Professional Documents
Culture Documents
2
Laboratorium Pengujian Bahan
BAB II
PENGUJIAN KEKERASAN
2.1 Tujuan Pengujian
1. Mengetahui angka kekerasan suatau bahan
2. Mengetahui pengaruh perlakuan panas terhadap kekerasan bahan
3. Mengetahuai salah satu cara pengukuran kekerasan
4. Mengetahui perubahan struktur pada setiap perlakuan
2.2 Definisi Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan suatu bahan untuk menahan tusukan
(penetrasi/indentasi) yang lebih keras dari luar, dapat dikatakan kemampuan untuk
menahan deformasi plastis.
2.3 Pelaksanaan Pengujian
Sebelum pelaksanaan pengujian hendaknya kita mengetahui alat dan bahan
yang digunakan, prosedur maupun metode pengolahan data.
2.3.1
Pengujian Kekerasan
1. Microhardness Vickers Tester
3
Laboratorium Pengujian Bahan
2. Centrifugal Sand Paper Machine
Spesifikasi:
Merk
: Saphir
Buatan
: Jerman
Uji Mikrostruktur
1. Microscope Logam
Spesifikasi:
Merk
: Nikon
Buatan
: Jepang
4
Laboratorium Pengujian Bahan
2. Kamera
5
Laboratorium Pengujian Bahan
4. Kertas Gosok
Digunakan untuk membersihkan permukaan dari terak dan
meratakan permuakaan spesimen.
Kain Flannel
Digunakan untuk menghaluskan dan membersihkan spesimen dari
batu hijau yang tersisa
6
Laboratorium Pengujian Bahan
No
1
2
Logam
Mn
Si
Komposisi
:C
= 0,50 %
Mn
= 0,50 %
Si
= 0,25 %
Fe
= 98,75%
(TCX C)
TC =
c=a
C
c=a
= 727,47o C
(TCX C)
%C =
c=a
TC
c=a
= 0,729
7
Laboratorium Pengujian Bahan
Keterangan :
Fe Fe3C
Pergeseran
Gambar 2.9 Pegeseran Titik Eutectoid
Skala : 1:1
Satuan : mm
Gambar 2.10 Bentuk dan Dimensi Spesimen
2.3.2
Prosedur Pengujian
a.
Pengujian Kekerasan
1. Dilakukan proses heat treatment.
2. Permukaan spesimen yang akan diuji dibersihkan dahulu
dari terak dan kotoran dengan Centrifugal Sand Paper Machine sampai
betul-betul rata dan dan halis dan siap diuji.
3. Pemanasan benda kerja yang akan diuji harus benar-benar diperhatikan.
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014
8
Laboratorium Pengujian Bahan
Uji Mikrostruktur
1. Permukaan spesimen yang akan difoto dihaluskan dengan Centrifugal
Sand Paper Machine.
2. Permukaan spesimen dihaluskan dengan batu hijau dan digosok dengan
kain flannel sampai benar-benar mengkilap dan halus.
3. Permukaan spesimen yang sudah mengkilap, dihaluskan dan dibersihkan
dengan alkohol, kemudian ditetesi cairan etsa.
4. Spesimen diletakkan pada microscope logam, kemudian fokus diatur
sampai didapatkan gambar yang jelas.
5. Dilakukan pemotretan dengan kamera.
2.4 Hipotesa
Perlakuan
panas
mempengaruhi
kekerasan
suatu
material.
9
Laboratorium Pengujian Bahan
X
299.7
296.5
290.2
288.1
286.6
282.0
281.5
278.8
276.2
275.7
2855.3
[X
X ]
14.17
10.97
4.67
2.57
1.07
-3.53
-4.03
-6.73
-9.33
-9.83
0
[X
X ]2
200.8
120.3
21.8
6.6
1.1
12.5
16.2
45.3
87.0
96.6
608.4
10
Laboratorium Pengujian Bahan
Kekerasan rata-rata
X=
x 2855,3
=
=285,53
n
10
Standart deviasi
[ xx ]
=
=
n1
608,4
=8,222
9
8,222
=
=2,6
n 10
db = n-1 = 10 1 = 9
dengan = 5% maka nilai t Tabel t (/2;db)
t (0,025;9) = 2,26
interval penduga kekerasan spesimen tanpa perlakuan panas
{( ) }
x t
{( ) }
; db < < x + t ; db
2
2
11
Laboratorium Pengujian Bahan
228.3
202.7
215.9
238.7
226.4
212.2
224.9
214.3
207.5
217.4
2188
9.5
-16.1
-2.9
19.9
7.6
-6.6
6.1
-4.5
-11.3
-1.4
0
89.7
260.2
8.6
394.8
57.3
44.0
36.8
20.5
128.4
2.0
1042
12
Laboratorium Pengujian Bahan
Gambar 2.13 : Foto Mikrostruktur Perlakuan annealing 900oC
holding 30 menit
Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT UB
Pada foto mikrostruktur dengan perlakuan annealing 900oC holding
30 menit dapat dilihat bahwa terdapat persebaran struktur putih (ferrite)
dan hitam (pearlite) yang merata, Hal ini menunjukkan spesimen dengan
perlakuan annealing lebih lunak jika dibandingkan dengan spesimen tanpa
perlakuan karena persebaran antara struktur putih (ferrite) dan hitam
(pearlite) yang merata.
Kekerasan rata-rata
x 2188
X=
=
=218,8
n
10
Standart deviasi
[ xx ]
=
=
n1
1042
=10,76
9
10,76
=
=3,4
n 10
db = n-1 = 10 1 = 9
dengan = 5% maka nilai t Tabel t (/2;db)
t (0,025;9) = 2,26
interval penduga kekerasan spesimen tanpa perlakuan panas
{( ) }
x t
{( ) }
; db < < x + t ; db
2
2
13
Laboratorium Pengujian Bahan
t hitung =
t hitung =
x1x 2
{( n 11 ) x 21+ ( n21 ) x 22 } x( 1 + 1 )
n1 +n22
n1 n2
285,53218,8
{( 9 ) x (2,6)2+ 9 x (3,4)2 }
10+102
x(
1 1
+ )
10 10
66,73
1,832
49,3
14
Laboratorium Pengujian Bahan
Kedudukan thitung pada kurva distribusi t adalah sebagai berikut:
Gambar
2.15
spesimen
Hipotesa :
H01 : 1 = 2
H11 : 1 2
H02 : 1 = 2
H12 : 1 2
( heating berpengaruh)
Perulangan (z)
= 5 kali
= 20
= 10
15
Laboratorium Pengujian Bahan
Banyaknya data tiap baris (v)
= 10
Faktor Perlakuan
1112
1193,9
889,6
771,2
937,7
665,5
Hardenin
1017,5
724,4
g
1017,5
713,3
980,8
752,1
4850,1
3626,5
tot
FK =
5962,1
4820,4
2305,9
8476,6
10512,
5
( n )2 (10512,5)2
=
=5.525.632,813
n
20
260,42+
246,42+
889,62+
937,72+
1017,52+
16
Laboratorium Pengujian Bahan
1017,52+980,82+ 771,22+ 665,52+ 724,42+ 713,32+ 752,12)
5.525.632,813
= 6.838.847,18- 5.525.632,813
= 1.313.214,367
{( Garis 1)2 +{( Garis 2 )2 }
FK
Y .Z
JKA =
{(2305,9)2+ {( 8476,6)2 }
5.525.632,813
10
JKB=
2
5.525 .632,813
2.5
5.878.289,2575.525 .632,813
= 352.656,444
- 352.656,444
= -202.265,987
JKG = JKT - JKA - JKB - JKAB
= 1.313.214,367 2.191.359,424 352.656,444 +
202.265,987
= - 1.028.535,514
Dimana :
FK
: Frekuensi Komulatif
17
Laboratorium Pengujian Bahan
JKT
JKA
JKB
JKP
JKG
18
Laboratorium Pengujian Bahan
Hasil Analisa
3
X
4
5
6
7
8
9
10
19
Laboratorium Pengujian Bahan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
20
Laboratorium Pengujian Bahan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
No
1
2
3
4
5
6
21
Laboratorium Pengujian Bahan
22
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik 2.1 : Hubungan Perlakuan Panas dengan Tingkat Kekerasan Pada Spesimen Annealing (900oC : 30) dan
Tanpa Perlakuan
23
Laboratorium Pengujian Bahan
2.6 Pembahasan
Data Kelompok
Grafik diatas adalah grafik yang menjelaskan perbandingan nilai
kekerasan antara spesimen tanpa perlakuan dengan spesimen dengan
perlakuan annealing 900oC dengan holding 30 menit.
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai kekerasan rata-rata yang
didapatkan setelah diberi perlakuan annealing 900oC dengan holding 30
menit adalah sebesar 218,8 VHN. Sedangkan spesimen tanpa perlakuan nilai
kekerasan rata-ratanya sebesar 285,5 VHN.
