You are on page 1of 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
A. Pengertian
Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks tanpa stress emosional, dan bebas
dari ansietas. Oleh karena itu, istirahat tidak selalu bermakna tidak selalu bermakna tidak
beraktivitas; pada kenyataannya, beberapa orang menemukan ketenangan dari beberapa
aktivitas tertentu seperti berjalan-jalan di udara segar (Kozier, 2011)
Sedangkan tidur adalah perubahan status kesadaran yang terjadi
ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun.
Tidur dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat
kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh, dan
penurunan respons terhadap stimulus eksternal (Mubarak, 2008)
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami atau berisiko
mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas pola istirahatnya yang
menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang di inginkannya
(Lynda, 2012).
Fisiologi Tidur

Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Sklus tidur/terjaga
umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam. Selain siklus
tiur/terjaga, tidur sendiri terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam suatu kondisi
siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan
gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan
tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama
tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan suhu, denyut, tekanan darah,
pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan
tindakan responsif, baik secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan
gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan
dengan meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur
REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi.
1. Non Rapid Eye Movement (NREM)

Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi


menjadi empat tahapan yaitu:
a) Tahap I
-

Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur.


Berlangsung beberapa menit saja, dan geombang otak menjadi
lambat.
Tahap I ini ditandai dengan :
Mata menjadi kabur dan rileks.
Seluruh otot menjadi lemas.
Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.

EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.


Dapat terbangun dengan mudah.
Bila terbangun terasa sedang bermimpi.

b) Tahap II
-

Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.


Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan
gelombang otak menjadi lebih lambat.
Tahap II ini ditandai dengan :
Kedua Bola mata berhenti bergerak.
Suhu tubuh menurun.
Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik
yang disebut gelombang tidur.

c) Tahap III
-

Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 1530 menit.
Tahap III ini ditandai dengan:
Relaksasi otot menyeluruh.

Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.


EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
Sulit dibangunkan dan digerakkan.

d) Tahap IV

Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini


ditandai dengan :
Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada
jam bangun pagi.
Tonus Otot menurun (relaksasi total).
Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan
frekwensi 1-2 siklus/detik.
Gerak bola mata mulai meningkat.
Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta
enuresis (mengompol).

2. Rapid Eye Movement (REM)


Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM
terjadi 20-25 % dari tidurnya. Tahap REM ditandai dengan:
Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap

tahap sebelumnya.
Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.
Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan
pernapasan yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah
yang berfluktuasi.
Metabolisme meningkat.
Lebih sulit dibangunkan.
Sekresi ambung meningkat.
Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata
20 menit.

Karakteristik tidur REM


a. Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
b. Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c. Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d. Nadi : Cepat dan ireguler.
e. Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
f. Sekresi gaster : Meningkat.
g. Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.
h. Gelombang otak : EEG aktif.
i. Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur
1. Penyakit

2.

3.

4.
5.

6.

7.

Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal.
Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur.
Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti asma, bronkhitis, penyakit
kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.
Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemungkinan
terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.
Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap
bangun dan waspada menahan kantuk.
Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga
mengganggu tidurnya.
Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat
mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain Diuretik
(menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein (Meningkatkan saraf
simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan Narkotika (Mensupresi REM).

Pola dan Kebutuhan Tidur Normal

Durasi dan kualitas tidur beragam diantara orang-orang dari semua kelompok
usia. Berikut ini merupakan kebutuhan tidur dari masing-masing kelompok usia :
1.

Neonatus
Neonatus sampai usia 3 bulan,rata rata tidur sekitar 16 jam
sehari. Bayi yang lahir tanpa medikasi

lahir keadaan terjaga mata

terbuka lebar dan mengisap kencang. Setelah sekitar 1 jam bayi


baru lahir menjadi diam dan kuarng responsif terhadap stimulus
internal dan eksternal. Periode tidur berakhir beberapa menit sampai
2 sampai 4 jam setelah kemudian bayi terbagun lagi dan seringkali
menyebabkan tangisan karena terlalu responsif terhadap stimulus.
Stimulus lapar,nyeri,dan dingin. Pada minggu pertama bayi baru lahir
tidur degan konstan. Kira-kira 50% dari tidur ini adalah tidur REM,
yang menstimulasi pusat otak tertinggi, hal ini di anggap esensia l
bagi perkembagan karena neonatus tidak tejaga cukup lama untuk
menstimulasi eksternal yang yang bermakna.
2.

