You are on page 1of 53

SEMINAR GEOLOGI

TIPE-1

ANALISIS MORFOMETRI DALAM MENENTUKAN DAERAH


PROSPEK BAUKSIT DESA PANGKALAN SUKA KECAMATAN
NANGA TAYAP KABUPATEN KETAPANG PROVINSI
KALIMANTAN BARAT

Oleh :
KHOLILUR ROHMAN
NIM : 410011001

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk Tugas Akhir di


Jurusan Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2014

HALAMAN PENGESAHAN SEMINAR GEOLOGI


1. Penelitian
a. Judul Penelitian

: Analisis Morfometri Dalam Menentukan Daerah


Prospek Bauksit Desa Pangkalan Suka Kecamatan
Nanga

Tayap

Kabupaten

Ketapang

Provinsi

Kalimantan Barat
b. Kategori Penelitian

: TIPE-1

2. Peneliti
a. Nama Lengkap

: Kholilur Rohman

b. Jenis Kelamin

: Laki-laki

c. NIM

: 410011001

d. Perguruan Tinggi

: STTNAS Yogyakarta

e. Program Studi

: Teknik Geologi

f. Dosen Pembimbing

: Ir. Rr. Amara Nugrahini, M.T.

g. Lokasi Penelitian

: Desa Pangkalan Suka, Kecamatan Nanga Tayap,


Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat

3. Jangka Waktu Penelitian : 3 bulan


4. Biaya Penelitian

: Yogyakarta, 28 Oktober 2014

Menyetujui,

Peneliti,

Dosen Pembimbing

Ir. Rr. Amara Nugrahini, M.T.

Kholilur Rohman

NIK. 19730044

NIM. 410011001
Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Geologi

Winarti, S.T., M.T.


NIK. 19730134

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat merencanakan penelitian ini dengan
baik. Penelitian ini digunakan untuk seminar geologi sebagai salah satu syarat
untuk Tugas Akhir di Jurusan Teknik Geologi Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
Yogyakarta.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1, Bapak Ir. H, Ircham, MT. selaku Ketua STTNAS Yogyakarta.
2. Ibu Winarti S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Geologi STTNAS
Yogyakarta.
3. Ibu Ir. Rr. Amara Nugrahini, M.T. selaku dosen pembimbing.
4. Bapak, Ibu yang selalu mendukung penulis dalam hal material maupun spiritual
5. Saudara-saudara Jabiger ElGeo yang selalu memberikan dukungan.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari rekan-rekan dan semua pihak. Semoga kritik dan saran tersebut dapat
memberikan motovasi pada penulis untuk lebih baik lagi kedepannya.

Yogyakarta, 28 Oktober 2014

Penulis

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
I.2. Maksud dan Tujuan
I.3. Batasan Masalah
I.4. Metode Penelitian
I.5. Lokasi Penelitian
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Geologi Daerah Penelitian
II.1.1. Fisiografi
II.1.2. Morfologi
II.1.3. Stratigrafi
II.2. Batuan Asosiasi Bauksit
II.3. Laterisasi
II.4. Morfometri
II.4.1. Lereng
II.4.2. Perbedaan Ketinggian
II.5. Eksplorasi
BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL

1
1
1
2
2
3
4
4
4
5
6
7
11
12
12
13
14
18

III.1. Metode Eksplorasi Daerah Penelitian


III.1.1. Studi Pendahuluan
III.1.2. Survei Tinjau (Reconnaisance)
III.1.3. Prospeksi
III.2. Analisis Morfometri Pada Prospeksi Cadangan Tereka
III.3. Analisis Morfometri Pada Prospeksi Cadangan Terkira
III.4. Analisis Morfometri Pada Prospeksi Cadangan Terukur
BAB IV. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

18
18
18
19
21
25
27
32
33
34

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 2. Fisiografi Daerah penelitian (Van Bemmelen, 1975)

Gambar 3. Citra Landsat

Gambar 4. Citra ASTER-GDEM (ketinggian)

Gambar 5. Citra ASTER-GDEM (slope)

Gambar 6. Pola Kontur

Gambar 7. Pola Pengaliran

Gambar 8. Peta Geologi Regional Lembar Ketapang

Gambar 9. Peta Geologi Regional, Disesuaikan

Gambar 10. Pengambilan Conto Channel Pada Outcrop Bauksit

19

Gambar 11. Penggalian Testpit (sumur uji) Lokasi Prospek Bauksit

20

Gambar 12. Kegiatan Drilling (Pengeboran) Lokasi Prospek Bauksit

20

Gambar 13. Peta Satuan Geomorfologi

22

Gambar 14. Peta Blok Morfometri Prospeksi Cadangan Tereka

22

Gambar 15. Peta Zona Mineralisasi Prospeksi Cadangan Tereka

23

Gambar 16. Grafik Hubungan antara Kelerengan, Beda Tinggi dan Mineralisasi
Prospek Cadangan Tereka

24

Gambar 17. Peta Zona Mineralisasi Prospeksi Cadangan Terkira

25

Gambar 18. Peta Blok Morfometri Prospeksi Cadangan Terkira

25

Gambar 19. Grafik Hubungan antara Kelerengan, Beda Tinggi dan Mineralisasi
Prospek Cadangan Terkira

26

Gambar 20. Grafik Hubungan antara Kelerengan, Beda Tinggi dan Mineralisasi
Prospek Cadangan Terukur
Gambar 21. Peta Blok Morfometri Prospeksi Cadangan Terukur

28
28

Gambar 22. Grafik Hubungan antara Kelerengan dan Stripping ratio Prospek
Cadangan Terukur
Gambar 23. Peta Blok dan Titik Conto Prospeksi Cadangan Terukur

29
30

Gambar 24. Penampang Model Bawah Permukaan Prospeksi Cadangan


Terukur

30

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Komposisi Elemen Penyusun Kerak Bumi (Bateman, 1982)

Tabel 2. Komposisi Elemen Penyusun Kerak Bumi pada Batuan Beku


(Bateman, 1982)

Tabel 3. Hubungan Ketinggian Absolut dengan Morfografi


(Van Zuidam, 1985)

13

Tabel 4. Hubungan Kelas Relief Kemiringan Lereng dan Perbedaan


Ketinggian (Van Zuidam, 1985)

14

Tabel 5. Resume Perhitungan morfometri dan Zona Mineralisasi Prospek


Cadangan Tereka

24

Tabel 6. Resume Perhitungan morfometri dan Zona Mineralisasi Prospek


Cadangan Terkira

26

Tabel 7. Resume Perhitungan morfometri dan Zona Mineralisasi Prospek


Cadangan Terukur

27

Tabel 8. Resume Perhitungan morfometri dan Stripping Ratio Prospek


Cadangan Terukur

29

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Morfometri
Lampiran 2. Data Primer Eksplorasi Bauksit Site Pangkalan Suka
Lampiran 3. Peta

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Indonesia secara geologi memiliki banyak sekali potensi sumber daya
alam. diantaranya adalah bahan galian. Bahan galian adalah semua bahan atau
substansi yang terjadi dengan sendirinya dialam dan sangat dibutuhkan oleh
manusia untuk berbagai keperluan industrinya. Bahan tersebut dapat berupa
logam maupun non logam, dan dapat berupa bahan tunggal ataupun berupa
campuran lebih dari satu bahan. Proses terbentuknya endapan bahan galian adalah
komplek dan sering lebih dari satu proses yang bekerja bersama-sama. meskipun
dari satu jenis bahan, misalnya logam, kalau terbentuk oleh proses yang berbeda
maka akan menghasilkan tipe endapan yang berbeda pula, salah satu contoh bahan
galian yang banyak terdapat di Indonesia adalah bauksit.
Bijih bauksit biasa terjadi di daerah tropika dan subtropika yang
memungkinkan pelapukan yang sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan yang
mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan kadar kuarsa bebasnya
sedikit atau bahkan tak mengandung sama sekali. Secara kuantitas potensi bijih
bauksit di Indonesia cukup memadai walaupun secara kualitas lebih rendah bila
dibandingkan dengan endapan bauksit didaratan Eropa dan Amerika Utara. Di
Indonesia bauksit ditemukan di beberapa tempat antara lain: Sumatera Utara :
Kota Pinang- Riau : Pulau Bulan, Pulau Bintan, Pulau Lobang (kepulauan Riau),
Pulau Kijang, Galang, Wacokek, Tanah Merah, dan daerah Searang, Kalimantan
Barat : Tayan Menukung, Sandai, Pantus, Balai Berkuah, Kendawangan dan
Munggu Besar, dan Bangka Belitung : Sigembir.
Bauksit jika diolah dengan metode Smelter Grade Alumina (SGA) akan
menjadi bahan setengah jadi berupa bijih alumina murni yang kemudian dapat
diijadikan berbagai perlengkapan kehidupan manusia sehari-hari. Akan tetapi
kenyataan yang terjadi adalah bahwa masih sangat jarangnya pengkajian terkait
bijih bauksit itu sendiri, sehingga terkadang bauksit menjadi barang langka
dalam khasanah pengetahuan geologi.

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi |

I.2. Maksud dan Tujuan


Merujuk pada judul yang diajukan, maksud penelitian ini adalah
pembahasan terkait potensi bauksit beserta metode pencariannya sesuai dengan
hukum-hukum geologi. Sementara tujuannya adalah:
a. Memberikan gambaran umum tentang bauksit dan keterdapatannya di
Indonesia
b. Pengolahan dan penyajian data eksplorasi bauksit dengan mengacu pada
hukum-hukum geologi
c. Penentuan daerah prospek bauksit dengan menggunakan analisis geomorfologi
d. Melengkapi syarat kurikulum tingkat sarjana Jurusan Teknik Geologi STTNAS
Yogyakarta

I.3. Batasan Masalah


Sesuai dengan judul yang diangkat, maka dalam peneltian ini hanya akan
membahas mengenai metode penentuan daerah prospek bauksit ditinjau dari
kuantitas menggunakan metode analisis morfometri.

