Professional Documents
Culture Documents
LATAR BELAKANG
ekonomi masyarakat Indonesia serta pelayanan kesehatan yang makin baik dan
merata, diperkirakan tingkat kejadian penyakit diabetes mellitus (DM) akan makin
meningkat. Penyakit ini dapat menyerang segala lapisan umur dan sosio ekonomi.
Dari berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia di dapatkan prevalensisebesar
1,5-2,3 % pada penduduk usia lebih besar dari 15 tahun. Pada suatu penelitian di
Manado didapatkan prevalensi 6,1 %. Penelitian di Jakarta pada tahun 1993
menunjukkan prevalensi 5,7%.
Melihat tendensi kenaikan kekerapan diabetes secara global yang tadi
dibicarakan terutama disebabkan oleh karena peningkatan kemakmuran suatu
populasi, maka dengan demikian dapat di mengerti bila suatu saat atau lebih tepat
lagi dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang kekerapan DM di
Indonesia akan meningkat drastis. Ini sesuai dengan perkiraan yang dikemukakan
oleh WHO seperti tampak pada tabel 1, Indonesia akan menempati peringkat
nomor 5 sedunia dengan jumlah pengidap diabetes sebanyak 12.4 juta orang pada
tahun 2025, naik 2 tingkat dibanding tahun 1995.
Dari angka angka diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam jangka
waktu 30 tahun penduduk Indonesia akan naik sebesar 40% dengan peningkatan
jumlah pasien diabetes yang jauh lebih besar yaitu 86 138% yang disebabkan
oleh karena:
Faktor demografi
Gaya hidup ke barat - baratan
Berkurangnya penyakit infeksi dan kurang gizi
Meningkatnya pelayanan kesehatan hingga umur pasien diabetes menjadi
lebih panjang.
BAB II
KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. ER
Tanggal Lahir
: 06 Agustus 1965
Umur
: 50 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Status
: Menikah
Alamat
Tgl Masuk RS
: 20/05/2015
B. ANAMNESIS
Autoanamnesis Pada Tanggal 6 Oktober 2015
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Pasien datang ke RSIJ-PK dengan keluhan nyeri pada kedua siku sejak 7
hari SMRS. Nyeri dirasakan hilang timbul. Timbul saat istirahat setelah
beraktivitas. Nyeri dirasakan setempat tidak menjalar ke ujung jari. Pasien juga
mengeluh nyeri pada kedua telapak kaki seperti tertusuk pisau. Nyeri dirasakan
menetap pada telapak kaki. Nyeri terjadi terus menerus. Rasa nyeri menjalar ke
ujung jari tidak ada. Pasien juga tidak pernah jatuh. Riwayat trauma pada
kedua siku ataupun telapak kakidisangkal.
Pasien mengaku memiliki penyakit diabetes melitus sejak 2014. Awalnya
pasien datang dengan keluhan lemas. Setelah diperiksa pasien di diagnosa
diabetes melitus tipe 2. Pada saat itu pasien merasakan peningkatan nafsu
makan, peningkatan frekuensi buang air kecil, dan penurunan berat badan.
