You are on page 1of 79
T 3 16 DEC 1997 658.88 3 gure v bay ; ANALISIS KREDIT MACET PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT ( SUATU STUDI TENTANG KEGAGALAN KREDIT PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT, ARTHA GUNUNG, PURWODADI) TESIS Digjakan kepada Pengelola Program Studi Mogister Manajemen Universitas Diponegoro untuk memenuhi syarat guna -memperoleh derajat sarjana S-2 Magister Manajemen Diajukan Oleh : L. SURYANTO NIM. 102950084 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO TAHUN 1997 HALAMAN PERSETUJUAN Nama Penyusun +L, Suryanto | Nomor Induk Mahasiswa_ + C 102.95.084 Fokultas / Program Studi : Ekonomi / Magister Manajemen Sadul Tosis : Analisis Krodit Macot Pada Bank Perkreditan Rakyat, Studi Tentang, Kogagalan Kredit pada PT. BPR Artha Gunung Semeru, Purwodadi ( 1996 ) Dosen Pombimbing Utama : Prof Dre, Hartowo Dosen Pembimbing Anggota : Drs. Basuki HP. MBA. Semarang, Mei 1997 Dosen Pembimbing Utama, Dosen Pombimbing Anggota, (Prof. Drs. Hartowo ) (Drs. Basuki HP. MBA. ) KATA PENGANTAR Puji dan syukur Kami haturkan pada Tuan Yang Mahaesa karona perkenariNya penulis dapat menyelessikan tesis ini dengan lencar, tanpa gangguan yang berarti. Sudeh menjadi kodrat monusia, bahwa hidup ini harus diselesaikan borsama-suma dengan orang lain. Dengan domikian manusia tidak dapat bekerja sendiri tonpa bantuan orang lain, Dalam menyelesaikan tesis ini penulis dibantu oleh beberapa pihak, baik yang bersifat edukstif ilmiah, moril, maupun materiil. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaiken rasa hormat dan terima kasih yang sotulus-tulusnya kepada : 1. Prof, Drs. Hartowo dan Drs. Basuki HP, MBA., selaku dosen pembimbing. 2. Prof Dr, Soewito dan Drs. Augusty Ferdinand, MBA., solaky Direktur Program Magister Management dan Deputy Bidang Akadomik. 3, Bapak-bapak, Ibu-ibu dosen, dan karyawan Program MM Universitas Diponegoro Semarang, 4, Bapak Drs. Hargono, Direktur Utama PT, BPR Artha Gunung Semeru Purwodadi. 5, Serta semua pihak yang turut membantu yang tek dapat penulis sebutkan satu per satu. iid Disadari bahwa penulisen tesis ini masih terdapat kekurangan, Oleh karena itu penulis sangat berterima kasih ates kritike dan saran yong membangun demi I elayakan tesia ini sebagai karya ilmiah. Ahir kota, semoga tesis ini bermanfunt bagi pihak-pihak yang membutuhkan, Semarang, Mei 1997 Penulis, | L. Suryanto DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAKSI...... BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah .. 1.2. Permasalahan 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.4, Sistematika Penulisan .. wwe BAB IL : KAJIAN TEORI 2.1, Arti Kredit “ 7 2.2. Peranan Kredit Dalam Sistem Ekonomi 2.2.1. Makro .. 10 2.2.2. Mikro ik ub 2.3. Kredit Macet 24. Kolektibilitas Kredit 2.5, Langkeh-Langkah Penyelesaian Kredit Macet 26. Indikasi Kredit Macet 2.7, Penelitian Terdahulu 2.8. Kerangka Pemikiran Teoritis 2.9. Hipotesis BABII : METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data..... 3.2. Gambaran Populasi dan Cara Penyampelan (Sampling) ......... 27 28 3.3, Metode Pengumpulan Data . 3.3.1, Studi Pustake 3.3.2, Studi Lapangan .... 3.4, Analisis Data...... BABIV : GAMBARAN UMUM PT. BPR ARTHA GUNUNG SEMERU PURWODADI 4.1, Gambaran Umum .. 32 4.1.1. Sojarah Berdirinya PT. BPR Artha Gunung Semeru........ 33 4.1.2. Tugas dan Wewenang... . 34 4.1.3, Pengurus dan Pemi 38 4.1.4, Produk Yang Ditawarkan 39 . 40 4.2. Laporan Keuangan BAB V : ANALISIS DATA 5.1. Informasi Data 5.2. Hasil Persamaan Regresi Yang Diperoleh 5.3. Uji Hipotes 5.4. Pengaruh Beberapa Variabel Bebas ( Xi, Xa, X ) Terhadap Kredit Macet (¥) Jongka Waldu Kredit (In Xi ).. i 5.4.2. Tingkat Bunga / Suku Bunga Kredit ( In X2) 5.4.3, Kolektibilitas Kredit ( In X3 ) 5.5. Analisis Kualitatif.. BAB VI : IMPLIKASI KEBIJAKAN 58 6.1. Terhadap Tingkat / Suku Bunga Kredit 6.2, Terhadap Jangka Waktu Kredit 6.3. Terhadap Kolektibilitas Kredit 6.4. Terhadap Juru Bayar BAB VII: KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1, Kesimpulan 7.2, Rekomendasi vii DAFTAR TABEL, halaman Tabel 4.1. : Omzet Kredit dan Perolehan Laba PT. BPR Artha Gunung Semert Selama 10 Tahun .. 40 ‘Tabel 4.2. : Jumlah Modal Disetor Serta Dana Pihak Ketiga PT. BPR Artha Gunung Semeru, Purwodadi .. 41 Lampiran A: Lampiran B : Lampiran C : Lampiran D : Lampiran E : Lampiran F : Lampiran G : DAFTAR LAMPIRAN Struktur Organisasi PT. BPR Artha Gunung Semeru Purwodadi .... 67 Variabel-Variabel Penelitian Meliputi : Jumlah Kredit Macet, Jangka Waktu Kredit, Suku Bunga Kredit, dan Koleltibilitas Kredit, PT. BPR Artha Gunung Semeru Purwodadi Hasil Log Natural Data Asli PT. BPR Artha Gunung Semeru Purwodadi 69 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda pada PT. BPR Artha Gunung Semeru Purwodadi 10 Perhitungan Beta Koefisien, Uji Hipotesis, dan Uji Penyimpangan Asumsi Klasik Persiapan Pengujian Heteroskedastisitas Pengujian Heteroskedastisitas dengan Model Uji Goldfold-Quandt 78 ABSTRACTION PT. BPR Artha Gunung Semeru financial institution that draws public money as saving and doposit accounts and lend the money back to other clients as loans. The most debtors are government employees (government offices) and the others are small businessmen. In the term of capital size, PT. BPR Artha Gunung Semeru is a small BPR company, Its own capital was Rp2,500,000 in 1971, when was established, and right now its own capital is only Rp 67,500,000. In the term of capability to raise public fund, this BPR has a good reputation, In 1995, it cobld collect Rp1,069 million from public funds and in an opposed way it could lend the public Rp1,064 million. From the latter, not all lending are in normal classification. Some are in difficult classification and the other Rp115,324,050 amount are in bad credit classification that had been written off, ‘This research has an objective to evaluate the Influence of Interest rate, credit term, and credit collectibility to bad credit. Furthermore, this research has purposes to give reference to the decision maker in credit released and to be reference for other researchers. Natural logarithen multiple linear regression model is be used a8 the analytical toot in this research. The dependent variable is the bad eredit, and the independent variables arc the interest rato, the credit collectibility, and the credit term. Using Microstat computer program, the analysis can be concluded that cach independent variable by itself or in total real influences to debt credit, with 0.05 alpha. ‘The regression model before purifying process as in the following page: In Y = 8.5167 ~ 0.8587 In X; + 0.6849 In Xz - 0.1523 In Xs ifferent ‘The variation of the three independent variables (determine in measure: Rp, month, and %) cause a purifying process in the method to find the rank of influence between independent variables. With beta coefficient, the coefficient of the regression model can be defined as follows: X1= 0.4156 X= 0.6048 X3 = -0.1962 ABSTRAKSI PT. BPR Artha Gunung Semeru bergerek di bidang keuangan yaitu mengumpulkan dan menyalurkan dana. Pengumpulan dana dari masyarakat berupa tobungan dan penyaluran dana kembali ke masyarikat berupa kredit, Dominasi penyaluran kredit terbesar pada pegawai negeri ( instansi pemerintah ) sedangkan sebagian kecil ke penguscha-pengusaha kecil. Dilihat dari segi permodalan, PT. BPR Artha Gunung Semeru tergolong Jamban dalam pengumpulan modalnya. Karena sejak berdiri tahun 1971 dengan modal Rp 2.500.000 dan saat ini modalnya sebesar Rp 67.500.000. Namun apabila dilihat kemampusnnya dalam menyerap dana dari pihok kotiga culup menggembirakan, karena mampu mengumpulkan dana dari masyarakat sebesar + Rp 1.069, juta pada tahun 1995. Kredit yong digalurkan juga cenderung meningkat dan pada tahun 1995 tereatat Rp 1.064 juta alan Rp 1.064.000,000. Dari jumloh kredit yang disalurkan tidak semuanya lancer, ada kredit bermasalah babkan ada krodit yong macet sebesar Rp 115.324.050 atau Rp 115,3 juta yang teleh cihapusbukukan ( write off) ‘Tyjuan penelition ini adalah untuk mengetohui besamya pengaruh tingkot bunga, jangka woktu kredit maupun kolektibilitas kredit terhadap kredit macet sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbengan bagi pengambil keputusan yang berkaitan dengan kredit macet sehingga dapat diambit keputusan yang cepat dan benar. Di samping itu juga diharapkan penelitian ini aken menjadi bahan referensi bagi peneliti-peneliti yang akan datang, mengingat penelition ini baru dilakukan oleh sebagian keeil peneliti. lat analisis yang digunakan adaleh regresi linear berganda dengan model Jog natural. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kredit macet. Sedangkan varisbel bebasnya adalah tingkat bunga, koloktibilitas kredit, dan jangka waktu pinjaman Hasil perhitungan dengan program microstat menunjukkan bakwa baik secara sendiri-sendiri maupun total ketiga variabel torsebut berpengaruh secara nyata tethadap kredit macet dengan alpha 0,05. Persamaan regresi yang terbontuk dengan program microstat sebelum dimumiken adalah : In Y = 8,5167 - 0,8587 In X; + 0,6849 In Xp - 0,1523 In X3 Ketidakseragaman dalam variabel bebas ( Rp, bulan, dan % ) menyebabkan diadakan pemurnian dalam rangka mencari urutan pengaruh ( dominasi pengaruh ). Atas daser “ beta coefficient “ ditemukan koefisien regresi yang dimurniken sebagai berikut : X= 0,4156, Xo = 0,6048, Xs =-0,1962. « BAB I PENDAHULUAN 1.1, LATAR BELAKANG MASALAH Bank Perireditan Rekyat (BPR) PT, Bank Pasar Arta Gunung Semeru yang beralamat di Jin. Akhmad Yani 298 Purwodadi, Grobogan, didiriken pada tahun 1971 dengan Alte Noteris No. 9 Rusbandi Yahya, SH, Kemudian diperbaharui dengan Alte Perubshan No. 12 tanggal 3 Juli 1996. Dalam perjalanan uschenya, PT. Bank Pasur Arta Gunung Someru mengalami pasang surut semuai dengan kondisi perbenkan seat itv, lebih-lebih dengan adanya paket-paket di bidang perbankan den moneter serta serangkaisn deregulasi yang mampu memiou pertumbuhan dunia. perbanken termasuk Bank Porkreditan Rakyat. Jumlah lredit yang diberiken oleh perbankan di Indonesia torus meningket dari hanya Rp 26,4 trilyun di tshun 1986 menjadi Rp 105,2 trilyun di akhir tahun 1991. Ini berarti terjadi fonjalean hampir 400 % dalam kaurun waktu 4,5 tahun sehingga dapet diketaken kenaikan kredit yang diberikan oleh dunia perbankan setiap tahunnya sekitar 90%. (Jswardono SP, 1993 ). Hal di ates tentunya tidak terlepas dari dua faktor yang sangat borpengaruh, yaitu : * iPT-PUSTAK-UNDDP | 1) Deregulasi perbankan yang memungkinkan pengumpulan dane yong, pesat. 