Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
M. Fauzan Maulana
Bentito Zulyan
Oryza Ajani
Senida Ayu R
Pembimbing :
dr. Martha Iskandar Sp.PD
LEMBAR PERSETUJUAN
Daftar Isi
BAB I
Pendahuluan
BAB II
ILUSTRASI KASUS
: Ny. Faridah
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 59 tahun
Alamat
Pekerjaan
Suku bangsa
: Sunda
: Islam
Pendidikan
: Tamat SMA
2.2 Anamnesis
Masuk instalasi rawat inap Gedung Teratai Lantai 5 Selatan Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati pada tanggal 7 Agustus 2015 pada pukul 20.00.
a) Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluah buang air besar hitam sejak 4 hari yang lalu.
b) Keluhan Tambahan
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien 59 tahun datang dengan BAB hitam sejak 4 hari sebelum masuk
rumah sakit.Setiap BAB keluar darah hitam banyak dengan konsistensi cair kurang
lebih satu gelas sebanyak 5x/hari.Saat ini BAB sudah bercampur warna
kuning.Sejak awal keluhan, pasien merasa lemas dan demam.Keluhan mual tanpa
muntah. Nafsu makan menurun kurang dari setengah porsi. Riwayat keluhan serupa
tidak ada, Riwayat sakit kuning disangkal. Riwayat minum jamu 1x/ bulan untuk
pegal linu. Riwayat minum obat penghilang rasa sakit disangkal. Riwayat minum
obat pengencer darah disangkal.Sejak 3 bulan terakhir belum pernah dirawat di
pelayanan kesehatan.
Riwayat hipertensi selama kurang lebih 5 tahun tidak terkontrol,minum obat
hipertensi secara tidak teratur,lupa nama obat.Riwayat DM, penyakit jantung, asma,
penyakit ginjal, penyakit liver, dan operasi sebelumnya disangkal. Riwayat alergi
makanan dan obat-obatan juga disangkal.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat DM, penyakit jantung, asma, penyakit ginjal, penyakit liver, dan operasi
sebelumnya disangkal. Riwayat alergi makanan dan obat-obatan juga disangkal.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat keluhan yang sama, penyakit jantung, ginjal, liver, asma, DM,
paru dan kanker di keluarga juga disangkal. Tidak ada alergi obat dan makanan.
f)
A. Keadaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Status gizi
Tinggi badan
Berat badan
BMI
: 156 cm
: 50
kg
: 20 kg/m2
B. Tanda Vital
Tekanan Darah : 160/80 mmHg
Nadi
: 100 x/menit
Pernapasan
: 24 x/menit
Suhu
: 38,9C
: Normocephali
Rambut: Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, benjolan (-), nyeri tekan (-)
Wajah
Mata
Pupil isokor, 3 mm
Telinga
Deviasi septum nasi -, tidak ada napas cuping hidung, nyeri tekan
Ditemukan ada darah darah yang sudah kering di sekitar lubang hidung
Hidung
Mulut
Bentuk mulut normal saat bicara dan diam, tidak terdapat gangguan
bicara, sudut bibir kanan dan kiri tampak simetris saat bicara dan
tersenyum.
Lidah tidak kotor, tidak tremor, lurus terjulur ditengah, tidak hiperemis,
tidak kering
Leher
Inspeksi : Bentuk leher tidak tampak ada kelainan, tidak tampak pembesaran kelenjar
tiroid, tidak tampak pembesaran KGB, tidak tampak deviasi trakea
Palpasi
: Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, trakea teraba di tengah, JVP 5-2
cmH2O.