I.4. Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam peneletian ini adalah metode menganalisa
data yang ada dengan ditautkan pada referensi yang terkait. Adapun tahapan yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Studi Literatur
Tahap studi literatur merupakan metode pengumpulan data dengan
melakukan studi terhadap literatur-literatur yang berhubungan dengan materi yang
akan dibahas. Studi ini dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang
menunjang diperoleh dari internet dan perpustakaan.
2. Tahap Pengumpulan Data
Tahap ini adalah tahap mengumpulkan data-data terkait penelitian. Data ini
didapat dari data prospek kegiatan eksplorasi bijih bauksit PT. Harita Prima Abadi
Mineral Site Pangkalan Suka, Kecamatan Nanga Tayap Kabupaten Ketapang,
Provinsi Kalimantan Barat. Sementara itu data kontur yang akan dipergunakan
dalam analisis morfometri adalah menggunakan citra ASTER-GDEM (Geographic

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi |

Digital Elevation Modeling) yang memiliki akurasi hinggga 15 meter, data ini
didapatkan dengan downloading menggunakan aplikasi Global Energy Mapper
Versi 15.2.
3. Pengolahan Data
Data ASTER-GDEM yang didapat kemudian digenerasi sehingga
memperoleh data kontur daerah penelitian, kontur ini kemudian yang akan
dipergunakan dalam pengukuran kuantitatif kelerengan. Tabulasi data pengukuran
morfometri akan menghasilkan kelas-kelas kelerengan yang berbeda, kemudian
dibuat blok sesuai dengan nilai kuantitatif kelerengan masing-masing.
Blok analisis morfometri daerah penelitian ini kemudian di-layout-kan
dengan data eksplorasi bijih bauksit, sehingga dapat ditentukan lokasi prospek
bijih bauksit pada daerah penelitian. Setiap data diukur secara sistematis dan
dibuat tabulasi data, sehingga kemudian dapat ditentukan cadangan dari bijih
bauksit daerah penelitian.

I.5. Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian berada pada lokasi prospek penambangan bauksit daerah
Desa Pangkalan Suka, Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang, Provinsi
Kalimantan Barat. Koordinat lokasi penelitian adalah X:450000-456000,
Y:9848000-9857000 (UTM -49 Hemisphere), dengan luas daerah penelitian 6X9
Km.

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi |

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Geologi Daerah Penelitian


II.1.1 Fisiografi
Daerah penelitian secara fisiografis berada pada Blok Schwaner yang
menurut Van Bemmelen (1975) dianggap sebagai bagian dari daratan Kraton
Sunda. Terdiri atas batuan beku Granite dan Tonalite sebagai penyusun utama
sebagai hasil kegiatan vulkanisme pada zaman kapur bawah-atas (Moss et al.
,1997), beberapa tempat juga dijumpai batuan beku dengan komposisi potasik
hingga ultra-potasik sebagai hasil dari tektonik beraian Blok Schwaner tersebut
(Simandjuntak, 1999).

Gambar 2. Fisiografi daerah Penelitian (Van Bemmelen, 1975)


Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi |

II.1.2. Morfologi
Secara morfologi daerah penelitian merupakan daerah terdenudasi kuat
dengan ketinggian 10-50 meter pada bagian tenggara, 50-150 meter pada bagian
barat, serta 150-300 meter pada bagian timur laut, yang berarti secara morfografi
adalah merupakan daerah dataran rendah perbukitan rendah (Van Zuidam,
1985). Kemiringan lereng rata-rata pada bagian tenggara adalah 50-100 / daerah
bergelombang lemah, pada bagian barat adalah 100-150 / daerah bergelombang
kuat, serta pada bagian timur laut adalah 150-300 / daerah berbukit (Van Zuidam,
1985).

Gambar 3. Citra
Landsat

Gambar 4. Citra ASTERGDEM (ketinggian)

Gambar 5. Citra ASTERGDEM (slope)

Sementara itu melalui interpretasi kontur generasi data DEM daerah


penelitian menunjukkan pola pengaliran Contorted, yang berarti bahwa daerah
memiliki pola perlipatan yang tidak beraturan, dimana kenampakan di lapangan
menunjukkan morfografi daerah bergelombang hingga perbukitan

yang

berorientasi ke segala arah.

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi |

Gambar 6. Pola Kontur

Gambar 7. Pola Pengaliran

II.1.3. Stratigrafi
Secara stratigrafi daerah penelitian terdiri atas:
Formasi Gunungapi Kerabai: terdiri

atas batuan hasil pembekuan lava

andesitik (andesit, dasit, basal, setempat dolerit) yang berumur Kapur Atas
(97.5-66.4 Jtl.).
Formasi Granit Sukadana: selaras diatas Formasi Gunungapi Kerabai,
terbentuk dari leleran lava granitik (granit, monzogranit, syenogranit) yang
berumur Kapur Atas.
Formasi Basal Bunga: terdiri atas magma basaltik dengan beberapa dasit dan
lava. berumur Kapur Atas (70-66.4 Jtl.), pusat gunungapi diperkirakan
dibagian sebelah timur laut lokasi penelitian (E. Rustandi dan F.D.E Keyser,
1993).

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi |

Gambar 8. Peta Geologi Regional Lembar ketapang

Gambar 9. Peta Geologi Regional (E. Rustandi dan F.D.E. Keyser, 1993),
disesuaikan

II.2. Batuan Asosiasi Bauksit


Batuan beku dapat dikategorikan dari kandungan silika yang ada didalamnya.
Batuan beku yang kaya akan silika dikenal dengan nama batuan beku asam,
sedangkan batuan beku yang miskin atau kekurangan silika dikenal dengan nama

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi |

batuan beku basa / mafik dan batuan yang sangat miskin akan silika dinamakan
batuan beku ultramafik (Coleman 1977).
Endapan bijih bauksit yang mengandung alumunium dihasilkan dari proses
pelapukan batuan yang kaya akan mineral silikat seperti O, Si, Al, Fe, Ca, Na, K,
Mg yang merupakan bagian terbesar dari mineral pembentuk batuan yaitu sekitar
90% dari kerak bumi.
Sebagian besar endapan bijih bauksit berasal dari batuan beku asam sampai
intermediet yang kaya akan hornblende, biotite, muskovit, K- feldspar, piroksen,
dan kuarsa. Bauksit pada batuan beku asam dan intermediet pada dasarnya berada
pada mineral-mineral felsiknya.
Kerak bumi terdiri dari batuan-batuan beku, sedimen dan metamorf. Sebagai
perbandingannya dapat dilihat pada Tabel 1 komposisi umum dari kerak bumi
(Bateman, 1982) dan pada Tabel 2 untuk beberapa logam-logam lain yang
mempunyai kuantitas umum pada batuan beku (Bateman, 1982).

Tabel 1. Komposisi elemen-elemen penyusun kerak bumi (Bateman 1982).

Elemen

Berat (%) Atom (%) Volume (%)

Oksigen

47,71

60,5

94,24

Silikon

27,69

0,51

0,51

Titanium

0,62

0,3

0,03

Alumunium

8,07

6,2

0,44

Besi

5,05

1,9

0,37

Magnesium

2,08

1,8

0,28

Kalsium

3,65

1,9

1,04

Sodium

2,75

2,5

1,21

Potasium

2,58

1,4

1,88

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi |

Hidrogen

0,14

3,0

Tabel 2. Elemen penyusunan kerak bumi pada batuan beku (Bateman, 1982).
Elemen

Elemen

Alumunium

8,13

Kobalt

0,00023

Besi

5,00

Timbal

0,00l6

Magnesium

2,09

Arsenik

0,0005

Titanium

0,44

Uranium

0,0004

Mangan

0,10

Molibden

0,00025

Kromium

6,02

Tungsten

0,00015

Zink

0,11

Antimony

0,0001

Nikel

0,008

Air Raksa

0,00005

Tembaga

0,005

Perak

0,00001

Timah

0,004

Emas

0,0000005

Vanidium

0,015

Platinum

0,0000005

Adapun batuan yang merupakan batuan asal dari pembentukan endapan bijih
bauksit antara lain granit, granodiorit, riolit, dasit, syenit, trasit, latit, andesit,
monzodiorit, monzoit, diorite, dolomite, dan tuff riodasit. Endapan bijih bauksit
berasal dari hasil proses pelapukan kimia batuan beku asam dan intermediet,
mineral pada batuan beku asam dan intermediet umumnya kaya akan hornblende,
biotite, muskovit, K- feldspar, piroksen, dan kuarsa. Berikut deskripsi dari
masing-masing mineral yaitu :

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi |

1. Hornblende (X2-3 Y5 Z8 O22 (OH)2) dengan X : Ca, Y : Mg atau


Fe, dan Z : Si atau Al. Hornblende mengandung silikat cukup
banyak. Kristalisasinya dari magma yang mengandung komponen
air (disebut mineral basah), dan kemungkinan beralterasi menjadi
klorit bila kandungan air cukup banyak. Mineral ini sangat tidak
stabil dengan pelapukan.
2. Biotit K(Mg, Fe)3(AlSi3O10)(OH)2 merupakan bagian dari kelompok
mineral mika yang berwarna gelap. Ikatan mineral ini sangat lemah
dan mudah membelah sepanjang bidang kristalnya. Mengkristal dari
magma yang mengandung air pada batuan beku yang banyak
mengandung silika, baik pada batuan sedimen dan metamorf.
3. Muskovit KAl2(AlSi3O10)(OH)2 termasuk kelompok mika yang
hampir sama dengan biotit. Terdapat pada batuan beku yang kaya
akan silika. Muskovit juga terdapat pada batuan sedimen dan
metamorf.
4. Felspar, dibagi dalam dua jenis utama ; Felspar ortoklas atau K feldspar, (K, Na) AlSi3O8 dan feldspar plagioklas, (Na-Ca) Si3O8.
Felspar ortoklas terdapat pada batuan beku yang kaya akan silika.
Felspar plagioklas merupakan kandungan utama yang penting dan
dipakai sebagai dasar klasifikasi batuan beku.
5. Kwarsa (SiO2) tidak berwarna bila murni dan penambahan zat lain
akan merubah warna beragam misal hadirnya unsur Al dan Fe
memberi warna kemerahan, tergantung pada kombinasi kandungan
unsurnya. Kwarsa dijumpai pada batuan yang kaya akan silika.
Kandungan mineralnya umumnya terdiri dari oksida alumunium, dan
hidroksida alumunium, dan paling umumnya yaitu berupa mineral gibbsite
[Al(OH)3 atau Al2O3.3H2O)], boehmite [-AlO(OH) atau Al2O3.H2O], dan
diaspore [ AlO(OH) atau Al2O3.H2O]. Biasanya dalam suatu endapan bauksit,
jarang sekali alumunium hidroksida terjadi sebagai mineral tunggal, umumnya
terjadi campuran antara dua mineral alumunium hidroksida itu sendiri, atau bisa
juga dengan hidroksida dan oksida besi, selain itu juga berasosiasi dengan kaolin
untuk membentuk endapan bauksit.

