You are on page 1of 118

1

Laboratorium Pengujian Bahan


BAB I
LATAR BELAKANG PENGUJIAN

Saat ini perkembangan teknologi berkembang dengan cepat. Perkembangan ini


berbanding lurus dengan kebutuhan hidup manusia dengan memperhatikan kualitas
bahan. Oleh karena itu, banyak temuan-temuan para ahli yang baru untuk menciptakan
hal dengan teknologi canggih dan dapat bersaing dengan teknologi baru yang lain.
Perkembangan dalam hal mekanik juga berkembang dengan pesat. Berbagai
rekayasa telah di lakukan agar kebutuhan manusia dapat terpenuhi, contoh transportasi.
Salah satu aspek penting pada bidang rekayasa mekanik adalah menekankan material.
Penggunaan bahan yang tidak tepat akan berujung pada rendahnya efisiensi, gangguan
pemakaian, rendahnya usia pakai, dan kegagalan.
Oleh karena itu diperlukan adanya pengujian material yang akan digunakan
sebelum diputuskan layak tidaknya material tersebut di pakai. Secara mekanik
pengujian yang di pakai harus dapat melihat sifat mekanik pada material tersebut.
Namun kita juga dapat memperhatikan pengujian secara fisik dan kimia.
Pada kenyataannya, suatu bahan memiliki sifat tertentu yang sesuai dengan
keinginan dan memiliki sifat lain yang tidak sesuai dengan keinginan dan kebutuhan,
misalnya besi yang kuat tetapi mudah berkarat atau baja yang ulet tetapi mudah aus.
Suatu bahan dapat di beri perlakuan atau di padu dengan bahan lain sehingga sifat buruk
akan hilang dan sifat baik akan muncul. Salah satu perlakuan pada material adalah
perlakuan panas. Pada umumnya perlakuan ini dilakuakan pada baja, baja merupakan
logam yang paling sering digunakan pada komponen mesin. Karena itu analisis-analisis
panas terhadap sifat mekanik baja perlu di perhatikan.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

2
Laboratorium Pengujian Bahan
BAB II
PENGUJIAN KEKERASAN
2.1 Tujuan Pengujian
1. Mengetahui angka kekerasan suatau bahan
2. Mengetahui pengaruh perlakuan panas terhadap kekerasan bahan
3. Mengetahuai salah satu cara pengukuran kekerasan
4. Mengetahui perubahan struktur pada setiap perlakuan
2.2 Definisi Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan suatu bahan untuk menahan tusukan
(penetrasi/indentasi) yang lebih keras dari luar, dapat dikatakan kemampuan untuk
menahan deformasi plastis.
2.3 Pelaksanaan Pengujian
Sebelum pelaksanaan pengujian hendaknya kita mengetahui alat dan bahan
yang digunakan, prosedur maupun metode pengolahan data.
2.3.1

Alat yang Digunakan Dalam Pengujian

Pengujian Kekerasan
1. Microhardness Vickers Tester

Gambar 2.1 : Microhardness Vickers Tester


Sumber: Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT UB

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

3
Laboratorium Pengujian Bahan
2. Centrifugal Sand Paper Machine
Spesifikasi:

Merk
: Saphir

Buatan
: Jerman

Gambar 2.2 : Centrifugal Sand Paper Machine


Sumber: Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT UB

Uji Mikrostruktur
1. Microscope Logam
Spesifikasi:

Merk
: Nikon

Buatan
: Jepang

Gambar 2.3 : Microscope Logam


Sumber: Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT UB

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

4
Laboratorium Pengujian Bahan
2. Kamera

Gambar 2.4 : Kamera


Sumber: Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT UB
3. Etsa
Digunakan untuk memperjelas permukaan mikrostruktur. Etsa
berupa cairan kimia yang akan bereaksi dengan atom tertentu pada
logam terutama atom-atom yang tidak stabil misalnya atom pada batas
elastik. Etsa yang digunakan pada pengujian ini merupakan campuran
1-1,5ml white nitric dalam 10 ml ethyl alcohol 95-100%. Nital akan
menggelapkan pearlite, menampakkan bekas butir ferrite dan
membedakan ferrite dengan martensit.

Gambar 2.5 : Etsa


Sumber: Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT UB

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

5
Laboratorium Pengujian Bahan

4. Kertas Gosok
Digunakan untuk membersihkan permukaan dari terak dan
meratakan permuakaan spesimen.

Gambar 2.6 : Kertas Gosok


Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT UB
5. Batu Hijau
Digunakan untuk menghaluskan dan mengkilapkan permukaan
spesimen.

Gambar 2.7.: Batu Hijau


Sumber: Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT UB
6.

Kain Flannel
Digunakan untuk menghaluskan dan membersihkan spesimen dari
batu hijau yang tersisa

Gambar 2.8 : Kain Flannel


Sumber: Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT UB

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

6
Laboratorium Pengujian Bahan

Kompisisi Kimia Spesimen


- Spesimen
: Baja Assab 760
-

No
1
2

Logam
Mn
Si

Komposisi

:C

= 0,50 %

Mn

= 0,50 %

Si

= 0,25 %

Fe

= 98,75%

Pergeseran Titik Eutectoid


Tabel 2.1 Komposisi Kimia Bahan
Komposisi
Suhu Eutectoid
%C
0,5%
725
0,74
0,25%
730
0,72

(TCX C)
TC =

c=a

C
c=a

( 725 x 0.74 ) + ( 730 x 0.72 )


(0.74+0.72)

= 727,47o C

(TCX C)
%C =

c=a

TC
c=a

( 725 x 0.74 ) + ( 730 x 0.72 )


(725+730)

= 0,729

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

7
Laboratorium Pengujian Bahan

Keterangan :

Fe Fe3C
Pergeseran
Gambar 2.9 Pegeseran Titik Eutectoid

Bentuk dan Dimensi Spesimen

Skala : 1:1
Satuan : mm
Gambar 2.10 Bentuk dan Dimensi Spesimen
2.3.2

Prosedur Pengujian
a.

Pengujian Kekerasan
1. Dilakukan proses heat treatment.
2. Permukaan spesimen yang akan diuji dibersihkan dahulu
dari terak dan kotoran dengan Centrifugal Sand Paper Machine sampai
betul-betul rata dan dan halis dan siap diuji.
3. Pemanasan benda kerja yang akan diuji harus benar-benar diperhatikan.
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

8
Laboratorium Pengujian Bahan

4. Dilakukan pengujian kekerasan dengan Microhardness Vickers Tester


dengan pengambilan data secara acak pada permukaan benda uji. Dalam
pengujian kali ini diambil 10 titik secara acak.
b.

