You are on page 1of 23

Alergi

makanan
Rizki Ayu Rizal

pendahuluan
Dibagi menjadi 2 kategori:
1.
Terjadi melalui mekanisme imunologis, yaitu:
- Diperantarai oleh Ig E alergi kacang
terjadi saat atau segera setelah makan
- Tidak diperantarai Ig E misalnya proteininduced enterocolitis syndrome) terjadi
dalam beberapa jam
2. Intoleransi makanan intoleransi laktosa,
keracunan makanan yang mengandung
bakteri

patofisiologi
Sebagian

besar alergi makanan


diperantarai oleh Ig E
Alergen makanan biasanya berupa
glikoprotein yang tahan terhadap
pemanasan dan proteolisis
Contoh alergen makanan: kacang, putih
telur, ikan, udang, soybean

patofisiologi
Mediator

yang dilepaskan: histamin,


prostaglandin, leukotrien, chemotactic factor,
sitokin
Reaksi yang terjadi: vasodilatasi, kontraksi
otot polos, dan sekresi mukus,dll

Cara menegakkan diagnosis


Anamnesis
Telaah semua daftar makanan yang
mungkin menjadi penyebab
Bagaimana cara penyajian?
Berapa banyak yang dimakan?
Catat semua reaksi yang terjadi :
- cara terpapar (ditelan, skin contact,
inhalasi, suntikan) dan dosis?
- onset terjadinya reaksi?
- catat semua gejala dan tingkat
keparahannya
- lama reaksi terjadi?

Pemeriksaan fisik
Kulit
reaksi yang paling sering terjadi
mulai dari urtikaria akut (paling sering),
flushing, angioedema, eksaserbasi dermatitis
atopi.
Alergi makanan jarang menimbulkan urtikaria
kronik atau angioedema

Dermatitis atopi

Dermatitis atopi

urtikaria

angioedema

Pemeriksaan fisik
Saluran pencernaan
Gejala: mual, muntah, nyeri perut, diare
(jarang terjadi)
Oral allergy syndrome timbul rasa
gatal di bibir, lidah, palatum, dan
tenggorokan disertai edema 3%
kasus berkembang menjadi edema
laring atau hipotensi

Pemeriksaan fisik
Saluran pernafasan
URT Kongesti hidung, bersin, hidung
terasa gatal, atau rinore biasanya terjadi
bersamaan dengan gejala pada mata, kulit,
dan GIT
LRT edema laring, batuk, bronkospasme
Asma patogenesisnya masih
kontroversial reaksi utama bukanlah
bronkospasme akut, tapi timbul gejala asma
kronik atau kesulitan untuk mengatasi
serangan asma

Food induced anaphylaxis


Gelaja

: orofaringeal pruritus, angioedema (edema


laring), urtikaria, ocular injection, ocular pruritus,
edema konjungtiva, periocular swelling, kongesti
nasal, nasal pruritus, rinore, bersin, stridor,
disfonia, batuk, dyspnea, wheezing, bronkospasme,
mual, muntah, nyeri perut, diare, kegagalam
kardiovaskular

Food dependent exercise


induced anaphylaxis
Anaphilaxix

yang diinduksi latihan dan


bergantung pada makanan.
Gejala anfilaksis timbul setelah makan
suatu alergen kemudian diikuti latihan
fisis. Misalnya pada seorang yang alergi
terhadap udang , EIA timbul bila setelah
makan udang kemudian ia berlari-lari.
Bila ia tidak berlari-lari tidak akan timbul
EIA.

Pemeriksaan penunjang
Eosinofilia

(darah atau jaringan) hitung


jenis eosinofil >5%, eosinofil total >500/ml
Hemaglobi dan Ht yang rendah
Pemeriksaan IgE total dan spesifik IgE
RAST positif bila hasilnya 1 dan hasil yang
positif berkorelasi baik dengan uji tusuk
kulit (prick test)
Double blind food challenges

Pemeriksaan penunjang
Uji

kulit : uji tusuk, uji gores, serta uji


intradermal
Akurasi hasil positif <50% ( berkorelasi
dengan uji DBPCFC), sedangkan bila hasilnya
negatif dapat memprediksi tidak terjadi reaksi
alergi Ig E mediated sebesar 95%
Uji tusuk kulit pada anak<1 tahun bisa negatif
Timbulnya indurasi >6mm pada anak <2 tahun
dan >8mm pada anak >2 tahun berarti positif

Pemeriksaan penunjang
Uji Provokasi susu sapi
Merupakan pemeriksaan lanjutan bila dari A/, PF, salah
satu pemeriksaan Ig E total, Ig E spesifik, dan uji kulit
menunjukkan hasil yang positif
Baku emas diagnosis alergi susu sapi adalah DBPCFC
mahal double blind placebo controlled cows milk
challenge (DBPCMC)

Elimination challenge test


Dilakukan untuk membuktikan adanya perbaikan dari
gejala setelah tidak minum susu sapi dan
berulangnya gejala bila kembali diberikan susu sapi
Harus dengan pengawasan dokter
Kesulitan tergantung kemampuan untuk
menghindar dari alergen dan tidak ada
faktor lain yang dapat memicu
reaksi yang sama

penatalaksanaan
Eliminasi

makanan
Terapi farmakologi
Pada pasien malabsorpsi pemberian nutrisi
lain harus optimal
Imunoterapi dan hiposensitisasi oral
Edukasi pasien

Terapi farmakologi
diberikan bila tidak ada perbaikan dengan eliminasi
makanan, tidak dapat menghindari makanan tersebut,
alergen makanannya tidak dapat teridentifikasi
1.

2.
3.
4.

H1 receptor antihistamine (t,u untuk reaksi


yang melepaskan histamin urtikaria,
angioedema, konjungtivitis, rinitis, pada
kasus GIT masih kontroversial)
pemberian sebelum makan bisa
mengurangi gejala tapi tidak mencegah
terjadinya reaksi anafilaksis
Adrenergic agent epinefrin
Kromolin , Nedokromil pada penderita
dengan gejala asma dan rhinitis alergika.
Glukokortikoid : Metil prednisolon 4
10mg/kgbb/dosis, prednisolon dan
prednison 1-2 mg/kgbb/hari

Terima kasih

You might also like