You are on page 1of 14

KELOMPOK 10 :

1. AGUS SUHARYONO
2. LINA IRAWAN
3. SEFTI ANDRIANI

STIE BINANIAGA
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BINANIAGA
Jl. Raya Pajajaran No. 100 Bogor 16153
Telp.(0251) 8360688 Fax(0251) 8354558

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohim
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat
dan karunia-NYA kami selaku penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah Tentang
SISTEM BIAYA DAN PENGUKURAN KINERJA SEGMEN .
Penulisan Tugas Makalah ini ditujukan untuk melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi nilai bidang studi Akuntansi Manajemen pada semester empat di jurusan
Akuntansi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Binaniaga Bogor.
Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa pihak
yang telah membantu penulisan dalam menyelesaikan penyusunan Tugas Makalah ini:
1. ALLAH SWT yang telah memberikan Rahmat dan karunia-NYA, sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
2. Kedua Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan doa, motivasi serta
dukungannya.
3. Bapak Darwin Purba,SE selaku Dosen yang telah membimbing dan mengajar di bidang
studi Akuntansi Manajemen pada jurusan Akuntansi semester empat.
Kami menyadari bahwa Tugas Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan dan
akhir kata kami ucapkan terima kasih.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Return On Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting
sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). ROI itu
sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang
digunakan untuk operasinya dalam menghasilkan keuntungan.Dengan demikian rasio ini
menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income)
dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi
tersebut (net operating assets).Selama beberapa tahun terakhir berkembang suatu pendekatan
dalam mengukur kinerja perusahaan yang dikenal dengan pendekatan nilai tambah ekonomis
(Economic Value Added) atau lebih dikenal dengan sebutan EVA. Istilah EVA pertama kali
dipopulerkan oleh G. Benet Stewart dan Joel M. Stern. EVA merupakan salah satu cara untuk
menilai kinerja keuangan yang dihitung dengan cara mengurangkan Net Operating Profit After
Tax dengan Weighted Average Cost Of Capital dikali dengan Invested Capital.Dalam hal
investasi, EVA mampu mendorong manajer berpikir untuk memilih investasi yang
memaksimumkan pengembalian dengan biaya modal yang minimum sehingga nilai perusahaan
bisa ditingkatkan. Selain itu, faktor biaya modal yang terdapat dalam EVA mendorong manajer
untuk berhati-hati dalam menentukan kebijakan struktur modal perusahaannya. Dengan
penghitungan EVA diharapkan dapat memperoleh hasil perhitungan pada upaya penciptaan nilai
perusahaan yang lebih realistis. Return saham merupakan tujuan utama seorang investor dalam
berinvestasi yaitu untuk mendapatkan keuntungan dari investasinya tersebut. Investor yang
melakukan investasi dalam bentuk saham akan selalu memperhitungkan hasil atas Returnyang
diperolehnya. Investor tersebut akan memperoleh dua bentuk hasil dari investasi saham yang
berupa dividen dan capital gain.

1.2 IDENTIFIKASI MASLAH


Berdasarkan latar belakang yang ada dan untuk mengertahui gambaran yang lebih jelas , maka
penulis mencoba mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian sistem Biaya?
2. Apa pengertian akumulasi biaya?
3. Apa pengaruh pengukuran kinerja segmen pada perusahaan?
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dibuatnya makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh sistem biaya ,
akumulasi biaya dan pengukuran kinerja segmen terhadap perusahaan .sedangkan tujuan
dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi

Manajemen.

BAB II
PEMBAHASAN

A. SISTEM BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA

SISTEM BIAYA
Sistem Biaya adalah organisasi dari formulir, catatan, dan laporan yang terkoordinasi yang
bertujuan untuk melaksanakan kegiatan dan merupakan informasi biaya bagi manajemen.
Didalam akuntansi biaya, sistem yang dapat digunakan untuk mengalokasikan dan
membebankan ke unit produksi, dikelompokan menjadi 2 sistem yaitu:
a. Sistem biaya aktual atau historis, biaya dicatat pada saat dikeluarkan, tetapi penyajian
hasil operasi akan ditangguhkan sampai operasi pabrikasi pada periode akuntansi
dibentuk atau dalam perusahaan jasa, sampai jasa diberikan.
b. Sistem biaya standar, produk operasi, dan proses akan dikenakan biaya berdasarkan
jumlah sumber daya yang akan digunakan dan harga dari sumber daya yang telah
ditentukan sebelumnya.