Thorax Anterior
Inspeksi
Bentuk thorax simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernapasan yang
tertinggal, pernapasan abdominotorakal
Tidak tampak retraksi sela iga
Tidak ditemukan eflouresensi yang bermakna pada kulit dinding dada
Tidak terdapat kelainan tulang iga dan sternum
Tidak terlihat spider navy
Palpasi
Pada palpasi secara umum tidak terdapat nyeri tekan dan tidak teraba benjolan pada
dinding dada
Gerak nafas simetris
Vocal fremitus simetris pada seluruh lapangan paru, thrill (-)
Teraba ictus cordis pada sela iga V, 1 jari lateral dari linea midclavicularis kiri
Perkusi
Kedua hemithoraks secara umum terdengar sonor
Batas kanan paru-jantung pada sela iga IV, garis parasternalis kanan
Batas kiri paru-jantung pada sela iga V, 1 jari lateral dari garis midcavicularis kiri
Batas atas kiri paru-jantung pada sela iga III, garis parasternalis kiri
Auskultasi
Suara nafas vesikuler +/+, reguler, ronkhi -/+, wheezing-/ BJ I, BJ II regular, murmur sistolik, gallop (-), splitting (-)
Thorax Posterior
Inspeksi
Bentuk simetris saat dinamis dan saat statis
Dinding abdomen teraba supel, defans muskular (-), turgor kulit baik
Nyeri tekan epigastrium (+), Distensi abdomen
Hepar tidak teraba membesar. Lien tidak teraba membesar
Ballotement -/ Undulasi (-)
Perkusi
Shifting dullness (-)
Ekstremitas
Ektremitas atas
Inspeksi
Tangan kiri dan kanan simetris,
Palmar eritema (-)
Oedem (-)
Tidak sianosis, tidak ikterik
Clubbing finger
Tidak tampak pembengkakan sendi, atau kedua extremitas atas dapat bergerak aktif
dan bebas
Tidak ada gerakan involunter
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan
Akral hangat
Pitting edema -/- -/ Refleks patologis Hoffmann Tromner -/ Flapping tremor -/ Capillary Filling Test <2 detik
Tidak ada atrofi otot, tidak terdapat rigiditas sendi
5555
5555
5555
Ekstremitas bawah
Inspeksi
Tungkai kiri dan kanan simetris, tampak purpura pada kedua tungkai bawah.
Tampak hematom di extremitas bawah kiri dan kanan
Tidak sianosis, tidak ikterik
Clubbing finger
Kedua tungkai dapat bergerak aktif dan bebas
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan pada kedua tungkai kanan dan kiri
Pitting oedem
Klonus patella -/-, klonus achilles -/ Tidak ada atrofi otot, tidak terdapat rigiditas sendi
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
4.8
20
11.0
459
3.84
g/dL
%
ribu/ul
ribu/ul
juta/ul
11,7 - 15,5
33 -45
5.0 - 10.0
150 - 440
3.8 - 5.20
51.1
12.3
fl
Pg
80.0 - 100.0
26.0 - 34.0
KHER
RDW
Fungsi Hati
SGOT
SGPT
Albumin
Bilirubin Total
Bilirubin direk
Bilirubin indirek
Fungsi Ginjal
Ureum darah
Kreatini darah
Diabetus
GDS
Elektrolit Darah
Natrium
Kalium
Klorida
24.1
20.0
g/dl
%
32.0 - 36.0
11.5 - 14.5
41
15
3.60
0.90
0.50
0.40
U/l
U/l
g/dl
mg/dl
Mg/dl
mg/dl
0 - 34
0 - 40
3.40 - 4.80
0.10 - 1.00
<0.2
<0.6
30
0.7
mg/dl
mg/dl
20 - 40
0.6 - 1.5
102
mg/dl
70 - 140
124
3.15
91
mmol/l
mmol/l
mmol/l
135 - 147
3.10 - 5.10
95 - 108
2.5 Resume
Seorang wanita usia 59 tahun datang dengan keluhan melena sejak 4 hari
SMRS,BAB keluar berwarna hitam banyak 5x/hari. Kurang lebih 100cc.Pasien juga
mengeluh adanya mual disertai muntah berisi makanan. Adapun keluhan demam selama
4 hari. Keluhan ini dirasakan untuk yang pertama kali. Kebiasaan komsumsi jamu untuk
nyeri 1x/seminggu.Riwayat ikterus,komsumsi NSAID jangka panjang dan komsumsi
antiplatelet disangkal.Riwayat Hipertensi selama 5 tahun,tidak terkontrol..Riwayat
Diabetus melistus dan jantung disangkal.
