Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian
putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan
timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah.
Konjungtivitis disebabkan oleh berbagai hal diantaranya disebabkan oleh alergi.1
Konjungtivitis alergi merupakan bentuk radang konjungtiva akibat reaksi
alergi terhadap noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat seperti alergi biasanya dan
reaksi lambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat,
bakteri dan toksik. Di negara-negara maju, 20-30% populasi mempunyai riwayat
alergi, dan 50% individual tersebut mengidap konjungtivitis alergi. Konjungtivitis
alergi bisa berlangsung dari peradangan ringan seperti konjungtivitis alergi
musiman atau bentuk kronik yang berat seperti keratokonjungtivitis alergi.2,3
Komplikasi sangat jarang ditemukan pada konjungtivitis alergi. Penyulit
yang bisa terjadi adalah keratokonus dan tukak kornea. Konjungtivitis alergi
jarang menyebabkan kehilangan penglihatan. Prognosis penderita konjungtivitis
baik karena sebagian besar kasus dapat sembuh spontan (self-limited disease),
namun dapat pula prognosis penyakit ini menjadi buruk bila terjadi komplikasi
yang diakibatkan oleh penanganan yang kurang baik.4
Oleh karena itu, penulisan ini
konjungtivitis alergi itu sendiri dan bagaimana penanganan yang baik untuk
konjungtivitis tersebut sehingga tidak terjadi komplikasinya dan mendapatkan
prognosis yang baik ke depannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi konjungtivitis alergi
Konjungtivitis adalah peradangan pada selaput bening yang menutupi
bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut
menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata
merah. Penyakit ini bervariasi mulai dari hyperemia ringan dengan mata berair
sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Konjungtivitis
dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing,
misalnya kontak lensa.5
Salah satu bentuk konjungtivitis adalah konjungtivitis alergi. Konjungtivitis
alergi adalah peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi alergi atau
hipersensitivitas tipe humoral ataupun sellular. Konjungtiva sepuluh kali lebih
sensitif terhadap alergen dibandingkan dengan kulit.5
2.2. Anatomi dan fisiologi konjungtiva
Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan
dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel
kornea limbus.2
Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel
goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar
digerakkan dari tarsus.
Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di
bawahnya.
panas
seperti
daerah
mediteranian,
Timur
Tengah,
dan
Afrika.
2.
3.
Anti bakteri
4.
5.
fagosit
masuk
jaringan
(melalui
peningkatan
marginasi
dan
velocity darah dan peningkatan adhesi, dan migrasi leukosit (terutama fagosit)
dari kapiler ke jaringan.
Inflamasi diawali oleh kompleks interaksi mediator-mediator kimiawi
yakni:
1.
Histamin
Dilepaskan oleh sel merangsang vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
kapiler.
2.
Lekotrin
Dihasilkan dari membran sel meningkatkan kontraksi otot polos mendorong
kemotaksis untuk netrofil.
3.
Prostaglandin
Dihasilkan dari membran sel meningkatkan vasodilatasi, permeabilitas
vaskuler mendorong kemotaksis untuk neutrofil.
4.
5.
Kemokin
Dihasilkan oleh sel pengatur lalu lintas lekosit di lokasi inflamasi) beberapa
macam kemokin: IL-8 (interleukin-8), RANTES (regulated upon activation
normal T cell expressed and secreted), MCP (monocyte chemoattractant
protein).
6.
Sitokin
Dihasilkan oleh sel-sel fagosit di lokasi inflamasi pirogen endogen yang
memicu demam melalui hipotalamus, memicu produksi protein fase akut
oleh hati, memicu peningkatan hematopoiesis oleh sumsum tulang
leukositosis beberapa macam sitokin yaitu: IL-1 (interleukin-1), IL-6
(interleukin-6), TNF-a (tumor necrosis factor alpha).
7.
Konjungtiva selalu dilapisi oleh tears film yang mengandung zatzat anti mikrobial
2.
3.
4.
5.