Pasien saat ini tidak mengeluhkan lemas, tidak mengeluhkan penurunan
berat badan, tidak mengeluhkan peningkatan nafsu makan, tidak mengeluhkan
peningkatan
frekuensi
berkemih,
tidak
mengeluhkan
demam,
tidak
Pasien memiliki riwayat Diabetes Melitus tipe 2 sejak 1 tahun yang lalu
Riwayat Penyakit Jantung tidak ada
Riwayat Hipertensi tidak ada
Riwayat Gagal Ginjal tidak ada
Riwayat Pengobatan
Pasien merupakan seorang guru dengan kegiatan sehari hari dari jam7 hingga
jam 3 sore mengajar dan berisitirahat pada jam 12 siang hingga jam 1. Pasien
setiap hari mengkonsumsi nasi 2x/hari dengan takaran 1 gelas minum. Pasien
tidak makan gorengan, tidak meminum kopi dan tidak meminum alkohol
C. PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan umum
Kesadaran
: composmentis
Tanda vital
: 36.8 oC
: 80 x/menit
: 18 x/menit
: 130/80 mmHg
Suhu
Nadi
RR
TD
Status Gizi
BB
TB
IMT
:
: 55 kg
: 150 cm
: 24.4 (Overweight)
Status Generalis
Kepala
Rambut
Mata
: Norrmochepal
: Hitam, tersebar merata, tidak mudah di cabut
: Konjungtiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-),
Thorak paru
Inspeksi
linea
midklavikularis sinistra
Auskultasi
: Vesikuler (+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Kesan
: Pemeriksaan paru dalam batas normal
Thorak Jantung
:
Inspeksi
: Ictus Cordis Terlihat (-)
Palpasi
Midclavicula sinistra
Perkusi
: Batas jantung atas relatif di ICS II linea sternalis
sinistra, batas kanan jantung relatif di ICS V linea sternalis dextra, batas
kiri jantung relatif di ICS V linea midclavicula sinistra
Auskultasi
: Bunyi Jantung I dan II Murni reguler, Murmur (-),
Gallop (-)
Kesan
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
Kesan
Ekstremitas Atas
Akral
CRT
Edema
Tremor
Reflek bicep
Ekstremitas Bawah
Akral
CRT
Edema
Tremor
Reflek patela
:
: hangat
: <2 detik
: -/: -/: -/-
Kesan
: gangguan nervus
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan
Test
Hasil
Nilai Normal
Laboratorium
2014
12/08/14
Glucosa
294.40
Normal (70-99)
Impaired (100-125)
Diabetes (>126)
Glucosa Urine 1+
Glukosa 2PP
407.00
Negative
Normal (70-140)
Impaired (141-200)
Diabetes (>200)
Glucosa Urine 2+
HBA1C
14.7
Glucosa
154.00
Negative
4.5-6.3
Normal (70-99)
Impaired (100-125)
Diabetes (>126)
Fasting
02/09/14
Fasting
18/09/14
Negative
Normal (70-140)
Impaired (141-200)
Diabetes (>200)
Glucosa Urine 4+
Glucosa
173.00
Negative
Normal (70-99)
Impaired (100-125)
Diabetes (>126)
Fasting
06/10/14
Negative
Normal (70-140)
Impaired (141-200)
Diabetes (>200)
Glucosa Urine 3+
Glucosa
224.00
Negative
Normal (70-99)
Impaired (100-125)
Diabetes (>126)
Fasting
03/11/14
Glucosa Urine 1+
Glukosa 2PP
290.00
Negative
Normal (70-140)
Impaired (141-200)
Diabetes (>200)
Glucosa Urine 3+
Glucosa
108.00
Negative
Normal (70-99)
Impaired (100-125)
01/12/14
Fasting
Diabetes (>126)
Negative
Normal (70-140)
Impaired (141-200)
Diabetes (>200)
Glucosa Urine 3+
Glucosa
157.00
Negative
Normal (70-99)
Impaired (100-125)
Diabetes (>126)
Fasting
Glucosa Urine Negative
Glucosa 2PP
279.00
Negative
Normal (70-140)
Impaired (141-200)
Diabetes (>200)
Glucosa Urine 3+
Negative
Pemeriksaan
Test
Hasil
Nilai Normal
Laboratorium
2015
04/06/15
Glucosa
106.00
Normal (70-99)
Impaired (100-125)
Diabetes (>126)
Fasting
08/06/15
06/07/15
05/08/15
Negative
Normal (70-140)
Impaired (141-200)
Diabetes (>200)
Glucosa Urine
HBA1C
Kreatinin
Glucosa
Negative
Negative
6.9
0.8
103.00
Fasting
03/09/15
0.51-0.95
Normal (70-99)
Impaired (100-125)
Diabetes (>126)
Negative
Normal (70-140)
Impaired (141-200)
Diabetes (>200)
Negative
Normal (70-99)
Impaired (100-125)
29/09/15*
Fasting
Diabetes (>126)
Negative
Normal (70-140)
Impaired (141-200)
Diabetes (>200)
209
Normal (70-140)
Impaired (141-200)
Diabetes (>200)
Glukosa
160.00
Normal (70-99)
Impaired (100-125)
Diabetes (>126)
Fasting
* = Hasil laboratorium terbaru yang diperiksa
E. RESUME
:
Ny. ER datang ke Poli Penyakit Dalam dengan keluhan nyeri pada
kedua siku tangan sejak 7 hari SMRS. Nyeri dirasakan menetap pada siku.