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 10

II.3. Laterisasi
Istilah laterit berasal dari bahasa latin later yang berarti bata (membentuk
bongkah-bongkah seperti bata yang berwarna merah bata) (Guilbert dan park,
1986) dalam Waheed 2001. Laterit adalah tanah residual hasil dari pelapukan
kimia batuan pada permukaan bumi, dimana mineral mineral asli yang tidak
stabil terhadap kehadiran air akan larut atau terurai dan membentuk mineral baru
yang lebih stabil (Elias, 2002). Menurut Waheed (2001) proses lateritisasi adalah
proses pelapukan secara kimiawi yang akan mengakibatkan pengkayaan sekunder
pada unsur - unsur tertentu dan menghasilkan endapan yang bernilai ekonomis
seperti endapan nikel dan bauksit. Proses laterisasi biasanya berkembang pada
daerah yang beriklim tropis hingga sub tropis dengan curah hujan yang relatif
tinggi (1500 2500 mm/tahun).
Proses laterisasi dimulai dari inltrasi air hujan yang bersifat asam masuk
dalam zona retakan batuan dan akan melarutkan mineral yang mudah larut pada
batuan dasar. Mineral dengan berat jenis tinggi akan tertinggal di permukaan
sehingga mengalami pengkayaan residu. Sedangkan mineral lain yang bersifat
mobile akan terlarutkan ke bawah dan membentuk suatu zona akumulasi dengan
pengkayaan supergen (Golightly, 1981).
Proses dimana batuan bereaksi dengan agen-agen atmosfer, hidrosfer dan
aktivitas biologi untuk membentuk fase mineral yang lebih stabil. Pelapukan
kimia terjadi dalam 4 proses :
a. Hidrolisis : oksigen (O2), karbondioksida (CO2), airtanah, mineralmineral asam yang terlarut dalam batuan dan menghancurkan
struktur kristal.
b. Oksidasi dan reduksi : merupakan proses yang akan membentuk
mineral-mineral oksida akibat reaksi antara mineral dengan oksigen,
atau jika mengikutsertakan air akan menjadi mineral hidroksida.
Umumnya ditunjukkan dengan hadirnya besi oksida atau hidroksida,
dicirikan oleh warna batuan dan tanah menjadi merah atau kuning,
dan kadang-kadang tertutup oleh humus.

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 11

c. Hidrasi : merupakan proses penyerapan molekul-molekul air oleh


mineral, sehingga membentuk mineral hidrous atau reaksi dengan
sejumlah air pada ion hidroksi ke bentuk mineral yang baru. Contoh
: hematit menjadi limonit.
Pelarutan : merupakan tahap awal dari proses pelapukan kimia. Proses ini
terjadi pada saat adanya aliran air baik di permukaan atau dalam batuan. Pelarutan
dapat berupa presipitasi kimiawi yang akan merubah volume dan meningkatkan
pelapukan fisika.

II.4. Morfometri
Morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari suatu bentuklahan dan
merupakan unsur geomorfologi pendukung yang sangat berarti terhadap
morfografi dan morfogenetik. Penilaian kuantitatif terhadap bentuklahan
memberikan penajaman tata nama bentuklahan dan akan sangat membantu
terhadap analisis lahan untuk tujuan tertentu, seperti tingkat erosi, kestabilan
lereng dan menentukan nilai dari kemiringan lereng tersebut.
II.4.1. Lereng
Lereng merupakan bagian dari bentuklahan yang dapat memberikan
informasi kondisi - kondisi proses yang berpengaruh terhadap bentuklahan,
sehingga dengan memberikan penilaian terhadap lereng tersebut dapat ditarik
kesimpulan dengan tegas.
tata nama satuan geomorfologi secara rinci. Ukuran penilaian lereng dapat
dilakukan terhadap kemiringan lereng dan panjang lereng, sehingga tata nama
satuan geomorfologi dapat lebih dirinci dan tujuan - tujuan tertentu, seperti
perhitungan tingkat erosi, kestabilan lereng dan perencanaan wilayah dapat dikaji
lebih lanjut.
II.4.2. Perbedaan ketinggian
Perbedaan ketinggian (elevasi) biasanya diukur dari permukaan laut,
karena permukaan laut dianggap sebagai bidang yang memilki angka ke-tinggian
(elevasi) nol. Pentingnya pengenalan perbedaan ketinggian adalah untuk
menyatakan keadaan morfografi dan morfogenetik suatu bentuklahan, seperti
perbukitan, pegunungan atau dataran.

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 12

Tabel 3. Hubungan ketinggian absolut dengan morfografi (Van Zuidam, 1985)

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 13

Tabel 4. Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan perbedaan ketinggian.


(Van Zuidam,1985)

II.5. Eksplorasi
Eksplorasi

adalah

penyelidikan

lapangan

untuk

mengumpulkan

data/informasi selengkap mungkin tentang keberadaan sumberdaya alam di suatu


tempat. Kegiatan eksplorasi sangat penting dilakukan sebelum pengusahaan bahan
tambang dilaksanakan mengingat keberadaan bahan galian yang penyebarannya
tidak merata dan sifatnya sementara yang suatu saat akan habis tergali. Sehingga
untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah cadangan serta cara
pengambilannya diperlukan penyelidikan yang teliti agar tidak membuang tenaga
dan modal, disamping untuk mengurangi resiko kegagalan, kerugian materi,
kecelakaan kerja dan kerusakan lingkungan.
Tahapan eksplorasi Pemilihan Metode, metode eksplorasi yang digunakan
umumnya dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 14

1. Cara tidak langsung :

Geofisika

Geokimia.

2. Cara langsung :

Pemetaan

Pemboran

3. Gabungan cara langsung dan tak langsung


1. Studi Pendahuluan. Tahap ini merupakan aktifitas persiapan sebelum
melakukan kegiatan di lapangan yang meliputi studi literatur dari hasil
penelitian terdahulu terhadap daerah yang akan diselidiki, mempelajari
konsep-konsep geologi, interpretasi foto udara maupun citra landsat dan
studi model mineralisasi yang diperkirakan berdasarkan data geologi yang
ada, penyiapan peta kerja, peralatan, membuat rencana percontohan, dan
melakukan proses perizinan dengan instansi terkait. Studi pendahuluan ini
akan sangat membantu kelancaran kerja selanjutnya di lapangan.
2. Survai Tinjau (Reconnaissance). Pada tahap ini dilakukan survai
(peninjauan) secara sepintas pada daerah-daerah yang diperkirakan menarik
berdasarkan dari data geologi guna mengetahui indikasi mineralisasi di
lapangan. Peninjauan langsung di lapangan dengan melakukan pengamatan
terhadap endapan sungai aktif. Skala peta yang dipakai adalah mulai dari
1:200.000 sampai dengan 1:100.000. Survei Tinjau (Reconnaissance)
merupakan kegiatan eksplorasi awal yang terdiri dari pemetaan geologi
regional, pemotretan udara, citra satelit dan metoda survey tidak langsung
lainnya untuk mengidentifikasi daerah-daerah anomali atau mineralisasi
yang prospektif untuk diselidiki lebih lanjut. Sasaran utama dari peninjauan
ini adalah mengidentifikasi daerah potensial (prospek) yang diperkirakan
mengandung mineralisasi/cebakan skala regional terutama berdasarkan hasil
studi geologi regional dan analisis penginderaan jarak jauh untuk dilakukan
penyelidikan lebih lanjut. Pada tahapan ini juga dilakukan pekerjaan
pemboran. Lebih jelasnya, pekerjaan yang dilakukan pada tahapan ini
adalah :

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 15

Pemetaan geologi dan topografi skala 1 : 25.000 sampai skala 1 : 10.000.


Penyelidikan geologi adalah penyelidikan yang berkaitan dengan aspekaspek geologi diantaranya: pemetaan geologi, parit uji, sumur uji. Pada
penyelidikan geologi dilakukan pemetaan geologi yaitu dengan melakukan
pengamatan dan pengambilan conto yang berkaitan dengan aspek geologi
di lapangan. Adapun pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi,
mineralisasi, ubahan dan struktur pada singkapan, sedangkan pengambilan
conto berupa batuan terpilih..
Pembuatan sumur uji
Analisis kualitas cadangan sementara
Hasilnya sumber daya hipotetik sampai tereka
3. Prospeksi Umum (General Prospection). Tahapan prospeksi dilakukan
untuk mempersempit daerah yg mengandung cebakan mineral yang
potensial. Kegiatan penyelidikan dilakukan dengan cara pemetaan geologi
dan pengambilan percontoh awal, misalnya paritan dan pemboran yang
terbatas, studi geokimia dan geofisika, yang tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi suatu sumberdaya mineral tereka (Inferred Mineral
Resources) yang perkiraan kuantitas dan kualitasnya dihitung berdasarkan
hasil analisis kegiatan di atas Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahapan
survei tinjau. Cakupan daerah yang diselidiki sudah lebih kecil dengan skala
peta antara 1:50.000 sampai dengan 1:25.000. Data yang didapat meliputi
morfologi (topografi) dan kondisi geologi (jenis batuan/stratigrafi,
hubungan stratigrafi, dan struktur geologi yang berkembang). Pengambilan
conto pada daerah prospek secara alterasi dan mineralisasi dilakukan secara
sistematis dan terperinci untuk analisa laboratorium, sehingga dapat
diketahui kadar/kualitas cebakan mineral suatu daerah yang akan
dieksplorasi. 4. Eksplorasi Tahapan ini merupakan tahapan lanjutan setelah
survey tinjau dan prospeksi. Tujuan tahap eksplorasi adalah untuk
mengetahui sumber daya cebakan mineral secara rinci, yaitu untuk
mengetahui, menemukan, mengidentifikasi dan menentukan gambaran
geologi dan pemineralan berdasarkan ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan
kualitas suatu endapan mineral untuk kemudian dapat dilakukan

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 16

analisa/kajian kemungkinan dilakukannya pengembangan secara ekonomis.


Tahapan eksplorasi dibagi dua, yaitu eksplorasi umum dan eksplorasi rinci.
Eksplorasi umum rnerupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang
teridentifikasi, setelah itu dilanjutkan dengan tahap eksplorasi rinci yaitu
tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalarn 3-dimensi terhadap
endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan, paritan,
lubang bor, shafts dan terowongan.