Data tersebut sudah sesuai dengan dasar teori yang menyatakan nilai
kekerasan dengan perlakuan annealing lebih rendah daripada tanpa perlakua.
Karena tujuan annealing adalah melunakkan spesimen.
24
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik 2.1 : Hubungan Perlakuan Panas dengan Tingkat Kekerasan Pada Spesimen Annealing (900oC : 30)
dan Tanpa Perlakuan
25
Laboratorium Pengujian Bahan
tertinggi sampai
Kesimpulan
Perlakuan panas mempengaruhi nilai kekerasan yang dihasilkan spesimen.
Perlakuan panas yang menyebabkan nilai kekerasan dari tinggi ke rendah adalah
sebagai berikut: hardening, martempering, tanpa perlakuan, normalizing,
annealing.
Selain itu semakin tinggi suhu maka kekerasan suatu material logam akan
meningkat. Semakin lama waktu holding maka kekerasan suatu material juga akan
meningkat.
2.7.2
Saran
1. Sebaiknya alat-alat uji yang ada di laboratorium lebih dirawat dengan ruitn
agar bisa digunakan dengan baik pada saat praktikum
2. Untuk asisten dan praktikan sebaiknya lebih tepat waktu ketika ada jadwal
asistensi
3. Sebaiknya pada saat proses praktikum dan asistensi, praktikan dapat lebih
tertib dan disiplin agar praktikum dan asistensi dapat berjalan dengan lancar.
26
Laboratorium Pengujian Bahan
BAB III
PENGUJIAN KEKUATAN KEJUT
3.1 Tujuan Pengujian
1. Mengetahui daya tahan suatu logam terhadap beban dinamis yang
menyebabkan terjadinya patahan.
2. Mengetahui bentuk patahan.
3. Mengetahui pengaruh perlakuan panas terhadap kekuatan kejut logam.
4. Megetahui cara pengujian kekuatan kejut.
3.2 Definisi Kekuatan Kejut
Pengujian impact merupakan suatu pengujian yang mengukur ketahanan
bahan terhadap beban kejut. Dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi
potensial dari suatu pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu
dan menumbuk benda uji sehingga benda uji mengalami deformasi. Bahan-bahan
yang mengalami patah apabila bahan tersebut dibebani pukulan dengan tiba -tiba.
Karena disebabkan oleh 3 hal pokok yaitu :
1. Pemusatan tegangan ( stress centralization )
2. Suhu yang rendah
3. Kecepatan tegangan yang tinggi
Pada pengujain impact ini banyaknya energi yang diserap oleh bahan untuk
terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan impact atau ketangguhan
bahan tersebut.
3.3 Pelaksanaan Pengujian
3.3.1Alat dan Bahan yang Digunakan
27
Laboratorium Pengujian Bahan
Karbon ( C )
Krom ( Cr )
Mangan ( Mn )
Silikon ( Si )
Besi (Fe)
= 2,0%
= 12%
= 0,3%
= 0,2%
= 85,5%
Pergeseran Eutecthoid
Tabel 3.1 Komposisi Kimia Spesimen
Komposisi % Bahan Titik Eutectoid Komposisi Eutectoid (%)
28
Laboratorium Pengujian Bahan
Cr
Mn
Si
12
0.30
0.20
Atom (o)
840
727
755
0.38
0.73
0.72
(Tc .%C )
Tc=
C= A
. %C
C= A
(Tc .%C )
C=
C= A
. Tc
C =A
SKALA
: 1:1
SATUAN : mm
29
Laboratorium Pengujian Bahan
Gambar 3.4 Bentuk dan Dimensi Spesimen
3.3.2 Prosedur Pengujian
1. Benda uji diberi heat treatment
2. Spesimen dibersihkan dari kotoran dan terak
3. Dilakukan dry run test sebagai berikut :
Pendulum alat uji charpy diatur agar benar-benar menggantung bebas dan
3.4 Hipotesa
Hipotesa menurut teori, urutan perlakuan panas yang mempengaruhi
kekuatan impak dari yang paling besar adalah annealing, normalizing, tanpa
perlakuan, martempering, dan hardening. Jadi perlakuan panas mempengaruhi
impact strength suatu spesimen.
= 24 kg
= 60 mm2
= 90
= 4
= 7
30
Laboratorium Pengujian Bahan
24 .600 [ cos ( 90 7 )cos 90 ]
14400 [ 0.121 ]
1742.4 kgmm
b. Kerugian Energi pada Alat
F=G. R [ cos ( )cos ]
24 .600 [ cos ( 90 4 )cos 90 ]
14400 [ 0.067 ]
964.8 kgmm
60 mm2
kgmm
12.96
2
mm
= 24 kg
= 60 mm2
= 90
= 11
= 13
31
Laboratorium Pengujian Bahan
A
Fo
504 kgmm
60 mm2
kgmm
8.40
mm2
A k=
3.5.2
= 24 kg
F0
= 60 mm2
= 90
= 9
= 16.5
60
mm2
kgmm
30.96
2
mm
Spesimen dengan perlakuan hardening air 950 oC, holding 30 menit
R
= 600 mm
G
F0
= 24 kg
= 60 mm2
= 90
= 5
= 6
32
Laboratorium Pengujian Bahan
a. Energi yang diperlukan secara ideal
A =G . R [ cos ( ) cos ]
24 .600 [ cos ( 90 6 ) cos 90 ]
14400 [ 0.103 ]
1483.2 kgmm
b. Kerugian Energi pada Alat
F=G. R [ cos ( ) cos ]
24 .600 [ cos ( 90 5 ) cos 90 ]
14400 [ 0.085 ]
1224 kgmm
c. Energi Aktual yang Dibutuhkan
A= A F
1483.2 kgmm1224 kgmm
259.2 kgmm
d. Energi patah
A
A k=
Fo
259.2 kgmm
60 mm 2
kgmm
4.32
mm2
Spesimen dengan perlakuan Martempering 550 oC, holding 30 menit
R
= 600 mm
G
F0
= 24 kg
= 60 mm2
= 90
= 5
= 11.5
33
Laboratorium Pengujian Bahan
d. Energi patah
A
A k=
Fo
1627.2 kgmm
2
60
mm
kgmm
27.12
mm2
3.6
Pembahasan
A. Data kelompok
Tabel 3.2 Data hasil pengujian kelompok
No
1
2
Perlakuan
Tanpa Perlakuan
Normalizing 950
o
C, 30
Energi
Kerugian
Energi
Ideal
Energi
Aktual
(kg.mm)
1742.4
(kg.mm)
964.8
(kg.mm)
777.6
13
3225.6
2721.6
504
()
()
4
11
Energi Patah
(kg.mm/mm2)
12.96
4.80
34
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik 3.1 Perbandingan energi patah dengan pelakuan normalizing dan tanpa perlakuan
35
Laboratorium Pengujian Bahan
Pada perlakuan normalizing memliki kekuatan impact yang lebih kecil
dari spesimen tanpa perlakuan. Energi patah pada spesimen dengan perlakuan
normalizing adalah sebesar 4.8 kgmm/mm2. Sedangkan pada spesimen tanpa
perlakuan adalah 12.96 kgmm/mm2.
Berdasarkan hipotesa yang telah dibuat, seharusnya impact yang
tertinggi yaitu normalizing dan yang terendah adalah tanpa perlakuan. Akan
tetapi hasil pengujian yang dilakukan, terjadi penyimpangan dimana tanpa
perlakuan memiliki kekuatan impact lebih tinggi daripada normalizing.
Hal ini bisa disebabkan kecacatatan dari pabrik, misalnya ukuran butir
tanpa perlakuan ukurannya besar. Sehingga dapat menyebabkan impact
strength-nya jadi tinggi. Unsur paduan pada tanpa perlakuan juga bisa
berpengaruh terhadap impact strength-nya. Selain itu faktor lain yang bisa
berpengaruh kemungkinan karena penepatan spesimen yang kurang tepat
pada pengujian impact.
B. Data antar kelompok
Tabel 3.3 Data hasil pengujian kelompok (beda perlakuan)
No
Perlakuan
0
()
()
Energi
Ideal
(kg.mm)
Kerugian
Energi
(kg.mm)
Tanpa
Perlakuan
Normalizing
950 oC, 30
Annealing
950 oC, 30
Hardening air
950 oC, 30
Martemperin
g 550 oC, 30
Hardening
Oli 950C 30
1742.4
11
13
2
3
4
5
6
Energi Patah
(kg.mm/mm2)
964.8
Energi
Aktual
(kg.mm
)
777.6
3225.6
2721.6
504
4.80
16.5
4060.8
2203.2
1857.6
30.96
1483.2
1224
259.2
4.32
11.5
2851.2
1224
1627.2
27.12
2004,09
1255,04
749,05
12,48
12.96
36
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik 3.2 Perbandingan energi patah dengan beberapa perlakuan dan tanpa perlakuan
37
Laboratorium Pengujian Bahan
Dari data yang dilihat pada grafik, dapat diketahui kekuatan impact yang
tertinggi sampai terendah adalah : Annealing 950oC 30 yaitu 30.96
kgmm/mm2, Martempering 550oC 30 yaitu 27.12 kgmm/mm2, tanpa
perlakuan yaitu 12.96 kgmm/mm2, Hardening Oli 950oC 30 yaitu 12.48
kgmm/mm2, Normalizing 950oC 30 yaitu 4.8 kgmm/mm2 dan Hardening Air
950oC 30 yaitu 4.32 kgmm/mm2.