Pasien juga mengeluh nyeri pada telapak kaki sejak 1 bulan SMRS. Nyeri
pada telapak kaki juga dirasakan menetap. Pasien mempunyai rwiayat
Diabates Melitus Tipe 2 sejak 1 tahun yang lalu. Pasien saat ini
mengkonsumsi metformin 500 mg 3x/hari, Glimepiride 1 mg 1x/hari,
meloxicam 15 mg 1x/hari. Pasien biasa mengatur pola makan dengan
makan nasi 2x/hari dengan nasi takaran 1 gelas minum. Reflek bicep -/-,
reflek patela -/-. Hasil laboratorium GDP 160mg/dl ;GD2PP 209mg/dl.
F. DIAGNOSIS KERJA
- Diabetes Melitus Tipe 2 tidak terkontrol
G. PENGKAJIAN MASALAH
1. Neuropati
10
S:
Ny. ER datang dengan keluhan nyeri pada kedua siku tangan sejak 7 hari.
Nyeri dirasakan menetap, tidak menjalar. Pasien juga mengeluh nyeri pada
kedua telapak kaki seperti tertusuk pisau. Nyeri tidak menjalar dan tidak ada
riwayat trauma. Riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 sejak 1 tahun yang lalu
O:
Suhu
: 36.8 oC
Nadi
: 80 x/menit
RR
: 18 x/menit
TD
: 130/80 mmHg
Reflek bicep -/- reflek patela -/A:
Neuropati Diabetikum
DD/ Plantar tunnel syndrome dan Ulna tunnel syndrome
Osteoarthrosis
P:
Meloxicam 15 mg 1x/hari
11
13
BAB III
DISKUSI
1. ASPEK DIAGNOSTIK
Alur Diagnostik Neuropati DM
LABORATORIUM
LABORATORIUM
Anamnesis :
Kesemutan, tingling atau nyeri pada
kaki sering merupakan gejala yang
pertama, bisa juga nyeri dan
kesemutan. Gejala bisa melibatkan
sistem saraf sensoris atau motorik
ataupun sistem saraf otonom.
terkonfirmasi
Dari anamnesis
Rasa nyeri disiku sejak 7 hari menetap dan
tidak menjalar
Rasa nyeri ditelapak kaki seperti tertusuk
Pemeriksaan
Pemeriksaan glukosa
glukosa plasma
plasma puasa
puasa 126
126
mg/dl.
mg/dl.
Atau
Atau
Pemeriksaan
Pemeriksaan glukosa
glukosa plasma
plasma 200
200
mg/dl
mg/dl 22 jam
jam
Atau
Atau
Pemeriksaan
Pemeriksaan glukosa
glukosa plasma
plasma sewaktu
sewaktu
200
200 mg/dl
mg/dl dengan
dengan keluhan
keluhan klasik.
klasik.