Uji Mikrostruktur
1. Permukaan spesimen yang akan difoto dihaluskan dengan Centrifugal
Sand Paper Machine.
2. Permukaan spesimen dihaluskan dengan batu hijau dan digosok dengan
kain flannel sampai benar-benar mengkilap dan halus.
3. Permukaan spesimen yang sudah mengkilap, dihaluskan dan dibersihkan
dengan alkohol, kemudian ditetesi cairan etsa.
4. Spesimen diletakkan pada microscope logam, kemudian fokus diatur
sampai didapatkan gambar yang jelas.
5. Dilakukan pemotretan dengan kamera.

2.4 Hipotesa
Perlakuan

panas

mempengaruhi

kekerasan

suatu

material.

Berdasarkan teori didalam pengujian kekerasan, perlakuan panas mempengaruhi


nilai kekerasan yang dihasilkan spesimen. Perlakuan panas yang memepengaruhi
nilai kekerasan dari besar ke kecil yaitu perlakuan hardening, martempering,
tanpa perlakuan, normalizing dan annelaing.
Semakin tinggi suhu maka kekerasan suatu material logam akan meningkat.
Semakin lama waktu holding maka kekerasan suatu material juga akan meningkat.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

9
Laboratorium Pengujian Bahan

2.5 Pengolahan Data


Data

dari hasil pengujian dihitung dan disusun dalam bentuk Tabel,

masing-masing untuk spesimen tanpa perlakuan dan dengan perlakuan, selain


data tersebut, di ambil pula hasil pengujian berupa kekerasan rata-rata untuk
perlakuan panas yang berbeda. Dari data-data tersebuat dilakukan dua macam
pengolahan data.
2.5.1. Data Kelompok
Dilakukan perbandingan nilai kekerasan sebelum dengan sesudah
perlakuan panas untuk menentukan ada tidaknya perubahan nilai kekerasan.
Untuk itu perludigunakan pengujian dengan metode uji student t.
Tabel 2.2 Data spesimen tanpa perlakuan panas
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

X
299.7
296.5
290.2
288.1
286.6
282.0
281.5
278.8
276.2
275.7
2855.3

[X

X ]

14.17
10.97
4.67
2.57
1.07
-3.53
-4.03
-6.73
-9.33
-9.83
0

[X

X ]2

200.8
120.3
21.8
6.6
1.1
12.5
16.2
45.3
87.0
96.6
608.4

Foto mikrostruktur tanpa perlakuan panas

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

10
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 2.11 : Foto mikrostruktur spesimen tanpa perlakuan panas


Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT UB

Pada foto mikrostruktur tanpa perlakuan panas dapat dilihat bahwa


terdapat persebaran struktur hitam dan putih yang tidak merata di beberapa
titik konsentrasi, warna putih pada gambar menunjukkan struktur ferrite
sedangkan warna hitam menunujukkan pearlite.

Kekerasan rata-rata
X=

x 2855,3
=
=285,53
n
10

Standart deviasi

[ xx ]
=
=
n1

Standart deviasi rata-rata


=

608,4
=8,222
9

8,222
=
=2,6
n 10

db = n-1 = 10 1 = 9
dengan = 5% maka nilai t Tabel t (/2;db)
t (0,025;9) = 2,26
interval penduga kekerasan spesimen tanpa perlakuan panas

{( ) }

x t

{( ) }

; db < < x + t ; db
2
2

285,53 {2,26 x 2,6 } < <285,53+ {2,26 x 2,6 }


279,65< <291,

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

11
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 2.12 Grafik uji t spesimen dengan perlakuan

Jadi kekerasan rata-rata spesimen tanpa perlakuan panas berkisar


antara 279,65 VHN sampai 291,4 VHN dengan tingkat keyakinan 95%.
Tabel 2.3 Data spesimen dengan perlakuan annealing 900oC
holding 30 menit
No
X
[X X ]
[ X X ]2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

228.3
202.7
215.9
238.7
226.4
212.2
224.9
214.3
207.5
217.4
2188

9.5
-16.1
-2.9
19.9
7.6
-6.6
6.1
-4.5
-11.3
-1.4
0

89.7
260.2
8.6
394.8
57.3
44.0
36.8
20.5
128.4
2.0
1042

Foto mikrostruktur dengan perlakuan annealing 900oC holding 30


menit.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

12
Laboratorium Pengujian Bahan
Gambar 2.13 : Foto Mikrostruktur Perlakuan annealing 900oC
holding 30 menit
Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT UB
Pada foto mikrostruktur dengan perlakuan annealing 900oC holding
30 menit dapat dilihat bahwa terdapat persebaran struktur putih (ferrite)
dan hitam (pearlite) yang merata, Hal ini menunjukkan spesimen dengan
perlakuan annealing lebih lunak jika dibandingkan dengan spesimen tanpa
perlakuan karena persebaran antara struktur putih (ferrite) dan hitam
(pearlite) yang merata.

Kekerasan rata-rata
x 2188
X=
=
=218,8
n
10

Standart deviasi

[ xx ]
=
=
n1

Standart deviasi rata-rata


=

1042
=10,76
9

10,76
=
=3,4
n 10

db = n-1 = 10 1 = 9
dengan = 5% maka nilai t Tabel t (/2;db)
t (0,025;9) = 2,26
interval penduga kekerasan spesimen tanpa perlakuan panas

{( ) }

x t

{( ) }

; db < < x + t ; db
2
2

218,8 {2,26 x 3,4 } < <218,8+ { 2,26 x 3,4 }


211,12< <226,48

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

13
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 2.14 Grafik uji t spesimen dengan perlakuan


Jadi kekerasan spesimen rata-rata dengan perlakuan panas annealing
900oC holding 30 menit berkisar antara 211,12 VHN sampai 226,48 VHN
dengan tingkat keyakinan 95%.