Bayi
Beberapa bayi tidur 22 jam perhari, bayi lain lahir 12 jam
sampai 14 jam perhari. Sekitar 20%-30% tidur adalah tidur REM.
Pertama- pertama bayi terbangun setiap 3 sampai 4 jam,makan dan
kemudian

kembali

tidur.

Periode

terjaga

penuh

mengalami

peningkatan secara betaha-,tahap selama beberapa bulan pertama.


Pada bulan keempat, sebagian bayi tidur sepanjang malam dan
menetap -kan pola tidur siang yang bervariasi pada setiap individu.
Namun mereka umum nya terbagun lebih awal di pagi hari. Diakhir
tahun pertama, seorang bayi biasanya tidur siang sebanyak 1 atau 2
kali sehari dan tidur 14 jam tiap 24 jam.
Sekitar setengah dari waktu tidur bayi di habiskan pada tahap
tidur ringan. Selama tidur ringan,bayi melakukan sebagian besar
aktivitas seperti bergerak, berdeguk dan batuk. Orang orang tua

perlu memastikan

bahwa bayi benar-benar

terbangun

sebelum

mengangkat mereka untuk di beri makan dan di ganti pakaian.


Banyak bayi mulai terbangun kembali di tengah malam pada usia
antara 5 sampai 9 bulan.
3.

Todler
Pada usia 2 tahun, anak-anak

biasa nya tidur sepanjang

malam dan tidur siang setiap hari. Total tidur rata-rata 12 jam
perhari. Tidur siang dapat hilang pada usia 3 tahun. Hal yang umum
bagi todler terbagun pada malam hari. Persentasi tidur REM berlanjut
menurun selama periode ini todler tidak ingin tidur pada malam hari
ketidakinginan ini dapat berhubungan dengan kebutuhan untuk
otonomi, atau takut perpisahaan. Todler mempunyai kebutuhan untuk
mengeksplorasi dan memuaskan keingin tahuannya, yang dapat
menjelaskan mengapa beberapa dari mereka

mencoba untuk

menunda waktu tidur.


4.

Prasekolah
Rata-rata tidur anak usia persekolah sekitar 12 jam semalam
(sekitar 20% adalah REM). Pada usia 5 tahun, anak persekolah jarang
tidur

siang.

Kecuali

pada

kebudayaan

yaitu

siesta

adalah

kebiasaan.Anak usia persekolah biasa nya mengalami kesulitan untuk


rileks atau diam setelah hari-hari yang aktif.Anak usia prsekolah juga
mempunyai masalah dengan ketakutan waktu tidur, terjaga pada
malam hari,atau mimpi buruk,orang tua paling berhasil untuk
membawa anak prasekolah untuk tidur dengan membina ritual yang
konsisten yang mencakup aktivitas waktu tenang sebelum waktu
tidur.
5.

Anak usia sekolah

Jumlah tidur yang di perlukan pada usia sekolah bersifat


individual di karenakan status aktifitas dan tingkat kesehatan
berpariasi. Anak usia sekolah biasa nya tidak membutuhkan tidur
siang. Pada usia 6 tahun akan tidur malm rata-rata 11 sampai 12
jam,sementara anak usia 11 tahun tidur sekitar 9 sampai 10 jam.
Anak usia 6 atau 7 tahun biasanya dapat di bujuk untuk tidur dengan
mendorong melakukan aktifitas yang tenang . Anak yang lebih tua
sering

kali

menolak

tidur

karena

ketidak-

sadaran

terhadap

kelelahan atau kebutuhan mandiri. Anak usia sekolah akan menjadi


lelah pada hari berikut nya jika diizin kan untuk tinggal lebih lama
dari biasa nya.Anak yang lebih tua meminta waktu tidur yang lebih
larut sebagai suatu simbol dominan dari anak yang lebih muda.
6.