Atau
Atau
Pemeriksaan
HbA1c
Pemeriksaan HbA1c 6,5%
6,5% dengan
dengan
menggunakan
metode
menggunakan metode HighHighPerformance
Performance Liquid
Liquid Chromatography
Chromatography
(HPLC)
(HPLC) yang
yang terstandarisasi
terstandarisasi oleh
oleh
National
National Glycohaemoglobin
Glycohaemoglobin
Standarization
Standarization Program
Program (NGSP)
(NGSP)
Atau
Atau
NEUROPATI
DM
Pemeriksaan
Pemeriksaan elektrofisiologi
elektrofisiologi
Diagnosis neuropati DM
Bentuk-bentuk gambaran klinik adalah sebagai berikut :
a. Polineuropati sensorik-motorik simetris
14
Bentuk ini paling sering dijumpai, dan biasanya terjadi pada penderita
diabetes. Keluhan dapat dimulai dari yang paling ringan hingga paling
berat. Ada rasa tebal atau kesemutan, terutama pada tungkai bawah
dan menurunnya serta hilangnya refleks tendon Achilles atau tendon
lain. Kadang-kadang ada rasa nyeri ditungkai. Nyeri ini dapat
mengganggu penderita pada waktu malam hari. parese jarang terlihat,
tetapi bila ada akan mengenai ujung-ujung kaki secara simetris
b. Neuropati otonom
Keluhan ini dapat bermacam-macam, bergantung pada saraf otonom
mana yang terkena. Penderita dapat mengeluh diare yang bergantian
dengan konstipasi, dilatasi lambung dan disfagia. Gangguan
pengosongan
kandung
kemih
yang
disebabkan
oleh
karena
dengan
polineuropati
yang
bersifat
lambat,
maka
maka
keadaan
tersebut
dinamakan
mononeuropati
multipleks.
Pada N. Spinalis
Awitan suatu mononeuritis adalah selalu mendadak. Setiap N.
Spinalis dapat dihinggapi, namun yang sering dihinggapi dalah
N. Iskhiadikus, N. Ulnaris, N. Medianus, N. Radialis, N.
Femoralis, N. Kutaneus Femoralis, dll. Gejala yang mungkin
timbul adalah gangguan sensorik, motorik atau gangguan
sensorik sekaligus motorik. Di samping itu tampak pula adanya
rasa nyeri di saraf yang bersangkutan. Pada umumnya prognosa
pada mononeuritis ini lebih baik dibandingkan dengan
polineuropati diabetic simetris.
Pada N. Kranialis
Yang paling sering adalah N. Okulomotorius, N. Abdusen, N. Optikus, dll.
Terdapat pula rasa nyeri di daerah saraf yang bersangkutan. Bila berhadapan
dengan penderita dengan lesi N.III dan nyeri dibelakang bola mata, maka
kemungkinan akan adanya suatu aneurisma sirkulus arteriosus willisi. Bila
mononeuritis itu mengenai N. II maka timbul neuritis retrobulbaris yang lama
kelamaan dapat menimbulkan papilla alba
Diagnostik neuropati ditegakkan berdasarkan adanya gejala dua atau lebih
dari empat kriteria dibawah ini :
1.Kehadiran satu atau lebih gejala.
2. Ketidakhadiran dua atau lebih refleks ankle atau lutut
3. Nilai ambang persepsi getaran/vibration-abnormal.
16
ANAMNESIS
Keluhan
klasik
LABORATORIUM
DM
berupa
Curiga DM
Dari anamnesis :
Satu tahun yang lalu
Saat ini
17
Chromatography
(HPLC)
yang
terstandarisasi
oleh
National
18
2. ASPEK TERAPI
Strategi pengelolaan pasien DM dengan keluhan neuropati diabetik dibagi
ke dalam 3 bagian. Strategi pertama adalah diagnosis ND sedini mungkin, strategi
kedua dengan kendali glikemik dan perawatan kaki sebaik-baiknya , dan strategi
ketiga yaitu pengendalian keluhan neuropati/ nyeri neuropati diabetik setelah
strategi kedua dikerjakan.
ND merupakan komplikasi kronik dengan berbagai faktor risiko yang
terlibat, maka pada pengelolaan ND perlu melibatkan banyak aspek, seperti
perawatan umum, pengendalian glukosa darah dan parameter metabolik lain
sebagai komponen yang tidak terpisahkan secara terus menerus.
Terapi Preventif
Untuk pencegahan dan penetalaksannan neuropati diabetikum prioritas
utama adalah pengendalian glukosa darah dan monitor HbA1c secara berkala.
