You are on page 1of 14

2.

6 Otitis Media Supuratif Kronik


Definisi
Otitis media supuratif kronik (OMSK) dahulu disebut Otitis Media Perforata (OMP)
atau dalam sebutan sehari-hari adalah congek. Otitis Media Supuratif Kronik ialah infeksi
kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari
telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening
atau berupa nanah.

Klasifikasi OMSK
Jenis OMSK terbagi atas 2 jenis, yaitu tipe benigna dan tipe maligna.
1. OMSK tipe Benigna
Proses peradangannya terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak
mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe benigna
jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe benigna
tidak terdapat kolesteatoma.
2. OMSK tipe Maligna
Merupakan OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. Kolesteatoma adalah
suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel (keratin). Kolesteatom
dapat dibagi atas 2 tipe yaitu kongenital dan didapat. OMSK tipe maligna
dikenal juga dengan OMSK tipe berbahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi
pada OMSK tipe maligna letaknya di atik, kadang-kadang terdapat juga
kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi yang berbahaya atau fatal timbul
pada OMSK tipe maligna.
Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar terdiri dari OMSK aktif dan OMSK
tenang.
a. OMSK aktif, merupakan OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum
timpani secara aktif. Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli.
Biasanya didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba
eutachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga
luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen.
b. OMSK tenang, ialah OMSK yang keadaan kavum timpaninya terlihat
basah atau kering. Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang
kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai

berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo,
tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.

Letak Perforasi
Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe/ jenis OMSK.
Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Pada
perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi
masih ada sisa membran timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi
langsung berhubungan dengan anulus atau sakulus timpanikum. Perforasi atik ialah
perforasi yang terletak di pars flaksida. Jenis-Jenis Perforasi dapat dibagi menjadi :

Perforasi sentral
Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-superior,
kadang-kadang sub total

Sentral

Sub total

Perforasi marginal
Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus fibrosus.
Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi
pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom

Marginal

Perforasi atik
Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired cholesteatoma3

Perforasi atik

Epidemiologi
Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden OMSK
dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering dijumpai
pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan orang kulit
hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK
ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan
beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan
kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar
untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang. Survei
prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam hal definisi penyakit,
metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia akibat OMSK
melibatkan 65330 juta orang dengan telinga berair, 60% di antaranya (39200 juta)
menderita kurang pendengaran yang signifikan. Secara umum, prevalensi OMSK di
Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan 25% dari pasien-pasien yang
berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.

Etiologi

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak,
jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring
(adenoiditis, tonsillitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba
Eustachius. Kelainan humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated
(seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga
kronis.
Penyebab OMSK antara lain lingkungan, genetik, otitis media sebelumnya, infeksi
saluran nafas atas, autoimun, alergi, dan gangguan fungsi tuba eustachius. Beberapa
faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada OMSK :

Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi

sekret telinga purulen berlanjut.


Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan pada

perforasi.
Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme

migrasi epitel.
Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang
cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah
penutupan spontan dari perforasi.

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif menjadi


kronis majemuk, antara lain :
1.

Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang


a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang
b. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total

2.
3.

Perforasi membran timpani yang menetap.


Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada

4.
5.

telinga tengah.
Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid.
Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di

mastoid.
6.
Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan
mekanisme pertahanan tubuh.
Patogenesis

Karena OMSK didahului OMA, maka penjelasan tentang patofisiologi OMSK, akan
dijelaskan dengan patofisiologi terjadinya OMA. OMA biasanya disebabkan oleh Infeksi
di Saluran Nafas Atas (ISPA), umumnya terjadi pada anak karena keadaan tuba
eustakius , yang sangat berperan penting dalam patofiologi OMA pada anak berbeda
dengan orang dewasa. Tuba eustakius pada anak lebih pendek, lebih horizontal dan relatif
lebih lebar daripada dewasa.
Infeksi pada saluran nafas atas akan menyebabkan edema pada mukosa saluran
nafas termasuk mukosa tuba eustakius dan nasofaring tempat muara tuba eustakius.
Edema ini akan menyebabkan oklusi tuba yang berakibat gangguan fungsi tuba eustakius
yaitu fungsi ventilasi, drainase dan proteksi terhadap telinga tengah.