Remaja
Remaja memperoleh sekitar 7 jam untuk tidur setiap
malam pada saat kebutuhan tidur yang aktual meningkat, remaja
umumnya

mengalami

sejumlah

perubahan

yang

sering

kali

mengurangi waktu tidur. Biasa nya orang tua tidak lagi terlibat pada
penataan waktu tidur yang spesipik. Tuntutan sekolah, kegiatan sosial
setelah sekolah,dan perkerjaan penuh waktu menekan waktu yang
tersedia waktu tidur. Remaja tidur lebih larut dan bangun lebih cepat
pada waktu sekolah menengah atas. Harapan sosial yang umum
adalah remaja membutuhkan tidur. Yang sedikit dari pada para
remaja.
7.

Dewasa muda
Kebanyakan dewasa muda tidur malam hari rata-rata 6
samapai 8 jam,tetapi hal ini berpariasi. Dewasa muda jarang
sekali tidur siang. Kurang dari 20% waktu tidur yang di habiskan yaitu
tidur REM,yang tetap konsiten sepanjang hidup. Dewasa muda muda
yang sehat membutukan cukup tidur untuk berpastisipasi dalam

kesibukan aktivitas yang mngisi hari-hari mereka. Akan tetapi,adalah


hal yang umum untuk tuntutan gaya hidup yang mengganggu pola
tidur yang umum. Stres perkejaan, hubungan keluarga,dan aktivitas
sosial dapat mngarah pada insomnia.
8.

Dewasa tengah
Selama masa dewasa tengah total waktu yang di gunakan
untuk tidur malam hari mulai menurun. Jumlah tidur tahap 4 mulai
menurun, suatu penurunan yang berlanjut dengan bertambah nya
usia. Gangguan tidur sering kali mulai di diagnosa diantara orangorang pada rentang usia ini bahkan ketika gejola dari ganguan yang
telah ada untuk di sebabkan oleh penuaan oleh perubahan stress
usia

menengah.

Gangguan

tidur

dapat

di

sebabkan

oleh

kecemasan,depresi,atau penyakit pisik ringan tertentu. Wanita yang


mngalami gejala menopause dapat mngalamai insomnia.anggota
kelompok usia ini dapat terggantung pada obat tidur.
9.

Lansia
Jumlah

tidur

total

tidak

berubah

sesuai

pertambahan

usia.Akan tetapi,kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada


kebanyakan

lansia.

Episode

tidur

REM

cenderung

memendek.

Terdapat penurunan yang progresif pada tahap tidur REM 3 dan


4,berapa lansia hampir tidak memiliki tahap 4 atau tidur yang dalam.
Seorang lasia yang terbangun lebih sering di malam hari,dan
membutuhkan banyak waktu untuk jatuh tertidur. Akan tetapi pada
lansia yang berhasil beradaptasi terhadap perubahan pisiologis dan
fisikologis dalam penuaan lebih mudah memelihara tidur REM
dan keberlangsungan dalam siklus tidur mirip dengan dewasa muda.
Keragaman dalam prilaku tidur lansia adalah umum. Keluhan
tentang kesulitan tidur waktu malam sering kali terjadi diantara
lansia,sering

kali

akibat

keberadaan

lain.Sebagai

contoh,seorang

lansia

penyakit
yang

kronik

mngalami

yang
akritis

mempunyai kesulitan tidur akibat nyeri sendi. Kecenderungan untuk


tidur siang kelihatan nya meningkat secara progresif dengan
bertambah nya usia. Peningkatan waktu siang hari yang di pakai
untuk tidur dapat terjadi karena seringnya terbangun pada malam
hari.