Berdasarkan teori dan hipotesa yang telah dibuat, kita ketahui bahwa
semakin tinggi tingkat kekerasan suatu material maka harga impact strengthnya semakin rendah, karena semakin tinggi kekerasan material cenderung
getas. Berdasarkan teori dan hipotesa yang telah dibuat kekuatan impact yang
tertinggi sampai yang terendah adalah
Hal ini
38
Laboratorium Pengujian Bahan
3.7 Kesimpulan dan Saran
3.7.1 Kesimpulan
1. Pada perlakuan normalizing memliki kekuatan impact yang lebih kecil dari
spesimen tanpa perlakuan. Energi patah pada spesimen dengan perlakuan
normalizing adalah sebesar 4.8 kgmm/mm2. Sedangkan pada spesimen tanpa
perlakuan adalah 12.96 kgmm/mm2.
2. Dari data hasil pengujian impact yang tertinggi
faktor
perlakuan
panas,
temperatur
pemanasan
dan
kecepatan
Saran
Praktikan harus lebih sopan dan menghormati asisten.
Asisten bisa membimbing praktikan diluar jam asistensi.
Saat praktikum sebaiknya dapat dibimbing dalam mengetahui semua unsur
BAB IV
PENGUJIAN TARIK
39
Laboratorium Pengujian Bahan
4.1 Tujuan Pengujian
1. Mengetahui tegangan yield, tegangan ultimate, regangan dan kontraksi suatu
bahan.
2. Mengetahui pengaruh perlakuan panas terhadap parameter di atas.
3. Mengetahui cara pengujian tarik.
4.2 Definisi Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik merupakan kemampuan bahan untuk menerima beban tarik
yang diberikan kepada material tersebut tanpa mengalami kerusakan dan
dinyatakan sebagai tegangan maksimum sebelum patah. Untuk mendapatkan nilai
dan kekuatan uji tarik maka diperlukan suatu metode pengujian berupa uji tarik.
Besarnya kekuatan uji tarik tergantung dari gaya yang diberikan tiap luasan yang
dinyatakan dengan :
F/A
Dimana: Kekuatan uji tarik
F gaya
A= luasan
4.3 Pelaksanaan Pengujian
4.3.1 Alat yang Digunakan Dalam Pengujian
- Spesifikasi alat yang digunakan dalam pengujian
1. Mesin Uji Tarik
Merek
: MLF Piuf.Und Mc By Heme Gmbh D6800
Kapasitas
: 100 kN
Tipe
: U PD 10
Tahun
: 1982
Alat ini digunakan untuk member beban tarik pada spesimen. Alat ini
mempunyai 3 skala pembebanan.
A = 0 - 20 kN
A+B = 0 - 50 kN
A+B+C = 0 - 100 kN
40
Laboratorium Pengujian Bahan
3. Spidol
Digunakan untuk menandai spesimen.
41
Laboratorium Pengujian Bahan
Komposisi Eutectoid
42
Laboratorium Pengujian Bahan
m
Mn
Si
0,4-0,12%
3500,00%
725C
727C
0,23
0,1
(TCX C)
TC =
c=a
C
c=a
(TCX C)
TC =
c=a
C
c=a
= 0,715
43
Laboratorium Pengujian Bahan
Keterangan :
Fe Fe3C
Pergeseran Titik Eutectoid
Skala = 1:2
Satuan = mm
Gambar 4.12 : Bentuk dan Dimensi Spesimen
44
Laboratorium Pengujian Bahan
4.3.2 Prosedur Pengujian
1. Dilakuakan proses heat treatment
2. Spesimen dibersihkan terlebih dahulu kotoran dan terak
3. Dilakukan pengukuran dimensi, meliputi diameter awal dan panjang awal,
kemudian kemudian spesimen dibagi kedalam segmen-segmen dengan
panjang masing-masing 5mm
4. Spesimen dipasang erat pada alat uji
5. Alat uji diatur pada kecepatan 1,2 liter/menit dengan pembebanan pada posisi
A+B+C, skala pertambahan panjang 0mm dan jarum beban pada posisi nol
6. Mesin dinyalakan dan dilakukan pengamatan dengan teliti terhadap beban,
pertambahan panjang dan perubahan diameter sampai spesimen patah.
7. Stelah patah dilakukan pengukuran dimensi akhir spesimen
4.4 Hipotesa
Kekuatan tarik material dipengaruhi oleh perlakuan panas dan kecepatan
cooling. Semakin cepat material mengalami cooling maka kekuatan tariknya
semakin besar. Perlakuan panas mempengaruhi kekuatan tarik dengan urutan
hardening air, hardening oli, martempering, tanpa perlakuan, normalizing dan
annealing.
45
Laboratorium Pengujian Bahan
Tabel 4.2 Hasil pengolahan data tanpa perlakuan
N
o
Panja
ng
(mm)
Beb
an
(N)
Diamet
er
(mm)
50
6,42
51
52
53
54
55
56
57
9
1
0
1
1
1
2
58
0
131
00
146
00
159
00
168
00
177
00
179
00
180
00
181
00
180
00
170
00
160
00
59
60
60.1
o
o
o
o
o
o
o
o
o
6,38
6,36
6,33
6,24
6,15
6,1
6,05
5,99
5,97
4,04
3,98
Luas
(mm2
)
32,3
84
31,9
82
31,7
82
31,4
83
30,5
94
29,7
18
29,2
36
28,7
59
28,1
92
28,0
04
12,8
24
12,4
46
Teg.Rekaya
sa (N/mm2)
Teg.Seja
ti
(N/mm2)
Reg.Rekaya
sa (%)
Reg.Sej
ati (%)
Kontrak
si (%)
404,521
412,611
2,000
1,980
1,242
450,840
468,874
4,000
3,922
1,860
490,983
520,442
6,000
5,827
2,784
518,775
560,277
8,000
7,696
5,529
546,566
601,223
10,000
9,531
8,234
552,742
619,071
12,000
11,333
9,720
555,830
633,646
14,000
13,103
11,194
558,918
648,345
16,000
14,842
12,947
555,830
655,879
1247,67
0
1285,55
0
18,000
16,551
13,527
20,000
18,232
60,400
20,200
95,620
61,568
524,951
494,071
= 6,42 mm
= 6,37 mm
= 5,99 mm
= 13,0 kN
= 18,1 kN
= 16 kN
= 50 mm
= 58 mm
= 60,1 mm
1. Luas penampang
a. Luas penampang awal (Ao)
x Do 2 ( mm 2)
4
x 6,422
4
= 32,384 mm2
x Du 2 ( mm 2)
4
46
Laboratorium Pengujian Bahan
=
2
x 5,99
4
= 28,192 mm2
c. Luas penampang saat patah (Af) =
=
x Df 2 ( mm2 )
4
x 3,982
4
= 12,446 mm2
2. Regangan
a. Regangan Ultimate rekayasa (au) =
lulo
x 100
lo
5850
x 100
50
= 16%
b. Regangan Ultimate sejati ( au)
u
= (+1) x 100
ln
16
= (+1) x 100
ln
= 14,84%
lf lo
x 100
=
lo
=
60,1-50
x 100
50
= 20,20%
d. Regangan patah rekayasa (af)
= (2 x ln
2 x ln
Do
) x 100
Df
6,42
x 100
3,98
= 95,62%
e. Regangan yield (ay)
lylo
x 100
lo
56,8450
x 100
50
= 13,68%
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014
47
Laboratorium Pengujian Bahan
3. Tegangan
a. Tegangan Ultimate rekayasa (u) =
Pu
Ao
[N/mm2]
18100
32,384
= 558,92N/mm2
b. Tegangan Ultimate sejati (u)
Pu
x (u + 1) [N/mm2]
Ao
18100
32,384
x (16%+1)
= 648,347 N/mm2
Pf
=
[N/mm2]
Ao
=
16000
32,384
= 494,071 N/mm2
d. Tegangan patah rekayasa (f)
Pf
Af
16000
12,446
[N/mm2]
= 1285,55 N/mm2
Py
=
(N/mm2)
Ay
13003
=
31,87
= 408 N/mm2
4. Kontraksi
Do 2 - Df 2
Q=
x 100%
Do 2