Disamping itu pengendalian faktor metabolik lain seperti hemoglobin, albumin,
dan lipid sebagai komponen tak terpisahkan juga perlu dilakukan. Tiga studi
epidemiologi besar, Diabetes Control and Complications Trial (DCCT),
Kumamoto Study dan United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS)
membuktikan bahwa dengan mengendalikan glukosa darah, komplikasi kronik
diabetes termasuk neuropati dapat dikurangi.
Pada DCCT, kelompok pasien dengan terapi intensif yang berhasil
menurunkan HbA1c dari 9 ke 7%, telah menurunkan risiko timbul dan
berkembangnya
komplikasi
mikrovaskular,
termasuk
menurunkan
risiko
timbulnya neuropati sebesar 60% dalam 5 tahun. Pada studi Kumamoto, suatu
penelitian mirip DCCT, tetapi pada DM tipe 2, juga membuktikan bahwa dengan
19
20
5. Tidak ada hubungan antara suatu obat dengan dosis, tidak ada target dosis.
6. Lama (durasi) terapi bervariasi. Apabila nyeri hilang total dengan pengobatan,
oerlu penurunan terapi setiap 6 bulan. Pasien perlu lanjut terapi atau tidak.
Pedoman pengelolaan ND dengan nyeri yang dianjurkan ialah :
1. NSAID (ibuprofen 600 mg 4x/hari, sulindac 200mg 2x/hari)
Dapat membantu mengurangi peradangan yang disebabkan oleh neuropati
diabetika dan juga mengurangi rasa sakit.
21
sembelit, pusing, penglihatan kabur, dan retensi urin. Selain itu TCA juga
dapat menimbulkan sedasi dan hipotensi ortostatik.
Imipramin : mekanisme kerja obat ini dengan menghambat reuptake norepinefrin pada sinapsis di pusat jalur menurun modulasi
nyeri terletak di batang otak dan sumsum tulang belakang. Kontra
indikasi bila ada hipersensitivitas, penggunaan bersama MAOIs,
dan bila selama periode pemulihan akut infark miokard
lebih
bermaknadalam
menghilangkan
nyeri
neuropati
Karbamazepin
Digunakan dalam neuropati perifer sebagai baris ketiga agen jika
semua agen lain gagal untuk mengurangi gejala neuropati
diabetika. Merupakan antikonvulsan generasi pertama. Kombinasi
dengan fenobarbital, fenitoin, atau primidone dapat menurunkan
dosis. Kontra indikasi bila ada hipersensitivitas dan riwayat
gangguan depresi sumsum tulang.
Gabapentin
Gabapentin (GBP), mekanisme anti analgesic dan antikonvuosan
tidak diketahui. Mempunyai struktur mirip GABA. Tetapi tidak
berinteraksi dengan reseptor GABA. Dosis efektif untuk nyeri
23
Pregabilin (PGB)
PGB suatu derivate GABA, terikatnya dengan alpha-2 delta
subunit Ca chanel dengan menurunkan pelepasan NT eksitasi. PGB
di approved FDA untuk nyeri neuropati dan neurelgis pasca herpes.
Dosis biasanya 100-600 mg/hari, oral dalam dosis terbagi. Untuk
nyeri neuropati diabetikum penggunaan obat PGB adalah lebih
Topirimat
Topirimat merupakan penghambat karbonik anhidrase. Dosis
dimulai 100mg/hari dan dititirasi bertahap sampai maksimal 1600
mg/hari, dalam dosis terbagi. Efek samping: batu ginjal, depresi
7. Opioid
24
acting murni.
Tramadol, suatu alternative yang bagus untuk opioid yang kuat. Dosis
dimulai 100mg/hari kemudian ditingkatkan maksimal 400 mg/hari. Bila
25
kesehatan
Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang digunakan,
hiperosmolar
26
endokrin lain)
Riwayat penyakit dan pengobatan di luar DM
Pola hidup, budaya, psikososial, pendidikan, dan status ekonomi
Kehidupan seksual, penggunaan kontrasepsi, dan kehamilan.
