You are on page 1of 22

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Latar Belakang
Kita sering menggunakan alat-alat yang diproduksi dari hasil permesinan.
Tapi kita tidak sadar bahwa alat yang sering kita gunakan tersebut telah
diproduksi sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan.
Produk permesinan mempunyai kualitas geometrik tertentu yang selalu
membutuhkan pemeriksaan. Untuk memeriksanya diperlukan metrologi dalam arti
umum. Sedangkan Metrologi Industri adalah ilmu untuk melakukan pengukuran
karakteristik geometrik suatu produk atau komponen mesin dengan alat dan cara
yang tepat sehingga hasil pengukurannya dianggap sebagai hasil yang paling
dekat dengan geometri sesungguhnya dari komponen mesin tersebut.
Dalam laporan ini, dibahas mengenai apa itu pengukuran dalam bidang
metrologi indutri yang sangat berguna dalam bidang keteknikan.
1.2 Pengukuran
1.2.1 Definisi Pengukuran
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran
acuan/pembanding/referensi (Taufiq Rachim, 2001 : 19). Secara umum dikatakan
bahwa pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan besaran standar. Agar
dapat digunakan, maka besaran standar tersebut harus dapat didefinisikan secara
fisik, tidak berubah karena waktu, dan harus dapat digunakan sebagai alat
pembanding dimana saja, besaran standar tentunya memerlukan satuan-satuan
dasar.
1.2.2 Fungsi Pengukuran
Maksud dilaksanakan pengukuran sebagaimana dikemukakan Anas
Sudijono (1996: 4) ada tiga macam yaitu :
1. Pengukuran yang dilakukan bukan untuk menguji sesuatu seperti orang
mengukur jarak dua buah kota,
2. Pengukuran untuk menguji sesuatu seperti menguji daya tahan lampu pijar,

3. Pengukuran yang dilakukan untuk menilai. Pengukuran ini dilakukan dengan


jalan menguji hal yang ingin dinilai seperti kemajuan belajar dan lain
sebagainya.

1.2.3 Klasifikasi Pengukuran


1. Pengukuran Langsung
Pengukuran dengan mengguanakan alat ukur langsung dan hasil
pengukuran dapat langsung terbaca, contohnya adalah penggaris

Gambar 1.1 Penggaris


Sumber :
2. Pengukuran Tak Langsung
Pengukuran yang dilaksanakan dengan memakai beberapa jenis alat
ukur pembanding, standar dan alat ukur bantu, contohnya blok ukur

Gambar 1.2 Blok Ukur


Sumber :
3. Pengukuran Kaliber Batas
Proses pemeriksaan untuk memastikan apakah objek ukur memiliki
harga yang teletak di dalam atau di luar daerah toleransi ukuran, bentuk dan
posisi, contohnya adalah kaliber go not go

Gambar 1.3 Kaliber go not go


Sumber :
4. Pengukuran dan Pembagian Bentuk Standar
Disini sifatnya hanya membandingkan bentuk benda yang dibuat
dengan standar yang memang digunakan untuk hal pembanding.
1.2.4 Jenis-jenis Pengukuran
1. Pengukuran Linier
Pengukuran linear adalah pengukuran yang hasil pengukurannya langsung
dibaca pada skala ukur dan alat ukur yang mempunyai skala yang bisa langsung
dibaca skalanya. Alat ukur linear langsung yang banyak digunakan dalam praktek
sehari-hari dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar yaitu :
1. Mistar ukur dengan berbagai macam bentuk
2. Mistar langsung ( jangka sorong ) dengan berbagai bentuk
3. Mikrometer dengan berbagai bentuk

Gambar 1.4 Penggaris


Sumber :
2. Pengukuran Sudut
Proses pengukuran untuk mengetahui sudut yang terbentuk antara satu
titik dan dua titik lainnya.