2
2
6,42 - 3,98
=
x 100%
2
6,42
= 61,57%
5. Modulus Elastisitas
u
E=
x 100%
y
408
=
x 100%
13,68
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014
48
Laboratorium Pengujian Bahan
= 2982,456%
Panjan
g
(mm)
50
51
52
53
54
55
56
57
9
10
Beba
n (N)
Diamet
er (mm)
6,25
58
0
1840
0
1920
0
1960
0
1960
0
1970
0
1860
0
1630
0
1030
0
59
8200
Luas
(mm2
))
Teg.Rekaya
sa (N/mm2)
Teg.Seja
ti
(N/mm2)
Reg.Rekaya
sa (%)
Reg.Sej
ati (%)
Kontrak
si (%)
599,505
611,495
2,000
1,980
8,759
625,570
650,593
4,000
3,922
9,065
638,603
676,919
6,000
5,827
11,188
638,603
689,691
8,000
7,696
12,690
641,861
706,047
10,000
9,531
16,534
606,021
749,520
1106,16
0
1107,36
0
1151,85
0
12,000
11,333
19,144
14,000
13,103
53,542
16,000
14,842
75,872
18,000
121,770
76,806
4,260
30,69
2
28,00
4
27,91
0
27,25
8
26,79
7
25,61
8
24,81
6
14,25
9
3,070
7,405
335,592
3,010
7,119
267,171
5,970
5,960
5,890
5,840
5,710
5,620
531,083
x Do2 ( mm2 )
x 6,25
= 30,66 mm2
b. Luas penampang Ultimate (Au)
x Du2 ( mm2 )
49
Laboratorium Pengujian Bahan
x 5,712
= 25,618 mm2
c. Luas penampang saat patah (Af) =
=
x Df 2 ( mm2 )
2
x 3,01
4
= 7,119 mm2
2. Regangan
a. Regangan Ultimate rekayasa (u) =
=
lulo
lo
x 100
5550
50
x 100
= 10 %
b. Regangan Ultimate sejati (u)
u
= (+1) x 100
ln
10
= (+1) x 100
ln
= 9,53 %
lf lo
=
lo
=
x 100
59-50
50
x 100
= 18 %
= 2 x ln
= 2 x ln
Do
Df
6,25
3,01
) x 100
x 100
= 121,770 %
e. Regangan yield (y)
ly-lo
lo
51,150
50
x 100
x 100
= 2,2 %
3. Tegangan
a. Tegangan Ultimate rekayasa (u) =
Pu
Ao
[N/mm2]
50
Laboratorium Pengujian Bahan
=
19700
30,692
= 641,861 N/mm2
b. Tegangan Ultimate sejati (u)
Pu
x (u + 1) [N/mm2]
Ao
19700
30,692
x (10 %+1)
= 706,047 N/mm2
c. Tegangan patah rekayasa (f)
Pf
Ao
8200
30,692
[N/mm2]
= 267,171 N/mm2
d. Tegangan patah sejati (f)
=
=
Pf
Af
[N/mm2]
8200
7,119
= 1151,847 N/mm2
Py
=
(N/mm2)
Ay
18,008
=
7,630
= 2360,16 N/mm2
4. Kontraksi
Do 2 - Df 2
Q =
2
Do
x 100%
6,252 - 3,012
x 100%
6,252
= 76,8%
5. Modulus Elastisitas
u
E =
x 100%
y
2360,167
=
x 100%
2,2
= 1072,8%
=
51
Laboratorium Pengujian Bahan
Panjan
g
(mm)
Beba
Diamet
n (N)
er (mm)
Luas
(mm2
)
30,20
Teg.Rekaya
sa (N/mm2)
Teg.Seja
ti
Reg.Rekaya
Reg.Sej
Kontrak
sa (%)
ati (%)
si (%)
(N/mm2)
50
0
2050
6,2
3
28,85
51
0
2990
6,060
4
28,38
678,744
692,319
1029,57
2,000
1,980
4,465
52
0
3560
6,010
0
28,00
989,973
1
1249,41
4,000
3,922
6,035
53
0
3600
5,970
4
27,72
1178,696
8
1287,29
6,000
5,827
7,282
54
0
3370
5,940
3
21,82
1191,940
5
1544,31
8,000
7,696
8,211
55
5,270
1115,788
10,000
69,242
27,750
Panjan
g
(mm)
Beba
Diamet
n (N)
er (mm)
Luas
(mm2
)
33,91
Teg.Rekaya
sa (N/mm2)
Teg.Seja
ti
(N/mm2)
Reg.Rekaya
Reg.Sej
Kontrak
sa (%)
ati (%)
si (%)
50
0
2000
6,57
5
33,40
51
0
2380
6,52
1
30,69
589,705
601,499
2,000
1,980
1,516
52
0
2450
6,250
2
29,33
701,749
729,819
4,000
3,922
9,504
53
0
2500
6,110
2
28,56
798,255
846,150
6,000
5,827
13,513
54
0
2560
6,03
9
27,07
737,131
796,101
8,000
7,696
15,763
55
0
2380
5,870
3
25,79
754,822
830,304
10,000
9,531
20,174
56
0
1800
5,730
7
12,95
701,749
992,363
1389,85
12,000
11,333
23,936
57
4,060
530,734
14,000
92,735
61,812
52
Laboratorium Pengujian Bahan
Panjan
g
(mm)
Beba
n (N)
Diamet
Luas
2
er
(mm
(mm)
)
31,18
Teg.Seja
Teg.Rekaya
ti
sa (N/mm )
Reg.Rekaya
Reg.Sej
Kontrak
sa (%)
ati (%)
si (%)
(N/mm2)
50
0
1440
6,3
5
28,47
51
0
1500
6,02
5
28,00
461,760
470,996
2,000
1,980
8.691
52
0
1540
5,970
4
27,07
481,000
500,241
4,000
3,922
10,202
53
0
1630
5,870
3
26,43
549,930
582,926
6,000
5,827
13,185
54
0
1700
5,8
1
25,70
522,687
564,502
8,000
7,696
15,243
55
0
1700
5,720
7
25,61
545,134
599,647
10,000
9,531
17,565
56
0
1700
5,710
8
25,17
545,134
610,550
12,000
11,333
17,853
57
0
1730
5,660
1
24,72
545,134
621,453
14,000
13,103
19,285
58
0
1440
5,610
8
25,43
554,754
643,515
16,000
14,842
20,705
10
59
0
1060
5,690
8
11,16
461,760
680,085
18,000
16,551
18,428
11
60
3,770
339,907
949,230
20,000
97,64
64,190
Panja
Beb
Diame
Luas
Teg.Reka
ng
an
ter
(mm
yasa
(mm)
(N)
(mm)
50
0
114
6,45
88
30,3
0
355,73
51
00
129
6,210
00
29,8
348,755
0
410,43
2,000
1,980
7,303
52
00
132
6,160
14
29,6
394,644
0
428,05
4,000
3,922
8,790
53
00
137
6,140
21
28,6
403,822
1
452,64
6,000
5,827
9,381
12,30
54
00
142
6,040
64
28,1
419,118
8
477,85
8,000
7,696
9
13,75
55
00
145
5,990
92
27,8
434,414
6
496,82
10,000
9,531
5
14,90
56
00
147
5,950
16
27,6
443,592
3
512,67
12,000
11,333
3
15,47
8
9
57
58
00
147
5,930
5,830
30
26,7
449,711
449,711
0
521,66
14,000
16,000
13,103
14,842
4
18,30
N
o
(N/mm2)
ati
Reg.Reka
(N/mm
yasa (%)
Reg.Se
jati
(%)
Kontra
ksi (%)
32,6
53
Laboratorium Pengujian Bahan
00
147
06
26,1
4
530,65
1
19,97
0
1
59
00
147
5,770
59
25,5
449,711
9
539,65
18,000
16,551
4
21,90
1
1
60
00
147
5,7
28
24,9
449,711
3
548,64
20,000
18,232
4
23,81
2
1
61
00
147
5,63
05
16,1
449,711
7
557,64
22,000
19,885
0
50,67
3
1
62
00
143
4,53
24
11,4
449,711
1
1081,5
24,000
21,511
4
64,92
4
1
63
00
124
3,82
65
7,40
437,474
50
1674,3
26,000
23,111
121,44
4
77,34
64
00
3,07
379,348
40
28,000
54
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik 4.1: Hubungan Tegangan (Rekayasa + Sejati) Dengan Regangan (Rekayasa ) pada Spesimen Tanpa Perlakuan
4.6 Pembahasan
55
Laboratorium Pengujian Bahan
-
56
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik 4.2: Hubungan Tegangan (Rekayasa + Sejati) Dengan Regangan (Rekayasa ) pada Spesimen Hardening
950oC 30
57
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik hubungan tegangan-regangan dapat kita lihat bahwa tegangan
sebanding dengan regangan,dimana setiap pertambahan tegangan selalu
diikuti oleh pertambahan regangan. Jika beban ditambah perlahan maka
beban itu menambah nilai regangan sampai batas elastis.