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 17

BAB III
PEMBAHASAN DAN HASIL

III.1. Metode Eksplorasi Daerah Penelitian


Kegiatan eksplorasi pada daerah penelitian adalah menggunakan metode
pemetaan dan pengambilan conto batuan (testpit & drilling), untuk mengumpulkan data
selengkap mungkin terkait keberadaan sumberdaya bauksit. Pentingnya kegiatan
eksplorasi ini adalah untuk menentukan lokasi sebaran, kwalitas dan kwantitas
cadangan serta perencanaan hal-hal terkait pembiayaan dan pengembangan. Secara
umum runtutan kegiatan terkait eksplorasi daerah penelitian adalah:
III.1.1 Studi Pendahuluan
Tahap ini merupakan aktifitas persiapan sebelum melaksanakan kegiatan di
lapangan, meliputi studi literatur dari hasil penelitian terdahulu (PT. Alcomin, PT.
ANTAM, dll.), interpretasi foto udara maupun citra landsat, penyiapan peta kerja,
peralatan, melakukan proses perijinan serta pengenalan budaya setempat. Studi
pendahuluan ini akan sangat membantu kelancaran kerja di lapangan.
III.1.2 Survei Tinjau (Reconnaissance)
Adalah tahap peninjauan daerah tereka keterdapatan cadangan bauksit secara
sepintas untuk mengetahui indikasi mineralisasi di lapangan serta ketersampaian
akses menuju lokasi yang mengandung potensi endapan bauksit, hal ini juga penting
dalam penentuan blok-blok operasi kegiatan prospeksi selanjutnya. Kegiatan yang
termasuk dalam survei tinjau antara lain:
1. Pemetaan Topografi dan Geologi (skala 1:50000 hingga 1:25000).
2. Kegiatan channeling, yaitu mengambil conto di beberapa daerah tersingkap bijih
bauksit.
3. Analisis kwalitas cadangan sementara dari conto channel.

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 18

Gambar 10. Pengambilan Conto Channel pada Outcrop Bauksit

III.1.3 Prospeksi
Tahapan prospeksi dilakukan untuk mempersempit daerah dengan cebakan bijih
bauksit yang potensial. Kegiatan prospeksi ini dilakukan dengan cara pemetaan
geologi serta identifikasi cebakan mineral dan model mineralisasi, pada tahap ini
juga telah dilakukan pengambilan conto bijih bauksit baik dengan testpit maupun
drilling. Adapun tahapan kegiatan prospeksi ini adalah:
1. Prospeksi cadangan tereka, adalah penyelidikan dengan menggunakan peta
topografi skala 1:25000 dengan maksud menentukan secara umum lokasi
penyebaran bauksit, pada prospeksi ini juga dilakukan pengambilan conto melalui
testpit dengan interval 400x400 meter hingga 200x200 meter, hasil prospeksi ini
adalah lokalisir daerah sumberdaya bauksit tereka (Inferred Bauxite Resource).
2. Prospeksi cadangan terkira, tahap prospeksi ini menggunakan peta topografi
skala 1:10000 dengan maksud pengukuran lebih detail sumberdaya bauksit
terindikasi (Indicated Bauxite Resource) daerah penelitian, pada prospeksi ini
dilakukan pengambilan conto melalui testpit dengan interval 100x100 meter.
3. Prospeksi cadangan terbukti, adalah penyelidikan dalam menentukan sumber
daya bauksit terukur (Measured Bauxite Resource), peta topografi yang
dpergunakan telah mempergunakan skala 1:5000 hingga lebih kecil, pengambilan
conto dapat mempergunakan metode testpit atau drilling dengan interval 50x50

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 19

meter hingga 25x25 meter (detail). Hasil prospeksi ini kemudian dipelajari pada
studi kelayakan dalam kepentingannya menentukan AMDAL dan perencanaan
tambang.

Gambar 11. Penggalian Testpit (Sumur Uji) Lokasi Prospek Bauksit

Gambar 12. Kegiatan Drilling (Pengeboran) Lokasi Prospek Bauksit

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 20

III.2. Analisis Morfometri pada Prospeksi Cadangan Tereka


Daerah penelitian merupakan daerah denudasional pada lithologi vulkanik yang
memungkinkan terjadinya endapan mineral karena adanya proses pencucian (leaching).
Endapan residual bauksit sendiri dapat diidentifikasi keterdapatannya dengan cara
analisis peta topografi, dengan anggapan bahwa mineral ini terjadi karena pelapukan
kuat maka hanya akan terdapat pada daerah dengan intensitas pelapukan kuat pula.
Akan tetapi jika proses pencucian (leaching) terjadi secara sangat intensif dan terus
menerus maka konkresi mineral bauksit juga hanya akan terubahkan menjadi mineral
lempung, biasanya hal ini terjadi pada daerah genangan maupun pelimpasan air.
Maka analisis morfometri menjadi langkah awal yang efektif dalam penentuan
blok-blok prospeksi cadangan bauksit. Metode ini adalah mengelompokkan ciri
morfologi terukur dari peta topografi, sehingga sebaran zona mineralisasi dapat
diidentifikasi dari awal. Kemudian peta blok morfometri ini dikombinasikan dengan
peta sebaran outcrop maupun pengambilan conto lain yang akan mempermudah dalam
penentuan daerah-daerah prospek.
Metode analisis menggunakan rumus perhitungan morfometri kelerengan (Van
Zuidam, 1985), teknik perhitungannya adalah dengan membuat garis sayat pada setiap
kenampakan morfografi perbukitan dengan ketentuan tegak lurus kontur dan tidak
memotong nilai kontur yang sama, kemudian dihitung masing-masing garis sayat untuk
ditentukan rata-rata prosentase kelerengannya, persamaanya adalah:
S=

(n-1) x IK
D x Skala

X 100 %

Dimana, S : Slope / kelerengan (%)


n : Jumlah kontur yang terpotong garis sayat
IK : Interval Kontur (meter)
D : Panjang garis sayat (Cm)
Skala : Skala peta (menggunakan skala peta 1:20.000)

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 21

Gambar 13. Peta satuan geomorfologi.

Gambar 14. Peta blok morfometri prospeksi


cadangan tereka.

Prospeksi zona mineralisasi bauksit daerah penelitian sendiri didasarkan pada


sebaran bijih bauksit terkandung yang dapat dibuktikan melalui channeling, testpit
maupun drillling. Titik-titik keterdapatan bauksit diplot dan dilokalisir sehingga dapat
ditentukan zona mineralisasinya, cara menentukan zona mineralisasi bauksit:
Zona Mineralisasi (Ha): Jumlah Titik Terkandung Bauksit X Interval Grid Peta Prospeksi

Sebagai contoh adalah: pada blok 1 jumlah titik terkandung adalah 43, sementara itu
prospeksi menggunakan peta dengan skala 1:20000 dan setiap grid peta memiliki
interval 200 m, maka:
Zona Mineralisasi

: Jumlah titik terkandung X interval grid peta prospeksi


: 43 titik X (200X200) m
: 43 X 40000 m2 = 1720000 m2 = 172 Ha

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 22

Gambar 15. Peta zona mineralisasi prospeksi cadangan tereka.

Data hasil analisis morfometri kemudian dikombinasikan dengan data lokalisir


zona mineralisasi prospeksi cadangan tereka, hasilnya adalah penilaian terkait hubungan
antara blok morfometri dan zona mineralisasi. Penilaian ini menghasilkan grafik
hubungan antara kelerengan dengan sebaran cadangan bauksit di daerah penelitian.
Perlunya penilaian ini adalah untuk mengetahui cadangan sementara tahap prospeksi
tereka serta untuk menentukan daerah prospek pada tahapan selanjutnya.

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 23

Tabel 5. Resume perhitungan morfometri dan zona mineralisasi prospeksi cadangan tereka.
Morfometri dan Zona Mineralisasi Prospeksi Cadangan Tereka
Blok

luas (Ha)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

90.40
258.20
173.80
148.70
413.80
785.50
215.00
283.30
412.80
65.30
344.50
74.30
1187.00
182.80
251.10
169.80
367.60

Kelerengan (%)
25.00
10.00
18.00
43.00
19.00
13.00
27.00
8.00
18.00
25.00
28.00
12.00
52.00
31.00
35.00
30.00
12.00

Kelerengan ()
23.00
9.00
16.00
38.00
17.00
12.00
24.00
8.00
16.00
23.00
25.00
11.00
47.00
28.00
31.00
27.00
11.00

Beda Tinggi (m)


65.00
42.00
52.00
157.00
73.00
58.00
61.00
44.00
56.00
88.00
85.00
41.00
203.00
130.00
111.00
65.00
48.00

Zona
Mineralisasi (Ha)
0.00
0.00
8.00
0.00
36.00
148.00
8.00
12.00
76.00
0.00
88.00
8.00
32.00
0.00
24.00
0.00
0.00

60
50
40
% kelerengan

30

Beda Tinggi
20

% mineralisasi

10
0
blok blok blok blok blok blok blok blok blok blok blok blok blok blok blok blok blok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Gambar 16. Grafik hubungan antara kelerengan, beda tinggi dan mineralisasi prospek
cadangan tereka.

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 24

III.3. Analisis Morfometri pada Prospeksi Cadangan Terkira


Analisis morfometri pada tahap ini sama dengan analisis morfometri
sebelumnya, dengan skala peta topografi yang lebih kecil (1:10.000). Penentuan daerah
pengamatan pada tahap mengacu pada hasil pengamatan sebelumnya, yakni pada lokasi
dengan zona mineralisasi yang dianggap penting. Pada tahap prospeksi sebelumnya
dapat disimpulkan bahwa daerah prospek berada pada blok 6, blok 9 serta blok 11,
maka pada tahap ini penyelidikan dipersempit areanya menjadi 3X4.5 Km meliputi
ketiga blok tersebut (koordinat X: 452000-455000, Y: 9849500-9854000 UTM).
Peta topografi skala 1:10.000 dibagi kembali menjadi blok-blok yang didasarkan
pada morfografi serta morfometri, perbedaannya adalah pada tahap ini interval grid
100X100 meter. Selanjutnya pemasangan titik-titik testpit dengan interval 100 meter
yang didasarkan pada range persen kelerangan serta stripping ratio zona mineralisasi
tahap prospeksi cadangan tereka.