Uji Beda Dua Rata-Rata


Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kekerasan pada spesimen
tanpa perlakuan dan dengan perlakuan panas dilakukan uji beda dua ratarata dengan uji standart t.
Hipotesa : Ho : 1 = 2
H1 : 1 2
Digunakan pengujian dua arah dengan
= 5% dan db = (n1 -1) + (n2 -1)
= (10-1) + (10 -1) = 18
Maka nilai t Tabel t (0,025;18) = 2,101
Perhitungan thitung
t hitung =

t hitung =

t hitung =

x1x 2

{( n 11 ) x 21+ ( n21 ) x 22 } x( 1 + 1 )
n1 +n22

n1 n2

285,53218,8

{( 9 ) x (2,6)2+ 9 x (3,4)2 }
10+102

x(

1 1
+ )
10 10

66,73
1,832
49,3

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

14
Laboratorium Pengujian Bahan
Kedudukan thitung pada kurva distribusi t adalah sebagai berikut:

Gambar
2.15

Kedudukan t hitung pada kurva distribusi


Pada kurva uji t diketahui bahwa thitung terletak didaerah tolak. Hal ini
menandakan adanya perbedaan antara kekersan rata-rata spesimen tanoa
perlakuan dengan spesimen degan perlakuan hardening 850oC holding 30
menit.
Analisa Variasi Dua Arah
Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh variasi suhu pemanasan, media
pendingin (perlakuan)

dan kombinasi keduanya terhadap kekerasan

spesimen
Hipotesa :
H01 : 1 = 2

(media pendingin (perlakuan) tidak


berpengaruh)

H11 : 1 2

(media pendingin (perlakuan) berpengaruh)

H02 : 1 = 2

( heating tidak berpengaruh)

H12 : 1 2

( heating berpengaruh)

H03 : ()1 = ()2

(media pendingin (perlakuan) dan heating tidak


berpengaruh)

H13 : ()1 ()2

(media pendingin (perlakuan) dan heating


berpengaruh)

Perulangan (z)

= 5 kali

Banyaknya data (n)

= 20

Banyaknya data tiap kolom

= 10

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

15
Laboratorium Pengujian Bahan
Banyaknya data tiap baris (v)

= 10

Banyaknya variasi holding (x) = 2

Faktor Perlakuan

Banyaknya variasi heating (y) = 2

Tabel 2.4 Data variasi dua arah


Faktor Suhu
Suhu
Suhu
900oC
800oC
228,3
225,4
Annealing
202,7
224,1
215,9
237,6
238,7
260,4
226,4
246,4

1112
1193,9
889,6
771,2
937,7
665,5
Hardenin
1017,5
724,4
g
1017,5
713,3
980,8
752,1

4850,1
3626,5
tot

FK =

5962,1

4820,4

2305,9

8476,6
10512,
5

( n )2 (10512,5)2
=
=5.525.632,813
n
20

JKT = ( a2+ b2+c2+ +t2) - FK


= (228,32+ 202,72+ 215,92+ 238,72+ 226,42+ 225,42+ 224,12+
237,62+

260,42+

246,42+

889,62+

937,72+

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

1017,52+

16
Laboratorium Pengujian Bahan
1017,52+980,82+ 771,22+ 665,52+ 724,42+ 713,32+ 752,12)
5.525.632,813
= 6.838.847,18- 5.525.632,813
= 1.313.214,367
{( Garis 1)2 +{( Garis 2 )2 }
FK
Y .Z

JKA =

{(2305,9)2+ {( 8476,6)2 }
5.525.632,813
10

7.716 .992,2375.525 .632,813


2.191.359,424

JKB=
2

{( Kolom 1)2 +{( Kolom2 )2 }


FK
X .Z
2

{(5962,1) +{( 4820,4) }

5.525 .632,813
2.5
5.878.289,2575.525 .632,813

= 352.656,444

{( 1)2 +{( 2)2 +( 3 )2+ {( 4 )2 }


JKP=
FK
Z
2

{(1112) +(1193,9) +(4850,1) +(3626,5) }


5.525 .632,813
5

7.867 .382,6945.525 .632,813


= 2.341.749,881
JKAB= JKP - JKA - JKB
= 2.341.749,881- 2.191.359,424

- 352.656,444

= -202.265,987
JKG = JKT - JKA - JKB - JKAB
= 1.313.214,367 2.191.359,424 352.656,444 +
202.265,987
= - 1.028.535,514
Dimana :
FK

: Frekuensi Komulatif

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

17
Laboratorium Pengujian Bahan
JKT

:Jangkauan Kuartil Tengah

JKA

:Jangkauan Kuartil Atas

JKB

:Jangkauan Kuartil Bawah

JKP

:Jangkauan Kuartil Tengah

JKG

:Jangkauan Kuartil Galat

F Tabel dengan = 5% F (, v1 ,v1)


F1Tabel = v1= (x-1) = (2-1) = 1
V2= (x.y) . (z-1) = (2.2) . (4.1) = 4 . 4 = 16
F1Tabel( 5%, 1, 16) = 4,49
F2Tabel = v1 = (x-1) = (2-1) = 1
V2 = (x.y) . (z-1) = (2.2) . (4.1) = 4 . 4 = 16
F2Tabel( 5%, 1, 16) = 4,49
F2Tabel = v1 = (x-1) = (2-1) = 1
V2 = (x.y) . (z-1) = (2.2) . (4.1) = 4 . 4 = 16
F2 Tabel( 5%, 1, 16) = 4,49

Tabel 2.5 Analisa Varian


Sumber
Db
JK
KT
Fhitung
Keragaman
(x-1)
JKA =
12 = JKA/(x-1)
F1 = 12/ 2
Pengaruh A = 2-1
2.191.359,424 =
=
(Media = 1
2.191.359,424 /1
2.191.359,424
pendingin
=
/-12.641,624
(perlakuan))
2.191.359,424
= -173,345
2
(y-1)
JKB =
2 = JKB/(y-1)
PengaruhB = 2-1
2
2
352.656,444
= 352.656,444/1 F2= 1 /
(heating) = 1
=352.656,444
= 352.656,444
/-12.641,624
Pengaruh (x-1)(y-1) JKAB =
32 = JKAB/(x-1)(y=
-27,897
A & B = (2-1)(2-1) -202.265,987
1)
(Media = 1
= -202.265,987/1
2
2
pendingin
= -202.265,987 F3= 1 /
= -202.265,987
&
/-12.641,624
heating)
=
16
2
xy(z-1)
JKG =
= JKG/(x.y) (z-1)
= 2x2x(5-1)
= -1.028.535,514
Galat
= 16
-1.028.535,514
/16
= -12.641,624
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014
19
1.313.214,367
Jumlah ()

18
Laboratorium Pengujian Bahan
Hasil Analisa

F1 hitung < F1 Tabel = -173,345 < 4,49


Keterangan :
Variasi Media pendingin (perlakuan) yang diberikan pada
spesimen berpengaruh pada kekerasan, hal ini sesuai dengan hipotesa
H01 : 1 2 .