6.
menyebabkan vasodlatasi. Sitokin yang dipicu oleh sel mast seperti chemokin,
interleukin IL-8 terlibat dalam memicu netrofil.Sitokin TH2 seperti IL-5 akan
memicu eosinofil
sensitivitas.5
2.6. Manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang konjungtivitis alergi
secara umum
Gejala utama penyakit alergi ini adalah radang (merah, sakit, bengkak, dan
panas), gatal, silau berulang dan menahun. Tanda karakteristik lainnya adalah
terdapatnya papil besar pada konjungtiva, injeksi konjungtiva, datang bermusim,
yang dapat mengganggu penglihatan. Walaupun penyaki alergi konjungtiva sering
sembuh sendiri akan tetapi dapat memberikan keluhan yang memerlukan
pengobatan. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan sel eosinofil, sel plasma,
limfosit, dan basofil yang meningkat. Dapat juga dilakukan pemeriksaan tes alergi
untuk mengetahui penyebab dari alerginya itu sendiri.1,2
2.7. Klasifikasi konjungtivitis alergi
Konjungtivitis alergi merupakan reaksi antibody humoral yang dimediasi
oleh IgE terhadap alergen, biasanya terjadi pada individu dengan riwayat atopi.
Semua gejala pada konjungtiva akibat dari konjungtiva bersifat rentan terhadap
benda asing. Terdapat beberapa jenis konjungtivitis yakni konjungtivitis demam
jerami, keratokonjungivitis atopik, konjungtivitis musiman, vernal konjungtivitis,
Giant papilary konjungtivitis dan konjungtivitis flikten.
Konjungtivitis dapat
hal ini IgE yang terikat pada sel mast atau sel basofil dengan
kompleks
imun.
Keadaan
ini
menimbulkan
10
11
dengan
timbulnya
radang
insterstitial
yang
banyak
12
mukoid
dalam
kripta
di
antara
papil
ini berhubungan
dengan infiltrasi stroma oleh sel-sel PMN, eosinofil, basofil, dan sel
mast.Hasil penelitian histopatologik terhadap 675 konjungtivitis vernalis
mata yang dilakukan oleh Wang dan Yang menunjukkan infiltrasi limfosit
dan sel plasma pada konjungtiva. Prolifertasi limfosit akan membentuk
beberapa nodul limfoid. Sementara itu, beberapa granula eosinofilik
dilepaskan dari sel eosinofil, menghasilkan bahan sitotoksik yang berperan
dalam kekambuhan konjungtivitis.
13
Dalam
penelitian
tersebut juga
ditemukan
adanya
reaksi
serta
reduksi
substansi dasar
deposit
pemeriksaanklinis.
sel
stone
yang
Hiperplasia
radang
secara
keseluruhan.
jaringan
secara
ikat
nyata
meluas
ke
pada
atas
maupun
pembuluh
darah
akan
mengalami
hialinisasi.