Gambar 17. Peta zona mineralisasi

Gambar 18. Peta blok morfometri

prospek cadangan terkira.

prospek cadangan terkira.

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 25

Tabel 6. Resume perhitungan morfometri dan zona mineralisasi prospeksi cadangan terkira.
Morfometri dan Zona Mineralisasi Prospeksi Cadangan Terkira
Blok
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

luas (Ha)
139.60
112.50
39.20
19.10
104.50
117.50
121.50
106.50
146.70
94.40
160.70
16.10
177.80

Kelerengan (%)

Kelerengan ()

56.00
24.00
16.00
48.00
31.00
28.00
12.00
9.00
22.00
14.00
12.00
49.00
22.00

Beda Tinggi (m)

50.00
22.00
14.00
43.00
28.00
25.00
11.00
8.00
20.00
13.00
11.00
44.00
20.00

119.00
42.00
33.00
93.00
54.00
53.00
22.00
23.00
40.00
31.00
26.00
97.00
43.00

Zona
Mineralisasi (Ha)
7.00
0.00
5.00
0.00
19.00
12.00
14.00
12.00
25.00
21.00
9.00
0.00
7.00

60
50
40
% kelerengan

30

Beda Tinggi
20

% mineralisasi

10

Blok 13

Blok 12

Blok 11

Blok 10

Blok 9

Blok 8

Blok 7

Blok 6

Blok 5

Blok 4

Blok 3

Blok 2

Blok 1

Gambar 19. Grafik hubungan antara kelerengan, beda tinggi dan mineralisasi prospek
cadangan terkira.

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 26

III.4. Analisis Morfometri pada Prospeksi Cadangan Terukur


Pada tahap eksplorasi ini gambaran hasil eksplorasi telah dapat dilihat dengan
detail. Daerah penyelidikan dipersempit pada koordinat X: 452600-453600, Y:
9850300-9851800 UTM, skala yang dipergunakan 1:2.000. Titik-titik pengambilan
conto bijih berjarak 50X50 meter, dimana pengambilannya dapat menggunakan metode
testpit maupun drillling. Hasil prospeksi pada tahap ini diharapkan dapat untuk
mengetahui 3 dimensi dari sebaran mineral sehingga dapat dikalkulasikan dengan
tingkat akurasi yang lebih mendekati kebenaran dari kondisi bijih bauksit di bawah
permukaan.
Analisis morfometri pada tahapan ini juga menjadi sangat berguna dalam
pembuatan model sebaran bijih cadangan bauksit bawah permukaan serta keperluan lain
seperti awal penentuan washing plant, analisa dampak lingkungan dan perencanaan
penambangan. Hasil pengamatan data morfometri dan pengambilan conto bauksit
(testpit & drilling) menghasilkan kenampakan yang signifikan dan menunjukkan adanya
hubungan antara kelerengan dengan model mineralisasi pada daerah penelitian, hal ini
juga sangat membantu dalam menentukan daerah cadangan ekonomis bijih bauksit.

Tabel 7. Resume perhitungan morfometri dan zona mineralisasi prospeksi cadangan terukur.
Morfometri dan Zona Mineralisasi Prospeksi Cadangan Terukur
Blok

luas (Ha)

Kelerengan (%)

Kelerengan ()

Beda Tinggi (m)

1
2
3
4
5
6
7

11.55

19.00
16.00
17.00
9.00
12.00
12.00
11.00

17.00
14.00
16.00
8.00
11.00
11.00
10.00

29.00
14.00
19.00
10.00
13.00
15.00
12.00

12.81
24.61
35.91
15.32
39.43
11.05

Zona
Mineralisasi (Ha)
3.50
8.50
9.00
13.00
2.50
20.50
0.00

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 27

35.00
30.00
25.00
20.00

Kelerengan (%)
Beda Tinggi (m)

15.00

mineralisasi (Ha)
10.00
5.00
0.00
Blok 1

Blok 2

Blok 3

Blok 4

Blok 5

Blok 6

Blok 7

Gambar 20. Grafik hubungan antara kelerengan, beda tinggi dan mineralisasi prospek
cadangan terukur.

Gambar 21. Peta blok morfometri prospek cadangan terukur.

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 28

Tabel 8. Resume perhitungan morfometri dan stripping ratio prospeksi cadangan terukur.
Morfometri dan Stripping Ratio Prospeksi Cadangan Terukur
Blok

luas (Ha)

Kelerengan (%)

Kelerengan ()

Beda Tinggi (m)

% OB (m)

%ORE (m)

1
2
3
4
5
6
7

11.55

19.00
16.00
17.00
9.00
12.00
12.00
11.00

17.00
14.00
16.00
8.00
11.00
11.00
10.00

29.00
14.00
19.00
10.00
13.00
15.00
12.00

7.62

3.85

6.08

2.7

8.76

5.4

12.81
24.61
35.91
15.32
39.43
11.05

8.64

5.24

10.42

6.39

8.45

8.03

0.00

20
18
16
14
12

% Slope

10

% OB (m)

%ORE (m)

6
4
2
0
Blok 1

Blok 2

Blok 3

Blok 4

Blok 5

Blok 6

Blok 7

Gambar 22. Grafik hubungan antara kelerengan dan stripping ratio prospek cadangan
terukur.

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 29

Gambar 23. Peta blok morfometri dan titik conto prospek cadangan terukur.

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 30

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 31

Gambar 24. Penampang model bawah permukaan prospek cadangan terukur.

BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan pada Bagian sebelumnya,


maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Daerah penelitian, yakni Desa Pangkalan Suka Kecamatan Nanga Tayap Kabupaten
Ketapang kalimantan Barat merupakan daerah dengan keterdapatan endapan bauksit
laterit.
2. Faktor yang mendukung keterbentukan endapan bauksit pada daerah pengamatan
adalah lithologi yang merupakan batuan beku dengan nisbah mineral alumina tinggi,
kondisi tektonik yang stabil, kondisi geomorfologi berupa daerah bergelombang
hingga daerah perbukitan, iklim tropis dan curah hujan yang tinggi.
3. Pada analisis morfometri cadangan tereka luasan daerah mencakup 5400 Hektar
dengan rata-rata beda tinggi 26% dan beda tinggi 81 meter, serta luas zona
mineralisasi 440 Hektar (8.5% dari luas area).
4. Pada analisis morfometri cadangan terkira luasan daerah mencakup 1350 Hektar
dengan rata-rata beda tinggi 22% dan beda tinggi 54 meter, serta luas zona
mineralisasi 135 Hektar (10% dari luas area).
5. Pada analisis morfometri cadangan terukur luasan daerah mencakup 150 Hektar
dengan rata-rata beda tinggi 14% dan beda tinggi 16 meter, serta luas zona
mineralisasi 57 Hektar (38% dari luas area).
6. Prospeksi cadangan terukur menunjukkan bahwa daerah prospek memiliki rata-rata
kelerengan 14% dengan stripping ratio 158%.
7. Umumnya cadangan bauksit laterit dengan stripping ratio yang dianggap prospek
pada daerah penelitian terdapat pada daerah bergelombang dengan range kelerengan
antara 10-19%.

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 32

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Waheed., 2005. MINE GEOLOGY AT P.T. INCO. Mine geology, exploration
methods, ore processing, resource estimation, and project development. P.T. Inco,
Indonesia.
Ahmad, Waheed., 2006. Laterites : Fundamentals of chemistry, mineralogy, weathering
processes and laterite formation. P.T. Inco, Indonesia.
Astika prasiddha sasyri wilatikta, karakteristik mineralogi dan geokimia Endapan bauksit
tambang tayan, kalimantan Barat, Gajah Mada University 2013.
Bateman, A. A., 198,. Lateritisation Processes. Rotterdam.171-184
Eko Agung H.S., Tinjauan Umum Tentang Genesa Bauksit, Seminar Geologi, Sekolah
Tinggi Teknologi Nasional Yogytakarta 2013.
Hartono, Hiltrudis Gendoet., 2010, Petrologi Batuan Beku dan Gunungapi, Unpad Prees,
page 57.
Rustandi, E. dan Keyser, F. De, 1993. Peta Geologi Lembar Ketapang, Kalimantan Barat.
Bandung, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.
Sukandarrumidi, 1998.Bahan Galian Industri. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Sukandarrumidi, 2009. Geologi mineral Logam. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Tim Analisa dan Evaluasi Komoditi Mineral Internasional Proyek Pusat Informasi Mineral,
1984, Pengkajian Bauuksit, Alumina, Aluunium (study of Bauxite-AluminaAlumunium),

Departemen Pertambanan dan Energi, Direktorat Pertambangan

Umum, Pusat Teknologi Mineral.


Tim asisten Geomorfologi, 2012. Buku Panduan Praktikum Geomorfologi. Yogyakarta,
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional.
http://sastrageologi.blogspot.com/
http://teknik-tambang.blogspot.com/2011/04/pengetahuan-dasar-bauksit.html
http://miningunited.blogspot.com/2009/03/eksplorasi-endapan-bauksit.html
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/203/BAB%201.pdf:jsessionid=9E
3DD7FFD373DA5EFA66B5470F21?sequence=2
http://:rudyanshory.blogspot.com/2011/11/makalah-kimia-unsur.html
http://:edosevensix.blogspot.com/2011/10/bauksit.html
Scribd Proses Terbentuknya Bauksit. http://:scribd.com (Diakses tanggal 11 Oktober 2014).

