You are on page 1of 33

ANALISA KASUS

PERSALINAN DENGAN
BAYI TUNGGAL MATI
DALAM HAL KEHAMILAN
KEMBAR

III. PERMASALAHAN HUKUM


Ada kesalahan diagonasa. Diagnosa bayi
tunggal dan mati kenyataan bayi kembar,
bayi I hidup dan bayi II mati. Dengan diagnosa
bayi tunggal dan mati, kelahiran dengan
menggunakan cunam. Akibat yang dianggap
merugikan pasien, ialah timbul luka sedalam
kulit kepala masing masing 1 cm. Apakah
dengan akibat itu, peristiwa ini dari sudut
hukum pidana merupakan malpraktik dokter?

IV. ANALISIS HUKUM


1. Apakah penarikan diagnosa bayi tunggal dan
mati dapat dipandang wajar ataukah tidak?
Jawaban pertanyaan hukum ini bergantung
pada:
(1)
wujud
langkah-langkah
mengobservasi atau memeriksa pasien dan (2)
fakta-fakta medis yang diperoleh sebagai dasar
pertimbangan menarik diagnosa bayi tunggal
mati.

2. Dengan diagnosa bayi tunggal dan mati,


apakah dipandang wajar/patut mengambil
terapi persalinan Ny. Tm dengan bantuan
cunam?
3. Apakah ada cukup indikasi medis hasil
observasi dan pemeriksaan yang
dipandang
telah patut untuk menggunakan
cara/alat lain
dalam kasus USG?
4. Apakah upaya menolong persalinan Ny. Tm
dengan bantuan alat cunam muzaeux dapat
dipandang sebagai upaya yang luar biasa dalam
keadaan daya-paksa (overmacht) demi untuk
menyelamatkan jiwa ibu?

5. Apakah kematian bayi II sebagai akibat


(causaal verband) dari penanganan medis
yang dilakukan tim medis/jaga RS MJ?
6. Apakah dua luka sedalam kulit kepala bayi
hidup dapat dipandang sebagai luka yang
mendatangkan penyakit (ziekte) atau luka
yang
menghalangi
dalam
menjalankan
pekerjaan atau jabatan untuk sementara
waktu menurut ketentuan Pasal 360 ayat 2
KUHP?

Analisis kasus
O Permasalahan Hukum yang

Pertama
Pertama,
tentang
sejauh
mana
ketentuan
atau
norma-norma
kedokteran
dalam
hal
prosedur
penanganan (standar profesi dan
standar prosedur operasional) telah
diikuti dan dijalankan.

Kedua, apakah fakta-fakta medis yang


ada telah cukup dipandang patut dan
wajar dan dapat digunakan sebagai
indikator
medis
yang
dijadikan
bahan/dasar pertimbangan dalam hal
menarik diagnosa bayi tunggal dan
mati?

Satu-satunya landasan para praktisi hukum


dalam menjalankan norma hukum adalah
hukum dan fakta-fakta hukum yang ada.
Hal
yang
Pertama,
Tentang
Prosedur/Langkah
langkah.
Tentang
kronologis
peristiwa,
telah
digambarkan langkah-langkah perlakuan
penanganan medis terhadap Ny. Tm baik
oleh perorangan maupun bersama

Hal yang Kedua, tentang Fakta-fakta Medis.

Fakta-fakta medis yang didapat hasil dari


langkah-langkah
pemeriksaan
dijadikan
dasar pertimbangan dalam hal Tim Medis
menarik diagnosa bayi tunggal dan mati

O Dari sekian fakta-fakta medis tersebut diatas,

fakta medis yang paling relevan sebagai dasar


penarikan diagnosa bayi tunggal dan mati,
analisisnya
berikut
ini.
Fakta tinggi rahim 34 cm. Dasar pertimbangan
medisnya
ialah
dari
sudut
ilmu
kedokteran/kebidanan, mengenai ukuran CM
tinggi rahim bagi ibu yang mengandung janin
tunggal normal setelah umur 20 minggu
adalah mengikuti umur minggu kandungan,
yang artinya jika umur janin 28 minggu - maka
tinggi rahim + 28 cm; dan pada umur 36
minggu tinggi rahim 36 +/- 2 cm. Jadi ukuran
cm-nya akan mengikuti jumlah minggu usia
kandungan ibu.

O Fakta medis merasakan hanya ada 2 bagian

besar janin saja. Apabila dalam rahim


terdapat bayi kembar normal seharusnya
dalam rabaan, terasa setidaknya ada 3 (tiga)
bagian besar janin (misalnya dua kepala satu
bokong, atau dua bokong satu kepala).
Apabila dalam rabaan terasa hanya ada 2
bagian besar janin saja, keadaan itu sebagai
indikator bahwa bayi dalam rahim adalah
bayi tunggal. Apabila janin memang kembar
dapat diraba setidak-tidaknya ada 3 bagian
besar janin.

O Fakta medis tidak pernah kelainan kehamilan.

