You are on page 1of 12

TUGAS PONDASI

PERATURAN PEMBANGUNAN PONDASI JALAN


RAYA DAN JEMBATAN

Disusun Oleh :
Meylia Astrid Monica (4112110018)
2 DIV Jalan Tol

SPESIFIKASI TIANG PANCANG BETON PRACETAK UNTUK PONDASI


JEMBATAN, UKURAN (30 x 30, 35 x 35, 40 x 40) CM2 PANJANG 10-20 METER
DENGAN BAJA TULANGAN BJ 24 DAN BJ 40
(SNI 03-4434-1997)

1. Maksud dan Tujuan


1.1 Maksud
Spesifikasi tiang pancang beton pracetak ini dimaksudkan sebagi acuan dan
pegangan dalam membuat pondasi tiang pancang beton untuk pondasi jembatan
di laboratorium dan di lapangan.
1.2 Tujuan
Tujuan spesifikasi ini adalah untuk memudahkan bagi perencana dan pelaksana
pembangunan jembatan, sehingga tercapai efisiensi batas ultimit, dengan kekuatan
beton sebesar 25 Mpa (K-250) serta tegangan leleh baja tulangan sebesar
400 Mpa (Bj-40)
2. PERSYARATAN TEKNIS
2.1. Spesifikasi Kualitatif
a). tiang pancang beton yang tercantum dalam spesifikasi ini dihitung berdasarkan
keadaan batas ultimit.
b). tiang pancang beton pracetak harus kuat memikul beban dan gaya-gaya dalam
arah vertikal dan lateral yaitu akibat :
1. beban dan gaya-gaya yang bekerja pada pilar atau kepala jembatan.
2. pemindahan dan pengangkutan.
3. pemancangan.
4. deformasi lateral dan vertikal
5. gaya lateral akibat proses konsolidasi lapisan tanah di bawah timbunan
oprit
di belakang kepala jembatan
6. gaya gesek negatif
7. gaya tekuk.
2.2. Spesifikasi Kuantitatif
1) Persyaratan bahan :
(1) Beton
beton yang digunakan untuk tiang pancang pracetak harus mempunyai
kuat tekan 25 Mpa.
agar beton dapat memenuhi persyaratan, setiap pembuatan tiang harus
didasarkan kepada rencana campuran, dengan menggunakann komponen
bahan yang memenuhi ketentuan metode pengujian kuat tekan beton (SNI
03-1974-1990), dan selama pelaksanaan pengecoran beton harus diikuti
dengan pengendaliam mutu.
(2) Baja tulangan
baja tulangan utama untuk tiang pancang beton pracetak harus
menggunakan baja ulir dan dengan tegangan leleh minimum 240 Mpa (Bj24), bebas dari korosi dan kotoran yang menempel pada baja.

baja tulangan lainnya menggunakan baja polos dengan tegangan leleh


minimum 240 Mpa (Bj-40) dan bebas dari korosi dan kotoran yang
menempel pada baja.
Untuk menjamin tercapainya mutu baja yang diisyaratkan, sebelum
digunakan harus dilakukan pengujian mutu sesuai dengan SNI 07-25291991 tentang Metode pengujian tarik baja beton.

2) Klasifikasi Tiang
Tiang pancang beton pracetak, dibuat dengan variasi panjang sesuai dengan
tabel 1.

3) Persyaratan Struktur
Dimensi tiang dapat dilihat pada tabel 2.