Dari grafik diatas cara untuk mendapatkan nilai tegangan sejati yaitu :
Pu
u =
[N/mm2]
Ao
sedangkan cara untuk mendapatkan nilai tegangan rekayasa yaitu :
Pu
u =
[N/mm2]
Ao
Dari kedua rumus diatas terdapat perbedaan mendasar dimana dalam
menghitung tegangan sejati menggunakan luas permukaan yang selalu
berubah-ubah,karena menggunakan diameter yang selalu berubah setiap
pertambahan panjangnya. Sedangkan dalam menghitung tegangan rekayasa
menggunakan luas permukaan yang selalu konstan. Hal ini menyebabkan
nilai tegangan sejati akan semakin membesar sampai titik patah,sedangkan
nilai tegangan rekayasa akan semakin mengecil setelah melewati titik
ultimate sampai dengan titik patah. Jadi nilai tegangan sejati selalu lebih
besar dari tegangan rekayasa. Disini terjadi perbedaan yang signifikan
antara tegangan sejati yang titik ultimate nya 706,047 N/mm2 dengan
tegangan rekayasa 641,861 N/mm2. Setelah melewati titik ultimate terjadi
perbandingan yang lebih signifikan dimana tegangan rekayasa akan
semakin menurun sampai titik patah 267,121 N/mm2 sedangkan tegangan
sejati akan semakin meningkat sampai titik patah 1151,80 N/mm2
Hal ini sesuai dengan dasar teori dan hipotesa bahwa setiap
pertambahan regangan selalu diikuti dengan pertambahan tegangan.
58
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik 4.3: Hubungan Tegangan (Rekayasa + Sejati) Dengan Kontraksi pada Spesimen Tanpa Perlakuan
59
Laboratorium Pengujian Bahan
Pada grafik ini menunjukkan nilai tegangan kontraksi adalah
seimbang pada daerah proporsional. Tegangan sejati terus mengalami
perubahan yang signifikan sampai pada titik patah 1285,55 N/mm2, setelah
melewati titik ultimate 698,648 N/mm2, sedangkan pada tegangan rekayasa
cenderung menurun sampai titik patah 494,071 N/mm2 setelah melewati
titik ultimate 590,918 N/mm2.
Nilai tersebut didapat dari rumus :
Tegangan rekayasa f
Tegangan sejati f
=
=
Pf
Ao
Pf
Af
60
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik 4.4 : Hubungan Tegangan (Rekayasa + Sejati) Dengan Regangan Kontraksi pada Spesimen Hardening
950oC 30
61
Laboratorium Pengujian Bahan
Pada grafik ini menunjukkan nilai kontraksi akan semakin membesar
maka diameternya spesimen nya akan semakin lama mengecil yang diikuti
dengan pertambahan panjang spesimennya. Jika beban ditambah perlahan
maka nilai kontraksinya akan bertambah pula. Ini disebabkan perbedaan
diameter spesimen akibat adanya deformasi oleh beban tarik.
Nilai tegangan sejati lebih besar dibanding tegangan rekayasa, karena
tegangan
rekayasa
menggunakan
nilai
luas
permukaan
yang
62
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik 4.5: Hubungan Regangan (Rekayasa + Sejati) Dengan Kontraksi pada Spesimen Tanpa Perlakuan
63
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik regangan-kontraksi menunjukkan bahwa pertambahan nilai
kontraksi selalu diikuti dengan penambahan regangan. Pada regangan
rekayasa dan sejati grafiknya hampir sejajar tapi mulai terjadi perbedaan
pada saat kontraksi 2,784% yaitu saat specimen bertambah 1mm dimana
titik regangan rekayasa 6% dan regangan sejati 8,957%. Hal ini terus terjadi
sampai spesimen patah pada saat nilai kontraksi maksimum sebesar
61,588% dan nilai regangan rekayasa 20,20% serta regangan sejati 95,62%.
Pada grafik ini nilai kontraksi cenderung meningkat secara signifikan yang
diikuti
dengan
nilai
regangan,
sedangkan
pada
regangan
sejati
lulo
x 100
lo
u
= (+1) x 100
ln
=
64
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik 4.6: Hubungan Regangan (Rekayasa + Sejati) Dengan Kontraksi pada Spesimen Hardening Oli 950oC 30
65
Laboratorium Pengujian Bahan
-
lulo
x 100
lo
u
= (+1) x 100
ln
=
66
Laboratorium Pengujian Bahan
67
Laboratorium Pengujian Bahan
-
68
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik 4.8 : Diagram Perubahan Diameter Tiap Spesimen Dengan Perlakuan Hardening Oli 950oC, 30
69
Laboratorium Pengujian Bahan
Pada diagram perubahan diameter tiap spesimen dengan perlakuan
hardening oli 950 C, 30 memiliki perubahan yang fluktuatif pada tiap
spesimennya. Perubahan diameter paling besar terjadi pada segmen ke-9
dengan diameter 3,01 dimana pada segmen ini mengalami patah.
Pada spesimen dengan perlakuan hardening oli 950 C, 30 ini
memiliki ukuran butir yang lebih kecil daripada spesimen tanpa perlakuan
sehingga gaya yang dibutuhkan untuk mematahkan spesimen tanpa
perlakuan ini adalah lebih besar
70
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik 4.9: Hubungan Tegangan Rekayasa Dengan Regangan Rekayasa pada Spesimen Tanpa Perlakuan dan
Berbagai Spesimen
71
Laboratorium Pengujian Bahan
pedinginnya,
sehingga
pendinginannya
lebih
lambat
dan
72
Laboratorium Pengujian Bahan
30 sebesar 449,711 N/mm2. Padahal berdasarkan teori dan hipotesa jika suhu
dan holding sama maka urutan dari tinggi ke rendah yaitu hardening
air,hardening oli, martempering, tanpa perlakuan, normalizing, dan annealing.
2. Pada grafik ini terjadi penyimpangan pada hardening oli 950o C, 30 yang
seharusnya berada diatas martempering 550o C, 30. Hal ini kemungkinan
disebabkan pada perlakuan martempering menggunakan media pendingin
berupa air, sehingga tingkat ukuran butirannya jadi lebih kecil dibanding
dengan hardening oli yang menggunaka oli sebagai media pedinginnya,
sehingga pendinginannya lebih lambat dan menyebabkan ukuran butirnya
menjadi besar. Dan kemungkinan pula pada saat pembersihan spesimen
dilakukan secara berlebihan.
3. Pada grafik tegangan-kontraksi dengan specimen tanpa perlakuan dengan
perlakuan hardening oli 950o C, 30 menunjukkan tegangan akan turun setelah
titik ultimate sedangkan kontraksi akan terus bertambah.
4. Pada grafik regangan-kontraksi dengan specimen tanpa perlakuan dengan
perlakuan hardening oli 950o C, 30 menunjukkan regangan akan dan kontraksi
berbanding lurus, yaitu setiap pertambahn regangan akan selalu diikuti dengan
pertambahan kontraksi.
5. Pada diagram perubahan diameter tiap spesimen dengan perlakuan hardening
oli 950o C, 30 terjadi patah pada segmen ke-9 sedangkan pada spesimen tanpa
perlakuan terjadi patah pada segmen ke-4.
4.7.2 Saran
1. Perlunya pengkalibrasian pada alat uji untuk memperoleh hasil yang maksimal.
2. Jadwal asistensi seharusnya ditetapkan waktunya sehingga mempermudah
praktikan untuk asistensi
3. Praktikan harus benar-benar serius dalam menjalani praktikum sehingga tidak
ada yang kena siding maupun denda
73
Laboratorium Pengujian Bahan
BAB V
PENGUJIAN KEMAMPUKERASAN
5.1 Tujuan Pengujian
1. Mengetahui kemampukerasan suatu bahan
2. Mengetahui pengaruh suhu pemanasan terhadap kemampukerasan bahan
3. Mengetahui pengaruh penahanan terhadap kemampukerasan bahan
4. Mengetahui cara menentukan kemampukerasan bahan
5.2 Sifat Kemampukerasan (Hardenability) Baja
Merupakan respon dari baja ketika baja tersebut diberikan perlakuan
panas berupa pengerasan. Sifat kemampukerasan yang tinggi dapat ditunjukkan
dengan semakin cepatnya proses pengerasan yang dialami baja sehingga selurih
menjadi keras (dimulai dari daerah yang didinginkan hingga bagian terjauh dari
titik pendinginan atau titik terdalam dari baja yang didinginkan).
5.3 Pelaksanaan Pengujian
5.3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014
74
Laboratorium Pengujian Bahan
2. Penjepit
Digunakan untuk memindahkan benda uji setelah pemanasan
dalam dapur.