Fakta medis ini memperkuat diagnosa bahwa


kehamilan ibu Tm tidak ada kelainan in casu janin
kembar, dan lebih-lebih lagi dengan janin kembar
posisi intrauterin yang sangat jarang terjadi (+
0,6 % dari kehamilan kembar).
O Fakta tali pusat keluar dan tidak berdenyut. Disini
ada 2 fakta medis, ialah (1) tali pusat keluar dan
(2) tidak berdenyut. Fakta-fakta medis tersebut
diatas ditambah dengan dua fakta medis ini,
memperkuat sangkaan atau prediksi sehingga
menarik diagnosa bayi tunggal dan mati. Tali
pusat keluar adalah wajar diprediksi milik bayi
tunggal dan mati, karena tidak terdengar detak
jantung bayi, yang diperkuat oleh keterangan ibu
bahwa sejak pukul 24.00 sudah tidak lagi
merasakan gerakan janin.

O Fakta tidak terdengar detak jantung, sesuai

dengan tali pusat tumbung tidak berdenyut.


Fakta-fakta medis ini adalah indikator kuat
yang menandakan / memastikan bahwa bayi
dalam kandungan telah mati.
O Disamping itu postur tubuh ibu gemuk
(berat 80 kg dan tinggi 150 cm) dari sudut
kedokteran adalah merupakan faktor
kesulitan pula dalam mendiaganosa
kandungan.

Fakta-fakta medis sebagai indikator bayi tunggal


dan
mati
yang
didapatkan
dari
analisis
retrospektif adalah sebagai berikut:
O Posisi kedua janin dalam rahim : intrauterin,
ialah bayi I hidup presentasi kepala dengan
posisi dibawah dihimpit bayi II mati; dan bayi II
mati presentasi bokong menghimpit bayi I hidup
dengan tali pusat tumbung dan tidak
berdenyut.
O Berat (besarnya) bayi I hidup hanya 1800 gram
(sangat kecil abnormal) dengan posisinya
terhimpit pula sedangkan bayi II mati 2500
gram
(lebih
besar).
Dua fakta medis tersebut memperkuat diagnosa
bayi tunggal dan mati.

O Kesimpulan bahasan permasalahan hukum

pertama,
ialah:
Bahwa oleh karena dalam hal pemeriksaan
terhadap Ny. Tm telah dilakukan secara
benar sesuai prosedur, dan penarikan
diagnosa bayi tunggal mati didasarkan
pada fakta-fakta medis yang akurat dan
benar, maka penarikan diagnosa bayi
tunggal dan mati adalah wajar/patut dan
sepenuhnya dapat diteloransi. Oleh karena
itu maka tidak ada sesuatu culpa lata dalam
hal penarikan diagnosa bayi tunggal dan
mati.

Permasalahan Hukum yang Kedua


O Permasalahan hukum yang kedua,

ialah dengan diagnosa bayi tunggal


dan mati, apakah terapi pertolongan
persalinan dengan bantuan cunam
muzeaux
dapat
dipandang
wajar/patut?

O Permasalahan Hukum Ketiga

Apakah ada cukup indikasi medis hasil


observasi
dan
pemeriksaan
yang
dipandang
telah
patut
untuk
menggunakan cara/alat lain in casu USG?
O Pertama.

Agar dapat dibenarkan menggunakan


suatu cara/alat misalnya USG atau CT
scan diharuskan ada indikasi medis yang
membenarkan dan perlu untuk dapatnya
menggunakan cara/alat untuk tindakan
medis tersebut.

O Kedua, mengenai kebiasaan yang berlaku.

Apabila kebiasaan yang berlaku pada


umumnya dalam hal pemeriksaan terhadap
kandungan ibu di suatu RS dengan fasilitas
yang ada pada umumnya RS yang sama (in
casu RS Pemerintah) tidak menggunakan
USG
O Ketiga, penggunaan USG disamping pada
kasus-kasus
tertentu
yang
ditemukan
indikasi
yang
memang
perlu
untuk
menggunakannya, juga harus dilakukan oleh
dokter yang berkompeten dan ahli untuk itu,
dan tidak digunakan dalam sembarang
kasus.

O Keempat,

penggunaan
USG
pun
tidak
menjamin
ketepatan
diagnosa
terhadap
kandungan ibu bayi kembar apabila dilakukan
hanya 1 (satu) kali saja.

O Kesimpulan:

Dengan alasan-alasan tersebut diatas, maka


pemeriksaan standar medis kedokteran yang
dilakukan Tim Medis RSSA dan mendiagnosa
bayi tunggal dan mati adalah wajar/patut. Oleh
karena itu dari tinjauan sudut pandang ini juga
tidak ada culpa lata medis yang membentuk
pertanggungjawaban hukum pidana terhadap
akibat dua luka 1 cm sedalam kulit kepala bayi.

Permasalahan Hukum Keempat


Apakah upaya menolong persalinan
Ny. Tm dengan bantuan cunam
muzaeux dapat dipandang sebagai
upaya luar biasa dalam keadaan dayapaksa
(overmacht)
untuk
menyelamatkan jiwa ibu?