Gambar 1.5 Mistar Sudut


Sumber : Sudjimunadi, 1988 : 134
3. Pengukuran Ulir
Proses pengukuran untuk kualitas geometri dari ulir.

Gambar 1.6 Mistar Ulir


Sumber : Sudjimunadi, 1988 : 167
4. Pengukuran roda gigi
Proses pengukuran untuk mengetahui kualitas geometri dari roda gigi

Gambar 1.7 Dial Gauge


Sumber :

5. Pengukuran kelurusan, kedataran dan kerataan


a. Pengukuran kelurusan merupakan proses untuk mengetahui benda tersebut
ukur tegak lurus

Gambar 1.8 : Memeriksa kelurusan permukaan dengan mistar baja


Sumber:
b. Pengukuran kedataran dan kerataan

suatu metode pengukuran dengan

menggunakan suatu alat, sederhana maupun sensor guna mengetahui suatu


bentuk geometri kekasaran dari suatu permukaan

Gambar 1.9 salah satu angle dekkor yaitu autocollimator


Sumber:
6. Pengukuran Kekasaran Permukaan
Proses permukaan dengan menggunakan suatu alat untuk mengetahui
suatu bentuk geometri kekasaran dari suatu permukaan.

Gambar 1.10 Pengukur Kekasaran


Sumber : Modul Praktikum Metrologi Industri

1.3 Instumentasi
1.3.1 Definisi Instrumentasi
Menurut Ir. H. Bimbing Atedi dalam buku bahan ajar metrologi industri
menjelaskan bahwa instrumentasi adalah bidang ilmu dan teknologi yang
mencakup perencanaan, pembuatan dan penggunaan instrumen atau alat ukur
besaran

fisika

atau

sistem

instrumen

untuk

keperluan

deteksi,

penelitian,pengukuran, pengaturan serta pengolahan data.


1.3.2 Fungsi Instrumentasi
Instrumentasi mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Instrumentasi Sebagai Alat Ukur
Instrumentasi mendeteksi dan memberikan informasi tentang besarnya
nilai proses variabel yang diukur dari suatu proses industri, misalnya tekanan,
suhu, dan sebagainya.
2. Instrumentasi Sebagai Alat Pengendalian
Instrumentasi mengendalikan jalannya proses agar variabel proses yang
sedang diukur dapat diatur tetap pada nilai yang ditentukan.
3. Instrumentasi Sebagai Alat Pembanding
Berfungsi sebagai sarana pembanding antara objek ukur dan standar
ukur, agar nilai objek ukur dapat ditentukan secara kuantitatif dalam satuan
standarnya.
4. Instrumentasi Sebagai Alat pengaman
Berfungsi untuk mengetahui hasil dari produk yang dihasilkan, sudah
memenuhi standar kualitas atau tidak
5. Instrumentasi Sebagai Alat Analisa
Instrumentasi menganalisa kualitas produk yang dikelola dan sebagai
alat analisa pencegahan polusi dari hasil industri agar tidak membahayakan dan
merusak lingkungan

1.4 Metrologi dan Kontrol kualitas


1.4.1 Definisi Metrologi dan Kontrol kualitas
Menurut Taufiq Rochim, Metrologi adalah ilmu untuk melakukan
pengukuran geometris suatu produk dengan cara dan alat yang cocok sehingga
hasil pengukurannya mendekati kebenaran dari keadaan yang sesungguhnya.
Kontrol kualitas merupakan pengendalian mutu suatu produk dengan memastikan
bahwa sistem dan alat-alat ukur berfungsi dengan baik.
Beberapa organisasi-organisasi yang terdapat di dunia untuk standardisasi
adalah:

Organisasi

Internasional

untuk

Standardisasi (bahasa

Inggris: International Organization for Standardization) atau biasa


disingkat ISO adalah badan penetap standar internasional yang terdiri dari
wakil-wakil dari badan standardisasi nasional setiap negara.