Biaya aktual juga dicatat, dan varians atau selisih antara biaya aktual dan biaya standar akan
dikumpulkan dalam perkiraan terpisah. Biaya yang dialokasikan ke unit-unit produksi mencakup
semua biaya pabrikasi (disebut kalkulasi biaya absorpsi penuh) atau hanya biaya pabrikasi
variabel saja (disebut kalkulasi biaya langsung atau variabel).
Empat kemungkinan sistem biaya dapat dibentuk adalah dengan mengakui bahwa biaya-biaya
bisa diukur baik dalam jumlah yang aktual maupun standar, atau dalam bentuk kalkulasi biaya
langsung (direct costing) ataupun kalkulasi biaya absorpsi penuh (full absorption costing).
Dalam pertanyaan mengenai unsur-unsur biaya mana yang akan dialokasikan ke produksi, tiga
kemungkinannya adalah kalkulasi biaya utama (prime costing), kalkulasi biaya langsung
(variabel), dan kalkulasi biaya absorpsi penuh.

2. AKUMULASI BIAYA
Akumulasi biaya proses adalah suatu metode dalam pengumpulan harga pokok produk dengan
mengumpulkan biaya untuk setiap satuan waktu tertentu.

Ada dua metode akumulasi biaya yang digunakan secara luas, dimana keduanya mempunyai
beberapa aspek yang sama, walaupun obyek biaya terakhir dari kedua metode tersebut adalah
produk, tetapi kedua metode tersebut pada dasarnya berbeda penekanannya dalam
penelusuran besarnya biaya. Pada kalkulasi biaya proses, perhatian utamanya adalah
penelusuran besarnya biaya pada proses, pusat biaya, atau departemen di pabrik. Macammacam akumulasi biaya adalah sebagai berikut :
a. Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan ( Job Order Costing )
Perhatian utamanya adalah penelusuran besarnya biaya pada pekerjaan, tumpukan
barang, partai barang, atau pada kontrak itu sendiri.
Biaya-biaya diakumulasikan oleh barang pesanan atau barang spesifik pelanggan.
Metode ini digunakan pada saat produk yang dihasilkan dalam sebuah departemen atau
pusat biaya beraneka ragam, dan hal ini mensyaratkan kemungkinan mengidentifikasikan
secara fisik barang yang diproduksi dan membebankan masing-masing barang dengan
biayanya sendiri.
Kalkulasi biaya pesanan dapat diterapkan pada pembuatan barang pesanan di pabrik,
bengkel kerja, dan bengkel perbaikan; yang dikerjakan oleh pemborong, insinyur
bangunan, dan pelaksana; serta untuk pengusaha jasa yang hanya memiliki sedikit
pekerjaan yang dilakukan pada waktu tertentu, seperti kesehatan, hukum, arsitektur,
akuntansi, dan perusahaan konsultan.
Metode biaya pesanan memberi kesempatan untuk mengendalikan biaya dan
mengevaluasi profitabilitas dari perjanjian/kontrak, produk, atau lini produk.
b. Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Proses ( Process Costing )
Kalkulasi biaya proses mengakumulasikan biaya-biaya dari proses produksi atau dari
departemen.
Metode ini digunakan pada saat semua unit yang dihasilkan dalam suatu departemen atau
pusat biaya pada dasarnya sama, atau pada saat tidak ada keperluan untuk membedakan
unit-unit produk tersebut.
Kalkulasi biaya proses mengakumulasikan semua biaya dari mengoperasikan suatu
proses dalam periode waktu tertentu, dan membagi biaya-biaya dengan jumlah unit
produk yang melewati proses tersebut selama periode bersangkutan; Hasilnya adalah
bentuk biaya per unit. Karena sifat dari keluaran dan akumulasi biaya, produk dari satu
proses mungkin menjadi bahan pada proses selanjutnya dalam kasus di mana biaya per
unit harus dihitung untuk masing-masing proses.
Metode biaya proses dapat diterapkan untuk industri-industri seperti pabrik tepung,
pabrik bir, pabrik kimia, dan pabrik tekstil dengan satu atau beberapa jenis produk yang
jumlahnya besar. Metode tersebut juga dapat diterapkan untuk merakit dan menguji
pengoperasian yang mengikutsertakan sejumlah besar jenis produk yang sama seperti
peralatan listrik, suku cadang listrik, atau perkakas kecil lainnya.
c. Metode Campuran ( Blended Methods )