F2 hitung < F2 Tabel = -27,897 < 4,49


Keterangan :
Variasi heating yang diberikan pada spesimen berpengaruh pada
kekerasan, hal ini sesuai dengan hipotesa H12 : 1 2

F3 hitung > F3 Tabel = 16 > 4,49


Keterangan :

Variasi Media pendingin (perlakuan) dan heating yang diberikan


pada spesimen berpengaruh pada kekerasan, hal ini sesuai dengan
hipotesa H13 : ()1 ()2
2.5.2. Data Antar Kelompok
No
1
2
3
4
5
6
7
8
No
9
1
10
2

3
X
4
5
6
7
8
9
10

Tabel 2.6 Data Kekerasan Tanpa perlakuan


Kekerasan (VHN)
299.7
296.5
290.2
288.1
286.6
282.0
281.5
278.8
Kekerasan
276.2(VHN)
228.3
275.7
202.7
285.5
215.9
285.5
238.7
226.4
Tabel 2.7 Data Kekerasan annealing 900oC:30
212.2
224.9
214.3
207.5
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014
217.4
218.8
218.8

19
Laboratorium Pengujian Bahan

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tabel 2.8 Data Kekerasan Hardening air 900oC:30


Kekerasan (VHN)
889.6
937.7
1017.5
1017.5
980.8
920.7
1003.2
987.4
896.5
970.1
962.1
962.1

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tabel 2.9 Data Kekerasan Normalizing 900oC:30


Kekerasan (VHN)
282.4
279.4
268.2
277.8
259.7
285.6
266.8
262.3
278.7
263.9
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014
2724.8
272.5

20
Laboratorium Pengujian Bahan

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tabel 2.10 Data Kekerasan Hardening Oli 900oC:30


Kekerasan (VHN)
763.1
773.2
752.4
690.4
785.6
724.7
684.9
793.8
731.5
745.3
7444.9
744.5

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tabel 2.11 Data Kekerasan Martempering 500oC:30


Kekerasan (VHN)
441.3
401.2
423
444
441.3
434.9
442.5
439.7
442.1
441.8
435.2
435.2

No
1
2
3
4
5
6

Tabel 2.12 Data Kekerasan Rata-rata Perlakuan Panas


Perlakuan Panas
Kekerasan
(VHN)
Hardening air (900oC:30)
962.1
o
Hardening Oli (900 C:30)
744.5
Martempering (500 oC:30)
435.2
o
Normalizing (900 C:30)
272.5
Tanpa Perlakuan
285.5
o
Annealing (900 C:30)
218.8
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

21
Laboratorium Pengujian Bahan

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

22
Laboratorium Pengujian Bahan

Grafik 2.1 : Hubungan Perlakuan Panas dengan Tingkat Kekerasan Pada Spesimen Annealing (900oC : 30) dan
Tanpa Perlakuan

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

23
Laboratorium Pengujian Bahan
2.6 Pembahasan

Data Kelompok
Grafik diatas adalah grafik yang menjelaskan perbandingan nilai
kekerasan antara spesimen tanpa perlakuan dengan spesimen dengan
perlakuan annealing 900oC dengan holding 30 menit.
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai kekerasan rata-rata yang
didapatkan setelah diberi perlakuan annealing 900oC dengan holding 30
menit adalah sebesar 218,8 VHN. Sedangkan spesimen tanpa perlakuan nilai
kekerasan rata-ratanya sebesar 285,5 VHN.
Data tersebut sudah sesuai dengan dasar teori yang menyatakan nilai
kekerasan dengan perlakuan annealing lebih rendah daripada tanpa perlakua.
Karena tujuan annealing adalah melunakkan spesimen.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

24
Laboratorium Pengujian Bahan

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

Grafik 2.1 : Hubungan Perlakuan Panas dengan Tingkat Kekerasan Pada Spesimen Annealing (900oC : 30)
dan Tanpa Perlakuan

25
Laboratorium Pengujian Bahan

Data Antar Kelompok


Grafik diatas adalah grafik yang membandingkan nilai kekerasan ratarata spesimen pada berbagai perlakuan panas dengan suhu sama dan holding
sama.
Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui nilai kekerasan dengan
berbagai perlakuan panas dari nilai kekerasan rata-rata

tertinggi sampai

terendah secara berurutan adalah Hardening air 900oC holding 30 menit


sebesar 962,1 VHN, Hardening oli 900oC holding 30 menit sebesar 744,5
VHN, Martempering 500oC holding 30 menit sebesar 435,2 VHN, tanpa
perlakuan sebesar 285,5 VHN, Normalizing 900oC holding 30 menit sebesar
272,5 VHN, dan Annealing 900oC holding 30 menit sebesar 218,8 VHN.
Hal ini sesuai dengan dasar teori pengujian kekerasan,yaitu perlakuan
panas memperngaruhi nilai kekerasan yang dihasilkan spesimen. Perlakuan
panas yang memepengaruhi nilai kekerasan dari besar ke kecil yaitu perlakuan
hardening, martempering, tanpa perlakuan, normalizing dan annelaing.
2.7 Kesimpulan dan Saran
2.7.1

Kesimpulan
Perlakuan panas mempengaruhi nilai kekerasan yang dihasilkan spesimen.
Perlakuan panas yang menyebabkan nilai kekerasan dari tinggi ke rendah adalah
sebagai berikut: hardening, martempering, tanpa perlakuan, normalizing,
annealing.
Selain itu semakin tinggi suhu maka kekerasan suatu material logam akan
meningkat. Semakin lama waktu holding maka kekerasan suatu material juga akan
meningkat.

2.7.2

Saran
1. Sebaiknya alat-alat uji yang ada di laboratorium lebih dirawat dengan ruitn
agar bisa digunakan dengan baik pada saat praktikum
2. Untuk asisten dan praktikan sebaiknya lebih tepat waktu ketika ada jadwal
asistensi
3. Sebaiknya pada saat proses praktikum dan asistensi, praktikan dapat lebih
tertib dan disiplin agar praktikum dan asistensi dapat berjalan dengan lancar.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

26
Laboratorium Pengujian Bahan
BAB III
PENGUJIAN KEKUATAN KEJUT
3.1 Tujuan Pengujian
1. Mengetahui daya tahan suatu logam terhadap beban dinamis yang
menyebabkan terjadinya patahan.
2. Mengetahui bentuk patahan.
3. Mengetahui pengaruh perlakuan panas terhadap kekuatan kejut logam.
4. Megetahui cara pengujian kekuatan kejut.
3.2 Definisi Kekuatan Kejut
Pengujian impact merupakan suatu pengujian yang mengukur ketahanan
bahan terhadap beban kejut. Dasar pengujian impak ini adalah penyerapan energi
potensial dari suatu pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian tertentu
dan menumbuk benda uji sehingga benda uji mengalami deformasi. Bahan-bahan
yang mengalami patah apabila bahan tersebut dibebani pukulan dengan tiba -tiba.
Karena disebabkan oleh 3 hal pokok yaitu :
1. Pemusatan tegangan ( stress centralization )
2. Suhu yang rendah
3. Kecepatan tegangan yang tinggi
Pada pengujain impact ini banyaknya energi yang diserap oleh bahan untuk
terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan impact atau ketangguhan
bahan tersebut.
3.3 Pelaksanaan Pengujian
3.3.1Alat dan Bahan yang Digunakan

Spesifikasi Alat yang Digunakan


a. Charpy Impact Testing Strength
Digunakan untuk mengukur kekuatan kejut.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

27
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 3.1 Charpy Impact Testing Machine


Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT UB
b. Kertas gosok
Digunakan untuk membersihkan specimen dari kotor dan terak.