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 33

LAMPIRAN

Kholilur Rohman | 410011001 | Seminar Geologi | 34

Lampiran 1. Perhitungan Morfometri


Perhitungan Kelerengan Prospeksi Cadangan Tereka (1:20000)
Blok Kode
a
b
c
1
d
e
f

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


0.6
4
10
200
1
5
10
200
0.4
3
10
200
1.3
2
10
200
0.5
3
10
200
0.8
3
10
200
Rata-rata

h
40
50
30
20
30
30
33

d
120
200
80
260
100
160
153

Prosentase slope
33%
30
25%
23
38%
34
8%
7
30%
27
19%
17
25%
23

Blok Kode
a
b
c
d
2
e
f
g
h

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


1.2
2
10
200
2.1
2
10
200
0.8
2
10
200
2
2
10
200
0.6
2
10
200
0.6
2
10
200
1.4
2
10
200
2
2
10
200
Rata-rata

h
20
20
20
20
20
20
20
20
20

d
240
420
160
400
120
120
280
400
268

Prosentase slope
8%
8
5%
4
13%
11
5%
5
17%
15
17%
15
7%
6
5%
5
10%
9

Blok Kode
a
b
c
d
3
e
f
g
h

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


1.2
2
10
200
0.5
2
10
200
1.5
4
10
200
0.9
3
10
200
0.6
5
10
200
0.8
3
10
200
0.8
2
10
200
0.9
2
10
200
Rata-rata

h
20
20
40
30
50
30
20
20
29

d
240
100
300
180
120
160
160
180
180

Prosentase slope
8%
8
20%
18
13%
12
17%
15
42%
38
19%
17
13%
11
11%
10
18%
16

Blok Kode
a
b
c
4
d
e
f
g

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala h


1.1
5
10
200
50
0.8
16
10
200 160
1.2
5
10
200
50
1
7
10
200
70
1
6
10
200
60
1
14
10
200 140
1
4
10
200
40
Rata-rata
81

d
220
160
240
200
200
200
200
203

Prosentase slope
23%
20
100%
90
21%
19
35%
32
30%
27
70%
63
20%
18
43%
38

Blok Kode
a
b
c
d
5
e
f
g

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


1.2
4
10
200
1.7
3
10
200
1.3
4
10
200
0.7
3
10
200
1.8
3
10
200
0.9
5
10
200
0.5
3
10
200

d
240
340
260
140
360
180
100

Prosentase slope
17%
15
9%
8
15%
14
21%
19
8%
8
28%
25
30%
27

h
40
30
40
30
30
50
30

h
i

10
200
10
200
Rata-rata

40
60
39

340
200
240

Blok Kode
a
b
c
d
e
6
f
g
h
i
j

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


2
3
10
200
0.6
3
10
200
0.6
3
10
200
0.7
3
10
200
0.7
2
10
200
1.5
3
10
200
2.7
3
10
200
1.2
2
10
200
1.6
3
10
200
2.1
2
10
200
Rata-rata

h
30
30
30
30
20
30
30
20
30
20
27

d
400
120
120
140
140
300
540
240
320
420
274

Prosentase slope
8%
7
25%
23
25%
23
21%
19
14%
13
10%
9
6%
5
8%
8
9%
8
5%
4
13%
12

Blok Kode
a
b
c
d
7
e
f
g
h
i

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


0.6
2
10
200
0.7
2
10
200
0.8
2
10
200
0.4
5
10
200
0.6
4
10
200
0.5
4
10
200
0.7
4
10
200
0.8
3
10
200
1.1
3
10
200
Rata-rata

h
20
20
20
50
40
40
40
30
30
32

d
120
140
160
80
120
100
140
160
220
138

Prosentase slope
17%
15
14%
13
13%
11
63%
56
33%
30
40%
36
29%
26
19%
17
14%
12
27%
24

Blok Kode
a
b
c
8
d
e
f

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


2.6
3
10
200
1.8
2
10
200
0.6
2
10
200
1.5
2
10
200
2
2
10
200
0.9
2
10
200
Rata-rata

h
30
20
20
20
20
20
22

d
520
360
120
300
400
180
313

Prosentase slope
6%
5
6%
5
17%
15
7%
6
5%
5
11%
10
8%
8

Blok Kode
a
b
c
d
e
9
f
g
h
i
j

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


1
4
10
200
0.7
3
10
200
0.5
3
10
200
1.5
6
10
200
0.9
2
10
200
0.7
3
10
200
1.3
3
10
200
1.2
3
10
200
1
3
10
200
0.9
3
10
200
Rata-rata

h
40
30
30
60
20
30
30
30
30
30
33

d
200
140
100
300
180
140
260
240
200
180
194

Prosentase slope
20%
18
21%
19
30%
27
20%
18
11%
10
21%
19
12%
10
13%
11
15%
14
17%
15
18%
16

Blok Kode
a

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


1.9
5
10
200

h
50

d
380

Prosentase slope
13%
12

10

1.7
1

4
6

12%
30%
19%

11
27
17

20
40
30
60
30
38

320
80
180
140
140
207

Blok Kode
a
b
c
d
e
f
11
g
h
i
j
k
l

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala h


0.5
3
10
200
30
1.3
5
10
200
50
1.2
4
10
200
40
1.5
3
10
200
30
0.4
3
10
200
30
0.7
4
10
200
40
1
6
10
200
60
1
10
10
200 100
0.5
4
10
200
40
0.9
5
10
200
50
0.9
4
10
200
40
1.1
4
10
200
40
Rata-rata
46

d
100
260
240
300
80
140
200
200
100
180
180
220
183

Prosentase slope
30%
27
19%
17
17%
15
10%
9
38%
34
29%
26
30%
27
50%
45
40%
36
28%
25
22%
20
18%
16
28%
25

Blok Kode
a
12
b
c

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


0.7
2
10
200
1
3
10
200
1.5
2
10
200
Rata-rata

h
20
30
20
23

d
140
200
300
213

Prosentase slope
14%
13
15%
14
7%
6
12%
11

Blok Kode
a
b
c
d
e
f
13
g
h
i
j
k
l

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


0.9
13
10
200
1.1
11
10
200
0.9
9
10
200
1.2
9
10
200
0.6
5
10
200
0.7
5
10
200
1.1
10
10
200
1.2
16
10
200
1.5
9
10
200
0.9
10
10
200
0.9
8
10
200
0.4
8
10
200
Rata-rata

h
130
110
90
90
50
50
100
160
90
100
80
80
94

d
180
220
180
240
120
140
220
240
300
180
180
80
190

Prosentase slope
72%
65
50%
45
50%
45
38%
34
42%
38
36%
32
45%
41
67%
60
30%
27
56%
50
44%
40
100%
90
52%
47

Blok Kode
a
b
c
14
d
e
f
g

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


0.9
6
10
200
1.1
7
10
200
1.1
7
10
200
1.5
9
10
200
1.3
8
10
200
1.7
9
10
200
1
7
10
200
Rata-rata

h
60
70
70
90
80
90
70
76

d
180
220
220
300
260
340
200
246

Prosentase slope
33%
30
32%
29
32%
29
30%
27
31%
28
26%
24
35%
32
31%
28

10

b
c
d
e
f

1.6
0.4
0.9
0.7
0.7

2
4
3
6
3

10
200
10
200
10
200
10
200
10
200
Rata-rata

6%
50%
17%
43%
21%
25%

6
45
15
39
19
23

Blok Kode
a
b
c
d
15
e
f
g
h

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


1
6
10
200
0.7
6
10
200
1.4
5
10
200
0.6
7
10
200
1.5
4
10
200
1.2
6
10
200
0.5
6
10
200
0.5
3
10
200
Rata-rata

h
60
60
50
70
40
60
60
30
54

d
200
140
280
120
300
240
100
100
185

Prosentase slope
30%
27
43%
39
18%
16
58%
53
13%
12
25%
23
60%
54
30%
27
35%
31

Blok Kode
a
b
c
16
d
e
f

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


0.8
3
10
200
0.8
4
10
200
0.5
3
10
200
1
4
10
200
0.4
3
10
200
0.3
3
10
200
Rata-rata

h
30
40
30
40
30
30
33

d
160
160
100
200
80
60
127

Prosentase slope
19%
17
25%
23
30%
27
20%
18
38%
34
50%
45
30%
27

Blok Kode
a
b
c
17
d
e
f
g

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


0.8
3
10
200
1.5
2
10
200
1.2
2
10
200
1.9
2
10
200
0.5
2
10
200
0.5
2
10
200
2.2
3
10
200
Rata-rata

h
30
20
20
20
20
20
30
23

d
160
300
240
380
100
100
440
246

Prosentase slope
19%
17
7%
6
8%
8
5%
5
20%
18
20%
18
7%
6
12%
11

Perhitungan Kelerengan Prospeksi Cadangan Terindikasi (1:10000)