75
Laboratorium Pengujian Bahan
4. Bejana pendingin
Digunakan untuk mendinginkan benda uji dengan
menyemprotkan air kepada salah satu ujung benda uji.
nilai
kekerasan
material.
suatu
76
Laboratorium Pengujian Bahan
6. Stopwatch
Digunakan untuk mengukur waktu holding.
.
Gambar 5.7 Centrifugal Sand Paper Machine
Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT-UB
77
Laboratorium Pengujian Bahan
8.
Penggaris
Digunakan untuk memberi tanda pada spesimen yang akan
diukur kekerasannya.
9. Drawing Pen
Digunakan untuk menandai spesimen dengan jarak
tertentu.
%C
0,74
0,72
Temperatur Eutectoid
78
Laboratorium Pengujian Bahan
U
(TC x %C)
TC=
c= A
%C
i=0
Kadar Karbon
U
(TC x %C)
%C= c=A
TC
i=0
(725+730)
= 0,727 %
79
Laboratorium Pengujian Bahan
Skala = 1 : 2
Satuan = mm
Gambar 5.11 Bentuk dan Dimensi Spesimen
dan Cr
Ukuran butir = Semakin besar ukuran butir maka tingkat suatu material semakin
rendah.
Suhu pemanasan = Kemampuan keras lebih tinggi jika pemanasan dilakukan
kemampukerasan
Homogenitas = jika strukturnya homogen semakin tinggi sifat kemampukerasan
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014
80
Laboratorium Pengujian Bahan
81
Laboratorium Pengujian Bahan
5.5 Pengolahan Data
5.5.1 Data Kelompok
Tabel 5.2 Data Tanpa Perlakuan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Y1
X1
(VHN)
376,8
365,4
361,2
354,1
350,4
342,1
337,1
329,5
324,6
320,1
3461,3
(mm)
2
4
6
8
10
15
20
30
40
60
195
lnY1
X12
X1 lnY1
5,931715
5,900993
5,889432
5,869579
5,859075
5,835103
5,82038
5,797576
5,782594
5,768633
58,45508
4
16
36
64
100
225
400
900
1600
3600
6945
11,86343
23,60397
35,33659
46,95663
58,59075
87,52655
116,4076
173,9273
231,3037
346,118
1131,635
Persamaan
X1 ln Y1 a X12 b X1 = 0
- 6945a - 195b = -1131,635
ln Y1 a X1 nb = 0
-195 a - 10 b = 58,455
Eliminasi
-6945a - 195b
-6945a 356,1538b
161,1538 b
a
= -1131,635
= -2081,897
= 5,897
= -0,0026
Perhitungan :
1. ln Yn
= aXn + b
ln Y1
= aX1 + b
ln Y1
= (-0,0026) 2 + 5,897
ln Y1
ln Y1
Y1
2. ln Yn
ln Y2
ln Y2
ln Y2
ln Y2
Y2
= -0,0052 + 5,897
= 5,8918
= 362,056
= aXn + b
= aX2 + b
= (-0,0026) 4 + 5,897
= -0,0104 + 5,897
= 5,8866
= 360,178
82
Laboratorium Pengujian Bahan
3. ln Yn
ln Y3
ln Y3
ln Y3
ln Y3
Y3
4. ln Yn
ln Y4
ln Y4
ln Y4
ln Y4
Y4
5. ln Yn
ln Y5
ln Y5
ln Y5
ln Y5
Y5
6. ln Yn
ln Y6
ln Y6
ln Y6
ln Y6
Y6
= aXn + b
= aX3 + b
= (-0,0026) 6 + 5,897
= -0,0156 + 5,897
= 5,8814
= 358,31
= aXn + b
= aX4 + b
= (-0,0026) 8 + 5,897
= -0,0208 + 5,897
= 5,8762
= 356,452
= aXn + b
= aX5 + b
= (-0,0026) 10 + 5,897
= -0,026 + 5,897
= 5,871
= 354,603
= aXn + b
= aX6 + b
= (-0,0026) 15 + 5,897
= -0,039 + 5,897
= 5,858
= 350,023
7. ln Yn
ln Y7
ln Y7
ln Y7
ln Y7
Y7
8. ln Yn
ln Y8
ln Y8
ln Y8
ln Y8
Y8
9. ln Yn
ln Y9
ln Y9
ln Y9
ln Y9
Y9
10. ln Yn
ln Y10
ln Y10
ln Y10
ln Y10
Y10
= aXn + b
= aX7 + b
= (-0,0026) 20 + 5,897
= -0,052 + 5,897
= 5,845
= 345,502
= aXn + b
= aX8 + b
= (-0,0026) 30 + 5,897
= -0,078 + 5,897
= 5,819
= 336,635
= aXn + b
= aX9 + b
= (-0,0026) 40 + 5,897
= -0,104 + 5,897
= 5,793
= 327,996
= aXn + b
= aX10 + b
= (-0,0026) 60 + 5,897
= -0,156 + 5,897
= 5,741
= 311,376
83
Laboratorium Pengujian Bahan
= [ ln Y1 ( ax1 + b ) ]2 + [ ln Y2 ( ax2 + b ) ]2 + + [ ln Y10
( ax10 + b ) ]2
= 0,00159 + 0,00021 + 0,000065 + 0,000044 + 0,00014 + 0,00052 +
0,00061 + 0,00046 + 0,00011 + 0,00076
= 0,00451
84
Laboratorium Pengujian Bahan
Tabel 5.3 Perlakuan 900oC ; 55
Y1
X1
No
lnY1
(VHN) (mm)
1
759,6
2
6,632792
2
408,3
4
6,012002
3
385,2
6
5,953763
4
368,4
8
5,909169
5
347,3
10
5,850189
6
309
15
5,733341
7
302,8
20
5,713073
8
296,7
30
5,692722
9
294,9
40
5,686636
10 293,8
60
5,682899
3766
195
58,86659
X12
X1 lnY1
4
16
36
64
100
225
400
900
1600
3600
6945
13,26558
24,04801
35,72258
47,27335
58,50189
86,00012
114,2615
170,7816
227,4655
340,974
1118,294
Persamaan
X1 ln Y1 a X12 b X1 = 0
- 6945a - 195b = -1118,294
ln Y1 a X1 nb = 0
-195 a - 10 b = 58,86659
Eliminasi
-6945a - 195b
= -1118,294
-6945a 356,1538b
= -2096,569
161,1538 b = 6,07
a = -0,0114
Perhitungan :
1. ln Yn
= aXn + b
ln Y1
= aX1 + b
ln Y1
= (-0,0114) 2 + 6,07
ln Y1
= -0,0228 + 6,07
ln Y1
= 6,0472
Y1
= 422,927
2. ln Yn
ln Y2
ln Y2
ln Y2
ln Y2
Y2
3. ln Yn
ln Y3
ln Y3
ln Y3
ln Y3
= aXn + b
= aX2 + b
= (-0,0114) 4 + 6,07
= -0,0456 + 6,07
= 6,0244
= 413,393
= aXn + b
= aX3 + b
= (-0,0114) 6 + 6,07
= -0,0684 + 6,07
= 6,0016
85
Laboratorium Pengujian Bahan
Y3
ln Yn
ln Y4
ln Y4
ln Y4
ln Y4
Y4
ln Yn
ln Y5
ln Y5
ln Y5
ln Y5
Y5
ln Yn
ln Y6
ln Y6
ln Y6
ln Y6
Y6
ln Yn
ln Y7
ln Y7
= 404,075
= aXn + b
= aX4 + b
= (-0,0114) 8 + 6,07
= -0,0912 + 6,07
= 5,9788
= 394,966
= aXn + b
= aX5 + b
= (-0,0114) 10 + 6,07
= -0,114 + 6,07
= 5,955
= 386,063
= aXn + b
= aX6 + b
= (-0,0114) 15 + 6,07
= -0,171 + 6,07
= 5,899
= 364,673
= aXn + b
= aX7 + b
= (-0,0114) 20 + 6,07
ln Y7
ln Y7
Y7
8. ln Yn
ln Y8
ln Y8
ln Y8
ln Y8
Y8
9. ln Yn
ln Y9
ln Y9
ln Y9
ln Y9
Y9
10. ln Yn
ln Y10
ln Y10
ln Y10
ln Y10
Y10
= -0,228 + 6,07
= 5,842
= 344,468
= aXn + b
= aX8 + b
= (-0,0114) 30 + 6,07
= -0,342 + 6,07
= 5,728
= 307,354
= aXn + b
= aX9 + b
= (-0,0114) 40 + 6,07
= -0,456 + 6,07
= 5,614
= 274,239
= aXn + b
= aX10 + b
= (-0,0114) 60 + 6,07
= -0,684 + 6,07
= 5,386
= 218,328
4.