Automotive Service Excellence (ASE) adalah badan sertifikasi professional


yang bergerak dibidang otomotif dan perindustrian yang digunakan di
Amerika dan sebagian dari Canada.

1.4.2. Fungsi Metrologi dan Kontrol Kualitas


Di bawah ini merupakan fungsi metrologi, yaitu :
1. Menganalisa karakteristik geometri yang ideal
2. Mengetahui standar pengukuran dan sistemnya.
3. Membuat gambaran melalui karakteristik suatu objek.
4. Menganalisa pelaksanaan pembuatan
5. Mengetahui penguji kualitas, dan faktor terkait lainnya.
Di bawah ini merupakan fungsi kontrol kualitas, yaitu :
1. Untuk memperoleh hasil produksi yang presisi.
2. Untuk menentukan ketepatan.
3. Untuk memperoleh produk yang efisien dan tahan lama.
4. Memperkirakan hal-hal yang terjadi.
5. Pengendalian mutu produk.

1.4.3 Jenis jenis Metrologi


Di bawah ini merupakan jenis-jenis metrologi, yaitu :
1. Metrologi Legal
Pengukuran yang berhubungan dengan pengaturan dan pengembangan
standar pengukuran serta pemeliharaan suatu produk. Digunakan pada proses
pemeliharaan suatu produk seperti efektivitas dan efisiensi.
2. Metrologi Ilmiah
Digunakan untuk pengembangan keilmuan dan penelitian. Biasanya
penggunaan metrologi ini pada dunia observasi.
3. Metrologi industri
Merupakan pengukuran mutu dari sisi geometris dengan memastikan
sistem pengukuran berfungsi dengan baik. Penggunaan metrologi ini untuk
menentukan kepresisian suatu produk yang berkaitan dengan kontrol kualitas.
1.5. Parameter Pengukuran
Di bawah ini merupakan parameter pengukuran, yaitu :
1. Ketelitian
Teliti yang dikaitkan dengan apakah hasil suatu pengukuran persis atau
mendekati sama dengan ukuran yang sudah ditentukan.
2. Ketepatan
Ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil pengukuran secara
berulang dari pengukuran yang dilakukan.
3. Ukuran Dasar
Merupakan dimensi atau ukuran nominal dari suatu obyek ukur yang
secara teoritis dianggap tidak mempunyai harga batas ataupun toleransi.
4. Toleransi
Merupakan perbedaan ukuran dari kedua harga batas yang dihasilkan
sehingga dari perbedaan ukuran ini dapat diketahui

Gambar 1.11 Poros Dan Lubang Poros


Sumber : Takeshi Sato, 2000 ; 123
5. Harga Batas
Dimensi maksimum dan minimum yang diizinkan dari suatu
komponen, di atas dan di bawah ukuran dasar.
6. Kelonggaran
Kelonggaran merupakan perbedaan ukuran antara pasangan suatu
komponen dengan komponen lain di mana ukuran terbesar dari salah satu
komponen adalah lebih kecil dari pada ukuran terkecil dari komponen yang
lain.

Gambar 1.12 Lubang dan Poros


Sumber :
1.6 Konstruksi Umum Alat Ukur
Secara garis besar, sebuah alat ukur mempunyai 3 komponen utama yaitu
sensor, pengubah dan penunjuk.
1. Sensor
Sensor merupakan bagian dari alat ukur yang merupakan peraba dari
alat ukur. Sebagai peraba, maka sensor ini akan kontak langsung dengan benda

ukur. Contoh dari sensor ini antara lain yaitu kedua ujung mikrometer, ujung
dari jam ukur dan lain-lain.
a) Sensor Mekanik (Mechanics Sensor) merupakan sensor yang digunakan
untuk mengetahui, mengukur atau mendeteksi nilai perubahan mekanis dari
suatu objek

Gambar 1.13 Sensor mekanik pada dial gauge


Sumber :
b) Sensor Elektris merupakan sensor yang digunakan untuk mengetahui,
mengukur nilai perubahan atau besaran fisik

Gambar 1.14 Sensor elektrik pada timbangan


Sumber :
c) Sensor Optis merupakan sensor yang digunakan untuk mengetahui,
mengukur nilai perubahan atau masuknya cahaya dari lensa alat tersebut.