Blok Kode
a
b
c
d
e
1
f
g
h
i
j

P. Sayatan (Cm)
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

N-1
12
8
14
17
16
9
8
9
9
9

Interval Skala
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
Rata-rata

h
60
40
70
85
80
45
40
45
45
45
56

d
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100

Prosentase
60%
40%
70%
85%
80%
45%
40%
45%
45%
45%
56%

slope
54
36
63
77
72
41
36
41
41
41
50

Blok Kode
a
b
c
d
e
2
f
g
h
i
j

P. Sayatan (Cm)
1
1.2
1.1
1
1
1
1
1
1
1

N-1
7
5
3
4
4
5
5
4
7
6

Interval Skala
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
Rata-rata

h
35
25
15
20
20
25
25
20
35
30
25

d
100
120
110
100
100
100
100
100
100
100
103

Prosentase
35%
21%
14%
20%
20%
25%
25%
20%
35%
30%
24%

slope
32
19
12
18
18
23
23
18
32
27
22

Blok Kode
a
b
3
c
d
e

P. Sayatan (Cm)
2.2
1.8
1.1
1
0.5

N-1
2
2
3
7
2

Interval Skala
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
Rata-rata

h
10
10
15
35
10
16

d
220
180
110
100
50
132

Prosentase
5%
6%
14%
35%
20%
16%

slope
4
5
12
32
18
14

Blok Kode
a
b
4
c
d
e

P. Sayatan (Cm)
1
1
1
1
1

N-1
15
11
4
9
9

Interval Skala
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
Rata-rata

h
75
55
20
45
45
48

d
100
100
100
100
100
100

Prosentase
75%
55%
20%
45%
45%
48%

slope
68
50
18
41
41
43

Blok Kode
a
b
c
d
e
5
f
g
h

P. Sayatan (Cm)
1
1
1
1
1.1
1
1
1

N-1
6
7
7
6
5
5
5
10

Interval Skala
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100

h
30
35
35
30
25
25
25
50

d
100
100
100
100
110
100
100
100

Prosentase
30%
35%
35%
30%
23%
25%
25%
50%

slope
27
32
32
27
20
23
23
45

i
j

1
1

6
6

5
100
5
100
Rata-rata

30
30
32

100
100
101

30%
30%
31%

27
27
28

Blok Kode
a
b
c
d
e
6
f
g
h
i
j

P. Sayatan (Cm)
2
0.6
1.5
1
1.1
1.1
1
1.1
1
1

N-1
4
8
9
4
3
7
5
4
6
6

Interval Skala
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
Rata-rata

h
20
40
45
20
15
35
25
20
30
30
28

d
200
60
150
100
110
110
100
110
100
100
114

Prosentase
10%
67%
30%
20%
14%
32%
25%
18%
30%
30%
28%

slope
9
60
27
18
12
29
23
16
27
27
25

Blok Kode
a
b
c
d
e
7
f
g
h
i
j
k

P. Sayatan (Cm)
0.7
1
1.2
1.3
1.7
1
0.6
1
1.1
1
1.8

N-1
2
3
3
3
2
2
2
3
4
2
2

Interval Skala
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
Rata-rata

h
10
15
15
15
10
10
10
15
20
10
10
13

d
70
100
120
130
170
100
60
100
110
100
180
113

Prosentase
14%
15%
13%
12%
6%
10%
17%
15%
18%
10%
6%
12%

slope
13
14
11
10
5
9
15
14
16
9
5
11

Blok Kode
a
b
c
8
d
e
f

P. Sayatan (Cm)
1.3
1.8
2.5
2.1
1
1

N-1
3
2
2
3
3
2

Interval Skala
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
Rata-rata

h
15
10
10
15
15
10
13

d
130
180
250
210
100
100
162

Prosentase
12%
6%
4%
7%
15%
10%
9%

slope
10
5
4
6
14
9
8

Blok Kode
a
b
c
d
e
9
f
g
h
i
j
k

P. Sayatan (Cm)
0.5
1.5
0.6
1
1
1
1
1.5
1
1.2
1.8

N-1
4
3
3
4
7
6
6
3
3
4
4

Interval Skala
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
Rata-rata

h
20
15
15
20
35
30
30
15
15
20
20
21

d
50
150
60
100
100
100
100
150
100
120
180
110

Prosentase
40%
10%
25%
20%
35%
30%
30%
10%
15%
17%
11%
22%

slope
36
9
23
18
32
27
27
9
14
15
10
20

Blok Kode
a
b
c
d
e
10
f
g
h
i
j

P. Sayatan (Cm)
1.5
1.1
1.8
1
1
1.2
1
1.5
1.2
2

N-1
3
6
5
4
2
2
4
4
4
2

Interval Skala
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
Rata-rata

h
15
30
25
20
10
10
20
20
20
10
18

d
150
110
180
100
100
120
100
150
120
200
133

Prosentase
10%
27%
14%
20%
10%
8%
20%
13%
17%
5%
14%

slope
9
25
13
18
9
8
18
12
15
5
13

Blok Kode
a
b
c
d
11
e
f
g
h
i

P. Sayatan (Cm)
0.9
1.3
1.5
0.7
1
2.1
2
0.6
2

N-1
5
2
3
2
2
3
3
2
2

Interval Skala
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
Rata-rata

h
25
10
15
10
10
15
15
10
10
13

d
90
130
150
70
100
210
200
60
200
134

Prosentase
28%
8%
10%
14%
10%
7%
8%
17%
5%
12%

slope
25
7
9
13
9
6
7
15
5
11

Blok Kode
a
b
12
c
d
e

P. Sayatan (Cm)
1
1
1
1
1

N-1
6
8
10
11
14

Interval Skala
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
Rata-rata

h
30
40
50
55
70
49

d
100
100
100
100
100
100

Prosentase
30%
40%
50%
55%
70%
49%

slope
27
36
45
50
63
44

Blok Kode
a
b
c
d
e
f
13
g
h
i
j
k
l
m

P. Sayatan (Cm)
1
0.7
0.6
1
0.9
1.8
1.4
1.5
1
1.6
1.2
1.5
1.2

N-1
4
2
9
9
3
5
7
3
3
4
3
2
4

Interval Skala
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
5
100
Rata-rata

h
20
10
45
45
15
25
35
15
15
20
15
10
20
23

d
100
70
60
100
90
180
140
150
100
160
120
150
120
118

Prosentase
20%
14%
75%
45%
17%
14%
25%
10%
15%
13%
13%
7%
17%
22%

slope
18
13
68
41
15
13
23
9
14
11
11
6
15
20

Perhitungan Kelerengan Prospeksi Cadangan Terukur (1:2000)


Blok Kode
a
b
c
d
e
1
f
g
h
i
j

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


2.5
12
1
20
2.5
27
1
20
2.5
16
1
20
2.5
15
1
20
1.3
15
1
20
2.5
31
1
20
3.8
23
1
20
3.8
12
1
20
1.3
8
1
20
1.3
3
1
20
Rata-rata

h
12
27
16
15
15
31
23
12
8
3
16

d
51
51
51
51
25
51
76
76
25
25
48

Prosentase slope
24%
21
53%
48
32%
29
30%
27
59%
53
61%
55
30%
27
16%
14
32%
29
12%
11
35%
31

Blok Kode
a
b
c
d
e
2
f
g
h
i
j

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


3.8
25
1
20
2.5
15
1
20
2.5
10
1
20
2.5
9
1
20
3.8
4
1
20
2.5
8
1
20
3.8
9
1
20
2.5
4
1
20
2.5
6
1
20
2.5
4
1
20
Rata-rata

h
25
15
10
9
4
8
9
4
6
4
9

d
76
51
51
51
76
51
76
51
51
51
58

Prosentase slope
33%
30
30%
27
20%
18
18%
16
5%
5
16%
14
12%
11
8%
7
12%
11
8%
7
16%
14

Blok Kode
a
b
c
d
e
3
f
g
h
i
j

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


3.8
20
1
20
3.8
9
1
20
3.8
17
1
20
2.5
20
1
20
3.8
8
1
20
3.8
8
1
20
2.5
7
1
20
2.5
9
1
20
3.8
9
1
20
3.8
7
1
20
Rata-rata

h
20
9
17
20
8
8
7
9
9
7
11

d
76
76
76
51
76
76
51
51
76
76
68

Prosentase slope
26%
24
12%
11
22%
20
40%
36
11%
10
11%
10
14%
12
18%
16
12%
11
9%
8
17%
16

Blok Kode
a
b
c
d
e
4
f
g
h
i
j

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


2.5
10
1
20
3.8
5
1
20
3.8
3
1
20
3.8
3
1
20
3.8
8
1
20
2.5
6
1
20
3.8
4
1
20
3.8
8
1
20
3.8
7
1
20
3.8
4
1
20
Rata-rata

h
10
5
3
3
8
6
4
8
7
4
6

d
51
76
76
76
76
51
76
76
76
76
71

Prosentase slope
20%
18
7%
6
4%
4
4%
4
11%
10
12%
11
5%
5
11%
10
9%
8
5%
5
9%
8

Blok Kode
a
b
c
d
e
5
f
g
h
i
j

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


3.8
9
1
20
3.8
11
1
20
2.5
5
1
20
3.8
15
1
20
2.5
3
1
20
2.5
7
1
20
2.5
3
1
20
3.8
3
1
20
3.8
19
1
20
3.8
7
1
20
Rata-rata

h
9
11
5
15
3
7
3
3
19
7
8

d
76
76
51
76
51
51
51
76
76
76
66

Prosentase slope
12%
11
15%
13
10%
9
20%
18
6%
5
14%
12
6%
5
4%
4
25%
23
9%
8
12%
11

Blok Kode
a
b
c
d
e
f
g
6
h
i
j
k
l
m
n
0

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


3.8
7
1
20
5.1
7
1
20
3.8
9
1
20
2.5
7
1
20
3.8
5
1
20
5.1
8
1
20
3.8
10
1
20
3.8
11
1
20
2.5
14
1
20
3.8
8
1
20
3.8
7
1
20
3.8
7
1
20
3.8
6
1
20
3.8
23
1
20
3.8
6
1
20
Rata-rata

h
7
7
9
7
5
8
10
11
14
8
7
7
6
23
6
9

d
76
101
76
51
76
101
76
76
51
76
76
76
76
76
76
76

Prosentase slope
9%
8
7%
6
12%
11
14%
12
7%
6
8%
7
13%
12
15%
13
28%
25
11%
10
9%
8
9%
8
8%
7
30%
27
8%
7
12%
11

Blok Kode
a
b
7
c
d
e

P. Sayatan (Cm) N-1 Interval Skala


2.5
7
1
20
3.8
5
1
20
2.5
9
1
20
3.8
4
1
20
3.8
8
1
20
Rata-rata

h
7
5
9
4
8
7

d
51
76
51
76
76
66

Prosentase slope
14%
12
7%
6
18%
16
5%
5
11%
10
11%
10

Lampiran 2. Data Primer Eksplorasi Bauksit Site Pangkalan Suka


Kode
01DR08
01DR09
01DR10
01DR11
01DR12
01DR13
01RK01
01RK02
01RK03
01RK04
01RK05
01RK06
01RK07
02RK01
02RK02
02RK03
02RK04
02RK05
02RK06
02RK07
02RK08
02RK09
02RK10
02RK11
02RK12
02RK13
02RK14
02RK15
02RK16
02RK17
03DR19
03DR20
03DR21
03RK01
03RK02
03RK03
03RK04
03RK05
03RK06
03RK07
03RK08
03RK09
03RK10
03RK11
03RK12
03RK13

X
452600
452600
452800
452700
452800
452600
452950
452950
452950
452950
452800
452700
452650
453050
453150
453200
453100
453050
453150
453050
453150
453050
453150
453000
453050
453100
453150
453050
453150
453100
453600
453500
453600
453550
453450
453450
453500
453550
453550
453550
453500
453450
453450
453450
453450
453250

Y
9851450
9851600
9851600
9851700
9851800
9851800
9851800
9851750
9851700
9851650
9851550
9851550
9851400
9851800
9851800
9851800
9851750
9851700
9851700
9851650
9851650
9851600
9851600
9851550
9851550
9851550
9851550
9851500
9851500
9851450
9851600
9851700
9851800
9851500
9851450
9851400
9851450
9851450
9851400
9851350
9851350
9851350
9851300
9851250
9851200
9851200

elv
65
71
67
66
54
64
64
66
69
69
52
45
56
90
101
79
95
74
83
68
75
65
72
60
64
70
71
64
69
65
65
64
65
61
57
58
64
82
86
82
73
53
51
52
60
40

OB
4.20
5.20
4.80
3.80
2.90
3.20
6.70
7.50
6.50
7.10
3.50
2.60
3.60
7.00
8.00
9.80
5.40
3.90
3.10
6.50
4.50
6.20
2.60
2.50
3.20
4.30
3.00
1.70
2.00
3.20
7.20
6.60
8.10
7.20
9.00
7.90
7.80
8.40
0.00
5.70
7.60
4.70
3.00
4.00
3.10
3.20