Gambar 3.2 Kertas Gosok


Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT UB

Komposisi Kimia Spesimen


Baja Bohler Special K dengan komposisi kimia penyusunannya antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.

Karbon ( C )
Krom ( Cr )
Mangan ( Mn )
Silikon ( Si )
Besi (Fe)

= 2,0%
= 12%
= 0,3%
= 0,2%
= 85,5%

Pergeseran Eutecthoid
Tabel 3.1 Komposisi Kimia Spesimen
Komposisi % Bahan Titik Eutectoid Komposisi Eutectoid (%)

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

28
Laboratorium Pengujian Bahan
Cr
Mn
Si

12
0.30
0.20

Atom (o)
840
727
755

0.38
0.73
0.72

(Tc .%C )

Tc=

C= A

. %C

C= A

( 840 x 0.375 )+ ( 727 x 0.73 ) +(755 x 0.72)


0.375+0.73+0.72
Tc=761.27 C
Tc=

(Tc .%C )

C=

C= A

. Tc

C =A

( 840 x 0.375 ) + ( 727 x 0.73 )+(755 x 0.72)


840+ 727+755
%C=0.69
%C=

Gambar 3.3 Pergeseran Titik Eutectoid

Bentuk dan Dimensi Spesimen

SKALA
: 1:1
SATUAN : mm

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

29
Laboratorium Pengujian Bahan
Gambar 3.4 Bentuk dan Dimensi Spesimen
3.3.2 Prosedur Pengujian
1. Benda uji diberi heat treatment
2. Spesimen dibersihkan dari kotoran dan terak
3. Dilakukan dry run test sebagai berikut :
Pendulum alat uji charpy diatur agar benar-benar menggantung bebas dan

dalam keadaan diam


Lengan pengikut diturunkan dengan roda pemutar
Tombol pengunci ditekan selanjutnya jika kedudukan lengan pengikat

sudah tepat terhadap pendulum, pengunci dapat dilepas tanpa menggeser


Kedua jarum penunjuk diatur pada posisi vertikal
Pendulum beserta lengannya diangkat dengan roda pemutar sehingga
jarum luar menunjukkan skala yang sesuai dengan kedudukan pendulum

dalam posisi horizontal (90)


Dilakukan dry run test untuk mengetahui energi yang diserap mesin karena

kerugian mekanik. Dilakukan pendataan sudut yang ditunjuk oleh jarum


4. Dilakukan pengujian sebagai berikut :
Spesimen diletakkan pada tempatnya sehingga bagian punggung takik

tepat pada posisi jatuhnya pendulum


Dilakukan pengujian seperti pada dry run test

3.4 Hipotesa
Hipotesa menurut teori, urutan perlakuan panas yang mempengaruhi
kekuatan impak dari yang paling besar adalah annealing, normalizing, tanpa
perlakuan, martempering, dan hardening. Jadi perlakuan panas mempengaruhi
impact strength suatu spesimen.

3.5 Pengolahan Data


3.5.1 Data Kelompok
Spesimen tanpa perlakuan
R
= 600 mm
G
F0

= 24 kg
= 60 mm2
= 90
= 4
= 7

a. Energi yang diperlukan secara ideal


A =G . R [ cos ( )cos ]
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

30
Laboratorium Pengujian Bahan
24 .600 [ cos ( 90 7 )cos 90 ]
14400 [ 0.121 ]
1742.4 kgmm
b. Kerugian Energi pada Alat
F=G. R [ cos ( )cos ]
24 .600 [ cos ( 90 4 )cos 90 ]
14400 [ 0.067 ]
964.8 kgmm

c. Energi Aktual yang Dibutuhkan


A= A F
1742.4 kgmm964.8 kgmm
777.6 kgmm
d. Energi patah
A
A k=
Fo
777.6 kgmm

60 mm2
kgmm
12.96
2
mm

Spesimen dengan perlakuan normalizing 950 oC, holding 30 menit


R
= 600 mm
G
F0

= 24 kg
= 60 mm2
= 90
= 11
= 13

a. Energi yang diperlukan secara ideal


A =G . R [ cos ( )cos ]
24 .600 [ cos ( 90 13 )cos 90 ]
14400 [ 0.224 ]
3225.6 kgmm
b. Kerugian Energi pada Alat
F=G. R [ cos ( )cos ]
24 .600 [ cos ( 90 11 )cos 90 ]
14400 [ 0.189 ]
2721.6 kgmm
c. Energi Aktual yang Dibutuhkan
A= A F
3225.6 kgmm2721.6 kgmm
504 kgmm
d. Energi patah
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

31
Laboratorium Pengujian Bahan
A
Fo
504 kgmm

60 mm2
kgmm
8.40
mm2

A k=

3.5.2

Data Antar Kelompok


Spesimen dengan perlakuan annealing 950 oC, holding 30 menit
R
= 600 mm
G

= 24 kg

F0

= 60 mm2
= 90
= 9
= 16.5

a. Energi yang diperlukan secara ideal


A =G . R [ cos ( ) cos ]
24 .600 [ cos ( 90 16.5 ) cos 90 ]
14400 [ 0.282 ]
4060.8 kgmm
b. Kerugian Energi pada Alat
F=G. R [ cos ( ) cos ]
24 .600 [ cos ( 90 9 ) cos 90 ]
14400 [ 0.153 ]
2203.2 kgmm
c. Energi Aktual yang Dibutuhkan
A= A F
4060.8 kgmm2203.2 kgmm
1857.6 kgmm
d. Energi patah
A
A k=
Fo
1857.6 kgmm

60
mm2
kgmm
30.96
2
mm
Spesimen dengan perlakuan hardening air 950 oC, holding 30 menit
R
= 600 mm
G
F0