B. Gejala dan Tanda


1. Dewasa
a. Data mayor

Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur


b. Data minor
Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
Perubahan mood
Agitasi
Mengantuk sepanjang hari
2. Anak

a. Gangguan tidur pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan,enuresis,


atau respons tidak konsisten dari orang tua terhadap permintaan anak untuk
mengubah peraturan dalam tidur seperti permintaan untuk tidur larut malam.
b. Keenggaanan untuk istirahat
c. Keinginan untuk tidur dengan orang tua
d. Sering bangun saat malam hari

C. Pohon Masalah

Stres/ emosional

Lingkungan tidak nyaman

Khawatir tegang frustasi

Mengurangi kenyamanan Keinginan


tidur
menahan tidur
Sering terbangun

Motivasi tidur

Obat- obatan

Mengubah pola tidur

Gangguan pola istirahat tidur

Gangguan proses tidur

Kelelahan
Sulit tidur

Penyakit

Insomnia lekas marah


Alkohol

Butuh lebih banyak istirahat


Lemah/ letih
Perbaikan pola tidur
Tidak dapat tidur dengan kualitas baik

D.

Tidak dapat tidur dalam periode panjang

Kesiapan meningkatkan tidur

Deprivasi tidur

Pemeriksaan Diagnostik
Tidur dapat diukur secara objektif dalam laboratorium gangguan tidur dengan
menggunakan alat yang disebut polisomnografi, sebuah elektroensefalogram (EEG),
elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) direkam secara bersamaan.
Elektroda dipasang dipertengahan kulit kepala untuk mencatat gelombang otak (EEG),
dibagian terluar kantus masing-masing mata untuk merekam pergerakan mata (EOG), dan
diotot dagu untuk merekam elektromiogram structural (EMG).
Selain itu juga dipantau yang berikut, bergantung pada beberapa hasil wawancara
awal; upaya pernapasan dan kelancaran aliran udara, EKG, pergerakan tungkai, dan
saturasi oksigen. Saturasi oksigen ditentukan dengan pemantauan oksimeter nadi, sebuah
sel listrik yang sensitif terhadap cahaya yang dipasang di telinga atau di jari. Saturasi
oksigen dan pengkajian EKG terutama penting jika diperkirakan terdapat apnea tidur.
Melalui polisomnografi, aktivitas klien (pergerakan, upaya, dan pernapasan yang berisik)
selama tidur dapat dikaji. Aktivitas tersebut yang mungkin tidak disadari klien mungkin
menjadi penyebab terbangunnya klien selama tidur (Kozier, 2011).
E. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi non farmakologi

Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena penggunaan


obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat
dilakukan antara lain :
a) Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke
rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan
pengendalian emosi.
b) Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman.
Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana
kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c) Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama
sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan
waktu-waktu tidurnya.

Terapi psikologi/psikiatri Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa


atau stress berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan
oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri.
e) Mengubah gaya hidup
f)
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan
alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke
tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
d)

2. Terapi Farmakologi

Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti


ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di
bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain:
a) Golongan obat hipnotik
b) Golongan obat antidepresan
c) Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d) Golongan obat antihistamin.

F. Pengkajian Keperawatan
1.

2.

3.

Pengkajian Umum
Mengkaji identitas pasien dan identitas penanggung jawab pasien
dengan format nama, umur, jenis kelamin, status, agama,
pekerjaan, suku bangsa, alamat, pendidikan, diagnose medis,
sumber biaya, hubungan antara pasien dengan penanggung jawab.
Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi apa keluhan yang dirasakan baik yang disampaikan
secara langsung ataupun melalui pengamatan perawat.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Meliputi pengkajian apakah gangguan yang dirasakan pertama
kali atau sudah sering mengalami gangguan pola tidur.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian apakah pasien mengalami alergi atau
penyakit keturunan.
Kebutuhan Biopsikososial spiritual
a. Bernapas