2) Permintaan akan dana yang begitu besur sebagai ukibat dari moningkatnya investasi baru dan expansi ‘Aken tetapi masa Kejayaan bagi lembaga kevangan ( khususmya perbankan ) dan juga perusahaan telah berlalu dimana sejek tengah tahun 1990 masyarakal pengusuha sudah mulai morassken seretnya dana dengan munculnya : Kebijeksanaan Uang Mahal ( Gebrakan Sumarlin I dan II ). Kebijekeansan uang mahal (ketat ) atau sering disebut Tight Money Polley memang cukup pahit dirasskan pongusaha. Sojak TMP ( Tight Money Policy ) sudah sokitar Rp 12 trilyun yang disedot dari mazyarskat. ( Sasongko Tejo, 1994 ). Atay hampir separo dari jumlah uang yang beredar ( Rp 23,5 trilyun ). Hal ini akan berakibat buruk bagi perusahaan di satu sisi, dimana bank- bank tidak dapat lagi memberikan kredit seperti semula. Pad ji lain akan berpengaruh positif dalam mengerem Iaju terjadinya “ekonomi yang memanay” dalam perekonomian Indonesia. ° Adanya Kebijekan uang mahal tervebut tidek faye mengakibatken peruaahaan yang sedang berjalan mengaluni kemacotan di dalam menggali dana, tolapi untuk perusahaan yang mengadaken investasi baru atau expansi saja juga mengalami kemacetan. Dalam masaleh perlreditan tersebut yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam perjanjian dengan Bank ( akad Kredit ) perusahaan akan dibebani bunga yang tinggi di kemudian hari. Hal tersebut akan berpenganuh yang besar pada rugi laba perusahaan. Suku bunga yang tinggi akan ‘mengakibatkan biaya bunga yang tinggi di satu sisi, dan seretnya penjualan akan mengurangi volume penjualannya. Ibaramya di sini bahwa pinjaman int bagaikan bensin yang dapat meningkatkan laju kendaraan dalam keadaan baik, tetapi di lain pihak juga dapat mempercepat kematian kalau terjadi kecelakaan. Pinjaman yang besar dengan tingkat bunga yang tinggi tidak selalu berarti negatif atau tidak selalu harus dihindari selama masih menguntungkan. Di Jain pihak, bank harus memasarkan kreditaya pada sektor yang produktif, resiko kecil, dan tidak pada sektor yang konsumtif! Hal ini dimaksudlan untuk menghindari kemacetan kredit yang dipasarkannya. ‘Namun demikian kredit macet tetap tidak dapat dihindarkan. Yang paling besar adalah pada Bank Pemerintah (BUMN ). Jumlahnya tidak kurang dari Rp 10 trilyun, ( Sasongto Tejo, 1994 ). Yang jelas pelimpahan penagihan yang dilimpahken pada Badan Penagihan Piutang Negara untuk dua tahun terakhir sebesar Rp 4,5 trilyun. (Marie Muhamad, Kompas September 1996). Kredit macet juga melanda kalangan Bank Perkreditan Rakyat ( BPR. ), termasuk PT. BPR Arta Gunung Semeru, 1.2, PERMASALAHAN PT. BPR Arta Gunung Semeru Purwodadi, juga tak dapat lepas dari pengeruh kebijekan uang mahal, baik yang dimulai deri Gebrakan Sumarlin I, 1, ‘maupun penarikan Kredit Liquiditas Bank Indonesia ( KLBI ). Informasi yang dijelaskan oleh neraca dan W/L tahun 1992 dan 1993 menunjulken ; jumlah kredit yang diberikan, laba dan dana dari pihak ke-3 menunjukkan penurunan meskipun ada tambshan modal yang disetor. Apabila ‘kredit yang diberikan tahun 1992 sebesar Rp 1,4 milyar, maka tahun 1993 turun monjadi Rp 870,3 juta, Demikian juga laba turun dari Rp 53,1 juta pada tahun 1992 menjadi Rp 10,4 juta tahun 1993, Penurunan laba dan omzet kredit termysta juga diikuti dengan penurunan dane dari pthek ke-3 yang menurun dari Rp 1,107 milyar tahun 1992 menjadi Rp 910 juta pada tahun 1993, Dari Kredit yang diberikan pada navebah tidsk seluruinya kembal, totapi ada yang macet. Informasi dari Diroksi dan Komisaris menunjuidean bshwa : Kredit macet antara tehun 1985 - 1993 mencapai jumleh Rp 115,324,050 atau Rp 115,3 juta dan sudah dihapusbukukan ( write off) borasal dari 419 nasabsh baik inotansi, unum, maupun nasebah balul paser. Jumleh teresbut suma dengan 12 % dari total kredit yang diberikan, sedang cudangen ponghepusan pivtang yong dijjinkan oleh Bank Indonesia adalah 6%, Jadi permasalahannya adalah : Apa yang dapat dilakuken untuk memperkecil jumiah kredit macet. 1.3. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin clicupai adalah 1) Untuk mengicentifikasi faklor-faktor yang mempengaruhi kredit macet. 2) Untuk mengicentitikasi faktor-faktor yang paling berpengaruh tethadap kredit mncet 3) Untuk merumuskan alternatif pemecahan kredit macet BPR pada PS, BPR Artha Gunung Semeru, Purwodad Sedangkan kegunaan penelitian ini adalah untuk bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan yang berkaitan dengan kredit macet sehingga dapat diambil kepulusan yang cepat dan benar. Disamping itu juga untuk balan reforensi bagi peneliti yang akan datang, mengingat musih terlalu sedikitnya penelitian tentang kredit macet. 1.4, SISTEMATIKA PENULISAN BAB I : Pendahuluan, Bab ini menjelaskan tentang later belakeng masalah, perumusan rmasalah, tujuan den kegunann penelitinn. BAB IL BABII : BABIV : BAB V BAB VI: BAB VI: : Kajian Teori, Bab inj beriei tentang telaah pusteka dan penelitian terdahulu serta kerangka pemikiran teoritis yang menjelaskan tentang kredit, kredit macet, faktor-faktor yang mempengeruhi kredit macet (sudut pandang nasabah), faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan dalam memberikan kredit (sudut pandang bank). ‘Metodologi Penelitian, Bab ini berisi tentang jenis dan sumber data, metode pengumpulsn dota, dan alat analisis yang digunoken Paparan Kasus, Berisi tentang gamberan umum perusshagn yang momuat tentang sejarah, struktur organisasi, daerah pemasoran, perssingan, werte sumber daya manusia. : Analisis Data, Implikasi Kebijakan, . Kesimpulan dan Rekomendasi, Berisi kesimpulan dan rekomendasi bagi perusahaan. BAB IT KASIAN TEORT 2.4, ARTI KREDIT Sebeium memaparkan tentang kemacetan pemnsaran kredit perbankan perlu dibstasi dahulu pengertian Kredit, Karena pengertinn kredit sendiri berdimensi Inns, Kala “kredit? berasal dari bahasa Yunani credere yang artinya kepercaynan, sedanglan dalam bahasa Latin kreditur yang berarti kepereayaan akan kebenaran, Dalam pengertian orang awum, kredit merupakan kemampuan untuk melnksanaken suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suaty janji bahwa pembayarannya akan ditunda pada suatu jangka waktu yang disepakati, Definisi yang diberikan oleh undang-1ndang pokok perbankan yang bara adalah scbagai berikut : kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, betdasarkan persetujuan atau Kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajlbkan pihak peminjam untuk melunast hutangnya setelah jangka waktu tertentu, dengan juratah bunga, imbalan, atau pembagian hasit keuncungan Dari pengertian di atas, makn unsur yang paling menonjol sdafah “cepercaynan” antara pemiberi kredit (bank) dengan pihak yang diberi kredit (nasobah), adanya penyerahan wang atau tagihen kepada pihk Iain (nasebah), dan juga adanya kesepakatan kedua belah pihak. Agar kredit dapat dipasarkan dengan baik dan benar, perlu diperbatiken adanye prinsip-prinsip perkreditan yang dikenal dengan nama Prinsip $C ata 6 C yang antara lain : a) Character, sifat atau moral si calon debitur. b) Capacity, kemampusn melunasi si calon debitur. ©) Capital, modal dasar si calon debitur, 4) Collateral, agunan atau jamninan yong disediaken, 2) Condition of economy, kondisi perekonomian. ‘Adapun C yang ke-6 banyak variasinya, misalnya : Constraint, kendala yang tidak memungkinkan usaha tereebut dibiayai dengan alasan tertentu, Connection, konekei / hubungen / lobby dengan pihek perbankan. Commision, komisi ; ada wang lelah kredit dapat cair, Ada suatu kesepskatan bahwa perhatian yang lebih besar harus diarahkan pada C yang pertama yaity character atau kepribadian pemohon. ‘Walaupun analisis character sulit dilakukan namun dapat didekati dengan cara menceri data pemohon kredit dari berbagai pihak termasuk bank lain, supplier, dan siapa saja yang pernah berhubungan dengan pemohon. Character ini sangat monentukan dalam kelancaran pembayaran angsuran kredit serta bunganya pada wolktu-waldu yang akan dateng yang kedua adalah capacity, yong harus diperhatikan pula karen monyangket kemampuan perusahaan untuk menghasilkan Iaba dan aris dana yang, culup besar untuk membayar angsuran dan bunganya. Analisis capacity jauh lebih mudah dibandingkan dengan character, karena atas daar laporan euangan masa Lalu dapat diketahui kemampuan perusahaan di samping juga pendapat aluntan publik yang menyatakan wajar tanpa syarat, ‘Tiga atan empat C lainnya selayaknya juga harus diperhatikan yaitu yang menyangkut capital, collateral, dan condition of economy. Sebenarnyn kala semua berjalan lancar, agunan tidak perlu ada, Karena agunan hanya sebagai pegangun dan ekan Kembali ke nasabah apabila kredit sudah lunas. Sering terjadi nasabah mengambil kredit terlalu besar, sehingga jaminan sering ditambsh dengon jaminan pribadi ( personal guarantee ) dari para pemegung, saham perusahann atau pemilik. Ini berarti harta pribadi reeara tak langsung ikut dijaminkan. Apabila faktor-faltor di ates datom analisis kredit sudah dipenuhi maka menurut kriterin perbankan calon debitur perlu diberi pinjaman. 