Pada
pemeriksaan
fisik
didapetkan
hipertensi,suhu
febris.Konjungtiva
: Omeprazol 20mg
Sucralfat 4 x 1 CI
: Bonam
Ad sanasionam : Bonam
Ad fungsionam : Bonam
2.8 Follow up
Tanggal
11/8/15
S O AP
S : BAB hitam sudah tidak ada. Demam negatif. Lemas negatif. Makan
5-6 suap/makan. Mual dan muntah negatif. Nyeri ulu hati masih
ada.
O : CM.
TD : 130/70 mmHg
N : 88
RR : 20
T : 37,7
Mata
Leher
Paru
Abdomen
T : 36,5
Mata
Leher
Paru
Jantung
9,1 g/dl
Ht
32 %
VER 61.7 fl
HER 17.4 pg
RDW 29.2 %
Sucralfat 4 x 10ml
Captopril 2 x 25mg
Ceftriakson 1 x 2 gr
Azitromisin 1 x 500mg
Diet biasa 1500 kcal
13 - 8 - 2015
Leher
Paru
Jantung
9,0 g/dl
Ht
31 %
VER 66.7 fl
HER 19.4 pg
14 - 8 - 2015
Leher
Paru
negatif.
Jantung
: 2.55 mmol/l
Klorida
: 101 mmol/l
S : BAB hitam negatif , mual dan muntah berkuran, batuk negatif, makan
habis
O : CM
TD : 130/90mmHg
N : 82x/menit
RR : 16x/menit
T : 37
Mata
Leher
Paru
Jantung
: 138 mmol/l
Kalium
: 3.96 mmol/l
Klorida
: 108 mmol/l
Sucralfat 4 x 10ml
Captopril 2 x 25mg
Amlodipin 1 x 10mg
Ceftriakson 1 x 2 gr
Azitromisin 1 x 500mg
Diet biasa 1500 kcal
18 - 8 -2015
S : Mual muntah negatif, makan habis 3/4 porsi, tidak ada batuk, Nyeri
ulu hati hanya kadang kadang
O : CM
TD : 110/90mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
T : 36
Mata
Leher
Paru
Jantung
Rencana Terapi
Omeprazole 2 x 40mg
Sucralfat 4 x 10ml
Captopril 2 x 25mg
Amlodipin 1 x 10mg
Ceftriakson 1 x 2 gr
Azitromisin 1 x 500mg
Diet biasa 1500 kcal
19 - 8 - 2015
Leher
Paru
Jantung
Hb
9,4 g/dl
Ht
33 %
VER 69.7 fl
HER 19.4 pg
RDW 31.4 %
Leher
Paru
Jantung
BAB III
Tinjauan Pustaka
3.1.1 Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang sangat sering dijumpai di Negara
berkembang. Gambaran prevalensi anemia defisiensi besi terlihat pada tabel 4.1
Prevalensi anemia defisiensi besi3
Afrika
Laki-laki
6%
Wanita tak hamil
20%
Wanita hamil
60%
Amerika latin
3%
17-21%
39-46%
Indonesia
16-50%
25-48%
46-92%
Belum ada data yang pasti mengenai prevalensi anemia defisiensi besi di
Indonesia. Perempuan hamil merupakan segmen penduduk yang paling rentan pada
anemia defisiensi besi. Di India, Amerika latin dan Filipina prevalensi ADB pada
perempuan hamil berkisar antara 35% sampai 99%. Sedangkan di Bali, pada suatu
pengunjung puskesmas didapatkan prevalensi anemia sebesar 50% dengan 75% anemia
disebabkan oleh anemia defisiensi besi. Dalam suatu survey pada 42 desa di Bali yang
melibatkan 1684 wanita hamil didapatkan prevalensi ADB sebesar 46%, sebagian besar
derahat anemia adalah ringan. Factor risiko yang dijumpai adalah tingkat pendidikan dan
kepatuhan meminum pil besi.1
Di Amerika Serikat, berdasarkan survey gizi (NHANES IIO) tahun 1988 sampai
1994, defisiensi besi dijumpai kurang dari 1% pada laki dewasa yang berumur kurang
dari 50 tahun, 2-4% pada laki dewasa yang berumur lebih dari 50 tahun, 9-11% pada
perempuan masa reproduksi, 5-7% pada perempuan pascamenopause.1
3.1.2 Patofisiologi
Defisiensi besi (Fe serum<0.4mg/l, feritin serum menurun) menghambat sintesis
Hb sehingga terjadi anemia mikrositik hipokrom. Penyebabnya yaitu:2
1.