Pemeriksaan Fisik
trigliserida)
Kreatinin serum
Albuminuria
Keton, sedimen, dan protein dalam urin
Elektrokardiogram
Foto sinar-x dada
Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam sesudah makan,
atau pada waktu-waktu tertentu lainnya sesuai dengan kebutuhan
Pemeriksaan A1C dilakukan setiap (3-6) bulan
Secara berkala dilakukan pemeriksaan:
o
o
o
o
o
o
o
o
Jasmani lengkap
Mikroalbuminuria
Kreatinin
Albumin / globulin dan ALT
Kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dantrigliserida
EKG
Foto sinar-X dada
Funduskopi
Pilar penatalaksanaan DM
Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
selama beberapa waktu (2-4 minggu). Apa bila kadar glukosa darah belum
mencapai sasaran, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik
oral (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera
diberikan secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan
dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan
yang menurun dengan cepat, dan adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan.
(PERKENI,2011)
1.
Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup danperilaku telah
2.
secara total. Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara menyeluruh dari
anggota tim (dokter,ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan
keluarganya). Setiap penyandang diabetes sebaiknya mendapat TNM sesuai
dengan kebutuhannya guna mencapai sasaran terapi. Prinsip pengaturan makan
pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat
umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori danzat
gizi masing-masing individu. Pada penyandang diabetes perlu ditekankan
pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah
makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah
atau insulin.
Lemak
tunggal.
Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung
lemak jenuh dan lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu penuh
(whole milk).
Anjuran konsumsi kolesterol < 200 mg/hari.
Protein
Natrium
30
dapur.
Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan
pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
Serat
Pemanis alternatif
xylitol.
Dalam
penggunaannya,
pemanis
berkalori
perlu
diperhitungkan
31
B. Kebutuhan kalori
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkanpenyandang
diabetes. Di antaranya adalah dengan memperhitungkankebutuhan kalori basal
yang besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal,ditambah atau dikurangi bergantung pada
beberapa faktor seperti: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dll.
Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus Brocca yangdimodifikasi
adalah sbb:
Klasifikasi IMT
BB Kurang
BB Normal
BB Lebih
< 18,5
18,5-22,9
23,0
Keterangan:
o Dengan risiko 23,0-24,9
o Obes I 25,0-29,9
o Obes II > 30
32
33
3.
Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu) selama kurang lebih
30 menit,sifatnya sesuai CRIPE (Continuous, Rhithmical, Interval, Progressive
training). Sedapat mungkin mencapai zona sasaran 75-85 % denyut nadi
maksimal (220/umur), disesuaikandengan kemampuan dan kondisi penyakit
penyerta. Sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki biasa selama 30
menit, olahraga sedang adalah berjalan selama 20 menit dan olahraga berat
misalnya joging.
4.
Terapi farmakologis
normal dan kurang. Namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan berat
badan lebih. Untuk menghindari hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai
keadaaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang nutrisi serta
penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan sulfonilurea kerja panjang.
2. Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan
penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini terdiri
dari 2 macam obat yaitu Repaglinid (derivat asam benzoat) dan Nateglinid
(derivat fenilalanin). Obat ini diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian secara
oral dan di ekskresi secara cepat melalui hati. Obat ini dapat mengatasi
hiperglikemia post prandial.
B. Peningkat sensitivitas terhadap insulin
Tiazolidindion
Tiazolidindion (pioglitazon) berikatan pada PeroxisomeProliferator Activated
Receptor Gamma (PPAR-g), suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak.
Golongan
ini
mempunyai
efek
menurunkan
resistensi
insulin
dengan
35
Obat
ini
mempunyai
efek
utama
mengurangi
produksi
glukosa
hati
dipakai
pada
penyandang
diabetes
gemuk.
Metformin
Namun
demikian,secara
cepat
GLP-1
diubah
oleh
enzim
36
2. Suntikan
A. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan:
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
Hiperglikemia dengan asidosis laktat
Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
37
38
3. Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah.
Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat
dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi
dengan OHO kombinasi (secara terpisah ataupun fixed-combination dalam bentuk
tablet tunggal), harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai
mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat
pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda atau kombinasi
OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis di mana
insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dengan kombinasi tiga OHO
dapat menjadi pilihan. Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak
dipergunakan adalah kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah
atau insulin kerja panjang) yang diberikan pada malam hari menjelang tidur.