2.2, PERANAN KREDIT DALAM SISTEM EKONOMI 2.2.1, MAKRO Secara makro kredit sangat berperan dalam melancarkan roda perekonomian nasional. Hal torsebut dapat dijelaskan demikian : Apabila kredit yang diselurkan ke mesyarakat berjalan lancar, maka altivites ekonomi okan meningkal, pertumbuhan ekonomi akan meningkt arena investasi juga dapat ditingkatkan, avalkan kredit yang disalurkan adalah kredit pada soktor-neltor ynng produktif, Namun kredit yang disalurkan ke arah paket-paket yang produltif baik untuk barang maupun {jase seyogyanya disertai distribusi yong lancar, schingga harga barang secara umum tidak bergejolak terlalu tajam. Perly diketahui bahwa kredit yang longer dapat menyebabken jumlah uuong yong beredar meningkat sehingga memungkinkan harga-harga alan naik, dengan entatan citeris parlous. Untuk itu perlu sekali adanya kredit yang sclektif' maupun pagu kredit, agir jumlah wang yang beredar terkendali. : Sebalilnya kalau Kredit terlalu ketat juga akan menghambat pertumbuhan ekonomi. Akibatnya investasi menurun, gaireh ekonomi menurun, meskipun harga-harga cenderung dapat dikendalikan. 2.2.2, MIKRO- Secura mikro, kredit dapat mempengaruhi bisnis untuk berkembang pada berbagai sektor, baik sektor barang maupun jasa. Kemudahan krodit yang diperoleh menyebabken peruschaan alaupun industri dapat meninglcatlcan aitivitasaya, Produksi barang dan jasa dapat ditingkatkan sehingga output-nya dapat meningkat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan kongumen, Sebaliknya Iredit yang ketal, dapat pula menghambat porkembangan perusshean / industri, lebih-lebih perusahaan / industri yang kekurangan modal, Perkembangan bisnis menjadi terhambat karena kekurangan dane, sodangkan pasar masih mampu menampung. 2.3. KREDIT MACET Kredit macot adalah bagian dari kredit bermasaleh yang pongertiannya menurut SE, BL No. 26/4 /BPPP tanggal 29 Mei 1993 : Kredit digolongkan macet apebila : a) Tidak memonuhi kriteria : laricar, kurang lancar, dan diragukan ; atau b) Momenuhi kriteria diraguken, tetapi dalam jangka waktu 21 bulan sejak digolongkan diraguken belum ada pelunasen stax usulan penyelamatan kredit ; atau ¢) Kredit tersebut penyelesuiannya telah diserahkan pada Pengadilan Negeri atau Badan Urusen Piutang Negara atax telah diajukan ponggantian genti rugi kepada perusahaan asuransi kredit. ‘Namun perlu diketahui bahwa ada faktor-faktor yang menyobabken kegagalan dalam memborikan kredit (dari sudut pandang bank) antara lain : a) Faktor intern Bank b). Faktor extern Bank Adapun faktor intern bank meliputi : 1 Adanya “solf dealing” stay tindakan kecurangan aparat pengelola kredit. . Adanya pengetehuan yang minim dari pengolola kredit. . Jeleknya kebijaksenaan perkreditan pada bank yang bervangkutan. |. Kurangnya pengawasan ‘redit yang dilakuken oleh bank yang bereangkutan pada nasabah, . Adanya sikep yang ceroboh, lalai, dan menganggap mudah pongelolaan kredit torsebut. Sodangkan feltor external bank menyangkut : 1 Kogiatan perekonomian secara makro / politik 2. Kebijakvanaan pomerintah di luar jangkaan pihak bank yang bersanghatan, | | |. Adanya beneana alam, 4, Adanya kegagalan pancn. 5. Adanya persaingan antar bank. 6. Adanya tekanan-tekanan dari berbagai pihak. (leh karenn itu perlu diteliti faktor-fiktor yang dapat menyebabkan terjadinya kredit macet, 2.4, KOLEKTIBILITAS KREDIT i Berdasarkan SE Bank Indonesia No. 26/4/BPPP tanggal 29 Mei 1993 terdapat 4 ( empat ) golongan kolektibilitas kredit, yaitu : Hl 1. Lancar \ ! | i Kredit digolongkan lancar apabila ; | ! A. Kredit dengan angsuran di luar KPR : 4 1) Tidak terdapat tunggekan angeuran pokok ataipun tunggakan bunga. 2) ‘Terdapat tunggakan angsuran pokok, tetapi : © befum mefampaui satu bulan bagi kredit yang ditetapkan masa angsurannya Kurang dari satu bulan | © belum melampani 3 bulan bagi kredit yang ditetapkan masa angsurannya bulanan, dua bulanen, atau tiga bulanan, | 4 * behim melampani 6 bulan bagi kredit yang dietapkun mass angsurannya dtetapkan 4 bulan atau febih. 3) Terdapat tunggakan bunga, tetapi + belum melampaui 1 bulan bagi kredit yang masa angsurannya Jeurang dari 1 bulan + belum melampani 3 bulan bagi kredit yang masa angsurannya lebih dari 1 bulan, B, Kredit Tampa Angsursn /Kredit Rekening Koran 1) Kredit bolum jatuh waktu dan tercapat tunggakan bunga, 2) Kredit belum jatuh waktu dan terdepat tinggakan bunga tetapi belunt ‘melampaui 3 bulan. 3) Kredit telah jatuh waktu dan tolsh dilakukan analisiy untuk perpanjangannya, tetepi karena kesulitan teknis belum dapat diperpanjang, 2. Kurang Lancar Kredit digolongkan kurang lancar apabila : A. Kredit Dengan Angsuran Di Luar KPR 1) Terdapat tunggakan angsuran pokok : ¢ youg melampaui 1 bulan dan belun melampaui 2 bulan bagi rodit dengan masa angsuran kuirang dari | bulan, + yang lewnt 3 bulan dan belum lewat 6 buinn bagi kredit yang masa angsurannya butanan, dun bulanan, ata tiga bulanan. ‘© yang melempaui 6 bulan tetapi belum lewat 12 bulan bagi kredit yang masa angsurannya ditetapkan 6 bulan atau lebih. 2) Terdapat tunggakan bunga : + yang melampaui 1 balan (etapi belum melampani 3 bulon bagi Jeedit dengan masa angsuran kurang dari 1 bulan. + yang melampani 3 bulan tetapi belum melampaui 6 bulan bagi kredit dengan masa angauran lebih dari 1 bulan. B, Kredit Tanpa Angsuran 1) Kredit belum jatuh waktu, dan : + terdapat tunggakan bunga yang melampani 3 bulan tetapi belum melampaui 6 bulan, * terdapat penambahan plafon alan kredit bart yang, dimaksudkan untuk molunasi tunggakan bunga. 2) Kredit telah jatuh waktu dan belum dibayar, tetapi belum melampaui waktu 3 bulan, dit Yang Diselamatkan 1) Tidak ada tunggakan 2) ‘Terdapat tunggakan telapi masih mementhi kriteria tersebut pada 1.4.2. point 1. 3. Diragukan Kredit digolongkan diragukan apabila kredit yang bersnnglcutan tidak memenuhi kriteria lancar dan kurang lancar, tetepi berdasarkan penilaian dopa disimpulkan bahwa : 1) Kredit masih dapat diselamalkun dan agunannya bemilai aekurang- kurangnya 75 % dari hutang peminjam, termasuk bunganye. b) Kredit tak dapat diselumatkan tetapi agunannya masih bernitai seleurang- eurangnya 100 % dari hutang peminjam. 4. Macet Kredit digolongken macet apabila 8) ‘Tidak memenuhi Kriteria Lancer, kurang lancar, aleupun diragukan, b) Memenuhi kriteria diragukan, tetapi dala jangka waktu 21 bulan sejak digolongkan diragukan belim ada pelunasan tan usaha penyelamatan Kredit. ©) Kredit tersebut penyelesionnya telah diserahkon kepada Pengadilan Negeri atx Badan Urusan Piutang Negara (BUPN), ntmu telah cligjukan penggantian ganti rugi kepada perusahnan asurans Kredit Untuk Kredit yang diselamatkan, walaupun kredit tersebut pada saat penyelamaten dapat memenuhi kolektibititas tancar, namun dalam jangka waktn 6 bulan sejak penyelamatan, kolektibilitas kredit tersebut setinggi-tingginya tergolong surang lancar, Walaupun kredit memenuhi kriteria Innenr, Kurang Jancar, dan diragukan seperti di atas, apabila menurut penilaian keadaan usaha pominjam diperkirnkn tidak mampu mengembaliken sebnginn atu welurah kewajibannyn, maka kredit tersebut dapat digolongkan pada kolettibilitas lebih rendah, 2.5. LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN KREDIT MACET Kredit yong macet meski sudah dittapusbukukan namin masih tetap divgohakan penarikannya, dengan kala lain penagihan masih tetap harus dilalaken, Apabila manajemen perusehaan mash dapat dipercaya walaupun ferjadi kesulitan Keuangan perusahaan Karena salah langksl, bank dapat memberi beberapa macam Keringanan pada perusahaan yang sakil. Nan apabila kredit sudah tak mungkin lagi ditagib maka bank dapat menempuh jalur hukum, Beberapa cara yang dapat ditempuh bank dalam menyelesaikan kredit macet dan diragnkan : ( Dahlan Stamat, hal. 222) 1. Keringanan bunga 2. Likuidasi yaitupenjualan barang-barang ‘yang dijadikay jaminan dalam pelunasan hutang, Bagi bank-bank milik negara proses penyelesninn fersebut dapat diserahkkan pada 13UPN yang selonjutnya dilakulean eksclusi atau pelelangan, 3. Penyelesaian menurut hukum, 4, Penghapusan kredit 2.6. INDIKASI KREDIT MACET Untuk mendeteksi kredit yang mengalami kesulitan sedini mungkin, dapat dilnkukan dengan memperhatikan gejaln-gejala sebagai berilaut : ( Dahlan Siamat, hal. 220) *) b) Terjadinya penundann yang tidak normal dalam penerimaan laporun kenangan, pembayaran cicilan, atau dokumen lainnya. ‘Adanya penyelidikan yang tak terduga dari fembaga-lembaga keuangan lainnya mengenai nasabah tersebut. Kelusmnya anggota eksekutif perusahann. Terjadinya perubahen kegiatan useha misalnya masuknya pesaing bart atau produk bara yang sejenis, Meningkatnya penggunaan fasilitas over draft Perusahaan nasabah mengalami kekacatan. g) Ditemukannya kegiatan illegal atns usaha nanabaly h)_Permintoan tambahan kredit. i) Permohonan perpanjangan atau penjadualan kembali kredit. |i) Usaha nassbah yang terlalu ekspansif. {) Kreditor lain melakukan proteksi atax kredit yang diberikan dengan meminta tambahan jaminan atny melaknknn pengikaln notaris alas barang jaminan 2.7. PENELITIAN TERDAHULU Dari studi pustaka yang telah dilakaken, penelitian yang berknitan dengan kredit macet belum banyak dilakukan. Hal tersebut wajar, karena kredit imacet bart menjadi isu utama akhir-okhir ini, dan penelitiannya juga aulit dilakukan sebab bank yang bersangkuten jarang man memberikan data tentang kredit macet sehubungan dengan citra bisnix perbankan. Penelitinn yang dilakukan oleh Iswardono SP ( Kelola, 1993 ) yang berjudul “Trauma Kredit Macet Hentai