2.
Daur ulang Fe berkurang : bentuk anemia ini merupakan penyebab paling tersering
di dunia pada infeksi kronis. Pada keadaan ini Fe yang diambil oleh makrofag tidak
dilepaskan secara adekuat sehingga tidak dapat dipergunakan kembali.
3.
4.
5.
6.
3.1.3 Diagnosis
Penegakan diagnosis anemia defisiensi besi berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang teliti disertai pemeriksaan laboratorium yang tepat. Terdapat tiga
tahap anemia defisiensi besi. Tahap pertama adalah menentukan adanya anemia dengan
mengukur kadar hemoglobin atau hematokrit. Cut off point anemia tergantung kriteria
yang dipilih, apakah kriteria WHO atau kriteria klinik. Tahap kedua adalah memastikan
adanya defisiensi besi, sedangkan tahap ketiga adalah menentukan penyebab dari
defisiensi besi.3
Secara laboratorik untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi (tahap satu
dan dua) dapat dipakai criteria diagnosis anemia defisiensi besi sebagai berikut:4
Anemia hipokrom mikrositer pada hapusan darah tepi, atau MCV <80fl
dan MCHC<31% dengan salah satu dari a, b, c, atau d.
a) Dua dari tiga parameter di bawah ini:
-
TIBC>350mg/dl
meningkatkan penyerapan zat besi dan vitamin C sangat efektif untuk mengatasi anemia
defisiensi besi karena terjadi peningkatan jumblah hemoglobin dan cadangan zat besi.5
Preparat yang terbaik adalah ferro sulfat yang harganya murah, mengandung 67
mg besi dalam tiap tablet 200 mg (anhidrat) dan baik diberikan pada saat perut kosong
dalam dosis yang berjarak sedikitnya 6 jam. Jika timbul efek samping misalnya, mual,
nyeri perut, konstipasi atau diare dapat dikurangi dengan memberikan besi bersamaan
makanan atau menggunakan preparat dengan kandungan besi yang lebih rendah,
misalnya ferro glukonat yang lebih sedikit mengandung besi (37 mg) pertablet 300 mg.
Eliksir tersedia untuk anak-anak. Preparat lepas lambat sebaiknya tidak diberikan.5
Terapi besi oral harus diberikan cukup lama untuk mengoreksi anemia dan untuk
memulihkan cadangan besi tubuh, yang biasanya memberikan hasil setelah penggunaan
selama sedikitnya 6 bulan. Kadar hemoglobin harus meningkat dengan kecepatan sekitar
2 g/dl tiap 3 minggu. Respon retikulosit tingginya sebanding dengan derajat anemia.