Gangguan fungsi Ventilasi


Normalnya tuba akan berusaha menjaga tekanan di telinga tengah dan udara luar
stabil, ketika terdapat oklusi tuba, maka udara tidak akan dapat masuk ke telinga tengah,
sedangkan secara fisiologis udara (Oksigen dan Nitrogen) akan diabsorbsi di telinga
tengah 1 ml tiap hari pada orang dewasa. Keadaan ini kan menyebabkan tekanan negatif
pada telinga tengah, keadaan vacum di telinga tengah menyebabkan transudasi cairan di
telinga tengah.

Gangguan Fungsi drainase


Dalam keadaan normal mukosa telinga tengah akan menghasilkan sekret yang akan
di dorong oleh gerakan silia ke arah nasofaring, ketika terjadi oklusi tuba fungsi ini akan
terganggu, sehingga terjadi penumpukan sekret di telinga tengah. Akumulasi cairan di
telinga tengah akan lebih banyak dengan adanya transudasi akibat tekanan negatif. Sekret
ini merupakan media yang baik untuk tumbuhnya kuman.

Gangguan fungsi proteksi


Tuba berperan dalam proteksi kuman dan sekret dari nasofaring masuk ke telinga
tengah, diantaranya melalui kerja silia. Ketika terjadi oklusi tuba, fungsi silia tidak efektif
untuk mencegah kuman dan sekret dari nasofaring ke kavum timpani dengan akumulasi
sekret yang baik untuk pertumbuhan kuman. Sehingga terjadi proses supurasi di telinga

tengah. Proses supurasi akan berlanjut dengan peningkatan jumlah sekret purulen,
penekanan pada membran timpani oleh akumulasi sekret ini kan menyebabkan membran
timpani (bagian sentral) mengalami iskemi dan akhirnya nekrosis, dengan adnya tekanan
akan menyebabkan perforasi dan sekret mukopurulen akan keluar dari telinga tengah ke
liang telinga.
Jika proses peradangan ini tidak mengalami resolusi dan penutupan membran
timpani setelah 6 minggu maka OMA beralih menjadi OMSK.
Patogensis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan
stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk
diikuti dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi sekunder pada OMA dapat
terjadi kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering. Beberapa
penulis menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis.
OMSK lebih sering merupakan penyakit kambuhan dari pada menetap. Keadaan
kronis ini lebih berdasarkan keseragaman waktu dan stadium dari pada keseragaman
gambaran patologi. Secara umum gambaran yang ditemukan adalah:
1. Terdapat perforasi membrana timpani di bagian sentral.
2.

Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit

3. Tulang-tulang pendengaran dapat rusak atau tidak, tergantung pada beratnya infeksi
sebelumnya.
4. Pneumatisasi mastoid

OMSK paling sering pada masa anak-anak. Pneumatisasi mastoid paling akhir
terjadi antara 5-10 tahun. Proses pneumatisasi ini sering terhenti atau mundur oleh otitis
media yang terjadi pada usia tersebut atau lebih muda. Bila infeksi kronik terus berlanjut,
mastoid mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran prosesus mastoid berkurang.

Gejala Klinis
Gejala klinis yang sering ditemukan pada otitis media supuratif kronis diantaranya:

1. Telinga Berair (Otorrhoe)


Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada
OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering

kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan
infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Pada OMSK stadium inaktif tidak
dijumpai adannya sekret telinga. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret
telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas.
Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan
polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu
sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.
2. Gangguan Pendengaran
Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran.
Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe
maligna biasanya didapat tuli konduktif berat.
3. Otalgia (Nyeri Telinga)
Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri
dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,
terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses
otak. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis,
subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.
4. Vertigo
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin
akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat
perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan
vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan
menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran
infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa
terjadi akibat komplikasi serebelum.
Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna yang perlu diperhatikan mengingat OMSK
tipe ini seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya, maka perlu ditegakkan
diagnosis dini yang menjadi pedoman yaitu adanya perforasi pada marginal atau pada
atik. Sedangkan pada kasus yang lanjut dapat terlihat adanya Abses atau fistel
retroaurikular, jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum

timpani, pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom) dan foto
rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan otoskopi
Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi
dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah.
2. Pemeriksaan audiologi
Evaluasi audiometri, pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran
tulang dan udara.

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya

didapati tuli konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural,
beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta
keutuhan dan mobilitas.