Gambar 1.15 Sensor optik pada Profile projector


Sumber :
d) Sensor Pneumatic merupakan sensor yang digunakan untuk mengetahui,
mengukur atau mendeteksi nilai perubahan atau tekanan udara dari suatu
objek

Gambar 1.16 Sensor pneumatik pada compression tester


Sumber :
2. Pengubah
Pengubah befungsi sebagai penerus, pengubah atau pengolah semua
isyarat yang diterima oleh sensor. Dengan adanya pengubah inilah, semua
isyarat dari sensor diteruskan ke bagian lain, yaitu penunjuk. Macam-macam
pengubah berdasarkan cara kerjanya, yaitu :

a) Pengubah Mekanis
Cara kerja pengubah mekanis berdasarkan pada prinsip kinematis
yang melakukan perubahan gerak translasi menjadi gerak rotasi atau
sebaliknya. Contohnya pada sistem roda gigi dan poros gigi.

Gambar 1.17 Pengubah Mekanis


Sumber : Sudjimunadi, 1988 : 54
b) Pengubah Elektris
Cara kerja dari pengubah elektris berdasarkan pada prinsip
kelistrikan atau mengubah besaran fisik menjadi besaran listrik. Contohnya
pada sistem digital pada vernier caliper.

Gambar 1.18 Pengubah Elektris


Sumber :
c) Pengubah Optis
Cara kerja dari pengubah optis berdasarkan pada prinsip optikal yang
berhubungan dengan lensa dan cahaya. Berfungsi untuk membedakan
berkas cahaya dari benda ukur sehingga terjadi bayangan maya atau nyata.
Contoh dari pengubah optis yaitu kaca pembesar dan mikroskop.

Gambar 1.19 Pengubah Optis


Sumber : Sudjimunadi, 1988 : 64
d. Pengubah Pneumatis
Cara kerja dari pengubah pneumatis berdasarkan sistem pneumatic
yang memanfaatkan aliran udara. Dalam pengubah sistem pneumatis paling
tidak terdapat tiga komponen, yaitu : Sumber udara tekan, sensor sebagai
pengubah, pengukur perubahan aliran udara.
Ada dua macam pengubah pneumatis yang biasa digunakan, yaitu :
1. Sistem Tekanan Balik : bekerja berdasarkan atas perubahan tekanan
yang terjadi di dalam lubang pengontrol dan ruang perantara yang
diakibatkan oleh perubahan dari benda ukur.
2. Sistem Tekanan Aliran : bekerja berdasarkan perubahan kecepatan
aliran udara. Kecepatan aliran udara ini dapat diukur menggunakan
tabung gelas yang di dalamnya dilengkapi dengan pengapung dan skala
ukuran.

Gambar 1.20 Pengubah Pneumatis


Sumber : Sudjimunadi, 1988 : 64

3. Penunjuk
Penunjuk berfungsi sebagai bagian yang menunjukkan besaran hasil
pengukuran. Secara umum penunjuk dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
a) Penunjuk yang mempunyai skala
Penunjuk yang mempunyai susunan garis-garis yang dibuat secara
teratur dengan jarak garis yang tetap serta tiap garis mempunyai arti
tertentu. Dalam pembacaan skala biasanya dibantu dengan garis indeks atau
jarum penunjuk yang ber geser secara relatif terhadap skala.
b) Skala Berangka (Sistem Digital)
Penunjuk berangka tidak mempunyai susunan skala yang berbentuk
garis-garis,