b. Nutrisi
c. Eliminasi
d. Aktivitas
e. Istirahat tidur

Berpakaian
g. Pengaturan suhu tubuh
h. Personal Hygiene
i. Rasa Aman Nyaman
j. Komunikasi
k. Spiritual
l. Rekreasi
m. Bekerja
n. Pengetahuan atau belajar
Data pengkajian fisik
a. Keadaan umum pasien
Meliputi kesadaran, postur tubuh, kebersihan diri, turgor kulit,
warna kulit
b. Gejala Kardinal
Meliputi suhu, tensi, nadi, dan napas.
c. Keadaan fisik
Meliputi pengkajian dari head to toe meliputi kepala, mata,
hidung, mulut, telinga, leher, thoraks, abdomen, dan
ekstermitas.
Data pemeriksaan penunjang
Meliputi data laboratorium dan cek laboratorium yang telah
dilakukan pasien baik selama perawatan ataupun baru masuk
rumah sakit.
f.

4.

5.

G. Daftar Diagnosa Keperawatan


1. Insomnia
Definisi : Gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat fungsi.
Batasan Karakteristik :
Sering membolos
Afek tampak berubah

Tampak kurang bergairah


Menyatakan perubahan alam perasaan
Menyatakan penurunan status kesehatan
Menyatakan penurunan kualitas hidup
Menyatakan sulit berkonsentrasi
Menyatakan sulit tidur dan sulit tidur nyenyak
Menyatakan kurang puas tidur
Menyatakan peningkatan terjadi kecelakaan
Menyatakan kurang bergairah
Menyatakan sulit tidur kembali setelah terbangun
Menyatakan gangguan tidur yang berdampak pada keesokan hari
Menyatakan bangun terlalu pagi
Faktor yang Berhubungan :
Pola aktivitas
Ansietas
Depresi
Faktor lingkungan
Tidur siang terlalu lama
Perubahan hormone terkait jenis kelamin
Berduka
Gangguan pola tidur normal
Hygiene tidur tidak adekuat
Konsumsi alcohol
Konsumsi stimulant
Ketidaknyamanan fisik
2. Deprivasi Tidur

Definisi : periode panjang tanpa tidur ("tidur ayam" yang periodic dan
alami secara terus menerus)

Batasan Karakteristik :

Konfusi akut

Tremor tangan

Agitasi

Peningkatan sensitivitas terhadap nyeri

Ansietas

Ketidakmampuan konsentrasi

Apatis

Iritabilitas

Sering memberontak

Letargi

Mengantuk di siang hari

Lesu

Penurunan kemampuan

Malaise

berfungsi

Gangguan persepsi

Keletihan

Gelisah

Fleeting nystagmus

Reaksi lambat

Halusinasi

Paranoia sementara

Faktor yang Berhubungan :


Pergeseran tahap tidur terkait penuaan
Demensia
Paralisis tidur familial
Hipersomnolen sistem saraf pusat idiopatik
Aktivitas di siang hari tidak adekuat
Narkolepsi
Mimpi buruk
Peran sebagai orang tua yang mengakibatkan tidak dapat tidur
Pergerakan ekstremitas periodic
Ketidaknyamanan lama
Hygiene tidur selalu tidak adekuat
Penggunaan obat atau suplemen penahan kantuk
Apnea tidur
Enuresis terkait tidur
Ereksi nyeri terkait tidur
Terror tidur
3. Kesiapan Meningkatkan Tidur

Definisi : Pola "tidur ayam" yang periodic dan alami, yang


member istirahat adekuat, mempertahankan gaya hidup yang
diinginkan, dan dapat ditingkatkan.