TATA CARA PERENCANAAN TEKNIS PONDASI TIANG UNTUK JEMBATAN


SNI 03-6747-2002

Ruang Lingkup:
Tata cara perencanaan teknis pondasi tiang untuk jembatan yang membahas
tentang persyaratan dan ketentuan ketentuan perenanaan teknis pondasi tiang
dengan cara ultimit, terdiri dari, pemilihan jenis tanah, daya dukung axial dan lateral,
kemantapan terhadap penurunan, guling, dan geser serta struktur tiang dan
sambungan tiang dengan balok pondasi.
RINGKASAN:
Jembatan adalah bangunan pelengkap jalan yang terputus oleh sungai, saluran,
lembah, selat, atau laut, jalan raya, dan jalan kereta api. Pondasi tiang adalah
bagian dari struktur jembatan dengan mekanis pelimpahan beban dan gaya-gaya
melalui strutur tiang pondasi.
Persyaratan kondisi geoteknik, pondasi tiang untuk jembatan dapat digunakan:
1. Sampai kedalaman 10,00 m atau lebih dari permukan tanah, terdiri dari
lapisan:
a. Tanah kohesif yang sifatnya bervariasi dari sangat lembek, lembek, teguh,
atau kenyal.
b. Tanah non kohesif yang sifatnya bervariasi dari sangat lepas, lepas, atau
agak padat
2. Lapisan tanah keras dengan sondir q, 15000 kPa atau penetrasi standar N
50 terletak pada kedalaman lebih dari 10,00 m
Persyaratan keawetan tiang, struktur tiang pondasi harus memenuhi keawetan
sebagai berikut:
1. Tiang beton
a. Pada lingkungan korosif, tiang harus dibuat dengan menggunakan
rencana campuran beton kedap air sesuai ketentuan yang berlaku.
b. Tebal minimum selimut beton adalah 45 mm untuk kondisi non korosif dan
55 mm pada kondisi korosif
2. Tiang baja dan komposif baja beton
a. Bagian tiang yang terletak menonjol di atas dasar sungai harus di proteksi
terhadap korosi, terutama bagian yang terletak di sekitar fluktuasi muka
air.
b. Tiang terletak pada aliran sungai yang pada waktu banjir banyak
mengalirkan benda-benda hanyutan maka mutu baja yang digunakan
harus tahan aus terhadap abrasi pada permukaannya

Ketentuan, untuk daya dukung aksial ultimit tiang vertikal tunggal harus dihitung
berdasarkan tahanan ultimit pada ujung tiang dan tahanan gesek ultimit pada
permukaan selimut tiang (lihat gambar dibawah ini)

PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON SEMEN


PEDOMAN KONSTRUKSI DAN BANGUNAN
(Pd T-05-2004-B)
RUANGLINGKUP:
Pedoman ini menguraikan prosedur pelaksanaan perkerasan jalan beton semen,
baik pada jalan baru maupun pada jalan lama (lapis tambah beton semen).
Pedoman mencakup persyaratan bahan, penyiapan tanah dasar, dan lapis
pondasi penyiapan pembetonan, pembetonan, pengendalian mutu, dan
pembukaan
untuk
lalu
lintas.
1. Pondasi
Penyiapan tanah dasar dan lapis pondasi
2. Umum
Dianjurkan agar lapis pondasi bawah diperlebar paling sedikit 60 cm diluar tepi
perkerasan pada masing-masing sisi memanjang hamparan untuk mengisolasi
tanah ekspansif dan memberi landasan yang cukup bagi roda rantai mesin
penghampar. Pada pelaksanaan penghamparan yang menggunakan acuan tetao
pembentukan akhir dilakukan dengan alat yang bergerak di atas acuan t=yang
dipasangi sesuai rencana alinyemen. Bagian-bagian permukaan yang menonjol
harus dikupas hingga elevasi sesuai dengan gambar rencana dan dipadatkan
ataupun diisi sesuai dengan persyaratab pemadatan. Pembentukan akhir
permukaan lapis pondasi bawah stabilisasi semen harus diselesaikan sebelum
bahan mengeras (biasanya berlangsung 4-6 jam)
3. Persyaratan Permukaan
Sebelum penghamparan lapis pondasi ataubeton semen, kemiringan tanah dasar
harus dibentuk sesuai dengan elevasi rencana dengan toleransi tinggi
permukaan maks. 2 cm. Penyimpangan kerataan permukaan tidak boleh dari 1
cm bila diukur dengan mistar pengukur sepanjang 3 m. Permukaan tanah dasar
dijaga agar tetap rata dan padat sampai pondasi atau beton semen dihamparkan.
Alat berat tidak boleh dioperasikan di lajur permukaan yang sudah selesai
dilaksanakan. Ketentuan pelaksanaan umum yang berlaku untuk tanah dasar
berlaku pula untuk lapis pondasi. Toleransi ketinggian permukaan lapis pondasi
maksimum adalah 1.5 cm dan perbedaan penyimpangan kerataan permukaan
harus lebih kecil 1 cm bila diukur dengan mistar sepanjang 3 m. Apabila lapis
pondasi menggunakan lapis aspal resep pengikat, pengecoran beton semen
tidak boleh dilaksanakan sebelum permukannya kering. Sebelum pengeoran
beton semen lapis pondasi harus dibasahi terlebih dahulu guna mendapatkan
kelembaban yang cukup. Hal ini dimaksudkan agar menjaga penguapan yang
cepat dan mengurangi bahaya retak, khususnya pada lapis pondasi dengan
stabilisasi semen bila disyaratkan penggunaan lembar kedap air maka lembar
tersebut harus dipasang di ataspermukaan yang telah siap. Lembar-lembar yang