5.
6.
7.
86
Laboratorium Pengujian Bahan
=
5.5.2
X12
X1 lnY1
4
16
36
64
100
225
400
900
1600
3600
12,60341
24,58703
35,72569
46,25335
57,09433
85,05856
111,5568
164,8781
217,4884
323,7539
lnY1
X12
X1 lnY1
5,942799
5,881091
5,785055
5,76425
5,718014
5,640132
5,601381
5,55296
5,456602
5,323985
4
16
36
64
100
225
400
900
1600
3600
11,8856
23,52437
34,71033
46,114
57,18014
84,60199
112,0276
166,5888
218,2641
319,4391
Holding 35
87
Laboratorium Pengujian Bahan
X1 lnY1
13,26558
24,04801
35,72258
47,27335
58,50189
86,00012
114,2615
170,7816
227,4655
340,974
X1 lnY1
12,01221
23,23737
33,88962
44,42368
53,87701
80,36294
106,6447
158,7388
208,2481
309,9557
X12
X1 lnY1
4
16
11,78495
23,18058
88
Laboratorium Pengujian Bahan
3
4
5
6
7
8
9
10
301,2
298,2
275,3
256,8
242,7
237,6
232,8
229,5
6
8
10
15
20
30
40
60
5,707774
5,697764
5,617861
5,548298
5,491826
5,470589
5,45018
5,435903
765,7
459,8
327,1
324,9
322
10
300,4
15
6,64079
6,13079
2
5,79026
6
5,78351
7
5,77455
2
5,70511
36
64
100
225
400
900
1600
3600
34,24665
45,58212
56,17861
83,22446
109,8365
164,1177
218,0072
326,1542
X12
X1 lnY1
4
16
36
64
100
225
400
900
1600
3600
12,60341
24,58703
35,72569
46,25335
57,09433
85,05856
111,5568
164,8781
217,4884
323,7539
X12
4
16
36
64
100
225
X1 lnY1
13,2815
8
24,5231
7
34,7416
46,2681
4
57,7455
2
85,5767
89
Laboratorium Pengujian Bahan
7
278,3
20
5
5,6287
400
270,9
30
5,60175
900
261,6
40
10
245,3
60
5,56681
1600
7
5,50248
3600
2
112,574
168,052
5
222,672
7
330,148
9
Y1
X1
(VHN) (mm)
759,6
2
408,3
4
385,2
6
368,4
8
347,3
10
309
15
302,8
20
296,7
30
294,9
40
293,8
60
lnY1
X12
X1 lnY1
6,632792
6,012002
5,953763
5,909169
5,850189
5,733341
5,713073
5,692722
5,686636
5,682899
4
16
36
64
100
225
400
900
1600
3600
13,26558
24,04801
35,72258
47,27335
58,50189
86,00012
114,2615
170,7816
227,4655
340,974
X1 lnY1
11,55963
22,96688
34,08718
45,34248
56,14222
83,33504
109,7622
164,1177
215,4897
320,4539
90
Laboratorium Pengujian Bahan
91
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik 5.1 Hubungan Antara Jarak Penyemprotan dengan Kekerasan pada Suhu 900oC holding 55 Menit dan Tanpa
Perlakuan
92
Laboratorium Pengujian Bahan
a. Pembahasan data kelompok dengan tanpa perlakuan
Grafik di atas adalah grafik hubungan antara jarak penyemprotan
dengan kekerasan pada suhu 900oC holding 55 menit dan tanpa perlakuan.
Dimana yang berwarna biru adalah data jarak penyemprotan dengan
kekerasan pada suhu 900oC holding 55 menit sedangkan yang berwarna
merah data jarak penyemprotan dengan tanpa perlakuan.
kemampukerasan
Homogenitas = Jika strukturnya homogen semakin tinggi sifat
kemampukerasan
Kecepatan Pendinginan = Setelah logam dipanaskan, lalu didinginkan
93
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik 5.2 Hubungan Antara Jarak Penyemprotan dengan Kekerasan pada Suhu 900oC dan Holding Variasi
94
Laboratorium Pengujian Bahan
b. Data Antar Kelompok dengan Suhu Sama, Holding Beda
Grafik di atas adalah grafik hubungan antara jarak penyemprotan
dengan kekerasan pada suhu 900oC dengan holding variasi. Dimana yang
berwarna biru adalah data suhu 900oC holding 15 menit, berwarna merah
data suhu 900oC holding 35 menit, bewarna hijau data suhu 900oC holding
55 menit, bewarna ungu data suhu 900oC holding 75 menit, dan bewarna
oranye data suhu 900oC holding 95 menit.
kemampukerasan
Homogenitas = Jika strukturnya homogen semakin tinggi sifat
kemampukerasan
Kecepatan Pendinginan = Setelah logam dipanaskan, lalu didinginkan
Semakin
besar
ukuran
butir
maka
tingkat
95
Laboratorium Pengujian Bahan
menyatakan semakin lama waktu holding, maka akan meningkatkan sifat
kemampukerasan. Itu bisa saja disebabkan pada saat spesimen didinginkan
dengan bejana pendingin debit air yang disempotkan lebih banyak dan keras
dibanding dengan spesimen lainnya.
96
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik 5.3 Hubungan Antara Jarak Penyemprotan dengan Kekerasan pada Suhu Variasi dan Holding 55 Menit
97
Laboratorium Pengujian Bahan
meningkatkan kemampukerasan
Homogenitas = Jika strukturnya homogen semakin tinggi sifat
kemampukerasan
Kecepatan Pendinginan = Setelah logam dipanaskan, lalu didinginkan
lama
waktu
holding
semakin
98
Laboratorium Pengujian Bahan
menyatakan
semakin
besar
suhu
pemanasan,
maka
sifat
99
Laboratorium Pengujian Bahan
5.7
5.7.1
panas
5.7.3 Saran
1 Sebaiknya praktikan sebelum asistensi mempelajari materi yang akan
diasistensikan
2. Sebaiknya asisten lebih meluangkan waktunya untuk asisteni
3. Sebaiknya laboratorium mengganti atau memeperbaiki barang yang sudah
rusak
100
Laboratorium Pengujian Bahan
BAB VI
PACK CARBURIZING
6.1 Tujuan Pengujian
1. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas pack carburizing terhadap sifat
mekanik permukaan material.
2. Untuk mengetahui pengaruh variasi temperatur terhadap kedalaman pengerasan.
3. Untuk mengetahui pengaruh variasi media pendingin terhadap kedalaman
pengerasan.
4. Untuk mengetahui proses pack carburizing.
6.2 Pack Carburizing
Pack Carburizing merupakan proses yang dilakukan untuk mengeraskan
permukaan suatu material dengan metode difusi atom karbon. Pada proses ini benda
kerja dimasukkan dalam kotak baja yang didalamnya telah dikelilingi bahan yang
mengandung karbon dan dicampur dengan katalis BaCO3. Kemudian dipanaskan
sehingga terjadi difusi atom karbon dari bahan pengarbonan kedalam spesimen.
Sehingga kandungan atom karbon dalam spesimen akan semakin tinggi dan
membuat permukaannya semakin keras.
6.3 Pelaksanaan Pengujian
6.3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
Spesifikasi Alat yang Digunakan
a. Alat
1. Kotak Baja
Digunakan sebagai wadah spesimen serta bahan pengarboan
ketika akan dipanaskan dalam dapur listrik.
101
Laboratorium Pengujian Bahan
4. Alat Penimbang
Alat ini digunakan untuk mengukur massa dari bahan
pengarbonan dan katalis agar sesuai dengan takaran yang dibutuhkan
untuk pengujian.