Batasan Karakteristik :
Jumlah tidur sesuai kebutuhan perkembangan
Mengekspresikan perasaan dapat beristirahat setelah tidur
Mematuhi rutinitas tidur yang meningkatkan kebiasaan tidur
Penggunaan obat penginduksi tidur kadang-kadang saja
Menyatakan merasa cukup istirahat setelah tidur

4. Gangguan Pola Istirahat Tidur

Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor


eksternal
Batasan Karakteristik :
Perubahan pola tidur normal
Penurunan kemampuan berfungsi
Ketidakpuasan tidur
Menyatakan sering terjaga
Menyatakan tidak mengalami kesulitan tidur
Menyatakan merasa cukup istirahat
Faktor yang berhubungan :
Kelembapan lingkungan sekitar
Suhu lingkungan sekitar
Tanggung jawab memberi asuhan
Perubahan pajanan terhadap cahaya gelap
Gangguan
Kurang control tidur
Kurang privasi
Pencahayaan
Bising
Bau gas
Restrain fisik
Teman tidur
Tidak familier dengan prabot tidur
H. Intervensi Keperawatan

No

Diagnosa

Tujuan Keperawatan

Rencana Tindakan

Keperawatan

( NOC )

(NIC )

(NANDA)
1.

Insomnia

Setelah dilakukan

1. Pantau pola tidur

Definisi : Gangguan pada

asuhan keperawatan 3 x

pasien dan catat

kuantitas dan kualitas tidur

24 jam, diharapkan

hubungan faktor-

yang menghambat fungsi.

masalah insomnia yang

faktor fisik (misalnya

Batasan Karakteristik :

dialami pasien dapat

apnea saat tidur,

Tampak kurang

teratasi dengan kriteria

sumbatan jalan

bergairah

hasil sebagai berikut:

nafas,

Menyatakan perubahan

1. Pasien mengungkapkan

nyeri/ketidaknyaman

alam perasaan
Menyatakan penurunan
status kesehatan
Menyatakan penurunan
kualitas hidup
Menyatakan sulit
berkonsentrasi
Menyatakan sulit tidur
dan sulit tidur nyenyak
Menyatakan kurang puas
tidur
Menyatakan sulit tidur
kembali setelah
terbangun

perasaan cukup beristirahat


2. Waktu tidur pasien cukup,

sesuai kebutuhan tidur


untuk seusia pasien.
3. Pasien mengungkapkan

perasaan segar sesudah


tidur/istirahat
4. Pasien terbangun di waktu
yang sesuai

an, dan sering


berkemih).
2. Berikan atau lakukan
tindakan
kenyamanan, seperti
massage,
pengaturan posisi
dan sentuhan afektif.
3. Manipulasi

lingkungan sekitar
pasien untuk
meningkatkan
kenyamanan yang
optimal.
4. Bantu pasien untuk

Menyatakan gangguan

membatasi tidur di

tidur yang berdampak

siang hari dengan

pada keesokan hari

memberikan aktivitas

Menyatakan bangun

yang membuat

terlalu pagi

pasien tetap terjaga,

Faktor yang berhubungan :


Pola aktivitas

jika diperlukan.
5. Beri waktu tidur

Ansietas

siang, jika diperlukan

Depresi

untuk memenuhi

Faktor lingkungan
Tidur siang terlalu lama

kebutuhan tidur.
6. Kelompokkan

Perubahan hormone

aktivitas perawatan

terkait jenis kelamin

untuk meminimalkan

Berduka

tindakan yang dapat

Gangguan pola tidur

membangunkan dan

normal

mengganggu tidur

Hygiene tidur tidak


adekuat

pasien.
7. Jelaskan kepada

Konsumsi alcohol

pasien mengenai

Konsumsi stimulant

pentingnya tidur

Ketidaknyamanan fisik

yang adekuat saat


sakit.
8. Anjurkan kepada

pasien untuk
menghindari makan
dan minum saat akan
tidur karena dapat
mengganggu tidur.
9. Jelaskan kepada

pasien mengenai
faktor-faktor yang
dapat menyebabkan
gangguan tidur.
10. Diskusikan dengan
dokter tentang
perlunya meninjau
program pengobatan
jika berpengaruh
pada pola tidur dan
dukung penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung
supresor fase tidur

REM.
2.