melainkan

yang

langsung

mencantumkan

harga

hasil

pengukuran pada display digital. Dalam pembacaan penunjuk berangka


tidak diperlukan alat bantu seperti indeks dan jaru penunjuk.
1.7 Sifat umum alat ukur
Secara umum sifat alat ukur dapat dibagi menjadi berikut, yaitu
1. Rantai Kalibrasi
Kalibrasi adalah mencocokkan harga-harga yang tercantum pada skala alat
ukur dengan harga harga standar. Untuk menjamin hubungan dengan satuan
standar maka ala tukur yang akan digunakan oleh operator dapat diperiksa
melalui rantai kalibrasi:
a. Kalibrasi alat ukur kerja dengan alat ukur standar kerja
b. Kalibrasi alat ukur standar kerja dengan alat ukur standar
c. Kalibrasi alat ukur standar dengan alat ukur standar nasional
d. Kalibrasi alat ukur standar nasional dengan alat ukur standar internasional
2. Kepekaan
Kepekaan alat ukur menyangkut masalah kemampuan dari alat ukur
untuk memonitor perbedaan yang kecil dari harga-harga yang diukur.
3. Kemudahan baca
Kemampuan alat ukur untuk menunjukkan harga yang jelas pada skala
ukur dapat diartikan sebagai kemudahan baca alat ukur.
4. Histeristis

Histeristis adalah penyimpangan yang dilakukan ketika mengukur


secara kontinyu dari dua arah berlawanan. Perbedaan tersebut timbul karena
pada waktu poros jam ukur bergerak ke atas banyak gaya-gaya yang harus
dilawannya seperti gaya pegas dan gaya gesek, pada waktu poros jam ukur
turun gaya pegas malah mendorongnya tetapi gaya gesekan harus dilawannya.
5. Kepasifan
Kepasifan terjadi apabila sensor tidak memberikan sinyal, namun
penunjuk skala tidak menunjukkan perubahan sama sekali pada jarum
penunjuknya. Untuk alat ukur mekanis jika terjadi kepasifan hal ini mungkin
disebabkan oleh pengaruh pegas yang sifat elastinya kurang sempurna.
Misalnya lambat reaksi dari barometer padahal sudah terjadi perubahan
tekanan udara.
6. Pergeseran
Pergeseran adalah penyimpangan yang terjadi dari harga-harga yang
ditunjukkan pada skala atau yang tercatat pada kertas grafik padahal sensor
tidak melakukan perubahan apa-apa.
7. Kestabilan nol
Jarum penunjuk pada alat ukur yang sudah menunjukkan harga hasil
pengukuran benda ukur tidak kembali pada posisi nol lagi saat benda ukur
diambil.

1.8 Karakteristik Geometrik dan Kualitas


Di bawah ini merupakan penjelasan mengenai karakteristik geometrik dan
kualitas, yaitu :
1. Karakteristik Geometrik
Karakteristik geometrik adalah sifat ukuran yang harus dipenuhi agar
komponen (mesin) dapat bekerja sesuai rencana. Karakteristik geometrik
ditentukan oleh si perancang yang dituangkan dalam gambar teknik berupa
ukuran dimensi suatu produk.
2. Karakteristik Kualitas
Karakteristik kualitas adalah hasil suatu proses yang berkaitan dengan
kualitas. Pertama, karakteristik kualitas yang memiliki nominal yang menuju