102
Laboratorium Pengujian Bahan
103
Laboratorium Pengujian Bahan
Tabel 6.1 Komposisi Kimia Spesimen
Unsur Paduan
Mn
Si
Tc =
Komposisi
0,5
0,25
Suhu
725oC
730oC
% C Eutectoid
0,74%
0,72%
Tc x
(%C )
104
Laboratorium Pengujian Bahan
105
Laboratorium Pengujian Bahan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
106
Laboratorium Pengujian Bahan
1500
2000
2500
831,3
833,4
711,5
712,2
710,5
672,1
672
672,1
626,3
627,7
625,9
711,4
672,1
626,6
Rata-rata
240,4
240,4
240,4
240,4
240,4
107
Laboratorium Pengujian Bahan
2500
488
487,8
457,9
457,9
457,9
457,9
108
Laboratorium Pengujian Bahan
Tabel 6.7 Data Spesimen Suhu 950oC Holding 60' Oli
Jarak dari tepi
Titik
Kekerasan (VHN)
Rata-rata
(m)
850,2
1
500
850
850,2
850,4
832,4
2
1000
831,3
832,4
833,4
711,5
3
1500
712,2
711,4
710,5
672,1
4
2000
672
672,1
672,1
626,3
5
2500
627,7
626,6
625,9
109
Laboratorium Pengujian Bahan
625,9
Tabel 6.9 Data Spesimen Suhu 950oC Holding 60' Air Garam
Jarak dari tepi
Titik
Kekerasan (VHN)
Rata-rata
(m)
772,3
1
500
771,3
771,5
770,9
656,1
2
1000
656,2
656,5
657,1
611,7
3
1500
611,6
611,6
611,6
588,6
4
2000
588,6
588,8
589,1
580,4
5
2500
580,3
580,4
580,4
Air
Rata-rata
1052,6
1010,6
920,3
862,3
772,7
110
Laboratorium Pengujian Bahan
Tabel 6.11 Data Spesimen Suhu 950oC Holding 60' Air Es
Jarak dari tepi
Titik
Kekerasan (VHN)
Rata-rata
(m)
1186,6
1
500
1186,9
1186,8
1186,8
965,1
2
1000
965
965,3
965,7
963,2
3
1500
963,8
963,6
963,7
953,3
4
2000
953,2
953,3
953,3
946,1
5
2500
946
946,1
946,1
111
Laboratorium Pengujian Bahan
112
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik 6.1: Perbandingan Kekerasan Spesimen Tanpa Perlakuan dengan Spesimen Pack Ca
Media Pendingin Oli Holding Time 60
113
Laboratorium Pengujian Bahan
6.6 Pembahasan
6.6.1 Data Kelompok
Dari grafik perbandingan kekerasan spesimen tanpa perlakuan dengan
spesimen pack carburizing suhu 950oC media pendingin oli holding time 60 menit
terlihat memiliki kekerasan yang berbeda. Nilai kekerasan pada spesimen tanpa
perlakuan adalah sama disetiap titik yakni sebesar 240,4 VHN. Hal ini disebabkan
karena spesimen tanpa perlakuan memiliki homogenitas yang tinggi daripada
spesimen dengan pack carburizing. Sedangkan pada spesimen pack carburizing
950oC memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi dari pada spesimen tanpa
perlakuan dan kekerasannya cenderung menurun dari tepi ke tengah spesimen.
Hal ini terjadi karena adanya penambahan atom karbon dari arang yang berdifusi
kedalam spesimen.
Secara berturut-turut nilai kekerasan spesimen pack carburizing dari tepi
sebesar 850,2 VHN; 832,4 VHN; 711,4 VHN; 672,1 VHN dan 626,6 VHN. Ini
menunjukkan bahwa bagian yang paling tepi adalah yang paling keras karena
pada bagian itu adalah awal titik masuknya atom karbon yang berdifusi dari arang
ke spesimen. Pemanasan dengan suhu 950 oC membuat ikatan atom pada spesimen
merenggang sehingga atom karbon dari arang dapat dengan mudah masuk ke
spesimen. Holding time selama 60 menit akan menahan renggangan ikatan atom
selama beberapa waktu sehingga akan membuat atom karbon masuk semakin
kedalam. Hal inilah yang membuat kekerasan dibagian tepi lebih tinggi dan
semakin ke tengah cenderung menurun kekerasannya.
Pada spesimen dengan suhu 950oC kekerasanya memang lebih tinggi
daripada spesimen tanpa perlakuan namun kekerasannya masih kurang baik, ini
terlihat dari grafiknya yang nampak curam atau cenderung menurun daripada
grafik pada spesimen tanpa perlakuan. Hal ini dapat disebabkan karena distribusi
karbon pada spesimen dengan suhu 950oC kurang merata sehingga kekerasannya
jauh berbeda disetiap titik pengujian.
114
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik 6.2 Perbandingan Kekerasan Spesimen Pack Carburizing Suhu Berbeda Media Pendingin OLI Holding Time
60
115
Laboratorium Pengujian Bahan
B. Data Antar Kelompok
a. Suhu Berbeda Media Pendingin Sama
Dari grafik perbandingan kekerasan spesimen pack carburizing dengan
suhu berbeda dan media pendingin serta holding time yang sama terlihat
perbedaan kekerasan disetiap titiknya. Dan disetiap perlakuan, semakin dalam
jarak pengujian dari tepi spesimen semakin menurun tingkat kekerasannya.
Tingkat kekerasan tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah spesimen
pack carburizing dengan perlakuan suhu 950oC, 900oC, 850oC dan 800oC.
Hal ini menunjukkan tingkat kekerasan tertinggi pada suhu 950 oC dan
terendah pada suhu 800oC. Ini sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi suhu
maka kekerasan yang dihasilkan akan semakin tinggi. Karena suhu merupakan
energi aktivasi yang membuat struktur ikatan atom FCC pada austenite
merenggang sehingga atom karbon dari arang dapat dengan mudah berdifusi
masuk kedalam spesimen. Semakin tinggi suhu maka akan semakin banyak
atom karbon yang masuk ke spesimen dan membuat kekerasan spesimen
semakin tinggi.
Pada spesimen dengan suhu 900oC kekerasannya nampak lebih baik, ini
terlihat dari grafiknya yang lebih landai daripada grafik pada perlakuan lain.
Hal ini dapat disebabkan karena distribusi karbon pada spesimen dengan suhu
900oC lebih merata sehingga kekerasannya tidak jauh berbeda disetiap titik
pengujian.
116
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik 6.3: Perbandingan Kekerasan Spesimen Pack Carburizing Suhu 950o C Media Pendingin Berbeda Holding
Time 60
117
Laboratorium Pengujian Bahan
b. Suhu Sama Media Pendingin Berbeda
Dari grafik perbandingan kekerasan spesimen pack carburizing
dengan suhu 950oC holding time 60 dan media pendingin berbeda
menunjukkan perbedaan kekerasan disetiap titiknya. Terjadinya perbedaan
tingkat kekerasan ini berhubungan dengan kemampuan media pendingin
untuk mendinginkan spesimen dalam waktu tertentu. Kemampuan ini
bergantung dari temperatur, viskositas dan densitas media pendingin.
Tingkat kekerasan tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah
spesimen pack carburizing dengan media pendingin air es, air, oli, air
garam dan udara. Spesimen yang didinginkan dengan air es memiliki
kekerasan yang tinggi karena temperaturnya lebih rendah daripada media
pendingin lainnya. Pada grafik dengan media pendingin air kekerasannya
berada dibawah grafik air es, itu karena temperatur air es lebih rendah,
sedangkan untuk viskositas dan densitas dari keduanya tidak jauh berbeda.
Pada posisi ketiga terjadi penyimpangan dimana harusnya grafik air garam
berada dibawah grafik air dan diatas grafik oli karena densitasnya lebih
rendah dan viskositasnya lebih tinggi dari oli. Ini seharusnya membuat laju
pendinginan pada media air garam lebih cepat.
Penyimpangan dapat terjadi karena dua hal. Pertama, kadar karbon
dalam spesimen pengujian dengan air garam lebih sedikit dikarenakan
pada saat proses penghalusan spesimen, permukaannya ikut terkikis
sehingga beberapa atom karbonnya hilang. Kedua, adanya penurunan
besarnya viskositas oli dikarenakan penggunaan oli secara terus menerus
sehingga viskositasnya berkurang. Pendinginan menggunakan udara
memiliki kekerasan yang paling rendah karena densitasnya kecil dan tidak
memiliki nilai viskositas.
Pada spesimen dengan media air garam kekerasannya nampak lebih
baik, ini terlihat dari grafiknya yang lebih landai daripada grafik pada
perlakuan lain. Hal ini dapat disebabkan karena distribusi karbon pada
spesimen dengan media air garam lebih merata sehingga kekerasannya
tidak jauh berbeda disetiap titik pengujian.
118
Laboratorium Pengujian Bahan
6.7 Kesimpulan dan Saran
6.7.1 Kesimpulan
1. Perlakuan panas pack carburizing mempengaruhi sifat mekanik permukaan
material dimana akan menyebabkan material bertambah kekerasannya.
2. Proses pack carburizing dipengaruhi oleh suhu, dimana semakin tinggi suhu
kekerasannya juga semakin meningkat.
3. Proses pack carburizing dipengaruhi oleh media pendingin, dimana semakin
cepat waktu pendinginan maka kekerasannya akan semakin tinggi.
4. Lamanya waktu penahanan (holding time) berpengaruh terhadap kedalaman
pengerasan dimana semakin lama holding time diberikan maka kekerasannya
akan semakin dalam.
6.7.2 Saran
1. Dalam praktikum perlu ditunjukkan secara langsung bagaimana proses pack
carburizing dilakukan.
2. Perlu dibuat jadwal asistensi yang tetap agar pelaksanaan praktikum dapat
lebih lancar.
3. Masih ada beberapa barang yang kurang tertata rapi rapi dan kebersihan
laboratorium hendaknya selalu dijaga baik oleh asisten praktikum maupun
praktikan.