Pada beberapa perusahaan pabrikasi, unit yang berbeda memiliki biaya bahan langsung
yang secara nyata berbeda, tetapi semua unitnya melalui konversi yang sama dalam
jumlah yang besar. Dalam kasus ini, biaya bahan langsung diakumulasikan dengan
menggunakan kalkulasi biaya pesanan, dan biaya konversi diakumulasikan dengan
menggunakan kalkulasi biaya proses.
Contohnya adalah operasi perakitan yang sederhana di mana lampu dilapisi dengan
kuningan murahan dan lampu mahal yang terbuat dari kuningan murni yang dirakit dalam
jumlah besar. Biaya pekerja yang sama ditunjukkan pada semua unit barang, dan kabel
serta tombol yang sama (bahan langsung) juga dipasang. Kap lampu dari kain bermutu
tinggi dipasang pada lampu yang terbuat dari kuningan murni, sedangkan pada lampu
yang dilapisi dengan kuningan murahan dipasang kap lampu dari kain bermutu rendah.
Perbedaan biaya untuk lampu dan kap lampu ini cukup berarti, sementara biaya-biaya
lainnya adalah sama untuk semua unit. Dalam contoh tersebut, pemecahannya yang
mungkin adalah menelusuri besarnya biaya bahan langsung pada setumpuk barang,
separtai barang, atau pada pesanan yang menggunakan metode akumulasi biaya pesanan
untuk bahan langsung, dan yang menggunakan metode akumulasi biaya proses untuk
biaya pekerja dan overhead.
Sistem pabrikasi fleksibel mempunyai dampak yang kuat dan mengubah berbagai faktor
yang harus dipertimbangkan oleh manajemen dalam mengevaluasi suatu sistem.

d. Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Backflush

Kalkulasi biaya backflush merupakan cara yang dapat dilakukan untuk


mengakumulasikan biaya pabrikasi dalam sebuah pabrik atau sebagian dari pabrik di
mana kecepatan pemrosesannya sangat cepat sekali.

Metode ini dapat dilakukan karena melalui ayat jurnal akuntansi biaya rutin yang
dibutuhkan dalam catatan tambahan untuk akumulasi biaya pesanan dan biaya proses,
berarti sangat menghemat waktu pemrosesan data. Bila waktu dan insentif yang tersedia
tidak mencukupi untuk menelusuri rincian biaya barang dalam proses, maka kalkulasi
biaya backflush memberikan metode pengakumulasian biaya yang dimulai dari belakang
melalui informasi akuntansi yang tersedia setelah produksi selesai, yaitu pada akhir setiap
periode akuntansi.