Derajat ketulian nilai ambang pendengaran

Normal : -10 dB sampai 26 dB

Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB

Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB

Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB

Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB

Tuli total : lebih dari 90 dB


Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bisa membantu :
a. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20dB
b. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif 3050 dB apabila disertai perforasi.
c. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih
utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.
d. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan
hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.7

3. Pemeriksaan radiologi
Radiologi konvensional, foto polos radiologi, posisi Schller berguna untuk
menilai kasus kolesteatoma, sedangkan pemeriksaan CT scan dapat lebih efektif
menunjukkan kerusakan tulang akibat kolesteatoma.
a) Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan atas. Foto
ini

berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi sinus

lateral dan
tegmen.
b) Proyeksi Mayer atau Owen
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran tulangtulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui apakah
kerusakan tulang

telah mengenai struktur-struktur.

4. Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas aeruginosa,
Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA Streptokokus
pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang dijumpai
pada OMSK E.Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah Bacteriodes
sp.
a. Bakteri spesifik
Misalnya Tuberkulosis. Dimana Otitis tuberkulosa sangat jarang ( kurang dari
1% menurut Shambaugh). Pada orang dewasa biasanya disebabkan oleh infeksi
paru

yang lanjut. Infeksi ini masuk ke telinga tengah melalui tuba. Otitis

media

tuberkulosa dapat terjadi pada anak yang relatif sehat sebagai akibat

minum susu

yang tidak dipateurisasi.

b. Bakteri non spesifik baik aerob dan anaerob


Bakteri aerob yang sering dijumpai adalah Pseudomonas aeruginosa,
Stafilokokus

aureus dan Proteus sp.

Penatalaksanaan
Terapi OMSK terkadang memerlukan waktu yang lama serta harus berulang-ulang,
karena sekret yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara
lain disebabkan oleh satu atau beberapa keadaan yaitu adanya perforasi membran timpani
yang permanen sehingga telinga tengah berhubungan dengan dunia luar, terdapat sumber

infeksi di faring, nasofaring, hidung, dan sinus paranasal, sudah terbentuk jaringan
patologik yang ireversibel dalam rongga mastoid, gizi dan higiene yang kurang.

Tipe Benigna
Prinsip terapi ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila sekret yang keluar
terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H 2O2 3 % selama 3-5
hari. Setelah sekret berkurang, maka terapi dilanjutkan dengan memberikan obat tetes
telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Karena semua obat tetes yang
mengandung antibiotik bersifat ototoksik. Sehingga dianjurkan penggunaan obat tetes
telinga jangan diberikan terus menerus lebih dari 1 atau 2 minggu atau pada OMSK yang
sudah tenang. Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah observasi selama
2 bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi ini bertujuan
untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang
perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat,
serta memperbaiki pendengaran.
Bila terdapat sumber infeksi yang menyebabkan sekret tetap ada, atau terjadinya
infeksi berulang, maka sumber infeksi harus diobati terlebih dahulu, mungkin juga perlu
melakukan pembedahan, misalnya adenoidektomi dan tonsilektomi.

Pemberian Antibiotik Topikal


Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa
dibersihkan dulu, adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi diberikan
obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Mengingat pemberian obat
topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik
yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1 minggu. Cara pemilihan
antibiotik yang paling baik dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistesni.
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah :
1. Polimiksin B atau polimiksin E
Obat ini bersifat bakteriosid terhadap kuman gram negatif, Pseudomonas, E.Coli,
Klebeilla, Enterobakter.
2. Neomisin

Obat bakteriosid pada kuman gram positif dan negatif, misalnya : Stafilokokus
aureus, Proteus sp. Resisten pada semua anaerob dan Pseudomonas. Toksik terhadap
ginjal dan telinga.
3. Kloramfenikol
Obat ini bersifat bakteriosid

Pemberian Antibiotik Sistemik


Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan
sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor penyebab
kegagalan yang ada pada penderita tersebut. Antimikroba dapat dibagi menjadi 2
golongan. Golongan pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar
obat, makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan
kuinolon. Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya
bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba
golongan ini, misalnya golongan beta laktam. Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan
pada Otitis media kronik adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pseudomonas : Aminoglikosida karbenisilin


P. mirabilis : Ampisilin atau sefalosforin
P. morganii, P. vulgaris : Aminoglikosida Karbenisilin
Klebsiella : Sefalosforin atau aminoglikosida
E. coli : Ampisilin atau sefalosforin
S. Aureus Anti-stafilikokus : penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida
Streptokokus : Penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida
B. fragilis : Klindamisin
Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat derivat

asam nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral.
Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan
sefalosforin generasi III ( sefotaksim, seftazidin dan seftriakson) juga aktif terhadap
pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat baik untuk OMA
sedangkan untuk OMSK belum pasti cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK.
Metronidazol mempunyai efek bakteriosid untuk kuman anaerob. Menurut Browsing dkk
metronidazol dapat diberikan dengan dan tanpa antibiotik (sefaleksin dan kotrimoksasol)

pada OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam
selama 2-4 minggu.

