial pada fosil foraminefera (Penulis, 2015)
b. Kompaksi
Gambar 24. LP I Sampel 1terlihatnya Stylolites pada sayatan petrogrfi (Penulis, 2015)
31
c. Sementasi
Produk diagenesis ini menujukan jenis semen yang terbentuk pada sayatan
petrografi. Jenis semen pada analisis sayatan petrografi blocky berkomposisi kalsit
dapat terbentuk pada lingkungan diagenesis meteoric phreatic.
Gambar 25. LP I/Sampel 2 terlihatnya semen blocky pada sayatan petrografi (Penulis,
2015)
d. Neomorfisme
Dari hasil pengamatan sayatan petrografi, yang dihasilkan oleh proses ini
adalah aggrading neomorphism yaitu rekristalisasi micrit menjadi kristal kristal
berukuran menjadi besar yaitu microspar. Kristal kristal yang terbentuk
memiliki kenampakan yang lebih keruh microspar hal ini disebabkan karena
kristal kristal tersebut berasal dari rekristalisasi micrit dari lumpur karbonat.
Tucker dan Wright (1990) menyatankan bahwa neomorfisme terjadi pada
lingkungan diagenesis meteoric phreatic dan meteoric vadose.
32
Gambar 26. LP III/ Sampel 2 dimana terjadinya perubahan ukuran matrik menjadi
microspar yang berukuran lebih besar neomorfisme (Penulis, 2015)
kalsit
menunjukan
lingkungan
diagenesis
meteoric
phreatic.
33
Marine phreatic
Burial
Meteoric phreatic
Meteoric vadose
34
Gambar 27. Skema perubahan lingkungan diagenesis yang terjadi pada daerah penelitian
(Tucker dan Wright, 1990)
35
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis analisis yang telah dilakukan, maka penulis
menarik kesimpulan bahwa :
1. Geomorfologi lokasi penelitian merupakan kawasan perbukitan karst.
Perbukitan karst ini tersebar luas, dicirikan oleh bukit bukit kecil
batugamping. Bukit bukit batugamping tersebut umumnya berbentuk
kerucut.
2. Stratigrafi
batugamping klastik.
3. Dengan metode petrografi batugamping daerah penelitian tersusun oleh 5
asosiasi fasies, yaitu fasies alga foraminefera mudstone, fasies alga
foraminefera wackestone, fasies alga foraminifera packstone, fasies alga
floatstone dan fasies batugamping kristalin.
4. Analisis diagenesis dengan pendekatan model Tucker dan Wright (1990).
Proses proses diagenesis yang terjadi pada daerah penelitian Formasi
Wonosari
yaitu
micritisasi
microbial,
kompaksi,
sementasi
dan
35
36
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I. 2011. Geologi dan Studi Diagenesis Batugamping Formasi
Tendenhantu Daerah Gunung Antu dan Sekitarnya, Desa Tanjung
Mangkalihat Kecamatan Sandaran Kabupaten Kutai Timur Provinsi
Kalimatan Timur. Skripsi. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Bronto, S. dan Mulyaningsih, S., 2001. Volcanostratigraphic development from
Tertiary to Quaternary: A case study at Opak River, Watuadeg-Berbah,
Yogyakarta.
Dunham, R. J. 1962. Classifcation of Carbonate Rocks According to Depositional
Texture. The America Association of Petroleum Geologists Bulletin.
Embry, A. F. And Kloven, J. E., 1971, A late Devonia reef trect on northeastern
Bank Island Northwest Territories. Bulletin Canadania Petroleum
Geologists.
Flugel, E., 2004. Microfacies of Carbonat Rock. Springer, Inc, New York.
Koesoemadinata, R.P., 1985, Prinsip Prinsip Sedimentasi, Dapartemen
Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung.
Longman, M. W. 1980. Carbonat Diagenetic Texture From Nearsurface
Diagenetic Environment. Buletin AAPG.
Morrow, D. W., 1982. Diagenesis 2 : Dolomite, Part 2. The Geological
Association of Canada.
Sorono dkk., 1992, Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Tucker, M.E dan Wright, V.P., 1990. Carbonat Sedimentology. London,
Blackwell Scientifie Publications.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I. 2011. Geologi dan Studi Diagenesis Batugamping Formasi
Tendenhantu Daerah Gunung Antu dan Sekitarnya, Desa Tanjung
Mangkalihat Kecamatan Sandaran Kabupaten Kutai Timur Provinsi
Kalimatan Timur. Skripsi. Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Bronto, S. dan Mulyaningsih, S., 2001. Volcanostratigraphic development from
Tertiary to Quaternary: A case study at Opak River, Watuadeg-Berbah,
Yogyakarta.
Dunham, R. J. 1962. Classifcation of Carbonate Rocks According to Depositional
Texture. The America Association of Petroleum Geologists Bulletin.
Embry, A. F. And Kloven, J. E., 1971, A late Devonia reef trect on northeastern
Bank Island Northwest Territories. Bulletin Canadania Petroleum
Geologists.
Flugel, E., 2004. Microfacies of Carbonat Rock. Springer, Inc, New York.
Koesoemadinata, R.P., 1985, Prinsip Prinsip Sedimentasi, Dapartemen
Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung.
Longman, M. W. 1980. Carbonat Diagenetic Texture From Nearsurface
Diagenetic Environment. Buletin AAPG.
Morrow, D. W., 1982. Diagenesis 2 : Dolomite, Part 2. The Geological
Association of Canada.
Sorono dkk., 1992, Peta Geologi Lembar Surakarta-Giritontro, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Tucker, M.E dan Wright, V.P., 1990. Carbonat Sedimentology. London,
Blackwell Scientifie Publications.
ANALISIS SAYATAN
Nomor Sayatan : Sampel 1/LP I
Pebesaran : 40x
Posisi : Nikol Sejajar
Pemerian Petrografi : Sayatan
petrografi Batugamping klastik,
berwarna krem, mud-grain dan
fragmen skeletel.
Komponen Penyusun :
Fosil : Tidak berwarna atau
kecoklatan, relief sedang, sebagai
besar dalam kondisi utuh, berupa
pecahan alga dan foraminifera.
Biomicrit : Tidak berwarna,
berukuran > 0,02mm, hadir merata
dalam sayatan.
Penamaan Petrografis :
Alga Foraminefera Packstone
(Klasifikasi Embry dan Kloven,
1971)
Nomor Sayatan : Sampel 2/LP I
Pebesaran : 40x
Posisi : Nikol Sejajar
Pemerian Petrografi : Sayatan
petrografi Batugamping klastik,
berwarna krem, matrik supported
dan fragmen skeletel.
Komponen Penyusun :
Fosil : Tidak berwarna atau
kecoklatan, relief sedang, sebagai
besar dalam kondisi utuh, berupa
pecahan alga.
Biomicrit : Tidak berwarna,
berukuran > 0,02mm, hadir merata
dalam sayatan.
Penamaan Petrografis :
Alga Floatstone (Klasifikasi Embry
dan Kloven, 1971)