Perbankan”, menjelaskan bahwa ada faldor-faktor yong mempengaruhi baik external maupun internal, dari sudut pandang bank mnanpun nasabah, namun mana yang paling berpengaruh ? Peneliti terdahulu ( /swardono SP, Kelola, 1993 ) menjelaskan bahwa : untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas, mencoba membuat état model. Di dalam model ini tidak semua sebab yang mempengaruhi kemacetan kredit di 20 tas dimasukkan dalam model, dengan berbagai pertimbangan baik yang berkaitan dengan alasan kuantitatif’ maupun kualitatif’ Dengan berbagai pertimbangan clan anggapan tertentu maka faktor-faktor yang diduga sangat erat mompengaruhi Kredit macet adalah : tingkat bunga rafa-rata pinjarman (penjabaran sebab intern no, 3), kolektibititas kredit (penjabaran sebab intern no, 2, 4, dan 5), dan Kemampuan dobitur, Sedangkan sebab extern tidak dianalisis di sini, karena di luar jangkauan manajemen, dan digolongkan pada faktor penggangeu. Secara rinci, ketiga faktor tersebut akan dijelaskan sebagai berikut a) Tingkat bunga rata-rata pinjaman Di dalam porenicanaan Kredit, penctapan suku bunga Kredit merupakan faktor yong perlu diperhatikan secara baik dan benar, korena dalam era persaingan yang sungol tajam akan berpengaruh dalam pemasaran Kredit. Sulu bunga kredit yang tinggi akan menyulitkan pemasaran kredit. b) Kolekibilttas Kredit Kolektibilitas kredit adalah sualurasio yang, menunjukkan kerampuan bank mengumputkan pendapatan bunga dari kredit yang, disalurkan. Angka ini mencerminkan kemampuan bank dalam memasarkan kredit. Semakin besar nilai angka kolektibilites berarti a Jevalitas kredit yang dipasarkan semakin baik sehingga kemungkinan terjndinya krodit macet sngat kecil. ©) Kemampuan Debitur / Cash Flow Debitur Yang dimakeud kemampuan debitur adalah kemampuan untuk mementhi kewajibannya dalam membayar cicilan dan bunge. Kemampuan ini dapat dimonitor lewat penghasilan debitur Data yang digunakon dalam penelitian terdahuln adalah data time: series (runtut ‘waktu), sedang analisisnya menggunakan model represi tinier yet InY =a+ by In X; + by In X thrln Xi te dimana : Y= kredit macet intercept by, bz, by = koefisien regresi X= tingkal bunga rata-rata pinjaunan Xo = angka kolektibilitas X= cash flow debitur Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model yang sama dengan merubah 1 (satu) variabel bebas yaitu : jangka waktu pinjaman ( Xs ), sebagai pengganti variabel bebas : cash flow debitur, Cash flow debitur dihilangkan dori model penclitian ini agar tidak terjadi “korelasi ganda” antar varinbel bebas. Sedangkan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data cross section (erat lintang } Dibandingkan dengan penelitian terdahulu maka dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah : bahwa keduanya meneliti tentang kredit macet. Sedangkan perbedaannya terletak pada jenis bank, variabel bebasnya, analisis faktor-faktornya, serta data yang digunakan, yaitu 1. Obyek penelitian terdahulu adalah bank umum, sedang obyek pada penelitian ini adalah bank perkreditan rakyat 2. Dalam penelitian terdahulu diambil 3 variabel bebas yaitu tingkat bbunga, cash flow debitur, dan angka koleltibilitas. Sedangkan dalam penelitian ini variabel bebas yang diambil adalah tingkat bunga, angka kole! 3. Dalam pemberian pinjaman, penelitian terdabulu berdasarkan litas, dan jangka waktu pengembalian kredit. analisis 5 C atau 6 C, tetapi dalam penelitian ini analisis 5 C atau 6 C masih dilengkapi dengan analisis 3 P ( Payment, Purpose, dan Protection ). 4, Penelitian terdahulu menggunakan data time series, sedangkan dalam penelitian ini digunakan data cross section. ‘Model tersebut di atas dipilih karena alasan heteroskedastisitas dan fenomena. Robweb. 2.8. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Dalam rangka penelitian kredit macet, make peneliti berpendapat bahwa faktor yang sangat berpengaruh adalah faktor : ‘¢ jangka waltu pengembalian kredit © tingkat bunga pinjaman © angka kolektibilitas Secara skematis dapat dijelaskan sebagai beikut : x ———_———_ Kredit Xy———_>—-}--_-_———+ Maeet Xa (Y) Dimana: X; = jangka waldtu pengembalian kredit Xa = tingkat bunga pinjaman Xs = angka kolektibilitas Y =kredit macet Dengan demikian kredit macet adalah multi produk hasil interaksi antara tingkat bunga pinjaman, angka koleltibilitas, dan jangka waktu pengembalion Ivedit, Masing-masing faltor tersebut yang ada pada variabel bebas secara sendiri-sendiri atau beraama yang akan berpengaruh terhadap munculnya produk yang berupa kredit macet. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berileut : a) Tingkat bunga pinjaman / rata-rata pinjaman Tingkat bunga yang tinggi dari sudut perbankan di salu sisi akan memperlambat / mempersulit engsuran kreditnya karena persaingan yang tajam, sedang di sisi Iain akan memberatkan nagobsh dalam mengembalikan kredit, karena bunga adalah biaya kredit yang harus dibayar bersama angsuran, Dengan demikian faktor ini akan berpengaruh kuat dan nyata ( significant ) terhadap kredit macet. b) Angka kolektibilitas Angka kolektibilitas juga berpengaruh pada kredit macet . Semnakin besar angka koleltibilites, semakin kecil kemngkinan kredit macet karena angka Kolektibilitas yang besar monunjukkan kemampuan bank dalam mengelola kredit. ©) Jangka waktu kredit BPR seperti halnya. Banke Umum cenderung memberikan jangka ‘waktu peminjaman yang relatif pendek ( 10 bulan ). Hanya nasabsh yang bogus saja yang mungkin memperoleh jangka waktu kredit sampai 20 bulan. Dengan demikian BPR ini hanya memberi kredit dengan jangka waktu Kredit antara 10 -20 bulan. as 2.9. HIPOTESIS Hipotesis adalah suatu proposisi atau unggapan yang dapat benar amu juga clapat salah dan sering digumakan sebagai dasar pembual keputusan / n persoalan ataupun untuk penelitian lebils kanjut ( Supranto, 1475 ), fersebul di sm penelitia ini adalah sebagai berikit : 29.1. Diduga ada pengaruh yang nyata dan negatif” antara jangka waktn pengembatian kredit dengan kredit macet 2,9.2, Diduga ada pengaruh yang nyata dan positif antara tingkal bunga pinjaman dengan kredit macet, 2.9.3. Diduga ada pengaruh yang nyata dan negatif antara angka kolektibititus dengan kredit macet BABI METODOLOGI PENE TAN 3.1, JENIS DAN SUMBER DATA Data dan informasi yang relevan merupakan syarat mutlnk yang dibutubkan dalam penelitian, Pada penelitain ini data yang diperolel adalah data primer dan data sekunder. Data primer secura langsing diperoleh di Japangan, sedangkan data sekunder diperoloh / dikumpulkan oleh piliak lain / di tar peneliti Jenis data yong dibutuhkan dalam penelitinn ini adalah sebagai berileut a) Jumlah debitur yang memiliki kredit macet. b) Sejarah dan gambaran umum PT. BPR ARTHA GUNUNG SEMERU, Purwodadi yang akan mendasari adanya paparan kasus. ©) Dota dan informasi kenangan dan non ketunngnn tainnya yang berhubungan dengan penelitian ini ( data nilai Kredit macot, data suku ‘bunga, data angka kolektibilitas, dan jangka waktu kredit macet ). 26 27 3.2. GAMBARAN POPULASLDAN CARA PENYAMPELAN (SAMPLING ) ‘Total Kredit macet yang ada paca BPR Artha Gunung Semer, Purwodadi berjumtsh Rp 115,324,250 alan Rp 115,3 juta yang terdiri dari : 379 nasubah instansi dengan nilai Rp 82,4 jute #40 nasabah umum dengan nilai Rp 32,9 juta Dari populasi yang ada ( 419 nasabah ) akan diambil sampel sebanyak A2 nesubah dengan perincian : 90% dari nasabah instansi (379 nawabah ) dan 10% dari nasabah umum (40 nasabah ). Popnlasi yang ada terdiri dari poguwai negeri dan penguinha kecit yang relalif homogen xebinggn wetingy anggota populasi baik untuk pegawai negeri maupun pengusahn kecil mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadiknn sampel. Penyampelan diloloikan secara random ( acak ) dari populasi yang distratifikasikan sehingga jjonis “sampling’aya adalah ; stratified random sampling. drama stratanya adalah jen's pekerjaan ( Masrl Singarimbun. 1982 ). Dari haail penyampelan tersebut akan dienri persimnnan regreainya. 2 3.3. METODE PENGUMPULAN DATA 3.3.1, Studi Pustaka Dari studi pustale, diharapkan dapat diperoleh dain selauder yang borupa : peraluran pemerintah yong nda relevansinya dengan penelitian ini, yang secara teoritis mendasari kajian-kajian teori serta melandasi smalisisnya. tudi Lapangan Studi ini dilaksanakan di PT. BPR Artha Gunung Semert, Purwodadi dengan cara mempelajari data yang ada, Pengumpulan data dilakeanakan dengan cara : 8) Observasi, Observasi dilakukan terhadap praktek administrasi perkreditan Termasuk dalam hal ini adalah pengumpulan data berupa dokumen pembuluan kredit dari xampel yang dipilil. b) Wawancara, Wawancara ini dilakuken dengan pimpinan perusahaan dan kepala bagian kredit. Data yong diperoleh berupa dala tentang nasabah yang memiliki kredit macet. | | i | 29 3.4, ANALISIS DATA. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan : a) Analisis Ratio Dengan membandingkan antara pendapetan bunga dengan kredit yang disalurkan untuk tisp nasebah yang menjadi sampel. b) Analisis Regrest Linier Berganda dengan Logaritma Natural Model persamaan yang digunakan adalah model loguritma natural (log n/ In ) dengan menggunaken veriabel terikat adalah kxedit macet ( ¥ ) sedang variabel bebas adalah : X; = jangka wakiu pengembalian kredit a= tingkst bunga pinjaman Xs = angka kololtibilitas Bentuk persamaan regresi yang digunaken adalah ; In ¥ = bo + by In X; + by In Xo+.bs In Xs +o dimana : Y = kredit macet ‘bp = konstanta, by = kocfisien parameter X; ba = koefisien parameter Xe so bby = koefision parameter Xs Xi = jangka waktu pengembatian kredit X= tingkat bunga pinjaman % angka kolektibilitas Untuk —mengetahui —_validitas dari masing-masing hasil regresi, digunakan 3 (tiga ) macam evaluaxi yaitu : © Evaluasi ekonomi ( priori ) + Evnlunsi ckonometrike ¢ Evalunsi statistike Dalam evaluasi ekonomi, dicoba untuk dilihat apakah tanda dari parameter cocok dengan teori ekonomi atau tidak. Pada evaluasi ekonometrik dititikberatkan pada pengujian hasil parameter terhadap kriteria teknik penyelesaian alas dasnr snalisis kuantitatif: Atau dapat juga dikataken di sini : Apakah dalam penyelesaian pembuatan model analisis ado penyimpangan-penyimpangan asumsi klasik alau model belum memenuhi persyaratan BLUE ( Best, Linear, Unbiassed, Efficient estimator ). Apabila ada gejala / penyimpangan-penyimpangan ssumsi klasik dalam regresi svtinya nda penynkit ckonometrike ( ulti kolinearity, auto korelnsi, heteroscedasticity ). Ketign 31 penyakit itu ada atau tidak harus diuji dulu dengan uji T, uji Durbin Watson. Sedang pada evaluasi stastistik akan diuji nilai dari t, F, dan R? (Keterangan lebih rinci pada Bab V, Analisis Data ) e) Analtsis Kualttatif Pada analisie ini penekanan lebih melihat pada : pelaksanaan pemberian kredit, penyelesaian kredit macet, serta penggunaan kredit (analisis 5 C, analisis 3 P ). BABIV GAMBARAN UMUM PY. BPR ARTHA GUNUNG SEMERU PURWODADI 4.1. GAMBARAN UMUM. Sojinn tentang PT. BPR Artha Gunung Semerm Puwodadi akan memaparkan data perusahaan tersebut, seauai dengan kondisi pada anat diadakan penelitian, yaitu periode 1985 - 1995, sebelum tutup buku tahun 1996. Data yang akan dipaparkan di sini adalah data tentang © Sejarah PT. BPR Artha Gunung Semer ‘© Strultur orgnnisasi dan rincian tugas serta wewenang © Pengurus ( Dircksi dan Komisaris ) © Pemilik / Pemegang saham © Kevangan © Produk yang ditawarkan 32 33 4.1.1, Sejarah Berdirinya PT. BPR Artha Gunung Semeru, Purwodadt PT. BPR Arthn Gummg Semert senmuta bermuna PT. BPR Gunung Semeru yang didirikon pada tanggal 26 Oktober 1971 dengan akte notaris No, 9 oleh Rusbandi Yahya S.H., di Semarang, Pada tanggal 3 Agustus 1984, dengan Akte Perubahan No. 10 oleh Rusbandi Yahya, $1, ada perubshan pengurus dan juritah salam. Selnnjutnya dengan Alte Perubalian No. 14 tanggal 6 Pebruari 1986 oleh Rusbandi Yahya, S.H.. notaris di Semarang, dilakukan perubahan susunan pengurus dari pengus lama ke pengurus ba. Susunan Pengurns : a, Pengurus Lama Direksi : Direktur Drs, Hargono Wakil Direktur : Gunadi Dewan Komisaris : Komisaris : Mulyono Komisaris : Hino Rimawan b. Pengurus Baru Direkt: Direftur + Soedjijo Pranoto Wakil Direktur : Zahlan Sannai 34 Dewan Komisaris : Ketua Herman Nawawi Anggota : Domo Mulyadi Anggota : Drs, Hargono Modal awal Rp 2.000.000,- dengan 7 pemegang saham kemudian berubah menjadi Rp 10.000,000,- dengan 13 pemegang saham. Bordasarkan Alte Perubahan No, 12 tuhun 1987 borganti name menjadi PT. BPR Artha Gunung Semer dengan alamat telap sama di JL Ahmad Yani 298 Purwodadi Sampai dengan dilakukan penelitian ini, struldur organisasi masih tetup yaitu teridiri dari Dewan Komisaria, Dircksi, Kepala Bugiun Dana, Kepala Bagian Kredit, Kepala Bagian Keuangan dan Akuntansi, Kepala Bagian Umum, dan Kepala Seksi Pombukuon. (Struktur organisasi terlampir) 4.1.2. Tugas dan Wewenang 1. Secara hierarkis kekuasaan tertinggi dalam organisasi dipegong oleh RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) dan diadakan sekali dalam setahun bersamaan dengan Repat Tutup Buku tahun yang bersanglautan dan perencanaan kerja tahun yang akan dtnng, Bila konvlisi menidemnk dapat diadakan RLBPS (Rapat Luar Biasa Pemegang Salam). 35 Kewenangan dan tugas pokok : 1) Menetapkan goris-garis umum kebijeksansan perusahaan dan tujuan organisasi yang ingin dicapai setiap tahun, b) Mengangkat dan memberhentikan Komisnris clan Dircksi. ©) Meminta pertanggungjawaban Komisaris dan Direksi d) Membahas dan mengesahkan laporan keuangan tahunan dan reneana kerja tahun yang aken datong, Stalusnya sebagai wakil pemegang ssham dalam mengawasi jalannya perusahaan Adapun (ugas dan kewenangannya adalah : 8) Mengawasi jnlannya perusahann, b) Memberikan saran, petunjuk, pengarahan, serta teguran seperiunya kepada Direksi dalam upaya pencapaian (jun perusaharan ¢) Meneliti, mempelajari, dan mengevaluasi laporan Direksi. 4) ska mendapatkan teman yang kurang wajar, Dewan Komisaris dapat mengusulkan RUPS luar binsa. e) Bersama Direksi menetapkan anggaran perusahaan awnl tahun pembukuan. 36 3. Direltur Utama a) Membawahi Kepala-Kepala Bagian can Staff, b) Menentukan kebijakan dalam segala perbuatan kepemiliiean clan segala perbualan kepengurusan perseroan dalam mengolalt dana-dana dengan mengindahikan saran-saran dari instansi yang berwenang, 4. Kepala Bagian Dana Kepala Bagian Dana dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh seksi ‘Tabungan, Deposito. Sedangkan tugas dan wewenangstya adalah : a) Mencari dan sekeligus mengembangkean dana b) Membuat analisis tentang penggunaan dana. c) Mengadakan penelitian tentang dana yang dicairkan, 5. Kepala Bagian Kredit Kepala Bagian ini membawahi seksi administrasi kredit yang menangani catatan kredit serta pelunasannya. “Tugas dan wewenangnya adalah : a) Dengan persetujuan Direktur menentukan besarnya kredit, tingkat bunga maupun jangkn walt, b) Membina, membuat, serta mengusalkan pemasaran kredit. 6. Kepala Bagian Pembukuan dan 7. Kepala Bagian Umum / Pera 37 ©) Mengontrol administrasi setoran dan cicilan dari petugas kredit. d) Meninjau kembali serta menganalisis aplikasi kredit, terutama untuk kredit konsumsi ¢) Melakuken pengontrolan antara administrasi kredit dan dokumentasi kredit untuk setinp debitur sesuai dengan aknd kreditnya. lountangi Bagian ini membawahi Kepala Seksi Pembukuan dat “Tugas dan wewenangnya : a) Mengelola kegiatan pembularan, b) Mengusahakan agar implementasi dan penggunaan metode akuntansi biaya berjalan konwisten. Jumlah keryawan yong relatif keeil ( 19 orang ) memungkinkan kedua bagian ini dirangkap. : ‘Tugas dan wewenangnya adalah : a) Mengatur dan mengkoordinasikan seksi personalia dan umum / sekretaris, b) Mengupayaken agar barang-barang milik kantor / bank dicatat sebagaimana mestinya, 38 c) Menangani tugas-tugas personalin. 4d) Mengontrol administrasi milik bank. 4.1.3, Penguras dan Pemilik Berdasarkan RUPS tahun 1992 maka susunan kepengurusan dan kepemilikan saham adalah sebagai berikut : a. Dewan Komnisaris Komisaris Utama: Dra. L, Suryanto Komisaris Anggota — : Domo Mulyadi Komisaris Anggota —_: Supartono b, Direkai : Direktur Utama : Drs. Hargono o. Direktur : Sudjijo Pranoto 4, Kepala Bagian Dana : Y. Budi Santosa e. Kepala Bagian Kredit : Joko Saloto £ Kepaln Baginn Keuangen dan Akuntansi Ismono g, Kepala Bagian Umum / Personalia : Slamet Riyanto Jumlah pemegang sahain seluruhnya ada 12 orang dengan sotoran modal berjumlah Rp 69.750.000,- atau Rp 69,75 juta, Perlu diketahui bahwa pada saat dindakan penelitian, sunber modal yang berasal dari : 39. cadangan umum, deposito dan tabungan, semua berjumlah Rp 1,069.138.347 atau Rp 1.069,1 jutn . Produk Yang Ditawarkan BPR pada umumnya menawarkan produk-procukaya berupa ; deposito, tabungan, dan kredit, a. Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikanny hanya dapat dilakakan pada waktu fertentu. menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang, bersangkutan, b. Tabungan yaitu simpanan yang penarikannya hanya dapat dilalukan_ menurut syarat tertentu yang disepakai, tetapi tak dapat ditarik dengan cek. c. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipereamaken dengan itu, berdasarkan persetyjuan atau kesopakatan pinjam mominjam antara bank dan pihak lain, yang mowajibken pihak perinjam untuk metunasi hhutangnya setolah jangka waltu fertontu dongan juminh bunga, imbalan, aiau pembagian hasil keuntungan. 40 Dari hasil wawancara dengan Kepaln Bagian Kredit diperoleh informasi bohwa krodit yang disnlurkan adalah Kredit pegawai (instansi) + 85 % sedang sismnya adalah kredit umum atau pasar, 4.2. LAPORAN KEUANGAN Dalam leporan keuangan ini akan dipaparkan kondisi keuangan PT. BPR Arha Gunung Semeru periode 1985 - 1995 yang meneakup tentang : omzet Iredit (lredit yang diberiken kepada nasabsh), perolehan Iaba, total modal yang, disetor. dan dana dari pihak ketiga. Untuk lebih jelasnya depat dilihat pada tabel di bawah ini ‘Tabel 4.1. Omzet Kredit Dan Perolehan Laba PT. BPR Artha Gunung Semeru Selama 10 Tahun [7 Tumlah (dalam juta) Tahun Omzet Kredit Perolehan Laba 1985 Rp = 270,7 4 Rp 26,4 1986 Rp 418° Rp 33,6 1987 Rp 568,1 Rp 50,8 1988 Rp 654.9 Rp 40,2 1989 Rp 854,3 Rp 46,5 1990 Rp 953,3 Rp 566 1991 Rp 1.003,8 Rp 60,4 1992 Rp 1.0004 Rp 53,1 1993 Rp 870,3 Rp 10,4 1994 Rp 1.012,9 Rp 39,7 1995 Rp 1.064 Rp 39,2 Sumber : Data PT, BPR Artha Gunung Semeru (diolah) a ‘Yang perlu disimek di sini adaleh pada tainm 1987 dan 1988 dimana ‘omzet kenailcan kredit justra memurunkan taba. Hal ini disebabkan kerena Kenaiken gaji dan biaya simpansn (tabungan) disamping bunga bank (hutang pada BRI dan Bank Paser Gumung Raya). Demiltian juga. pada fahun 1992 dan 1993 dimana laba turun sangat drastis meskipun omzet redit juga turun, Penurunan laba tersebut disebabkan karena kenaikan biaya gaji den biaya non operasi (rugi karena penjualan agunan). Pada tabel berikutnya akan disjikan jumloh modal yang divetor dan dana dari pibek ketiga. Untuk lebih jelasnya, dapat disimak pada tabel berikat : Tabel 4.2. Jumlah Modal Disetor Serta Dana Pihak Kotiga PT. BPR Artha Gunung Semeru, Purwodadi Jumleh (dalam juta) Tahun Modal Disetor Dana Pihak Ketiga 1985 Rp 10 Rp 254, 1986 Rp 20 Rp 3761 1987 Rp 20- Rp 513 1988 Rp 20 Rp 5989 1989 Rp 20 Rp 766,2 1990 Rp 20 Rp 862,5 1991 Rp 20 Rp 882.8 1992 Rp 50 Rp 1.107 1993 Rp 69,75 Rp 910 1994 Rp 69,75 Rp 1.0329 1995 Rp 69,75 Rp 1.069,1 ‘Sumber : PT. BPR Artha Gung Semeru (diolah) 42 Dari tabel 