OMSK Maligna
Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan.
Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri
sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi.
Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki
membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan
pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain:
a. Mastoidektomi sederhana
Dilakukan pada OMSK tipe benigna yang dengan pengobatan konservatif tidak
sembuh. Dengan operasi ini dilakukan pembersihan ruang mastoid dari jaringan
patologik. Tujuannya supaya infeksi tenang dan telinga tidak berair lagi. Pada operasi
ini fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
b. Mastoidektomi radikal
Dilakukan pada OMSK maligna dengan infeksi atau kolesteatom yang sudah meluas.
Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani dibersihkan dari semua jaringan
patologik. Dinding batas antara liang telinga luar dan telinga tengah dengan rongga
mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah anatomi tersebut menjadi satu ruangan.
Tujuan operasi ini ialah membuang semua jaringan patologik dan mencegah
komplikasi ke intrakranial. Fungsi pendengaran tidak diperbaiki.
Kerugian operasi ini ialah pasien tidak diperbolehkan berenang seumur hidupnya.
Pasien harus datang dengan teratur untuk kontrol, supaya tidak terjadi infeksi kembali.
c. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
Dilakukan pada OMSK dengan kolesteatom di daerah atik, tetapi belum merusak
kavum timpani. Seluruh rongga mastoid dibersihkan dan dinding posterior liang
telinga direndahkan. Tujuan operasi ialah membuang semua jaringan patologik dari
rongga mastoid, dan mempertahankan pendengaranyang masih ada.
d. Miringoplasti

Merupakan jenis operasi timpanoplasti paling ringan, dikenal juga dengan nama
timpanoplasti tipe I. rekonstruksi hanya dilakukan pada membran timpani. Tujuannya
adalah mencegah berulangnya infeksi telinga tengah pada OMSK tipe benigna dengan
perforasi menetap. Dilakukan pada OMSK benigna yang sudah tenang dengan
ketulian ringan yang hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani.
e. Timpanoplasti
Dilakukan pada OMSK benigna dengan kerusakan lebih berat atau OMSK benigna
yang tidak bisa ditenangkan dengan pengobatan medikamentosa. Tujuannya adalah
menyembuhkan penyakit serta memperbaiki pendengaran. Pada operasi ini selain
rekonstruksi membran timpani sering kali harus dilakukan juga rekonstruksi tulang
pendengaran. Berdasarkan bentuk rekonstruksi tulang pendengaran yang dilakukan
maka dikenal istilah timpanoplasti tipe II, III, IV, V.
Sebelum rekonstruksi dikerjakan, lebih dahulu dilakukan eksplorasi kavum timpani
dengan atau tanpa mastoidektomi, untuk membersihkan jaringan patologis. Tidak
jarang pula operasi ini terpaksa dilakukan dua tahap dengan jarak waktu 6 sampai
dengan 12 bulan.

Komplikasi
Otitis media supuratif mempunyai potensi untuk menjadi serius karena
komplikasinya yang dapat mengancam kesehatan dan menyebabkan kematian. Tendensi
otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan
otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan,
akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe
maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang
virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.
Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada eksaserbasi akut dari
OMSK berhubungan dengan kolesteatom.
1. Komplikasi ditelinga tengah
a. Perforasi persisten membrane timpani
b. Erosi tulang pendengaran
c. Paralisis nervus fasial
2. Komplikasi telinga dalam

a. Fistel labirin
b. Labirinitis supuratif
c. Tuli saraf ( sensorineural)
3. Komplikasi ekstradural
a. Abses ekstradural
b. Trombosis sinus lateralis
c. Petrositis
4. Komplikasi ke susunan saraf pusat
a. Meningitis
b. Abses otak
c. Hindrosefalus otitis

You might also like