Deprivasi Tidur

Setelah dilakukan

Definisi : periode panjang

asuhan keperawatan 3 x

tanpa tidur ("tidur ayam"

24 jam, diharapkan

yang periodic dan alami

masalah deprivasi tidur

secara terus menerus).

yang dialami pasien

Batasan Karakteristik :

dapat teratasi dengan

Konfusi akut

kriteria hasil sebagai

Agitasi

berikut:

Ansietas

1. Pasien

Apatis

mengungkapkan

Sering memberontak

perasaan segar

Mengantuk di siang

setelah

hari

tidur/istirahat.

Keletihan

2. Pasien melaporkan

Gelisah

penurunan gejala

Halusinasi

deprivasi tidur

Tremor tangan

(misalnya ansietas,

Faktor yang Berhubungan :

mengantuk pada

Pergeseran tahap tidur

siang hari, dan

terkait penuaan

kelelahan).

Demensia

3. Pasien mampu

Aktivitas di siang hari

mengidentifikasi

tidak adekuat

faktor yang dapat

Narkolepsi

menimbulkan

Mimpi buruk

deprivasi tidur

Ketidaknyamanan

(misalnya nyeri,

lama

ketidakadekuatan

Hygiene tidur selalu

aktivitas pada siang

tidak adekuat

hari).

Penggunaan obat atau

4. Waktu tidur pasien

1. Pantau pola tidur

pasien.
2. Memfasilitasi siklus

tidur-bangun yang
teratur untuk pasien.
3. Mengatur

penggunaan energy
untuk
mencegah/mengatasi
keletihan dan
mengoptimalkan
fungsi.
4. Manipulasi

lingkungan sekitar
pasien untuk
meningkatkan
kenyamanan tidur.
5. Hindari kebisingan
dan penggunaan
lampu ruangan pada
waktu tidur, ciptakan
ruangan yang tenang
dan damai,
minimalkan
gangguan.
6. Ajarkan pasien dan

orang terdekat
tentang faktor yang
dapat menimbulkan
gangguan tidur
(misalnya gaya

suplemen penahan

sesuai dengan

hidup, jam kerja yang

kantuk

usianya.

ekstra panjang,

Apnea tidur
Terror tidur

5. Pasien
mengungkapkan
rutinitas tidur yang
kembali teratur.
6. Pasien mencapai
tidur yang adekuat
tanpa menggunakan
obat

psikologis, fisiologis,
dll)
7. Anjurkan pasien

untuk tidak
mengonsumsi
makanan atau
minuman yang dapat
mengganggu tidur
saat akan tidur.
8. Kolaborasi

pemberian obat tidur


yang tidak
mengandung
supresor tidur REM.
3.

Kesiapan Meningkatkan

Setelah dilakukan

Tidur

asuhan keperawatan 3 x

kebutuhan tidur

24 jam, diharapkan

dan pola tidur

Definisi :
Pola "tidur ayam" yang
periodic dan alami, yang
member istirahat adekuat,
mempertahankan gaya hidup
yang diinginkan, dan dapat
ditingkatkan.
Batasan Karakteristik :
Jumlah tidur sesuai
kebutuhan

kesiapan meningkatkan
tidur pasien dapat
tercapai dengan kriteria
hasil sebagai berikut:
1. Pasien mengungkapkan

hal positif mengenai


kenyamanan fisik dan
psikologis
2. Menyatakan merasa cukup
istirahat setelah tidur

perkembangan

3. Daya tahan tubuh

Mengekspresikan

meningkat
4. Pasien mampu

perasaan dapat

1. Monitor

pasien
2. Monitor waktu
makan dan
minum pasien
3. Ciptakan
lingkungan yang
nyaman
4. Fasilitas untuk
mempertahankan
aktivitas sebelum
tidur (membaca)
5. Anjurkan pasien
menghindari
konsumsi

beristirahat setelah

mengidentifikasikan

makanan dan

tidur

tindakan yang akan

minuman yang

Mematuhi rutinitas

meningkatkan istirahat dan

dapat

tidur yang
meningkatkan
kebiasaan tidur

tidur
5. Kelelahan berkurang
6. Pasien mampu beristirahat

mengganggu tidur
6. Jelaskan

pentingnya tidur

secara teratur

Penggunaan obat

yang adekuat
7. Diskusikan

penginduksi tidur

dengan pasien

kadang-kadang saja

dan keluarga
tentang teknik
tidur pasien
8. Kolaborasi
pemberian obat
tidur

4.