= 24 kg
= 60 mm2
= 90
= 5
= 6

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

32
Laboratorium Pengujian Bahan
a. Energi yang diperlukan secara ideal
A =G . R [ cos ( ) cos ]
24 .600 [ cos ( 90 6 ) cos 90 ]
14400 [ 0.103 ]
1483.2 kgmm
b. Kerugian Energi pada Alat
F=G. R [ cos ( ) cos ]
24 .600 [ cos ( 90 5 ) cos 90 ]
14400 [ 0.085 ]
1224 kgmm
c. Energi Aktual yang Dibutuhkan
A= A F
1483.2 kgmm1224 kgmm
259.2 kgmm
d. Energi patah
A
A k=
Fo
259.2 kgmm

60 mm 2
kgmm
4.32
mm2
Spesimen dengan perlakuan Martempering 550 oC, holding 30 menit
R
= 600 mm
G
F0

= 24 kg
= 60 mm2
= 90
= 5
= 11.5

a. Energi yang diperlukan secara ideal


A =G . R [ cos ( ) cos ]
24 .600 [ cos ( 90 11.5 ) cos 90 ]
14400 [ 0.198 ]
2851.2 kgmm
b. Kerugian Energi pada Alat
F=G. R [ cos ( ) cos ]
24 .600 [ cos ( 90 5 ) cos 90 ]
14400 [ 0.085 ]
1224 kgmm
c. Energi Aktual yang Dibutuhkan
A= A F
2851.2 kgmm1224 kgmm
1627.2 kgmm

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

33
Laboratorium Pengujian Bahan
d. Energi patah
A
A k=
Fo
1627.2 kgmm

2
60
mm
kgmm
27.12
mm2
3.6

Pembahasan
A. Data kelompok
Tabel 3.2 Data hasil pengujian kelompok
No
1
2

Perlakuan
Tanpa Perlakuan
Normalizing 950
o

C, 30

Energi

Kerugian

Energi

Ideal

Energi

Aktual

(kg.mm)
1742.4

(kg.mm)
964.8

(kg.mm)
777.6

13

3225.6

2721.6

504

()

()

4
11

Energi Patah
(kg.mm/mm2)
12.96
4.80

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

34
Laboratorium Pengujian Bahan

Grafik 3.1 Perbandingan energi patah dengan pelakuan normalizing dan tanpa perlakuan

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

35
Laboratorium Pengujian Bahan
Pada perlakuan normalizing memliki kekuatan impact yang lebih kecil
dari spesimen tanpa perlakuan. Energi patah pada spesimen dengan perlakuan
normalizing adalah sebesar 4.8 kgmm/mm2. Sedangkan pada spesimen tanpa
perlakuan adalah 12.96 kgmm/mm2.
Berdasarkan hipotesa yang telah dibuat, seharusnya impact yang
tertinggi yaitu normalizing dan yang terendah adalah tanpa perlakuan. Akan
tetapi hasil pengujian yang dilakukan, terjadi penyimpangan dimana tanpa
perlakuan memiliki kekuatan impact lebih tinggi daripada normalizing.
Hal ini bisa disebabkan kecacatatan dari pabrik, misalnya ukuran butir
tanpa perlakuan ukurannya besar. Sehingga dapat menyebabkan impact
strength-nya jadi tinggi. Unsur paduan pada tanpa perlakuan juga bisa
berpengaruh terhadap impact strength-nya. Selain itu faktor lain yang bisa
berpengaruh kemungkinan karena penepatan spesimen yang kurang tepat
pada pengujian impact.
B. Data antar kelompok
Tabel 3.3 Data hasil pengujian kelompok (beda perlakuan)
No

Perlakuan

0
()

()

Energi
Ideal
(kg.mm)

Kerugian
Energi
(kg.mm)

Tanpa
Perlakuan
Normalizing
950 oC, 30
Annealing
950 oC, 30
Hardening air
950 oC, 30
Martemperin
g 550 oC, 30
Hardening
Oli 950C 30

1742.4

11

13

2
3
4
5
6

Energi Patah
(kg.mm/mm2)

964.8

Energi
Aktual
(kg.mm
)
777.6

3225.6

2721.6

504

4.80

16.5

4060.8

2203.2

1857.6

30.96

1483.2

1224

259.2

4.32

11.5

2851.2

1224

1627.2

27.12

2004,09

1255,04

749,05

12,48

12.96

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

36
Laboratorium Pengujian Bahan

Grafik 3.2 Perbandingan energi patah dengan beberapa perlakuan dan tanpa perlakuan

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

37
Laboratorium Pengujian Bahan
Dari data yang dilihat pada grafik, dapat diketahui kekuatan impact yang
tertinggi sampai terendah adalah : Annealing 950oC 30 yaitu 30.96
kgmm/mm2, Martempering 550oC 30 yaitu 27.12 kgmm/mm2, tanpa
perlakuan yaitu 12.96 kgmm/mm2, Hardening Oli 950oC 30 yaitu 12.48
kgmm/mm2, Normalizing 950oC 30 yaitu 4.8 kgmm/mm2 dan Hardening Air
950oC 30 yaitu 4.32 kgmm/mm2.
Berdasarkan teori dan hipotesa yang telah dibuat, kita ketahui bahwa
semakin tinggi tingkat kekerasan suatu material maka harga impact strengthnya semakin rendah, karena semakin tinggi kekerasan material cenderung
getas. Berdasarkan teori dan hipotesa yang telah dibuat kekuatan impact yang
tertinggi sampai yang terendah adalah

Annealing, Normalizing, tanpa

perlakuan, Martempering, Hardening Oli dan Hardening Air.


Akan tetapi hasil pengujian dilakukan, terjadi penyimpangan dari teori
dan hipotesa dimana martempering memiliki kekuatan impact lebih tinggi
dibandingkan tanpa perlakuan, hardening oli dan normalizing.