4.2. tersebut dapat diinformasiken sebagai berikut : Porkembengan modal disetor bergorak sengat lambat, ertinya selama 10 talun sejok 1985 hanya bertambah Rp 59,7 jute. Dengan domikian rata- rata pertambahan per tahun + Rp 5,97 juta. Tambshan yang berjalan Jambat ini disebabkan karena sangat terbatamya kemampuan pemegang saham, ‘Namun bila diamati lebih lanjut keperceyasn masyarakat pada BPR ini culup tinggi. Hal itu ditunjulken oleh meningkatnya dana pihak ketiga yang selalu meningkat dari wakin ke waktu kecuali tahun 1993 ada. Penurunan sekitar Rp 100 juta Penurunan tersebut disebabkan karena pengambilan deposito Rp 100 juta milik seorang kontraktor pribumi di Purwodadi. Pengambilan ini bersifat sementara, sebab pada tahun beriktutnya simpanan (deposito) kontraktor pribumi tersebut tetap berada pada BPR yang sama. Kepercayaan masysraket tethadep BPR ini cukup tinggi. Hal ini terlihat dengan peningkatan dana pihak ke-3 yang selalu meningkat (Rp 1.069,1 juta pada tshun 1995). Namun demikian kepercayaan ini harus disertai dengan pengelolaan yang memadai terhadap dana yang diterima BPR, karena dana ini pada saainya akan ditarik lagi oleh pihak ke-3. Diharapkan penarikan dana pihek ke-3 yang sudah jatuh tempo tidak merepotkan BPR. “BABY ANALISIS DATA 5.1. INFORMASI DATA Dari hasil penyampelan (sampling) dengen cara “stratified random sampling” (Masri Singartmbun, 1989) diperoleh sampel 42 nasabah kredit macet disertai jumlahnya (jumlah kredit macet) dengan kode Y, kemudian : Jjangka waktu kredit, sulos bunga, dan engka koleitibilites masing-masing dengan kode Xi, Xe, dan Xs. Untuk lebih jelasnya perikea lampiran B. Oleh kiirena data yong tersedia akan disnalisie dengan menggunakan snalisis regresi linier berganda dengan model log natural ( In ), maka data yang ada sken dilog- naturatkea terlebih dahulu atau di-In-kan, sohingga diperoleh : log naturel (In) kredit macet atau In Y log natural (In) jangka waldu kredit atau in X Jog natural (In) suku bunga ata In Xe og natural (In) angka kolektibilitas ata In Xs Hail log natural (In) untok variabol teriket ( In ¥ ) maupun variabel bebas ( In Xt, In X, in Xs ) dapat dilihat pada lampiran C. 43 5.2, HASIL PERSAMAAN REGRESI YANG DIPEROLEH. Dengan bantuan program microstat maka persamaan regresi linier berganda yang diperolch adalah sebagai berilat: In Y = 8,5167 ~ 0,8587 In X; + 0,6849 In X — 0,1523 In X dimana : In ¥ adalah jumlah kredit macet 8,5167 adalah intercept / konstanta, ~ 0,8587 adalah koefisien parameter Xi: 0,6849 adalah koefisien parameter Xp ~ 0,1523 adalah koefision parameter Xs Sebelum hasil regresi disimpulkan terlebih dahulu harus diadakan pengujion untuk mengetabni spakah hasil regresi tersebut valid atau tidak. Atou dengan kata lain perlu diuji validitas hasil regresi. Ada 3 jenis pengujian yong 1. evaluasi ekonomi ( apriari ) 2. evaluasi ekonometrik 3. evaluasi statistik 1. Evaluasl Ekonomal ( Aprior! ) ‘Dalam evaluasi ini, tanda-tanda dari koefisien regresi eudah tepat yaita untuk X1, Xa, maupun X; dengan penjelasan sebagai berilat : 4s «Tanda dari koefisien X; (jangka waktu) adalsh negatif. It berarti makin panjang jangka waktu, jumlah kredit macet akan menjadi semakin kecil, kurena jangka waktu yeng panjang mengakibatien jumlah sngsuran dan bunga menjadi kecil sehingga nasabeh tidak terlalu berat untuk mElunasi kewajibannya. Demikian pula sebaliknya, apabila jangka waktu semakin pendek, kemungkinan kredit macet makin besar. ‘* Tanda dari koefisien parameter X; ( tingkat bunga ) adalah pooitif: thu berarti makin tinggi tingkat bunga makin beser pula jumlah kredit macet. Ini disobabkan kerena bunga merupakan harga kredit yang harus dibayer, Bila tingkat bunga tinggi, maka akan mengakibatkan nassbah harus membayar lebih banyak ( angsuran + bunga ) dan sebalilenya. + Tanda koofisien regresi Xs ternyata negatif, yang berarti : makin tinggi angka kolektibilitas, makin kecil jumlah kredit macet. Demikian pula sebaliknya Tingginya angka kolektibilitas ( kolektibilitas kredit ) ‘menunjukdkan kemampusn bank dalam mengetola nasebah. Dari besemya R? secara ekonomi’ dapat disimpulkan epakeh parameter estimasi yang diperolch rasional dipandang dari sudut ekonomi. Besarnya R? (lihat lampiran D) menunjukkcan prosentase total dari variabel terikat ( In Y ) yong dapat dijeluskan oleh variabel bebes yaitu In X;, In X, dan In X5. Semakin besar nilai R? semakin baik menggambarken hubungan antara vvariabel terikat dan variabel bebamya. Dengan mengemmati hasil pemrosesan 46 data ( Jampiran D ), diketahui bahwa model tersebut memiliki R? = 0,7781 Ini berarti bahwa 77,81 % perubahan In Y dapat diterangkan oleh variabel bebas, sedangkan sisanya sebesar 22,19 % perubahan In Y disebabkan faltor jain di luar model. 2. Evaluasi Ekonometrik. Evaluasi ini sering juga disebut sebagai uji penyimpangan asumsi Masi dengan metode Ordinary Least Square ( Damodar Gujarati, 1995 ). Dalam ji ini socara ringkas ingin diketahui apakah persamasn regresi yang dihasilkan mengandung “penyakit” yang menyebabkan daya ramal maupun penaksir dari persamaan regresi tersebut menjadi tidak tepat. ‘Agar persamaan regresi dapat berfimgsi sebagai yang diharapkan (sebagai penaksir dan daya ramal) maka uji ini akan mendeteksi apakah ada penyimpangan asumsi klasik atau ada penyakit regresi. Di sini ada 3 macam ‘ji yang perlu ditampitkan yaitu : uji terhadap heteroskedastik, auto korelasi, dan multikolinearitas. terhadap heteroskedast ‘Uji terhadap heteroskedastik memberikan informasi bahwa tidak ada heteroskedastik karena F hitung < F tabel baik untuk kelompok I maupun kelompok II ( 0,9922 dan 0,7633 < 4,26 ) lihat Iampiran G, dengan taraf nyata 5%, df= { 0,5 (N-C) ~ K } = 13 dengan uji Goldfeld Quant. a Ujiterhadap auto korelasi : Untuk mengetabui ada / tidak edanya auto korelasi, digunaken Uji Durbin Watson. Dengan menggunaken Durbin Watson Test (Lihat lampiran D ) dapat diketahui nilai d ~hitung = 1,9347 sedang dL dan dU pada N = 42 (antara 40 ~45) dan K=3 masing-masing adaleh 1,38 dan 1,67 ( tabel statistik d ). Hal inj berarti dU < dH <4~ dU, sehingga dapat diterik kesimpulen bahwa tidak terdapat auto korelasi dalam model kerena d mendekati 2 ( Damodar Gujarati, kal. 217, 1995). Ujiterhadap multikolinesritas : ‘Multikolinesrites berarti behwa ada hubungan linier antara variabel indipendent dalam model regresi berganda, Adanya gojala multikolinearitas dalam sustu model regresi akan menyebabkan gangguen dalam prosos estimasi terhadsp koefisien regresi. Salah satu metode mendeteksi ada tidaknya multikolinearites adalah : R? yang tinggi (0,70 ko alas ) narmun tidal satu pun ata sangat sedikit koeflsien regresi penting ( signifikan ) secara statistik alas dasar pengujian t yang konvensional, ( Damodar Gufarati, hal. 172, 1995). I persamann regresi : An ¥ = 8,5167 - 0,8587 In X; + 0,6849 In X2 — 0,1523 In Xy dimana R? = 0,7943, sedangkan variabel bebas Xi, Xo, dan Xs signifikan secara statistik dengan taref nysia 0,05 % df 42 ( antara 40 - 45 ) t tabel = 3. 48, 2,201 lebih keoil t hitung masing-masing variabel bebas, aim dengan kata lain : 2,201 <~ 5,479 ( Xi) maupun 7,739 ( Xz) ataupun — 2,558 ( Xs). Oleh Karena itu berdasarken deteksi tentang ada tidaknya multikolinearites dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas dalam model tersebut karena t statistik > t tabel atau t tabel < t statistik ( periksa juga korelast matriksnya ). Evaluast Statistik Untuk mengukur tingkat signifikasi masing-masing variabel bebas, dipakai uji t = statistik, Seperti dijelaskan terdahulu, bahwa masing-masing variabel bebas signifikan secara statistik, karena t statistik > t tabel. Sedangkan untuk mengukur pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama dapat digunaken uji F. Apabila F hitung > F tabel, maka variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat, Oleh karena F hitung lebih besar dari F tabel atau 48,924 > 2,84 maka dapat disimpulkan bahwa variabel bebas secara bersama-sema berpengaruh terhadap veriabel terikat. Apebila diungkepkan dengan kata lain, berarti : variabel X; (jangka waltu kredit), Xe (tingkat bunga), dan X; (kolektibilites kredit) secara bersama-sama mempengaruhi Y (jumlah kredit macet). ‘Namun untuk mengetshui urutan pengaruh masing-masing variabel bebos (Xi, Xe maupun X3) harus ditempuh dulu dengan cara mencari B (beta) 49 coeficient. Hal tersebut disebabkan kerena variabel-variabel bebas dalam persamaan regresi belum sejenis. Untuk mencari urutan pengaruh harus dimumikan dahulu dengan menghitung “B coeficient” ( Lehman hal. 528, 1989 ). Beta coeficient dapat dicari dengan cara : 1) Urutkan koefision regresi dari mode! log netural dari yang kuat ke yang lemah. 2) Cari standart deviasi ( SD ) masing-msing variabel, baik variabel terikat maupun variabel bebas atau : SD untuk Y, X1, Xo dan Xs. 3) Hitung dengan menggunaken rumus : SD masing? variabel bebas Bcoeficient = koefisien regresi_ x —————__—— SD variabel torikat Dengan melihat hesil perhitungan di lampiran E, ditemuken bahwa : coeficient beta untuk X; = - 0,4156, untuk Xe = 0,6048, sedangkan untuke Xs = + 0,1962, Atas daser perhitungan “ coeficient’ maka uruten dominasi pengaruh variabel bebas terhadsp variabel terikat adalah : Xz (Lingkat bunga), Xi Gangka walt), kemudian X5 (koleldibilitas kredit), 50 5.3. UJI HIPOTESIS Hipotesis yang menyebutkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari variabel bebas ( jangka waktu = X;,, tingkat bunga =X, dan koleitibilitas kredit = X; ) terhadap varinbel terilct ( jumiah kredit macet = Y ) harus diuji kebenarannya ( lihat lampiran E ). 