14
15
substantia
propia
daripada
dengan
pengamatan
yang
16
fotofobia. Terdapat papil halus tetapi papil raksasa tidak ditemukan seperti
pada konjungtivitis vernal. Kerokan konjungtiva menampakan eosinofil
meski tidak sebanyak terlihat pada keratokonjungtivitis vernal.1
d. Giant papilary konjungtivitis
Giant papilary konjungtivitis dengan tanda dan gejala mirip dengan
konjungtivitis vernal dapat timbul pada pasien yang menggunakan mata
buatan dari plastik atau lensa kontak terutama jika memakainya melewati
waktunya. Konjungtivitis Giant Papillarry diperantarai reaksi imun yang
mengenai konjungtiva tarsalis superior. Konjungtivitis ini mungkin
merupakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat kaya basofil dan mungkin
dimediasi oleh IgE. Keluhan berupa mata gatal dan berair. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan hipertrofi papil. Pada awal penyakit,
papilnya kecil (sekitar 0,3 mm diameter). Bila iritasi terus berlangsung,
papil kecil akan menjadi besar ( giant) yaitu sekitar 1 mm diameter.1
e. Konjungtivitis flikten
Konjungtivitis flikten disebabkan oleh karena alergi (hipersensitivitas
tipe IV) terhadap bakteri atau antigen tertentu, seperti tuberkuloprotein
pada penyakit tuberkolosis, infeksi bakteri (stafilokok, pneumokok,
streptokok, dan Koch Weeks), virus (herpes simplek), toksin dari
moluskum kontagiosum yang terdapat pada margo palpebra, jamur
(kandida albikan), cacing (askaris, tripanosomiasis), limfogranuloma
venereal, leismaniasis, infeksi parasit dan infeksi di tempat lain dalam
tubuh. Konjungtivitis flikten biassanya dimulai dengan munculnya lesi
kecil berdiameter 1-3 mm yang keras, merah, menimbul dan dikelilingi
zona hiperemis. Di limbus sering berbentuk segitiga dengan apeks
mengarah kornea.1,2
2.8. Penatalaksanaan
Penanganan dari konjungtivitis alergi adalah berdasar pada identifikasi
antigen spesifik dan eliminasi dari pathogen spesifik. Pengobatan suportif seperti
17
lubrikan dan kompres dingin dapat membantu meredakan gejala yang dirasakan
oleh pasien. Obat-obatan yang menurunkan respon imun juga digunakan pada
kasus konjungtivitis alergi untuk menurunkan respon imun tubuh dan meredakan
gejala inflamasi.
Obat obat berikut ini berguna dalam mengobati konjungtivitis alergi:
Steroid topikal. Kortikosteroid menghambat proses inflamasi (misalnya, edema,
dilatasi kapiler, dan proliferasi fibroblast). Obat tersebut juga membatasi migrasi
makrofag dan neutrofil untuk daerah meradang serta memblokir aktivitas
fosfolipase A2 dan selanjutnya induksi asam arakidonat cascade. Obat ini
digunakan dalam pengobatan penyakit mata akut alergi, steroid efektif dalam
mengurangi gejala alergi akut, namun, penggunaannya harus dibatasi karena
potensi efek samping dengan biala lama digunakan. Penggunaan kortikosteroid
topikal jangka panjang dapat menyebabkan komplikasi: katarak subkapsular
posterior dan peningkatan tekanan intraokular (TIO).
Vasokonstriktor topikal / antihistamin. Agen ini menyebabkan penyempitan
pembuluh darah, menurunkan permeabilitas pembuluh darah, dan mengurangi
mata gatal-gatal dengan memblokir histamin H1 receptors
Antihistamin topikal. Anithistamines kompetitif terikat dengan reseptor histamin
dan dapat mengurangi gatal dan vasodilatasi. Levocabastine hidroklorida 0,05%,
sebuah H1 selektif topikal antagonis reseptor histamin, efektif dalam mengurangi
tanda-tanda dan gejala alergi lain conjunctivitis. H1 selektif antagonis, azelastine
hidroklorida 0,05%, efektif dalam mengurangi gejala yang terkait dengan alergi,
difumarate 0,05%, suatu antagonis H1 selektif, mungkin lebih efektif
dibandingkan levocabastine dalam mengurangi chemosis, kelopak mata
bengkak,dan tanda-tanda dan gejala yang berhubungan dengan konjungtivitis
alergi musiman pada pasien dewasa dan anak.
Non-steroid anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) topikal.Obat ini menghambat
aktivitas siklooksigenase, salah satu yang bertanggung jawab untuk konversi asam
arakidonat ke enzim prostaglandins. Ketorolac trometamin 0,5% dan diklofenak
natrium 0,1% efektif dalam mengurangi tanda-tanda dan gejala berhubungan
18
yang
sering
dipakai
adalah
fluorometholon,
medrysone,
b. Terapi sistemik;
-
19
besar.