Hal ini

disebabkan karena pada perlakuan martempering bidang slip yang terjadi


pada spesimen berkurang sehingga spesimen ulet dan membuat kekuatan
impact-nya tinggi dibandingkan perlakuan hardening oli dan normalizing.
Faktor ukuran butir yang kecil dan rapat pada perlakuan martempering dan
hardening oli dibandingkan dengan

perlakuan normalizing. Sehingga

menyebabkan impact strength-nya lebih tinggi kemampuan menyerap


energinya lebih kecil. Karena energi yang diserap dari pantulan pendulum
sedikit jadi mengakibatkan energi patahnya besar.
Temperatur ruangan juga dapat menjadi kemungkinan terjadinya
penyimpangan saat pendinginan normalizing. Temperatur ruangan lebih
tinggi dan temperature ruangan AC sehingga specimen cenderung lebih ulet
dan kekuatan impact-nya tinggi. Selain itu faktor lain yang bisa berpengaruh
kemungkinan karena penepatan spesimen yang kurang tepat pada pengujian
impact.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

38
Laboratorium Pengujian Bahan
3.7 Kesimpulan dan Saran
3.7.1 Kesimpulan
1. Pada perlakuan normalizing memliki kekuatan impact yang lebih kecil dari
spesimen tanpa perlakuan. Energi patah pada spesimen dengan perlakuan
normalizing adalah sebesar 4.8 kgmm/mm2. Sedangkan pada spesimen tanpa
perlakuan adalah 12.96 kgmm/mm2.
2. Dari data hasil pengujian impact yang tertinggi

sampai terendah yaitu :

Annealing 950oC 30 yaitu 30.96 kgmm/mm2, Martempering 550oC 30 yaitu


27.12 kgmm/mm2, tanpa perlakuan 950oC 30 yaitu 12.96 kgmm/mm2,
Normalizing 950oC 30 yaitu 4.8 kgmm/mm2 dan Hardening Air yaitu 4.32
kgmm/mm2. Hal ini disebabkan oleh faktor : homogenitas, ukuran butir,
tegangan sisa.
3. Terjadi penyimpangan dimana perlakuan martempering memiliki harga impact
strength yang lebih tinggi dibandingkan tanpa perlakuan dan perlakuan
normalizing. Dan tanpa perlakuan yang memiliki impact strength lebih tinggi
dari normalizing. Berdasarkan teori seharusnya normalizing, tanpa perlakuan
dan matempering.
4. Dari hasil pengujian impact masih belum sesuai dengan teori dan hipotesa yang
dibuat. Hal ini membuktikan bahwa kekuatan impact tidak hanya ditentukan
oleh

faktor

perlakuan

panas,

temperatur

pemanasan

dan

kecepatan

pendindingan, tetapi juga bisa disebabkan oleh faktor homogenitas, ukuran


butir dan adanya tegangan sisa.
3.7.2
1.
2.
3.

Saran
Praktikan harus lebih sopan dan menghormati asisten.
Asisten bisa membimbing praktikan diluar jam asistensi.
Saat praktikum sebaiknya dapat dibimbing dalam mengetahui semua unsur

perhitungan pada praktikum


4. Laboratorium sebaiknya memberikan proses perlakuan kejut yang lain.

BAB IV
PENGUJIAN TARIK

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

39
Laboratorium Pengujian Bahan
4.1 Tujuan Pengujian
1. Mengetahui tegangan yield, tegangan ultimate, regangan dan kontraksi suatu
bahan.
2. Mengetahui pengaruh perlakuan panas terhadap parameter di atas.
3. Mengetahui cara pengujian tarik.
4.2 Definisi Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik merupakan kemampuan bahan untuk menerima beban tarik
yang diberikan kepada material tersebut tanpa mengalami kerusakan dan
dinyatakan sebagai tegangan maksimum sebelum patah. Untuk mendapatkan nilai
dan kekuatan uji tarik maka diperlukan suatu metode pengujian berupa uji tarik.
Besarnya kekuatan uji tarik tergantung dari gaya yang diberikan tiap luasan yang
dinyatakan dengan :
F/A
Dimana: Kekuatan uji tarik

F gaya

A= luasan
4.3 Pelaksanaan Pengujian
4.3.1 Alat yang Digunakan Dalam Pengujian
- Spesifikasi alat yang digunakan dalam pengujian
1. Mesin Uji Tarik
Merek
: MLF Piuf.Und Mc By Heme Gmbh D6800
Kapasitas
: 100 kN
Tipe
: U PD 10
Tahun
: 1982
Alat ini digunakan untuk member beban tarik pada spesimen. Alat ini
mempunyai 3 skala pembebanan.
A = 0 - 20 kN
A+B = 0 - 50 kN
A+B+C = 0 - 100 kN

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

40
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 4.1 : Mesin Uji Tarik


Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT UB
2. Jangka Sorong Digital
Digunakan untuk mengukur spesimen

Gambar 4.2 : Jangka Sorong Digital


Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT UB

3. Spidol
Digunakan untuk menandai spesimen.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

41
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 4.3 : Spidol


Sumber : Cahya Rusda D. : 2012
4. Penggaris
Untuk mengukur dimensi spesimen

Gambar 4.4 : Penggaris


Sumber : Cahya Rusda D. : 2012
- Komposisi kimia
Bahan
: Baja Esser (ST 37)
Komposisi kimia :
C
= 0,16%
Mn
= 0,4-1,2%
Si
= 0,35%
P
= 0,035%
S
= 0,03%
Al
= 0,20%
Fe
= 98,825 - 98,025%
-

Pergeseran Titik Eutectoid


C
= 0,16%
Mn
= 0,4-1,2%
Fe
= 98,825 - 98,025%
Si
= 0,35%
P
= 0,035%
S
= 0,03%
Al
= 0,20%
Tabel 4.1 Unsur Paduan
Loga
Komposisi Eutectoid

Komposisi Eutectoid

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

42
Laboratorium Pengujian Bahan
m
Mn
Si

0,4-0,12%
3500,00%

725C
727C

0,23
0,1

(TCX C)
TC =

c=a

C
c=a

( 735 x 0,73 ) + ( 727 x 0,7 )


( 0,7+0,73)
= 725,080 C

(TCX C)
TC =

c=a

C
c=a

( 725 x 0,73 ) + ( 727 x 0,7 )


(725+727)

= 0,715

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

43
Laboratorium Pengujian Bahan

Keterangan :

Fe Fe3C
Pergeseran Titik Eutectoid

Gambar 4.11 : Grafik Pergeseran Titik Eutectoid


- Bentuk dan Dimensi Bahan

Skala = 1:2
Satuan = mm
Gambar 4.12 : Bentuk dan Dimensi Spesimen

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

44
Laboratorium Pengujian Bahan
4.3.2 Prosedur Pengujian
1. Dilakuakan proses heat treatment
2. Spesimen dibersihkan terlebih dahulu kotoran dan terak
3. Dilakukan pengukuran dimensi, meliputi diameter awal dan panjang awal,
kemudian kemudian spesimen dibagi kedalam segmen-segmen dengan
panjang masing-masing 5mm
4. Spesimen dipasang erat pada alat uji
5. Alat uji diatur pada kecepatan 1,2 liter/menit dengan pembebanan pada posisi
A+B+C, skala pertambahan panjang 0mm dan jarum beban pada posisi nol
6. Mesin dinyalakan dan dilakukan pengamatan dengan teliti terhadap beban,
pertambahan panjang dan perubahan diameter sampai spesimen patah.
7. Stelah patah dilakukan pengukuran dimensi akhir spesimen
4.4 Hipotesa
Kekuatan tarik material dipengaruhi oleh perlakuan panas dan kecepatan
cooling. Semakin cepat material mengalami cooling maka kekuatan tariknya
semakin besar. Perlakuan panas mempengaruhi kekuatan tarik dengan urutan
hardening air, hardening oli, martempering, tanpa perlakuan, normalizing dan
annealing.