ORE
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
4.50
5.20
5.10
3.70
7.00
2.50
3.10
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
5.10
4.80
2.30
2.60
1.40
3.40
5.50
3.00
6.10
0.00
0.00
0.00
3.30
1.50
2.60
2.70
2.10
0.00
4.80
2.90
5.80
2.60
3.50
9.10
5.50

Depth
4.70
5.70
5.30
4.30
3.40
3.70
11.70
13.20
12.10
11.30
11.00
5.60
7.20
7.50
8.50
10.30
5.90
4.40
3.60
7.00
5.00
11.80
7.90
5.30
6.30
6.20
6.90
7.70
5.50
9.80
7.70
7.10
8.60
11.00
11.00
11.00
11.00
11.00
0.50
11.00
11.00
11.00
6.10
8.00
12.70
9.20

SR
4.20 / 0.00
5.20 / 0.00
4.80 / 0.00
3.80 / 0.00
2.90 / 0.00
3.20 / 0.00
6.70 / 4.50
7.50 / 5.20
6.50 / 5.10
7.10 / 3.70
3.50 / 7.00
2.60 / 2.50
3.60 / 3.10
7.00 / 0.00
8.00 / 0.00
9.80 / 0.00
5.40 / 0.00
3.90 / 0.00
3.10 / 0.00
6.50 / 0.00
4.50 / 0.00
6.20 / 5.10
2.60 / 4.80
2.50 / 2.30
3.20 / 2.60
4.30 / 1.40
3.00 / 3.40
1.70 / 5.50
2.00 / 3.00
3.20 / 6.10
7.20 / 0.00
6.60 / 0.00
8.10 / 0.00
7.20 / 3.30
9.00 / 1.50
7.90 / 2.60
7.80 / 2.70
8.40 / 2.10
0.00 / 0.00
5.70 / 4.80
7.60 / 2.90
4.70 / 5.80
3.00 / 2.60
4.00 / 3.50
3.10 / 9.10
3.20 / 5.50

03RK14
03RK15
03RK16
03RK17
03RK18
04DR20
04DR27
04DR28
04DR29
04DR30
04DR31
04DR32
04DR33
04DR34
04RK01
04RK02
04RK03
04RK04
04RK05
04RK06
04RK07
04RK08
04RK09
04RK10
04RK11
04RK12
04RK13
04RK14
04RK15
04RK16
04RK17
04RK18
04RK19
04RK21
04RK22
04RK23
04RK24
04RK25
04RK26
05DR06
05RK01
05RK02
05RK03
05RK04
05RK05
06DR42
06DR43
06RK01
06RK02

453200
453300
453350
453300
453400
452900
452600
452700
452600
452600
452600
452700
452700
452600
452950
452750
452800
452650
452650
452700
452650
452750
452700
452750
452850
452800
452700
452750
452700
452800
452750
452950
452950
452750
452700
452800
452750
452850
452750
453400
453450
453150
453050
453000
453150
452850
452800
453200
453300

9851150
9851150
9851150
9851050
9851000
9851200
9851300
9851200
9851150
9851000
9850600
9850500
9850350
9850300
9851500
9851500
9850650
9850700
9850750
9850750
9850800
9850800
9850850
9850900
9850900
9850950
9850950
9851000
9851050
9851050
9851100
9851100
9851150
9851300
9851350
9851350
9851400
9851400
9851450
9851600
9851550
9851400
9851300
9851250
9851200
9850500
9850400
9850950
9850950

54
42
61
53
70
62
61
62
61
60
54
56
55
55
61
58
57
53
55
61
57
61
59
60
63
63
61
64
60
64
61
65
63
64
62
69
68
68
57
62
61
64
66
64
65
57
56
61
58

4.90
3.20
5.50
3.10
3.10
5.80
3.40
4.50
5.60
4.10
3.80
4.60
5.70
5.20
4.30
5.60
0.00
2.70
3.70
3.20
1.10
4.60
5.80
6.50
6.20
6.40
6.80
8.80
5.50
8.40
6.40
5.90
6.80
3.70
7.70
6.30
8.10
5.10
5.60
6.80
7.00
5.70
2.70
9.60
8.00
4.00
3.80
3.20
0.80

2.90
7.00
5.80
3.30
4.40
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
4.50
8.40
0.00
7.80
6.80
7.30
0.50
0.50
1.40
5.20
6.60
4.20
2.70
4.30
4.60
1.60
3.70
2.20
4.00
4.50
0.40
6.10
2.10
10.10
8.40
0.00
3.50
2.50
7.80
4.20
6.40
0.00
0.00
3.00
9.50

8.30
10.70
11.80
6.90
8.00
6.30
3.90
5.00
6.10
4.60
4.30
5.10
6.20
5.70
9.30
14.50
0.50
11.00
11.00
11.00
2.10
5.60
7.70
12.20
13.30
11.10
10.00
13.60
10.60
10.50
10.60
8.60
11.30
8.70
8.60
12.90
10.70
15.70
14.50
7.30
11.00
8.70
11.00
14.30
14.90
4.50
4.30
6.70
10.80

4.90 / 2.90
3.20 / 7.00
5.50 / 5.80
3.10 / 3.30
3.10 / 4.40
5.80 / 0.00
3.40 / 0.00
4.50 / 0.00
5.60 / 0.00
4.10 / 0.00
3.80 / 0.00
4.60 / 0.00
5.70 / 0.00
5.20 / 0.00
4.30 / 4. 50
5.60 / 8.40
0.00 / 0.00
2.70 / 7.80
3.70 / 6.80
3.20 / 7.30
1.10 / 0.50
4.60 / 0.50
5.80 / 1.40
6.50 / 5.20
6.20 / 6.60
6.40 / 4.20
6.80 / 2.70
8.80 / 4.30
5.50 / 4.60
8.40 / 1.60
6.40 / 3.70
5.90 / 2.20
6.80 / 4.00
3.70 / 4.50
7.70 / 0.40
6.30 / 6.10
8.10 / 2.10
5.10 / 10.10
5.60 / 8.40
6.80 / 0.00
7.00 / 3.50
5.70 / 2.50
2.70 / 7.80
9.60 / 4.20
8.00 / 6.40
4.00 / 0.00
3.80 / 0.00
3.20 / 3.00
0.80 / 9.50

06RK03
06RK04
06RK05
06RK06
06RK07
06RK08
06RK09
06RK10
06RK11
06RK12
06RK13
06RK14
06RK15
06RK16
06RK17
06RK18
06RK19
06RK20
06RK21
06RK22
06RK23
06RK24
06RK25
06RK26
06RK27
06RK28
06RK29
06RK30
06RK31
06RK32
06RK33
06RK34
06RK35
06RK36
06RK37
06RK38
06RK39
06RK40
06RK41
07DR02
07DR03
07DR04
07DR05
07DR06
07DR07
07DR08
07RK01

453100
453050
453000
453050
452900
453150
453200
453100
453050
453150
452900
452950
453000
453100
453200
453250
453050
453150
453000
453100
453200
453050
453150
453250
453000
453050
453100
453200
453300
453250
453050
452950
452900
452900
453050
453150
453200
453250
453300
453350
453450
453600
453400
453400
453600
453600
453500

9850950
9851000
9851050
9850950
9850950
9850900
9850850
9850850
9850800
9850800
9850800
9850800
9850750
9850750
9850750
9850750
9850700
9850700
9850650
9850650
9850650
9850600
9850600
9850600
9850550
9850550
9850550
9850550
9850550
9850500
9850500
9850500
9850450
9850400
9850450
9850400
9850450
9850400
9850450
9850650
9850700
9850600
9850500
9850300
9850300
9850450
9850550

64
57
58
63
64
68
59
69
67
59
70
73
66
60
50
44
63
52
66
57
47
57
51
45
56
53
50
50
43
48
47
60
57
59
48
43
47
46
44
38
38
36
37
38
37
36
35

4.00
4.70
5.90
4.80
7.10
6.90
4.70
5.60
6.10
4.60
3.40
5.40
5.20
2.90
5.00
4.50
6.50
5.20
3.20
1.50
2.90
3.10
3.80
5.40
5.00
4.20
2.30
6.70
5.70
6.90
2.80
5.60
4.20
5.10
4.80
7.10
6.60
6.20
6.50
5.20
6.30
6.40
5.80
6.40
5.00
4.80
7.10

4.30
6.10
4.60
5.70
5.40
6.00
4.90
8.10
6.50
5.80
1.90
4.90
6.20
8.10
4.90
5.70
5.40
4.40
2.30
6.50
5.50
2.90
10.10
5.10
3.90
6.00
0.00
3.80
3.70
3.80
3.80
4.00
4.10
3.70
3.20
1.50
3.50
3.30
1.70
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00

8.80
11.30
11.00
11.00
13.00
13.40
10.10
14.20
13.10
10.90
5.80
10.80
11.90
11.50
10.40
10.70
12.40
10.10
6.00
8.50
8.90
6.50
14.40
11.00
9.40
10.70
2.80
11.00
9.90
11.20
7.10
10.10
8.80
9.30
8.50
9.10
10.60
10.00
8.70
5.70
6.80
6.90
6.30
6.90
5.50
5.30
7.60

4.00 / 4.30
4.70 / 6.10
5.90 / 4.60
4.80 / 5.70
7.10 / 5.40
6.90 / 6.00
4.70 / 4.90
5.60 / 8.10
6.10 / 6.50
4.60 / 5.80
3.40 / 1.90
5.40 / 4.90
5.20 / 6.20
2.90 / 8.10
5.00 / 4.90
4.50 / 5.70
6.50 / 5.40
5.20 / 4.40
3.20 / 2.30
1.50 / 6.50
2.90 / 5.50
3.10 / 2.90
3.80 / 10.10
5.40 / 5.10
5.00 / 3.90
4.20 / 6.00
2.30 / 0.00
6.70 / 3.80
5.70 / 3.70
6.90 / 3.80
2.80 / 3.80
5.60 / 4.00
4.20 / 4.10
5.10 / 3.70
4.80 / 3.20
7.10 / 1.50
6.60 / 3.50
6.20 / 3.30
6.50 / 1.70
5.20 / 0.00
6.30 / 0.00
6.40 / 0.00
5.80 / 0.00
6.40 / 0.00
5.00 / 0.00
4.80 / 0.00
7.10 / 0.00

You might also like