nilai target yang tepat pada suatu nilai tertentu. Contoh seperti panjang, luas,
berat, volume, dll. Kedua, karakteristik kualitas yang memiliki sifat pencapaian
karakteristik jika semakin kecil (mendekati nol) maka semakin baik. Contoh
karakteristik ini adalah penyimpangan, waktu proses, kebisingan, dll. Ketiga,
karakteristik kualitas dengan sifat pencapaian karakteristik yang semakin besar
maka semakin bagus. Contoh dari karakterisrik ini adalah kekuatan, efisiensi,
ketahanan korosi, dan lainnya.
3. Perbedaan Karakteristik Geometrik dan Kualitas
Karakteristik geometrik lebih kepada ukuran-ukuran dimensi suatu
produk agar sesuai dengan apa yang direncanakan. Sedangkan karakteristik
kualitas, lebih kepada nilai dari sifat-sifat produk dari hasil proses manufaktur.
1.9 Sistem dan Standar Pengukuran
Di bawah ini merupakan penjelasan mengenai sistem dan standar
pengukuran, yaitu :
1. Sistem Metrik
Sistem metrik telah dikembangkan oleh para ilmuan perancis sejak
tahun 1790-an. Sistem ini mendasarkan pada meter untuk pengukuran panjang
dan kilogram untuk pengukuran berat. Dari satuan meter dan kilogram ini
kemudian diturunkan unit satuan lain untuk mengukur luas, volume, kapasitas
dan tekanan. Sistem metrik secara resmi digunakan di semua negara di dunia
kecuali Amerika Serikat, Liberia, Myanmar dan Inggris.
Dibawah ini merupakan Tabel Satuan SI
Tabel 1.1 Besaran pokok bersatuan satuan SI

Sumber : Buku Dasar-Dasar Metrologi Industri

Tabel 1.2 Besaran Turunan dan Satuannya

Sumber : Buku Dasar-Dasar Metrologi Industri


Pada

tahun

1960,

sistem

metrik

diresmikan

menjadi

sistem

internasional (SI). Sistem metrik diusulkan menjadi SI karena satuan-satuan


dalam sistem ini dihubungkan dengan bilangan pokok 10 sehingga lebih
memudahkan dalam penggunaannya.
Tabel 1.3 Nama Awalan untuk Membentuk Hasil Kali dengan Bilangan Dasar
Sepuluh Bagi Satuan Standar

Sumber : Buku Dasar-Dasar Metrologi Industri

2. Sistem British
Berdasarkan pada satuan inchi pound dan detik sebagai dasar satuan
panjang, massa dan waktu. Kemudian berkembang menjadi satuan satuan lain
misalnya yard, mil, ounce gallon, feet, barrel dan sebagainya. Sistem british
digunakan di Amerika, Liberia, Myanmar dan Inggris.
Tabel 1.4 Satuan British

Sumber :
3. Konversi Satuan Metrik British
Ada 3 macam konversi yang sudah dilakukan, yaitu:
a) Konversi Secara Matematik
Konversi inchi ke metrik secara matematika diperlukan faktor
konversi.
Caranya adalah sebagai berikut :
1 yard =

meter = 0, 914440 meter

1 yard = 36 inchi, berarti


1 inchi =

x 0,914440 meter = 0,025400 meter

Karena 1 meter = 1000 mm


Maka 1 inchi = 0,025400 x 1000
1 inchi = 25,4 mm (faktor konversi)
Contoh perhitungan lain :
1 HP = 746 watt
1 HP = 550 ft.lb/det

b) Konversi Dial Mesin


Konversi ini dilakukan pada dial yang terdapat pada mesin produksi
misalnya mesin bubut, frais dan sebagainya. Dengan demikian 1 unit mesin
dapat digunakan untuk membuat komponen-komponen baik dalam ukuran
inchi ( british) maupun dalam metrik.

Gambar 1.21 Dial Mesin


Sumber
c)

Konversi dengan Chart


Konversi ini berupa tabel yang ada angka-angka konversinya
sehingga mudah untuk menggunakannya karena hanya melihat tabel saja.