berdampingan dipasang tumpangan tidak kurang dari 10 cm pada arah lebar dan
30 cm pada arah memanjang. Pemasangan harus hati-hati untuk mencegah
sobeknya lembaran.
4. Pemasangan Acuan Pondasi.
Acuan yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan beban peralatan
pelaksanaan, acuan tidak lendut melebihi 6 mm bila diuji sebagai balok biasa
dengan bentang 3,00 m dan beban yang sama dengan berat mesin penghampar
yang akan bergerak diatasnya. Tebal baja yang digunakan 6 mm dan 8 mm. Bila
acuan harus mendukung alat penghampar beton yang berat, tebal baja tidak
boleh kurang dari 8 mm. Dianjurkan agar acuan mempunyai tinggi yang sama
dengan tebal rencana plat beton semen dan lebar dasar acuan sama dengan
0,75 kali tebal plat beton tapi tidak kurang dari 20 cm. Lebar flens penguat yang
dipasang pada acuan harus menonjol dan keluar dari acuan tidak kurang dari 2/3
tinggi acuan.
Variasi kerataan bidang acuan tidak boleh lebih dari 3 mm untuk setiap 3 m.
Panjang dan kerataan dalam acuan tidak boleh melebihi 6 mm untuk setiap 3 m.
Ujung acuan harus mempunyai sitem pengunci yang erat. Rongga acuan harus
diupayakan sekecil mungki sehingga air semen tidak keluar. Pada lengkungan
jari-jari 30 m atau kurang dianjurkan menggunakan flexible form (acuan
melengkung)

SPESIFIKASI AGREGAT LAPIS PONDASI BAWAH,


LAPIS PONDASI ATAS DAN LAPIS PERMUKAAN
SNI 03-6388-2000

1. Ruang Lingkup
Spesifikasi ini meliputi mutu dan gradasi campuran lempung beipasir; kerikil; batu
atau slag basil penyaringan; atau pasir; sirtu pecah yang terdiri atas kerikil, batu
pecah atau slag dengan atau tanpa tanah pengikat atau kombinasi dari bahan
tersebut untuk digunakan pada bahan lapis pondasi bawah, lapis pondasi, dan lapis
permukaan. Syarat-syarat pada spesifikasi ini terbatas hanya untuk bahan-bahan
yang mempunyai sifat-sifat berat jenis, penyerapan air, dan gradasi yang normal.
Bila digunakan bahan-bahan lain, batas-batas spesillkasi yang sesuai harus
ditentukan.
2. Acuan
AASHTO M 147-65 (1990). Standard Specification for Materials for Aggregate
and Soil-Aggregate Subbase, Base and Surface Course
SNI 03-2417-1991. Metode Pengujian Keausan Agregat Den-an Mesin Abrasi
Los Angeles
SNI 06-4170-1996. Spesifikasi Kalsium Klorida
3. Persyaratan Umum
A. Agregat Kasar
Agregat kasar tertahan pada saringan 2,00 mm (no.10) harus terdiri atas
butiran-butiran atau pecahan-pecahan batu, kerikil atau slag yang keras
dan awet.
Nilai keausan agregat kasar, sesuai dengan SNI 03-2417-1991, tidak lebih
dari 50 persen.
Catatan : Persyaratan nilai keausan yang lebih tinggi atau lebih rendah dapat
ditentukan oleh Direksi Teknik sesuai dengan bahan yang tersedia.
B. Agregat Halus
Agregat halus, lolos saringan 2,00 mm (no. 10) harus terdiri atas pasir
alam atau abu batu, dan mineral yang lolos saringan 0,075 mm (no. 2"00).
Fraksi yang lolos saringan 0.075 mm (no.200) harus tidak lebih dari dua
pertiga fraksi yang lolos saringan 0,425 mm (no. 40). Fraksi yang lolos
sarin(-,an 0,425 mm tidak boleh memiliki batas cair lebih besar dari 25 dan
batas pl,astis tidak boleh lebih dari 6.
C. Gradasi bahan agregat-tanah
Harus memenuhi persyaratan gradasi yang ditunjukkan dalam Tabel I
Persyaratan gradasi untuk agregat gabungan akan ditetap'kan oleh Direksi
Tekreik. Semua bahan harus bebas dari tumbuh-tumbuhan dan gumpalan
lempung.