1) Penentuan perumusen hipotesis Ho: bl, b2,b3 > 0, ada pengaruh yang signifiken antara veriabel bebas dengan variabel terikat Ha: bl, b2, b3 =0, tidak ada pengaruh yang signifiken antara variabel bebas dengan varibel terikat, 2) Penontuan kriteria Dengan alfa ( o: ) = 0,05, DF-= 42 ( mendeksti 40 ) maka ¢ tabel = 2,201. Dengan alfa $ % ( 0.= 0,05 ) DF=(3, 38) F tabel = 2,84, Bila t hitung (digunaken harga mutfalk) lebih besar dari t tabel maka Ho diterima dan sebaliknya bila t hitung t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak. Berarti ada beda yang signifiken antara bi, b2, dan b3 terhadap 0, Karena F hitung > F tabel ( 48,924 > 2,84 ) maka Ho diterima dan He ditolak, yang berarti : ada beda yang signifikan antara b1, b2, dan b3 terhadap 0. 5.4. PENGARUH BEBERAPA VARIABEL BEBAS ( Xi, Xz, DAN X) TERHADAP KREDIT MACET (¥) 5.4.1. Jangka Waktu Kredit (In X; ) Nilai koefisien regresi untuk jangka waktu kredit ( In X; ) adalah sebesar - 0,8587. Ini dapat memberikan informasi apebile terjadi perpanjangan jangka waldu sebesor 1 % , moka akan menurunkan jurmlah Kredit macet sobesar 0,8587 % dan sebaliknya kalau jangka waktu dipersingkat 1 9 maka jumlsh kredit macet akan meningkat sebewar 0,8587 %, dimans faktor-faktor Jain tidak mengalami perubahan. Dari hasil penelitian ini diketakni bahwa jangka waktu kredit mempunyai pengaruh negstif terhadsp kredit macet. Ini berarti bahwa apabila jongka waktu diperpanjeng maka jumleh kredit macet akan berkurang sebab dengan jangka waktu yang lebih panjang engsuren dan | bunga oken menjadi lebih ringan bagi nasabah, Sebaliknya dengan jangka | GpT_PUSTAR- DOW 2 woktu yang relatif pendok ( 10 - 20 bulen ) beban nasabah akan menjadi lebih berat. 5.4.2. Tingkat Bunga / Sukn Bunga Kredit (In Xp ) Niloi Koofisien regresi untuk tingkat bunga / sulu bunga adalah sebesar 0,6849. Ini dapat memberi informasi bahwa spabila terjadi Konaikan tingkat bunga sebesar 1% maka kredit macet kan meningkat sebesar 0,6849 %, Sebalilmya apabila tingkat bunga turun sebeser 1 % maka kredit macet akan mengalami penurunan sebesar 0,6849 %. Apabila dilihat dari pengaruh tingkat bunga terhadap kredit macet maka dapat diketahui behwe tingkat buga berpengaruh positif terhadap fredit macet. Maka epabila pihak BPR Artha Gumng Semeru ingin mencken jumleh kredit macet konseluensinya harus berani memurunkan tingkat bunga kredit. Namun penuninan tingkat bunga tersebut tidak mudsh kerena harus pula melibat tingket bunga pesaing maupun tingkcat bunga deposito saat ini. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat bunga yang tingsi herus diantisipasi pemrunannya agar | kecenderungan muncuinya kredit bermasalah ( lebih-tebih kredit macet ) dapat diteken seminimal mungkin Ini penting sekali dalem rangka ‘menjaga tingkat kesohatan bank untuk mose-masa selenjutnya. 5.4.3, Kolektibilitas Kredit (In Xs) Seperti yang telah diuraikan di muka bahwa kolektibilitas kredit diperoleh dengan jalan membagi pendapatan bunga dengan kredit yang, disalurkan untuk setiap nasabah sampel dalam %. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa koefisien regresi untuk kolektibilitas kredit adalah = 0,1523. Tanda negatif (- ) mengandung makna bahwa kolektibitites Kredit mempunyai pengaruh negatif terhadap kredit macet, artinya = apabila koleltibilitas kredit meningkat dengan 1% make kredit macet akan turun sejumleh 0,1523 %, sebaliknya apabila kolektibilitas kredit turun sebesar 1% maka jumlsh kredit macet akan meningkat sebesar 0,1523 %. Koleltibilitas kredit merupakan indikator kemampuan bank untuk mengelola nasabahnya. Makin tinggi kolektibilites kredit berarti kerampuan bank mengelola nasabsh makin tinggi demikien juga sebaliknya. 5.5. ANALISIS KUALITATIF Kebijakan pomberian kredit sangat berpengaruh terhadap tingle risiko Iredit yang akan dilanggung oleh BPR. Hal ini terkait dengan persetujuan atau penolskan permohonan kredit yang diajukan oleh nasabah / calon nasabah. Kebijakan pemberian kredit yang ketat dan selektif akan memperkecil tingkat 54 risiko kredit yang ditengging BPR. Namun sebalikaya jika kebijakan kredit cukup longgar maka akan memperboser risike kredit yang ditanggung BPR. Kebijakan pemberian kredit yang ditetapkon oleh BPR cukup selektif ddan ketal, Hal tersebut dapat dilihat pada saat nasabsh mengajukan permohonsn eedit pada formulir isien, terdapat peringatan dalam pengisiannya dan harus dilengkapi dengan data pribadi pemohon kredit. Peringotan tersebut berupa : + Dataharus diisi dengan lengkap dan benar. Data dan keterangan hendalnya diberikan secara jujur sesuai dengan kenyataan, * Kesengajasn memberikan dain yang tak benar dapat ditmntut semuai dengan hukum yang berlaku. Sedang data pribadi tersebut mengungkap tentang : kepemilikan taneh, Kendaraan, hewan piaramn, juga tentang penghasilan, jumlah keluarge, pinjarnan pade lembaga lain, penggumemn kredit, dan sumber pengembalian hutang, Selain itu masih diperluken juga syarat-kyarat yang mendukung permohonan kredit, antara lain : ~ Bukti diri ~ Surat Keterangan dari instansi yang terkait = Copy slip gaji terakthir yong diketshui instansi yang bersanglautan = SIUP, bagi pengusaha kecil Di samping itu masih ada setu persyoratan lagi yong penting yaitu jaminan atex agunan apabila BPR memandang perlu, Berkaitan dengen jaminan ini maka pihek BPR meminta jaminan barang-barang yang mudih dijual seperti : Kendaraan roda dua ( tahun 1990 ke atas ), kendaraan roda empat ( tahun 1985 ke alas ), dan sertifikat deposito, Jaminan dengan sertifikat tanah sudah makin dihindari karena eksekusinya sulit dan kadang kala cacat ‘hukum. ‘Satu kelomahan mendasar yang ada pada BPR ini adalah SDM yang belum momiliki ketrampitan dan pengetauan dalam menganalisis kebutuhan Ieedit, sekelipun pihok Bank Indonesia maupun Himpunan Bank Perkreditan Rakyat telah memberikan pelatihan-pelatihan tentang perkreditan. Jumlah SDM bogian kredit adalah 14 orang (13 orang lulusan SLTA dan 1 orang tamatan SD). Contohnya adalah menerima jaminan yang cacat hukum ( sertfiket HGB yang hampir jatuh tempo ) yong menyulitkan eksekusinya. Kelemahan kedua adalah pemberian komisi yang relatif kecil ( 2,5 % dari angsuran don bunga bulanan ) sehingga tanggung jawabnya juga kecil, sebatas komisi, Para petugas kredit ( juga pengelola BPR ) menganggep status juru bayar adalah : haaya pengumpol permohoran kredit den tagihan yang masuk Li tetapi bukan penanggung jawab lancartidaknya engsuran dan bunge. Kondisi tidak mendukung para penagih kredit karena tanggung jawab juyar yong kecil justru menjadi bumerang untuk ekspansi kredit dan penagihannya. Lebih-lebih alan ada posaing yang masuk, yang memberi komisi juyar yang lebih tinggi. 56 Kelemahan ke-3 dipandang dari segi SDM adalah kurang jelinya petugas kredit mengamati nasebah / calon nasebah stan kurang trampilnya me”loby” bendahara / juru bayar instansi. Sebetulnya lewat bendahara atau juru bayar ini pangsa pasar BPR makin luas karena juru bayar ini yang bertugas memotong gaji nasabeh untuk mengangsur hutangnya ( kreditnya ). Di samping itu juga juyar ( juru bayar ) ini yang mencari nasabah baru ( internal ) dengan jalan membagi formulir permohonan kredit untuk nasabah baru tiap bulan atau permohonan sredit baru untuk nasabeh lama yang mengajukan ulang, untuk permohonan kredit baru karena kredit lama telah lunas Sojalan dengan fungsi juru bayar yong memotong gaji untuk angsuran dan membant mencari nasebah baru maka perhatian tethadap juru bayar ini juga harus ekstra bagus, artinya dalam menjalanken fingsinya agar lebih lancer |juyor ( juru bayar ) instonsi harus diberiken incentive yang bisa berupa uang (komisi) maupun barang ( hadish-hadish pada Lebaran, Natal dan Tahun Baru). Potugas kredit harue tanggap terhadap situasi persaingan komisi antar juru bayar yang melayani BPR-BPR yang lain. Dengan kata fain kormunikasi anter petugas Jeedit dengan juru bayar harus ekstra lancer sehingga petugas kredit dapat menggali informasi-informasi tentang nasabah / calon nasabah yang berkaitan dengan kredit. 37 Dengan demikien penyaluran kredit lewat juru bayar beserta penagihannya dapat lancer dan menghindari kemungkinen terjadinya Kredit macet untuk want ini maupun waltu-waltu mendatang. BAB VI IMPLIKASI KEBLJAKAN Melihat kondisi PT. BPR Artha Gummg Semeru yang cukup memprihatinkan akibat jumlal kredit macet yang cukup besar (Rp 115,3 juta ) jauh lebih besar dari modal yang dimiliki ( Rp 67,5 juta ), maka diperlukan kebijakan- kebijakan dalam rangka mempertahankan eksistensinya dengan berpedoman pada hasil analisis yang telah dipaparkan pada Bab V. Kebijakan-kebijakan yang perlu dilakukan dalam rangka mendukung operasional perbankan adalah sebagai berikut : 6.1. Terhadap Tingkat / Suku Bunga Kredit Dengan mendasarkan pada hasil perhitungan “beta koefisien”, pengaruh yang paling kuat adalah suku bunga (periksa juga lampiran D tentang 1° partial), Karena suku bunga (In X2 ) mempunyai pengaruh yang paling kuat terhadap kredit macet maka variabel ini harus diberi perbatian utama Artinya, untuk menekan jumlah kredit macet sebaiknya suku bunga difurunkan, namun diusahakan jangan sampai menurunkan pendapatan bank agar target laba dapat tercapai. Penurunan suka bunga kredit tak dapat dilepaskan dari suku bunga. deposito dan tabungan lainaya karena memang ada kaitan yang erat. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut ; 58 39 ‘Atas dasar data pada Bab IV ( laporan keuangan ) terlibat jelas bahwa PT. BPR ‘Artha Gunung Semera lebih mengandalkan dana pihak ke-3 ( Rp 1.069,1 jute ) dibandingkan modal yang dimiliki ( Rp 67,5 juta ). Penurunan bunga kredit baru bisa dijalonkan kalau bunga deposito atau tabungan juga diturunkan, eobab talc mungkin menurunkan bunga kredit tanpa menurunkan bunga deposito. Tarpa menurunkan bunga deposito penurunan bunga kredit hanya akan menekan taba atau menambah jumlah kerugian, Oleh karena itu penurunan bunga kredit yang disertai penurunan bunga deposito harus ditimbang masek-massk, agar pihak PT. BPR Artha Gunung Semeru tidak menderita kerugian, Kebijakan penurunan bunga (baik kredit maupun deposito ) harus didasarken pada penelitien tentang kondisi tingkat bunga PT. BPR pesaing, Penurunan bunga kredit akan berekibat pendapatan bunga menurun sedangkan perurunan bunga deposito akan menyebabkan farinya dana ( rush ) ke luar dari PT, BPR Artha Gunung Semeru, Larinya dana berupa deposito ( karena bunga deporito diturunkan ) akan menyebabkan omzet kredit juga menurun. Akibat selanjutnya pendapatan bunga (bunga terima) menurun. Selanjutnya skan berakibat menurunnya keunfungan. Khusus untuk nasabeh kredit macet penurunan bunga perlu dilakukan, bila perlu nasabal tak dibebani bunga asalkan pinjaman pokoknya dapat ditarik kembali sokaligus mencatat nasabah macet tersebut sebagai persona non grata. 60 6.2, Terhadap Jangka Waktu Kredit Setelsh diurutkan variabel-variabel bebos dengan menghitung “beta Koefisien” maka jangka waktu kredit mempunyai pengeruh kuat pada urutan kedua Namun karena jangka waltu yang diberikan relatif pendek (10 - 20 bulan) maka tidak menutup kemungkinan bahwa jangka waktu kredit dapat diperpanjang, katakanlah sampai 24 bulan atau 2 tahun. Perpanjangan jangka waldu akan memperingan angsuran maupun bunga. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : ‘Andaikata jangka waltu diperpanjang dengan tingkat bunga tetap maka cicilan bulanan nasabsh juga menjadi lebih ringan. Hal itu disebabkan karena total angsuran dan bunga akan dibagi dengan jumiah bulen yang lebih banyak schingga hasilnya yang berupa cicilan bulanan menjadi lebih Kecil. Ini akan sengat menekan Inju kredit macet karena cicilan bulanan lebih ringan dan Kemampuan nasabah untuk membayar menjadi lebih besar. Padahal biasanya yong terjadi di PT. BPR Artha Gummng Semeru apabila jangka waktu diperpanjang bunga kredit juga diturunkan. Dengan demikian cicilan nasabsh menjadi semekin ringan, karena cicilan bulanén menjadi lebih keoil dengan tingkat bunga kredit yang diturunkan. Namun perpanjangen jangka waktu Kredit jangan terlalu mudah diberikan, sebaiknya dilskuken secara selektif! Untuk pegawai nogeri tidak masaleh karena kelompok ini engsurannya dilakuken melalui pemotongan gaji. ‘Tetapi untuk pengussha kecil horus dilakukan lebih hati-hati, karena kelompok 6.3, 6 ini memang merupakan kelompok penerima kredit dengan risiko tinggi. Banyok bulti yang menunjukken bahwa pembinaan kelompok pengusaha kecil memang, sangat sulit, karena masalah mereka sangat kompleks. Masalah klasik yang, muncul umumnya adalah kekurangan modal. Tetapi apabila diberi tambahen modal dengan kredit bank akan muncul masalah baru, Contohnya : masaleh pengalokasian dana ( kas ) yang tidak tepat ( miss alocation of cash ). Hal itu wajar Karena dalam segi manajemen pengusaha kecil masih perl dibenahi secara mendasar, Oleh Karena itu memperpaniang jangka waktu kredit kelompok ini harus dilakukan dengan hati-hati dengan dukungan data yang dimiliki perusahsan kecil tersebut. Data tersebut dapat berupa jenis usaha yang sedang ditekuni, omzet penjualan, pesaing baru yang bermunculan, dan yang terpenting ovaluasi pengurus atas itikad baik nasabah, Bila perlu dicover dengan jaminan ( agunan ) yang memadai atau jaminan pribadi ( nasabah ) yang dapat dipercaya. Terhadap Kolektibilitas Kredit Kolektibilitas kredit adalah angka yang menunjukkan kemampuan bank untuk’ mengelota kre dengan cara membagi pendapatan bunga dengan kredit litas kredit besar maka hal itu merupakan yang disalurkon, Apabila kolektit indikator yang baik bagi bank dalam mengelola kreditnya. Diharapkan pada satu sisi kolektibilitas kredit ini harus meningkat dari woktu ke waktu sehingga jumlah kredit macet akon turun sampai sokecil mungkin. 64, Cy Peningkatan kolektibilitas Kredit dapat dilakukan dengan cara : pemberian kredit yang seleltif, petingkatan ketrampilan SDM ( terutama bagian iredit ) yang bertanggung jawab terhadap kredit yang sudah dicairkan, serta peningkotan frekuensi penagihan dengan “routing” yang benar. Routing di sini dimaksudkan secara teknis hendalmya penagihan pada nasabsh mengacu pada kelompok maupun urutan-urutan alamat agar dapat dilakukan penagihan yang efisien dari segi tenaga maupun biaya. Akan lebih baik lagi kalau sebelum penagihan sudah ada komunikesi terlebih dahuta antara pihak nasebeh dengan pihek bank, Semua kegiatan itu perlu dilakukan dalam useha meminimalisir jumlah kredit macet. Terhadap Juru Bayar Juru bayor adalah petugas di bagian keuangan instansi pemerintah als swasta yang sangat bosar peranannya dalam melancarkan jalennya penagihan i somping itt pada juru bayar tergantung pula perluasan pasar Karena junt bayar ini yong ditugasi mendafter dan menyebarkan formulir pengajuan kredit. Pemohon kredit hanya dapat memperoleh formulir pengajuan kredit Lewat jura bayar karena biasanya permohonan dilayani secara koleltif, Dengan kata Inin sebenamya juru bayar ini yang mengetshui pasar kredit untuk pegawai negeri atu swasta, Schingga biasonya juru bayar ini yang diincar oleh BPR dalam rangka perluasan pasar, Juru bayar ini bisa saja mengalihken pemohon kredit 63 pada BPR yang lain kalau BPR yang terdahulu kurang tanggap terhadap juru bayar ini dalam memberikan imbalan / komisi. Sebagai pemegang pangea pasar untuk pegawai negeri (captive market) maka sebaiknya status semula sebagai pengumpul tagihan ( angsuran ) dan pendaftar permohonan Kredit nasabah lama maupun baru diangkat / ditingkatkan stetusnya sebagai penanggung jawab menagih / mengumpulken angsuran di instansi di mana ia bekerja, dengan konsekuensi diberi imbalan yang lebih tinggi, bukan sekedar komisi juru bayar ( 2,5 % dari angsuran ) tetapi lebih tinggi lagi dengan tidak mengurangi kewaspadaan untuk selalu melihat bosamya komisi yang diberikan oleh BPR-BPR yang tain. Sebagai acuan, hendaknya PT. BPR Artha Gunung Semeru memberiken honorarium juru bayar minimal di tas pesaing-pesaingnya. Dengan perubahan status dan pemberian honorarium yang lebih tinggi diharapkan akan mendorong juru bayar untuk lebih bertanggung jawab dalam menjalanken fingsinya sebagai pemegang pangsa pasar ( captive market ) maupun memperlancer tagihan. | BAB VIL KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 7.1. KESIMPULAN Atas dasar analisis yang telah dilakukan di bab V dengan alal analisis | regresi linear berganda (majemuk), analisis rasio maypun analisis kualitatif, } maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai borikut : a) Ditemukan Kredit macet sebesar Rp 115,3 juta yang telah i dihapusbubukan ( write off). b) Setelah persamaan regresi dengan mode! log linear memenuhi j syarat dilihat dari segi penyimpangan asumsi klasik yang, berarti memenubi persyaratan BLUE, maka persamaan regresi : In Y= 8,5167 — 0,8587 In X; + 0,6849 In Xo ~ 0,1523 In Xs dapat digunakan sebagai penaksir yang memadai karena semua variabelaya signifikan secara statistik dan memiliki daya ramal | i yang kuat ( R?= 0,781 ). | ©) Variabel-variabel bebas yang berupa jangka waktu kredit ( In Xi ), | suku bunga kredit ( In Xo ), dan kolektibilitas kredit ( In Xs ) secara | sendiri-sendiri maupun bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah Kredit macet dengan alpha ( o.) 5%. 4) Oleh karena dalam persamaan regresi variabel bebasnya belum sojenis ( Rp, bulan, dan % ) maka untuk tidak menyesskan haruy dimurnikan dahulu dengan menghitung “beta koofision” ‘Atas dasar perhitungan beta ( ) koefisien, maka urutan pengaruh varinbel bebas terhadap variabel terikat adalah : tingkat bunga (In % ), jangka waktu kredit (In X;), dan kolektibilitas kredit (In X). 7.2. REKOMENDASI Bordasar uraian dan kesimpulan di atas, maka untuk mionjaga eksistensi PT. BPR Artha Gunung Semeru Purwodadi, penoliti memberikan rekomendasi sebagai berikat: Oleh karona PT. BPR Artha Gunung Semeru dalam operasionalny mengandalkan pada dana pihak ke-3 ( lihat tabel 4.2. ) yang pada dasarnya harus dikembalikan melalui perolehan laba dan setoran modal ( perikea juga tabel 4.1. ), maka yang harus dilakukan untuk menekan jumlah kredit macet adalah dengan pengelotaan manajemon piniang yang, memadei untuk nasabeh pegawai negeri, yang kredit macetnya lebih kecil ( rata-rata + Rp 200.000 per nasabah ), dan melakuken analisis kredit yang lebih cermat pada nasabah pengusaha kecil yang Iredit macetnya lebih besar ( rala-rata 4: Rp 700.000 per nasabah ) Diperlukan tindaken preventif dan diversifikati untuk mengatasi kredit macet. i | | DAFTAR PUSTAKA Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Intermedia, Jakarta, 1995, Gujarati, Darmodar, Ekonometrika Dasar, Penerbit Erlangga, Fakarta, 1993 Gunawan Sumodiningrat, Exonometrika, BPFE UGM, Yogyakarta, 1995. Iswardono S.P., Uang dan Bank, BPFE UGM, Yogyakarta, 1990. Iswardono S.P. dkk, Trauma Kredit Macet Hantui Perbankan, Kelola, MM. UGM, 1993. Munawir, Analisa Laporan Keuangan, Penerbit Liberty, 1992. Sasongko Tejo, Penampilan Ekonomi Indonesia, Penerbit Yayasan Bina Usaha Mandiri, Semarang, 1994. Sihombing, Pengantar Funds Management untuk Perbankan, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993 Teguh P., Manajemen Perkreditan, BPFE UGM, Yogyakarta, 1989. Teguh Pujo Mulyono, Analisa Laporan Keuangan untuk Perbankan, Penerbit Jembatan, Jakarta, 1992, ; Wasis, Perbankan, Pendekatan Manajérial, Penerbit Salya Wacana, Semarang, 1983. Weston, J. Fred, dan Thomas E. Copeland, Manajemen Keuangar, Bina Aksara Edisi Ke-8, Jakarta, 1992. ‘Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta 1989.

You might also like