Tabel 2.5 Konversi Satuan

Sumber: Buku Dasar-Dasar Metrologi Industri


1.10 Suaian
1.10.1. Definisi Suaian
Suaian adalah suatu istilah untuk menggambarkan tingkat kekekatan atau
kelonggaran yang mungkin dihasilkan dari penggunaan kelegaan atau toleransi
tertentu pada elemen mesin yang berpasangan.
1.10.2. Macam macam Suaian
Di bawah ini merupakan macam-macam suaian, yaitu :
a. Suaian Longgar (Clearance Fit)
Suaian longgar adalah suaian yang selalu akan menghasilkan
kelonggaran (clearance). Artinya, bila dua buah komponen disatukan
maka akan timbul kelonggaran, baik sebelum maupun sesudah
dipasangkan. Hal ini terjadi karena daerah toleransi lubang selalu
terletak di atas daerah toleransi poros. Contoh suaian longgar adalah
roda gigi lepas pada mesin produksi.
b. Suaian Pas (Transition Fit)

Suaian pas adalah suaian yang dapat menghasilkan kelonggaran


atau kesesakan/kerapatan. Hal ini terjadi karena daerah toleransi lubang
dan daerah toleransi poros saling menutupi. Contoh suaian pas adalah
pasangan komponenpada poros transmisi.
c. Suaian Paksa (Interfence Fit)
Suaian paksa adalah suaian yang akan selalu menghasilkan
kerapatan atau kesesakan. Artinya, sebelum ataupun sesudah dua
komponen dipasangkan akan timbul kesesakan/kerapatan. Hal ini terjadi
karena daerah toleransi lubang selalu terletak di bawah daerah toleransi
poros. Contoh suaian paksa adalah ring bantalan peluru pada poros.

Gambar 1.22 Tiga jenis suaian dalam sistem basis poros dan lubang.
Sumber : Buku Dasar-Dasar Metrologi Industri
1.11. Kesalahan dalam Pengukuran
1.11.1 Definisi Kesalahan dalam Pengukuran
Kesalahan dalam pengukuran adalah perbedaan antara nilai sebenarnya
dari suatu pekerjaan pengukuran yang dilakukan oleh seorang pengamat. Dalam
pengukuran besaran fisis menggunakan alat ukur atau instrumen tidak akan
mungkin didapat suatu nilai yang benar dan tepat, namun selalu mempunyai
ketidakpastian yang disebabkan oleh kesalahan-kesalahan dalam pengukuran
1.11.2 Jenis Kesalahan dalam Pengukuran
Di bawah ini merupakan jenis kesalahan dalam pengukuran, yaitu :
1. Kesalahan yang berasal dari alat ukur
Untuk

mengurangi

terjadinya

penyimpang

pengukuran

sampai

seminimal mungkin maka alat ukur yang akan dipakai harus dikalibrasi
berlebuh dulu. Kalibrasi ini diperlukan disamping untuk mencegah kesalahan

skala ukurnya juga untuk menghindari sifat sifat yang merugikan dari alat
ukur, seperti kestabilan nol, kepasifan, pengembangan dan sebaginya
2. Kesalahan yang berasal dari benda ukur
Benda ukur seperti alumunium misalnya mempunyai sifat elastis,
artinya bila ada beban atau tekanan dikenakan pada benda tersebut maka akan
terjadi perubahan bentuk. Bila tidak hati-hati dalam mengukur benda benda
ukur yang bersifat elastis maka penyimpangan hasil pengukuran pasti akan
terjadi. Oleh karena itu, tekanan kontak dari sensor alat ukur harus
diperkirakan besarnya.
3. Kesalahan pengukuran karena lingkungan
Ruang laboratorium pengukuran atau ruang-ruang lainnya yang
digunakan untuk pengukuran harus bersih, terang dan teratur rapi letak
peralatan ukurnya. Ruang pengukuran yang banyak debu atau kotoran lainnya
sudah tentu dapat menganggu jalannya proses pengukuran.
4. Kesalahan pengukuran karena pengukur
Manusia mempunyai sifat tersendiri dan juga memiliki keterbatasan
sulit diperoleh hasil yang sama dari 2 orang yang melakukan pengukuran,
walaupun kondisi alat ukur, benda ukur dan situasi pengukuran di anggap
sama. Hal ini bisa karena kesalahan manusia tau juga perbedaan metode
pengukurannya.

You might also like