D. Bahan Lapis Pondasi Bawah


Bahan lapis pondasi bawah dengan gradasi A, B, C, D, E, atau F harus
memenuhi persyaratan umum seperti tersebut pada butir 3. Jenis bahan dan
gradasi yang diinginkan harus ditetapkan.
E. Bahan Lapis Pondasi
Bahan lapis pondasi dengan gradasi A, B, C, D, E, atau F harus memenuhi
persyaratan umum seperti tersebut pada butir 3. Jenis bahan dan gradasi
yang diinginkan harus ditetapkan.
F. Bahan Lapis Permukaan
Bahan lapis permukaan dengan gradasi C, D, E, atau F harus memenuhi
persyaratan umum seperti tersebut pada butir 3. Jenis bahan dan gradasi
yang diinginkan harus ditetapkan.
G. Kadar Air
Kadar air bahan harus sama atau sedikit dibawah optimum, agar kepadatan
rencana dapat dicapai.
H. Bahan Tambah
Bila untuk mengendalikan air digunakan kalsium klorida, bahan tersebut harus
memenuhi syarat sesuai dengan SNI 06-4170-1996.

TATA CARA PELAKSANAAN LAPIS PONDASI JALAN DENGAN BATU


PECAH (SNI 03-2853-1992)
RUANG LINGKUP
Tata cara ini digunakan untuk mendapatkan lapis pondasi jalan dengan
menggunakan batu pecah yang memenuhi syarat sebagai lapis pondasi
RINGKASAN
Bahan yang digunakan adalah agregat kasar, agregat halus, dan agregat
campuran. Peralatan yang digunakan antara lain: Alat penghampar agregat,
grader, mesin gilas statis, mesin gilas ban pneumatic, mesin gilas dengan
penggetar, mesin pemadat timbris getar, dan alat-alat bantu.
Penyiapan agregat meiputi kegiatan pencampuran aggregat, proses
pencampuran, penyiapan material, pemasangan lapis pondasi batu pecah antara
lain :
Persiapan bahan, drainase, penghamparan, peralatan awal, bentuk penampang,
pembentukan akhir, kemudian pelaksanaan pemadatan, dan perlindungan untuk
jangka waktu yang lama .
Pengendalian mutu adalah pengujian bahan hasil pengamatan, kontrol kadar air,
dan penyiapan permukaan akhir lapis pondasi.
Tata cara ini juga menunjukkan metode sederhana menanggulangi segregesi
dengan ilustrasi gambar.
Prosedur pengerjaan, pemasangan patok-patok, pengangkutan, penghamparan,
pembentukan, dan pemadatan.

TATA CARA PERENCANAAN


JEMBATAN
SNI 03-3447-1994

TEKNIS

PONDASI

SUMURAN

UNTUK

RUANG LINGKUP
Tata cara ini meliputi persyaratan dan ketentuan tentang perencanaan pondasi
sumuran berdasarkan kondisi ultimit terdiri dari daya dukung tanah, kemantapan
terhadap deformasi lateral, deformasi vertikal, geser, dan guling, keawetan bahan
serta kekuatan struktur sumuran.
RINGKASAN
Tata cara ini sebagai acuan dan pegangan untuk merencanakan pondasi
sumuran yang berfungsi sebagai pendukung jembatan dengan tujuan untuk
menyeragamkan cara perencanaan pondasi sumuran untuk jembatan sehingga
memenuhi tuntutan kekuatan, kemantapan, keawetan, dan efisien untuk
pembangunan jembatan.
Tata cara perencanaan ini antara lain:
1. Hitung semua gaya vertikal dan lateral ultimit yang berasal dari bangunan
bawah berdasarkan ketentuan
2. Siapkan data geoteknik pada lokasi sumuran, meliputi stratigrafi, dan semua
parameter tanah yang diperlukan.
3. Tentukan bentuk dan dimensi sumuran
4. Hitung daya dukung tanah ultimit dan faktor keamanan.
5. Hitung kemantapan lateral pondasi
6. Hitung kemantapan terhadap guling dan faktor keamanan.
7. Hitung deformasi vertikal
8. Hitung kekuatan struktur balok pondasi, dinding sumuran, dan sambungan
sumuran dengan balok pondasi
9. Buat gambar rencana

Keterangan gambar terdapat di halaman berikutnya.

You might also like