Gangguan Pola Istirahat

Setelah dilakukan

Tidur

asuhan keperawatan 3 x tidur

Definisi :

24 jam, diharapkan

Gangguan kualitas dan

masalah gangguan pola

kuantitas waktu tidur akibat istirahat dan tidur yang


faktor eksternal.

dialami pasien dapat


teratasi dengan kriteria

Batasan Karakteristik :
Perubahan pola tidur

hasil sebagai berikut:


1. Jumlah jam tidur

normal

dalam batas

Penurunan

normal, 6-8

kemampuan

jam/hari

berfungsi
Ketidakpuasan tidur
Menyatakan sering
terjaga
Menyatakan tidak

2. Pola tidur, kualitas


dalam batas
normal
3. Klien

mengutarakan

Peningkatan kualitas
- Kaji pola tidur klien
Jelaskan pentingnya

tidur yang adekuat


kepada

klien

dan

keluarga.
- Identifikasi penyebab
gangguan

tidur,

Fisik:

nyeri,

sering

Bak,

sesak

nafas,

batuk, demam, mual


dll.
- Psikis: cemas, stress,

lingkungan dll.
- Fasilitasi klien untuk

tidur yang adekuat :


rubah
sesuai

posisi

tidur

kondisi,

mengalami kesulitan
tidur
Menyatakan merasa
cukup istirahat
Faktor yang berhubungan :
Kelembapan
lingkungan sekitar
Suhu lingkungan
sekitar

merasa segar dan


puas
4. Istirahat dan tidur
cukup
5. Mampu
mengidentifikasi

berikan benda-benda
yang

familier

pada

anak
Peningkatkan koping
- Diskusikan

pilihan

hal-hal yang dapat

yang

meningkatkan

terhadap

tidur

tindakan yang akan

realistis
terapi/

dilakukan.
- Dorong klien untuk

Tanggung jawab

memiliki harapan yg

memberi asuhan

realistis

Perubahan pajanan

mengatasi perasaan

terhadap cahaya
gelap

untuk

putus asa.
klien untuk

- Dorong

Gangguan

mengidentifikasi

Kurang control tidur

kekuatan

Kurang privasi

kemampuan

Pencahayaan
Bising
Bau gas
Restrain fisik

dan
yang

ada pada diri klien.


- Libatkan
dukungan
dari

keluarga

dan

orang yang terdekat.


- Ajurkan klien untuk

Teman tidur

berdoa

Tidak familier

dengan kepercayaan

dengan prabot tidur

yang dianut.

sesuai

Manajemen
lingkungan:
kenyamanan
- Ciptakan lingkungan

yang tenang, bersih,


nyaman

dan

minimalkan
gangguan.
- Hindari suara keras
dan

penggunaan

lampu

saat

tidur

malam.
- Hindari

tindakan

keperawatan

pada

waktu klien tidur.


jumlah

- Batasi

pengunjung

I.

Referensi
Mubarak, W. I. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC
Kozier, ERB, Berman, Snyder. 2011. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan Edisi 7 Volume 2. Jakarta: EGC
Herdman, T.H. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta: EGC
Wilkinson, J.M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
Nurarif, A.H. Kusuma, Hardi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:
MedAction
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan, Edisi 13. Jakarta: EGC.
Potter, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik, Edisi 4, Volume 2. Jakarta:
EGC

Mengetahui

..

Pembimbing

Praktik

Mahasiswa

(.)

(I Nyoman

Sugiharta Dana)
NIP.

NIM. P07120214008

Mengetahui
Pembimbing Institusi

(.....)
NIP.

You might also like