Dengan pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali
glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal
insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00,
kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah
puasa keesokan harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah
39
sepanjang hari masih tidak terkendali, maka OHO dihentikan dan diberikan terapi
kombinasi insulin.
2.6. Komplikasi
2.6.1. Komplikasi Metabolik Akut
Komplikasi metabolik diabetes disebabkan oleh perubahan yang relatif akut dari
konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi metabolik yang paling serius pada
diabetes adalah:
A. Ketoasidosis Diabetik (DKA).
Merupakan komplikasi metabolik yang paling serius pada DM . Hal ini terjadi
karena kadar insulin sangat menurun,dan pasien akan mengalami hal berikut:
Hiperglikemia
Hiperketonemia
Asidosis metabolik
Hiperglikemia dan glukosuria berat, penurunan lipogenesis ,peningkatanlipolisis
dan peningkatan oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan benda
keton(asetoasetat, hidroksibutirat, dan aseton). Peningkatan keton dalam plasma
mengakibatkan ketosis. Peningkatan produksi keton meningkatkan beban ion
hidrogen dan asidosis metabolik. Glukosuria dan ketonuria yang jelas juga dapat
mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan
elektrolit. Pasien dapatmenjadi hipotensi dan mengalami syok.
Akhirnya,
akibat
penurunan
penggunaan
oksigen
otak,
pasien
akan
mengalamikoma dan meninggal. Koma dan kematian akibat DKA saat ini jarang
40
terjadi, karena pasien maupun tenaga kesehatan telah menyadari potensi bahaya
komplikasi ini dan pengobatan DKA dapat dilakukan sedini mungkin.
41
Tabel
Penatalaksanaan
Ketoasidosis
Metabolik
42
8. Poliuria
9. Bingung
10. Kelelahan
4. Takikardi
11. Mual-muntah
5. Kusmaul breathing
7. Hipotermia
43
44
Tanda-tanda Hipoglikemia
1) Stadium parasimpatik: lapar, mual, tekanan darah turun.
2) Stadium gangguan otak ringan: lemah, lesu, sulit bicara, kesulitanmenghitung
sederhana.
3) Stadium simpatik: keringat dingin pada muka terutama di hidung, bibir atau
tangan, berdebar-debar.
4) Stadium gangguan otak berat: koma dengan atau tanpa kejang. Keempat
stadium hipoglikemia ini dapat ditemukan pada pemakaian obat oralataupun
suntikan. Ada beberapa catatan perbedaan antara keduanya:
1) Obat oral memberikan tanda hipoglikemia lebih berat.
45
46
Penatalaksanaan Hipoglikemia
47
48
49
Penatalaksanaan
BB per hari.
Terapi dengan obat penyekat reseptor angiotensin II,penghambat ACE,
atau kombinasi keduanya. Jika terdapat kontraindikasi terhadap
penyekat ACE atau reseptor angiotensin, dapat diberikan antagonis
dilibatkan
Idealnya bila klirens kreatinin <15 mL/menit sudah merupakan
indikasi terapi pengganti (dialisis, transplantasi).
problem psikis.
DE sering menjadi sumber kecemasan penyandang diabetes,tetapi jarang
disampaikan kepada dokter oleh karena itu perlu ditanyakan pada saat
konsultasi.
50
51
pada waktu yang lain untuk konfirmasi. Pasien hamil dengan TGT dan
beban.
DMG ditegakkan apabila ditemukan hasil pemeriksaan glukosa darah
puasa 95 mg/dL, 1 jam setelah beban < 180 mg/dL dan2 jam setelah
beban 155 mg/dL. Apabila hanya dapat dilakukan 1 kali pemeriksaan
glukosa darah maka lakukan pemeriksaan glukosa darah 2 jam setelah
pembebanan, bila didapatkan hasil glukosa darah 155 mg/dL, sudah
spesialis anak.
Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian
ibu, kesakitan dan kematian perinatal. Ini hanya dapat dicapai apabila
keadaan normoglikemia dapat dipertahankan selama kehamilan sampai
persalinan.
Sasaran normoglikemia DMG adalah kadar glukosa darah puasa 95
mg/dL dan 2 jam sesudah makan 120 mg/dL. Apabila sasaran kadar
glukosa darah tidak tercapai dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani, langsung diberikan insulin.
52
makanan.
Penyandang diabetes usia lanjut mempunyai kecenderungan dehidrasi bila
berpuasa, oleh karena itu dianjurkan minum yang cukup. Perlu
peningkatan kewaspadaan pasien terhadap gejala-gejala hipoglikemia.
Untuk menghindarkan terjadinya hipoglikemia pada siang hari, dianjurkan
jadwal makan sahur mendekati waktu imsak/subuh, kurangi aktivitas fisik
pada siang hari dan bila beraktivitas fisik dianjurkan pada sore hari.
Penyandang diabetes yang cukup terkendali dengan OHO dosis tunggal,
juga tidak mengalami kesulitan untuk berpuasa. OHO diberikan saat
berbuka puasa. Hati-hati terhadap terjadinya hipoglikemia pada pasien
terjadinya
53
2 tahun sekali.
Gambaran dislipidemia yang sering didapatkan pada penyandang diabetes
adalah peningkatan kadar trigliserida, dan penurunan kadar kolesterol
HDL,sedangkan kadar kolesterol LDL normal atau sedikit meningkat.
54
diastolik>80 mmHg.
Sasaran (target penurunan) tekanan darah : Tekanan darah <130/80
mmHg Bila disertai proteinuria 1gram / 24 jam : < 125/75 mmHg
Pengelolaan:
55
dengan
obesitas
membutuhkan
pendekatan khusus
Gangguan koagulasi pada Diabetes
56
Pencegahan
Menurut WHO tahun 1994, upaya pencegahan pada diabetes ada 3 tahap yaitu ) :
Pencegahan primer: Semua aktifitas ditujukan untuk mencegah timbulnya
hiperglikemia pada individu yang berisiko untuk jadi diabetes atau pada populasi
umum.
Pencegahan sekunder: Menemukan pengidap DM sedini mungkin, misalnya
dengan tes penyaringan terutama pada populasi resiko tinggi. Dengan demikian
pasien diabetes yang sebelumnya tidak terdiagnosis dapat terjaring, hingga dengan
demikiandapat dilakukan upaya untuk mencegah komplikasi atau kalaupun sudah
ada komplikasi masih reversible. (cegah kompilkasi)
Pencegahan tersier: Semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi
yang sudah ada. Usaha ini meliputi:
- Mencegah progresi dari pada komplikasi itu supaya tidak menjadi
kegagalanorgan (jangan sampai timbul chronic kidney disease)
- Mencegah kecacatan tubuh
57
KESIMPULAN
58
Oleh karena itu, dalam pencegahan dan pengelolaan ND pada pasien DM,
yang penting ialah diagnosis diikuti pengendalian glukosa darah. Usaha mengatasi
keluhan nyeri pada dasarnya bersifat simtomatis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soegondo, Sidartawan. Soewondo, Pradana. Subekti, Imam. 1995.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Cetakan kelima, 2005.
2.
Lorraine
Mc
Carty
Wilson;
alih
bahasa,
Brahm
U.
Damage
of
Diabetes.
Diunduh
dari
http://diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/neuropathies/neuropathies.pdf,
09/10/2015
14. Wibowo S, Gofir A. Farmakoterapi dalam Neurologi. Jakarta : Penerbit
Salemba Medika; 2001.h.145-7
15. Sidharta P. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Jakarta : Dian
Rakyat; 2010.h.121-2
16. Vinik I, Casellini C, Nevoret MV. Diabetic Neuropathies. Edisi December
2011.
Diunduh
dari
http://www.endotext.org/diabetes/diabetes31/diabetes31.htm, 09/10/2015
17. Gunawan SG, Setiabudy R. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta :
FKUI; 2006.h.172-4, 230-3
60