O Dari

analisis
retrospektif,
telah
dapat
diprediksi apabila pertolongan persalinan
tidak segera dilakukan dengan bantuan
cunam muzeaux dan menunggu lahir spontan,
maka nyawa ibu tidak terselamatkan.
Tindakan medis ini dapat dipandang sebagai
tindakan
dalam
kedaan
daya-paksa,
khususnya dalam keadaan darurat atau
noodtoestand (bagian daya paksa relatif) yang
terpaksa dilakukan untuk menyelamatkan jiwa
ibu, yang dibenarkan dalam hukum pidana
(pasal 48 KUHP).

Pertimbangan hukumnya, ialah:


O Menyelamatkan kepentingan hukum yang
lebih besar ialah nyawa ibu
O Melakukan pilihan pada perbuatan yang
mengandung resiko yang paling ringan
(azas proposionaliteit).

Permasalahan Hukum Kelima


Apakah kematian bayi II adalah akibat dari
(causaal verband) penanganan Tim medis RS MJ?
Pada saat dilakukan obsevasi dan pemeriksaan
medis terhadap ibu tanda-tanda/indikator
kematian telah terdapat secara nyata, ialah sbb:
O Tali pusat telah keluar dan tidak lagi berdenyut;
O Dengan alat doppler tidak terdengar lagi detak
jantung bayi dalam rahim;
O Keterangan Ibu bahwa sejak pukul 24.00 tidak
terasa lagi gerakan bayi dalam kandungan.

Fakta-fakta Medis Setelah Bayi II dilahirkan.


Setelah bayi II dilahirkan, maka pada jasad
bayi terdapat tanda-tanda/ indikator
kematian, ialah:
O Kulit memutih keabu-abuan;
O Kulit mengelupas terutama di dada;
O Otot teraba sudah lunak;
O Kulit teraba seperti derik;

O Kesimpulan: Dari fakta-fakta medis

tersebut
diatas
telah
dapat
dipastikan bahwa kematian bayi II
telah terjadi (lebih dari 8 jam)
sebelum
pertolongan
medis
dilakukan. Oleh karena itu kematian
ini tidak relevan dengan penanganan
medis yang dilakukan oleh tim medis
RS MJ.


Permasalahan Hukum Ke-enam
Apakah 2 (dua) luka kepala bayi I
hidup lebar 1 cm sedalam kulit kepala
dapat dikualifisir sebagai luka yuridis ,
luka yang dimksud dalam Pasal 360
ayat 2 KUHP?

Sebagaimana dalam hukum pidana, luka


(letsel) yang diakibatkan oleh suatu
tindakan culpa lata, ada 3 (tiga) macam,
ialah:
O luka berat (zwaar lichamelijk letsel);
O luka yang mendatangkan penyakit
(ziekte); dan
O luka yang dapat menghalangi
menjalankan pekerjaan/ jabatan untuk
sementara waktu

V. KESIMPULAN
O Bahwa

langkah-langkah observasi
dan pemeriksaan terhadap Ny. Tm
guna
mendapatkan
fakta-fakta
medis
yang
dijadikan
dasar
penarikan diagnosa bayi tunggal dan
mati sesuai dengan standar profesi
dan standar porosedur operasional
penanganan medis, dan karena itu
dipandang patut dan benar.

O Bahwa

oleh
karena
menarik
kesimpulan bayi tunggal dan mati
dipandang patut dan benar, maka
menetapkan terapi dengan membantu
kelahiran dengan bantuan cunam
muzaeux dipandang patut dan benar
pula.
O Bahwa dalam observasi / pemeriksaan
yang mendapatkan data-data medis
sebagai dasar menrik simpulan bayi
tunggal dan mati dengan cara /
prosedur standar umum & kebidanan,
dengan tidak menggunakan USG

O Bahwa langkah-langkah perlakuan medis

persalinan
Ny.
Tm
sejak
awal
pemeriksaan sampai menetapkan terapi
untuk segera membantu persalinan
dengan cunam muzaeux beserta alasanalasannya
O Bahwa berdasarkan alasan-alasan diatas
yang ternyata diperkuat juga dari hasil
analisis retrospektif, yang mendapatkan
data-data medis yang akurat (misalnya
letak bayi dan selisih berat bayi I dan
bayi II)

O Bahwa 2 luka lebar 1cm sedalam kulit kepala bayi I

tidak termasuk luka yuridis sebagaimana dimaksud


pasal 360 ayat (2) KUHP.
O Bahwa tim medis RSSA yang dalam hal melakukan
pelayanan persalinan bayi kembar Ny. Tm, tidak
terdapat culpa lata medis yang membentuk
pertanggungjawaban hukum pidana.
O Menurut kajian hukum pidana kasus ini bukan
malpraktik pidana. Belum patut diangkat sebagai
kasus pidana.

O Dalam studi kasus ini kiranya diperoleh

temuan hukum

TERIMA KASIH

You might also like