Menghindari tindakan menggosok-gosok mata
dengan tangan
atau jari
membawa
2.9. Komplikasi
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea
dan infeksi sekunder. Sedangkan, komplikasi konjungtivitis vernal adalah
pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu penglihatan.8
2.10. Prognosis
Prognosis penderita konjungtivitis baik karena sebagian besar kasus dapat
sembuh spontan (self-limited disease), namun komplikasi juga dapat terjadi
apabila tidak ditangani dengan baik.2,6
20
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. A
21
Usia
: 78 tahun
: Swasta
Agama
: Islam
Alamat
: Jeulingke
3.2. ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 18 September 2015 pukul 11.30
WIB.
Keluhan Utama: Mata gatal di mata kiri sejak 1 minggu yang lalu.
Keluhan Tambahan: Terasa megganjal dan sedikit berair.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli RS Zainal Abidin dengan keluhan gatal di mata kiri
sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengaku awalnya setelah bangun pagi, pasien
merasa mata kiri gatal. Kemudian pasien menggosok-gosok matanya sehingga
keluhan pasien saat ini matanya merah dan terasa mengganjal serta berair. Pasien
juga mengeluh saat bangun pagi mata pasien sulit dibuka disebabkan kotoran
yang menempel, pandangan mata sebelah kiri pasien kabur dan silau saat melihat
cahaya. Pasien menyangkal keluhan nyeri, sakit tenggorok, dan demam. Riwayat
trauma pada mata disangkal. Keluarga dan teman yang mempunyai keluhan yang
sama disangkal. Riwayat alergi disangkal. Mata kiri pasien belum diobati.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien sudah sering berobat mata sebelumnya dengan keluhan yang sama
dan sering berulang. Riwayat diabetes mellitus dikeluhkan pasien sejak 5 tahun
yang lalu tidak terkontrol. Riwayat hipertensi disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluhan yang sama seperti pasien.
3.3. Status Generalis
Tanda vital
Tekanan darah
: 130/80 mmHg
22
Frekuensi nadi
: 86 kali/menit
Frekuensi napas
: 18 kali/menit
Suhu
: 36,5 o C
Okular Dextra
Okular Sinistra
VOD : 5/9
VOS : 5/24
Keterangan (OD)
Komponen
Keterangan (OS)
Normal
Palpebra Superior
Edema
23
Normal
Palpebra Inferior
Edema
Anemis (-)
Anemis (-)
Anemis (-)
Anemis (-)
Infiltrat (+)
Konj. Bulbi
Infiltrat (+)
Keruh
Kornea
Keruh
Dalam
COA
Dalam
Pupil
Lensa
Slit lamp
Refraksi
3.6 Diagnosis
Konjungtivitis Alergi
3.7 Penatalaksanaan
3.8
Prognosis
-
Quo ad Vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad Functionam : Dubia ad malam
Quo ad Sanactionam : Dubia ad bonam
24
BAB IV
ANALISA KASUS
Konjungtivitis adalah peradangan pada selaput bening yang menutupi
bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut
menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata
merah. Penyakit ini bervariasi mulai dari hyperemia ringan dengan mata berair
sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Konjungtivitis
dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda asing,
misalnya kontak lensa.
Salah satu bentuk
konjungtivitis
adalah
konjungtivitis
alergi.
25
fagosit
masuk
jaringan
(melalui
peningkatan
marginasi
dan
26
DAFTAR PUSTAKA
27
1.
Ilyas S. Mata merah dengan penglihatan normal. Ilyas S, editor. Dalam: Ilmu
Penyakit Mata Edisi ke-3. Jakarta: FKUI; 2009. h116-46.
2.
3.
Scott,
IU.
Alergy
Conjunctivitis.
2011.
Diunduh
dari
http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview#showall.
25
November 2012.
4.
5.
6.
7.
November 2012.
Medicastore. Konjungtivitis Vernalis.
2012.
Diunduh
25
dari
http://www.medicastore.com/penyakit/865/Keratokonjungtivitis_Vernalis.ht m
l. 25 November 2012.
8.
Konjungtivitis.
2010.
Diunduh
dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31458/4/Chapter%20II.pdf.
25 November 2012.
28