PENGUKURAN KINERJA SEGMEN

A. Pengembalian atas Investasi / ROI ( Return Of Investment )


Satu cara mengaitkan laba operasi dengan aktiva yang digunakan adalaha dengan
menghitung pengembalian atas investasi ( return of investment ROI ), yaitu laba yang
diperoleh untuk setiap rupiah investasi. ROI adalah alat ukuran kinerja yang paling
lazim bagi suatu pusat investasi. ROI dapat didefinikan sebagai berikut :
ROI = Laba Operasi / Aktiva operasi rata-rata
Laba operasi (operating income) mengacu pada laba sebelum bunga dan pajak. Aktiva
operasi (operating assets) adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk menghasilkan
laba operasi, termasuk kas, piutang, persediaan, tanah, gedung, dan peralatan. Gambaran
aktiva operasi rata rata dihitung sebagai berikut :
Aktiva operasi rata-rata = ( Nilai buku bersih awal + Nilai buku bersih akhir) / 2

Margin dan Perputaran


Cara kedua untuk menghitung ROI adalah memisahkan rumusnya (laba operasi / Aktiva
operasi rata-rata) dalam margin dan perputaran .
ROI

= Margin x Perputaran
= Laba operasi x
Penjualan
Penjualan
Aktiva operasi rata-rata

Margin adalah rasio dari laba operasi terhadap penjualan. Hal ini menunjukan jumlah
laba operasi yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan.Perputaran (turnover) adalah
suatu ukura lain yang dihitung dengan membagi pendapatan penjualan dengan aktiva
operasi rata-rata.perputaran menunjukan jumlah penjualan yang dihasilkan dari setiap
rupiah yang diinvestasikan dalam aktiva operasi .
Keunggulan ROI
1. ROI mendorong manajer untuk fokus pada hubungan antara penjualan, beban dan
investasi sebagaimana yang diharapkan dari seorang manajer pusat investasi.
2. ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi biaya.
3. ROI mendorong manajer untuk fokus pada efisiensi aktiva operasi.
Kelemahan pengukuran ROI
1. ROI mengakibatkan fokus yang sempit pada profitabilitas divisi dengan

mengorbankan profitabilitas keseluruhan perusahaan


2. ROI mendorong para manajer untuk fokus pada kepentingan jangka pendek dengan
mengorbankan kepentingan jangka panjang

B. Mengukur Kinerja Menggunakan Laba Residu ( Residual Income )


Laba Residu ( Residual income ) adalah perbedaan antara laba operasi dan pengembalian rupiah
minimum yang diisyaratkan atas aktiva operasi perusahaan.
Laba Residu = Laba bersih Operasi -(Tingkat pengembalian minimum x Aktiva operasi rata-rata)
Atau
Laba bersih operasi - (biaya modal rata-rata tertimbang x Aktiva operasi rata-rata)
Nilai Tambah Ekonomi
Cara khusus menghitung laba residu adalah tambah ekonomi. Nilai tambah ekonomi ( economic
value added EVA ) adalah laba bersih ( laba operasi dikurangi pajak ) dikurangi total biaya
modal tahunan. Pada dasarnya EVA adalah laba residu dengan biaya modal sama dengan biaya
aktual dari perusahaan .Sebagai suatu bentuk dari laba residu , EVA adalah suatu bentuk satuan
rupiah, bukan suatu tingkat persentase pengembalian. Akan tetapi , EVA juga menghasilkan
tingkat pengembalian seperti ROI karena menghubungkan penghasilan bersih ( pengembalian )
dengan modal yang dipakai. Inti EVA adalah penekanan pada laba bersih opearsi dan biaya
aktual dari modal. Di lain pihak , secara khusus pendapatan residual menggunakan suatu tingkat
minimum pengembalian yang diharapkan. Para investor menyukai EVA karena menghubungkan
laba dengan jumlah sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mencapainya.

Menghitung EVA
EVA adalah laba bersih atau laba operasi setelah pajak dikurangi biaya modal yang dipakai.
Biaya modal yang dipakai adalah persentase aktual dari biaya modal dikali dengan total modal
yang dipakai. Persamaan EVA dinyatakan sebagai berikut :
EVA = Laba operasi Setelah pajak

Persentase biaya x Total modal


modal aktual
yang dipakai

C. Penetapan harga Transfer

Harga Transfer adalah harga yang dibebankan untuk suatu komponen oleh divisi penjual
pada divisi pembeli di perusahaan yang sama.penetapan harga transfer adalah masalah yang
rumit.