Kegagalan respon terhadap pemberian besi oral mungkin disebabkan oleh beberapa hal
100 mg dekstran-zat besi, per sesi terapi. Pemberian dapat diulang setiap minggu
sampai cadangan zat besi terpenuhi. Traktus Z sebaiknya digunakan pada suntikan
untuk mencegah mengembunnya gabungan tersebut kedalam dermis, yang dapat
menghasilkan pewarnaan kulit yang tidak dapat dihilangkan.
Pemberian secara iv dapat dilakukan pada pasien yang tidak dapat menerima
suntikan im atau yang memerlukan koreksi defisiensi zat besi lebih cepat.
3.2.1 Diagnosis
Cara praktis membedakan perdarahan SCBA dan SCBB terdapat dalam tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan SCBA dan SCBB
PERDARAHAN SCBA
PERDARAHAN
SCBB
Hematokezia
Jernih
<35
Normal
Seorang pasien yang datang dengan keluhan hematemesis, muntahan seperti kopi
karena berubahnya darah oleh asama lambung, hampir pasti perdarahannya berasal dari
SCBA. Timbul melena, tinja yang berwarna hitam dengan bau yang khas, bila
perdarahannya berlangsung sekaligus sejumlah 50-100 ml atau lebih. Melena timbul
bilamana hemoglobin dikonversi menjadi hematin atau hemokrom lainnya oleh bakteri
setelah 14 jam. Umumnya melena menunjukkan perdarahan di saluran cerna bagian atas
atau usus halus, namun demikian melena dapat juga berasal dari perdarahan kolon
sebelah kanan dengan perlambatan mobilitas. Tidak semua kotoran hitam ini melena
karena bismuth, sarcol licorice, obat-obatan yang mengandung besi (obat tambah darah)
dapat menyebabkan feces menjadi hitam. Oleh karena itu dibutuhkan test guaiac untuk
menentukan adanya hemoglobin. Untuk memastikan keterangan melena dari anamnesis,
perlu dilakukan pemeriksaan rectal toucher. Perdarahan SCBA dengan manifestasi
hematokezia (berak darah segar) dimungkinkan bila perdarahannya cepat dan banyak
melebihi 1000 ml dan disertai kondisi hemodinamik yang tidak stabil atau syok.
Pada semua kasus perdarahan saluran makanan disarankan untuk pemasangan pipa
nasogastric, kecuali pada perdarahan kronik dengan hemodinamik stabil atau yang sudah
jelas perdarahan SCBB. Pada perdarahan SCBA akan keluar cairan seperti kopi atau
cairan darah segar sebagai tanda bahwa perdarahan masih aktif. Selanjutnya dilakukan
kumbah lambung dengan air suhu kamar. Sekiranya sejak awal tidak ditemukan darah
pada cairan aspirasi, dianjurkan pipa nasogastric tetap terpasang sampai 12-24 jam. Bila
semua kurun waktu tersebut hanya ditemukan cairan empedu dapat dianggap bukan
perdarahan SCBA.
Perbandingan BUN dan kreatinin serum dapat dipakai untuk memperkirakan asal
perdarahan, nilai puncak biasanya dicapaik dalam 24-48 jam sejak terjadinya perdarahan,
normal perbandingannya 20, di atas 35 kemungkinan perdarahan berasal dari SCBA, di
bawah 35 kemungkinan perdarahan SCBB. Pada kasus yang masih sulit untuk
menentukan asal perdarahnnya, langkah pemeriksaan selanjutnya adalah endoksopi.6
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke-5. Jakarta: Interna
Publishing. 2009:1109-115.
2. Silbernagl S, Lang F. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC
2007:30, 36,38.
3. WHO. The global prevalence of anaemia in 2011. Geneva: World Health
Organization. 2015.
4. Lichtman MA, Beutler E, Selighson U,Kaushansky K, Kipps TO. Williams
Hematology, 7th ed. McGraw-Hill. 2007
5. Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH. Kapita Selekta, Hematologi (Essential
Haematology). 4th edition. Jakarta:EGC. 2013
6. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009.