You are on page 1of 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Pasca Krisis Moneter 1997 yang meluluhlantakkan perekonomian dan
menghancurkan rezim orde baru yang berkuasa berimbas ke berbagai aspek dari
ekonomi, politik, hukum dan tata negara, Sistem perekonomian yang dibangun orde
baru dengan kekuasaan sekelompok elit politik dan didukung militer telah
menampakkan kebobrokannya, dimana faktor kolusi, korupsi dan nepotisme
menjadi sebab utama mengapa negara ini tidak mampu bertahan dari krisis bahkan
dampaknya masih terasa hingga sekarang.
Reformasi yang dilakukan pemerintah setelah orde baru memberikan harapan akan
adanya perubahan dari sisi demokrasi kepempimpinan melalui pemilihan umum
langsung dan pemilihan kepala daerah, distribusi prekonomian dengan lebih merata
dengan diberlakukannya otonomi daerah maupun transparansi dan akuntabilitas
pemerintah yaitu dengan diberlakukannya Undang-Undang No 28 Tahun 1999
Tentang Pemerintahan yang bebas KKN, Undang-Undang No 31 Tahun 1999 Tentang
Tindak Pidana Korupsi, dan Undang-Undang No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan
Negara.
Namun harapan tersebut seakan jauh panggang dari api, kasus korupsi di Indonesia
seakan semakin berkembang dengan metode baru yang lebih canggih.
Pemberantasan korupsi dilakukan selama ini kurang memberikan efek jera yang
diharapkan timbul dari terpidananya pelaku koruptor.
Kasus Korupsi, Kolusi dan Nepotisme seakan menjadi penyakit baru yang mewabah
dari tingkat Pemerintah Pusat sampai ke DPR yang menyebar luas ke tingkat daerah
dari pemimpin, penyelenggara pemerintahaan sampai DPRD yang seakan-akan
berjamaah menikmati kue yang selama ini tidak sampai ke piring mereka.
Namun apabila dilihat dari data-data yang ada, sebenarnya tidak sepenuhnya
benar. Usaha pemberantasan korupsi di Indonesia sedikit demi sedikit telah
memperbaiki citra Indonesia. Indeks persepsi korupsi (CPI) yang dikeluarkan oleh
Transparency International menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan signifikan
selama kurun waktu 1998 2007 dimana skor CPI Indonesia meningkat dari 2,0
menjadi 2,3 . Ini berarti Indonesia telah menempuh setengah jalan untuk menjadi
negara yang kondusif untuk pemberantasan korupsi (skor CPI 5,0). Persepsi publik
terhadap pemberantasan korupsi di Indonesia juga telah menunjukkan tren
perbaikan, sedikit banyak hal tersebut karena gebrakan Komisi Pemberantasan
Korupsi yang gencar memburu koruptor.
Definisi korupsi dalam penelitian diatas berarti penyalahgunaan jabatan oleh
pegawai negeri dan kaum politisi untuk kepentingan pribadi, seperti penyuapan
dalam proses pengadaan barang dan jasa di pemerintahan dengan tidak
membedakan korupsi yang bersifat administratif, politis atau antara korupsi besar
dan kecil-kecilan.

Kesimpulan yang bisa kita petik dari data-data diatas adalah ada titik terang dalam
pemberantasan korupsi di Indonesia. Data-data tersebut menunjukkan hal yang
berbeda dari anggapan beberapa orang yang selalu pesimis dengan kemajuan
pemberantasan korupsi di Indonesia.

You might also like