Dampak Penetapan Harga Transfer terhadap Divisi dan perusahaan secara


keseluruhan
Ketika satu divisi dari suatu perusahaan menjual pada divisi lain , kedua divisi tersebut dan
perusahaan secara keseluruhan terkena pengaruhnya. Harga yang dikenakan untuk barang
yang ditransfer mempengaruhi biaya dividi pembeli dan pendapatan divisi penjual. Artinya,
laba kedua divisi tersebut sebagaimana juga evaluasi dan kompensasi para manajer mereka,
dipengaruhi oleh harga transfer. Karena berpengaruh terhadap ukuran kinerja berdasarkan
laba dari kedua divisi ( misalnya ROI dan laba residu) penetapan harga transfer sering
menjadi masalah yang ditanggapi secara sangat emosional.

Kebijakan penetapan harga Transfer


Dalam penyusunan sebuah kebijakan penetapan harga transfer , kedua pandangan dari divisi
penjual dan pembeli harus dipertimbangkan . pendekatan biaya peluang ( opportunity cost
approach ) mencapai tujuan tersebut dengan mengidentifikasi harga minimum yang ingin
diterima divisi penjual dan harga maksimum yang ingin dibayar divisi pembeli.Harga-harga
minimum dan maksimum tersebut sesuai dengan biaya peluang transfer internal. Berikut ini
harga -harga yang ditetapkan di setiap divisi:
1) Harga Transfer minimum adalah Harga transfer yang akan membuat keadaan divisi
penjual tidak menjadi lebih buruk jika barang dijual pada divisi internal daripada dijual
pada pihak luar.Hal ini terkadang disebut batas bawah ( floor) dari rentang penawaran
2) Harga Transfer maksimum adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi
pembeli tidak menjadi lebih buruk jika suatu input dibeli dari divisi internal daripada jika
barang yang sama dibeli secara eksternal .Hal ini terkadang disebut batas atas
( ceiling ) dari rentang penawaran .

Harga Pasar
Jika terdapat pasr luar denga persaingan sempurna untuk produk yang ditransfer , maka
harga transfer yang paling sesuai adalah harga pasar. Pada situasi demikian berbagai tindakan
manajer divisi akan mengoptimalkan laba divsi dan laba perusahaan secara simultan. Lagi
pula , tidak ada divisi yang memperoleh manfaat di atas beban divisi lain.Bila demikian ,

manajemen pusat tidak akan tertarik untuk melakukan campur tangan.

Harga Transfer Berdasarkaan Biaya


Harga pasar luar kerap tidak tersedia. Hal tersebut bisa terjadi karean produk yang akan
ditransfer menggunakan desain hak paten yang dimiliki perusahaan induk.Dalam hal ini ,
perusahaan bisa menggunakan pendekatan penetapan harga transfer berdasarkan biaya.
Harga Transfer yang dinegosiasikan
Manjemen tingkat atas bisa mengizinkan manajer divisi pembeli dan penjual untuk
menegosiasikan harga transfer. Secara khusus , pendekatan ini berguna saat kondisi pasar
tidak sempurna , seperti kemampuan divisi di dalam perusahaan untuk menghindari biaya
penjualan dan distribusu . Dalam hal ini , biaya yang dihemat bisa dibagi diantara 2 divisi.

Perusahaan Bintang mempunyai 2 divisi, yaitu Divisi Batu dan Divisi Bata. Divisi Batu
merupakan divisi pemasok komponen utama Divisi Bata dengan harga transfer Rp 10/unit. Divisi
Batu juga menjual ke pasar dengan harga Rp 12,50 /unit. Biasanya penjualan ke pasar berjumlah
25% dari penjualan sebanyak 2.000 unit komponen per tahun.
Berikut ini adalah data Laporan Laba/Rugi Divisi Batu untuk tahun 2007.
Penjualan Rp 21.250
Biaya Variabel @ Rp 8 /unit Rp 16.000
Contribution Margin Rp 5.250
Biaya Tetap Rp 2.000
Laba Bersih Rp 3.250
Divisi Bata mendapat penawaran dari pihak luar untuk membeli komponen dengan harga Rp 9
/unit. Divisi Batu menyatakan bahwa tidak mungkin untuk menjual dengan harga seperti
penawaran pihak luar karena tidak akan memperoleh laba sama sekali.
Diminta :

a) Jika anda seorang manajer, berilah komentar anda terhadap pernyataan Divisi Batu tersebut.
Asumsikan bahwa kapasitas Divisi Batu sudah dipakai secara maksimum!
Jawab :
Jika divisi batu menjual ke divisi Bata dengan harga Rp 9 /unit.
Penjualan produk ke pasar ekstern
Pendapatan penjualan
( 25% dari 2.000 unit = 500 unit @ Rp 12,50 ) Rp 6.250
Biaya Variabel
( 25% dari 2.000 unit = 500 unit @ Rp 8,00 ) (Rp 4.000)
Contribution Margin Rp 2.250
Biaya Tetap
( 500 unit @ Rp 1 /unit ) (Rp 500)
Laba Bersih Rp 1.750
Penjualan produk ke Divisi Bata
Pendapatan penjualan
( 2.000 unit 500 unit = 1.500 unit @ Rp 9,00 ) Rp 13.500
Biaya Variabel
( 2.000 unit 500 unit = 1.500 unit @ Rp 8,00 ) (Rp 12.000)
Contribution Margin Rp 1.500
Biaya Tetap
( 1.500 unit @ Rp 1 /unit ) (Rp 1.500)
Laba Bersih Rp 0
Total Laba bersih Rp 1.750
Jadi, dengan demikian Divisi Batu masih bisa menjual produk ke Divisi Bata dengan harga Rp
9 /unit, karena Divisi Batu masih mendapatkan laba sebesar Rp 1.750
b) Divisi Batu dapat menaikan penjualan produk ke pasar sebesar 1.500 unit komponen dengan
menaikan biaya tetap sebesar Rp 2.000 dan biaya Variabel Rp 1 /unit. Misalkan kapasitas
maksimum 2.000 unit komponen /tahun, apakah sebaiknya Divisi Batu memusatkan penjualan
produk ke luar dan mengabaikan transfer intern. Jelaskan dengan perhitungan !
Jawab :
Jika divisi Batu menjual ke pasar sebesar 1.500 unit
Penjualan produk ke pasar ekstern
Pendapatan penjualan

( 1.500 unit @ Rp 12 /unit ) Rp 18.000


Biaya Variabel
( 1.500 unit @ Rp 9 /unit ) (Rp 13.500)
Contribution Margin Rp 4.500
Biaya Tetap
( 1.500 unit @ Rp 2 /unit ) (Rp 3.000)
Laba Bersih Rp 1.500
Penjualan produk ke divisi Bata
Pendapatan penjualan
( 500 unit @ Rp 9 /unit ) Rp 4.500
Biaya Variabel
( 500 unit @ Rp 9 /unit ) (Rp 4.500)
Contribution Margin Rp
Biaya Tetap
( 500 unit @ Rp 2 /unit ) ( Rp 1.000 )
Laba Bersih ( Rp 1.000 )
Total Laba Bersih Rp 500
Maka, sebaiknya divisi Batu memusatkan penjualan produk ke pasar ekstern saja dan
mengabaikan transfer intern, karena penjualan produk ke divisi Bata ( transfer Intern ) hanya
mendapatkan laba sebesar Rp 500.
Jika divisi Batu memusatkan seluruh penjualan produk ke pasar ekstern, maka Laba Bersih yang
di peroleh adalah sebesar Rp 2.000. dengan perhitungan sebagai berikut :
Penjualan produk ke pasar ekstern
Pendapatan penjualan
(2.000 unit @ Rp 12 /unit ) Rp 24.000
Biaya variabel
( 2.000 unit @ Rp 9 /unit ) (Rp 18.000 )
Contribution Margin Rp 6.000
Biaya Tetap
( 2.000 unit @ Rp 2 /unit ) ( Rp 4.000 )
Laba Bersih Rp 2.000

You might also like