4.5 Pengolahan Data


4.5.1 Data Kelompok
a. Spesimen tanpa perlakuan
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

45
Laboratorium Pengujian Bahan
Tabel 4.2 Hasil pengolahan data tanpa perlakuan
N
o

Panja
ng
(mm)

Beb
an
(N)

Diamet
er
(mm)

50

6,42

51

52

53

54

55

56

57

9
1
0
1
1
1
2

58

0
131
00
146
00
159
00
168
00
177
00
179
00
180
00
181
00
180
00
170
00
160
00

59
60
60.1

o
o
o
o
o
o
o
o
o

6,38
6,36
6,33
6,24
6,15
6,1
6,05
5,99
5,97
4,04
3,98

Luas
(mm2
)
32,3
84
31,9
82
31,7
82
31,4
83
30,5
94
29,7
18
29,2
36
28,7
59
28,1
92
28,0
04
12,8
24
12,4
46

Teg.Rekaya
sa (N/mm2)

Teg.Seja
ti
(N/mm2)

Reg.Rekaya
sa (%)

Reg.Sej
ati (%)

Kontrak
si (%)

404,521

412,611

2,000

1,980

1,242

450,840

468,874

4,000

3,922

1,860

490,983

520,442

6,000

5,827

2,784

518,775

560,277

8,000

7,696

5,529

546,566

601,223

10,000

9,531

8,234

552,742

619,071

12,000

11,333

9,720

555,830

633,646

14,000

13,103

11,194

558,918

648,345

16,000

14,842

12,947

555,830

655,879
1247,67
0
1285,55
0

18,000

16,551

13,527

20,000

18,232

60,400

20,200

95,620

61,568

524,951
494,071

Diameter awal (Do)


Diameter Ultimate (Du)
Diameter patah (Df)
Beban Yield (Py)
Beban Ultimate (Pu)
Beban patah (Pf)
Panjang awal (lo)
Panjang Ultimate (lu)
Panjang akhir (lf)

= 6,42 mm
= 6,37 mm
= 5,99 mm
= 13,0 kN
= 18,1 kN
= 16 kN
= 50 mm
= 58 mm
= 60,1 mm

1. Luas penampang
a. Luas penampang awal (Ao)

x Do 2 ( mm 2)
4

x 6,422
4

= 32,384 mm2

b. Luas penampang Ultimate (Au) =

x Du 2 ( mm 2)
4

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

46
Laboratorium Pengujian Bahan
=

2
x 5,99
4

= 28,192 mm2
c. Luas penampang saat patah (Af) =
=

x Df 2 ( mm2 )
4

x 3,982
4

= 12,446 mm2
2. Regangan
a. Regangan Ultimate rekayasa (au) =

lulo
x 100
lo
5850
x 100
50

= 16%
b. Regangan Ultimate sejati ( au)

u
= (+1) x 100
ln
16
= (+1) x 100
ln

c. Regangan patah rekayasa (af )

= 14,84%
lf lo
x 100
=
lo
=

60,1-50
x 100
50

= 20,20%
d. Regangan patah rekayasa (af)

= (2 x ln

2 x ln

Do
) x 100
Df

6,42
x 100
3,98

= 95,62%
e. Regangan yield (ay)

lylo
x 100
lo

56,8450
x 100
50

= 13,68%
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

47
Laboratorium Pengujian Bahan

3. Tegangan
a. Tegangan Ultimate rekayasa (u) =

Pu
Ao

[N/mm2]

18100
32,384

= 558,92N/mm2
b. Tegangan Ultimate sejati (u)

c. Tegangan patah rekayasa (f)

Pu
x (u + 1) [N/mm2]
Ao

18100
32,384

x (16%+1)

= 648,347 N/mm2
Pf
=
[N/mm2]
Ao
=

16000
32,384

= 494,071 N/mm2
d. Tegangan patah rekayasa (f)

e. Tegangan yield (y)

Pf
Af

16000
12,446

[N/mm2]

= 1285,55 N/mm2
Py
=
(N/mm2)
Ay
13003
=
31,87
= 408 N/mm2

4. Kontraksi
Do 2 - Df 2
Q=
x 100%
Do 2
2
2
6,42 - 3,98
=
x 100%
2
6,42
= 61,57%
5. Modulus Elastisitas
u
E=
x 100%
y
408
=
x 100%
13,68
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

48
Laboratorium Pengujian Bahan
= 2982,456%

b. Spesimen dengan perlakuan Hardening Oli 950oC Holding 30 menit


Tabel 4.3 Hasil Pengolahan Data Spesimen Dengan Perlakuan Hardening Oli 950oC
Holding 30 Menit
N
o

Panjan
g
(mm)

50

51

52

53

54

55

56

57

9
10

Beba
n (N)

Diamet
er (mm)

6,25

58

0
1840
0
1920
0
1960
0
1960
0
1970
0
1860
0
1630
0
1030
0

59

8200

Luas
(mm2
))

Teg.Rekaya
sa (N/mm2)

Teg.Seja
ti
(N/mm2)

Reg.Rekaya
sa (%)

Reg.Sej
ati (%)

Kontrak
si (%)

599,505

611,495

2,000

1,980

8,759

625,570

650,593

4,000

3,922

9,065

638,603

676,919

6,000

5,827

11,188

638,603

689,691

8,000

7,696

12,690

641,861

706,047

10,000

9,531

16,534

606,021

749,520
1106,16
0
1107,36
0
1151,85
0

12,000

11,333

19,144

14,000

13,103

53,542

16,000

14,842

75,872

18,000

121,770

76,806

4,260

30,69
2
28,00
4
27,91
0
27,25
8
26,79
7
25,61
8
24,81
6
14,25
9

3,070

7,405

335,592

3,010

7,119

267,171

5,970
5,960
5,890
5,840
5,710
5,620

531,083

o Diameter awal (Do)


= 6,25 mm
o Diameter Ultimate (Du)
= 5,71 mm
o Diameter patah (Df)
= 3,01 mm
o Beban Yield (Py)
= 18 kN
o Beban Ultimate (Pu)
= 19,7 kN
o Beban patah (Pf)
= 8,2 kN
o Panjang awal (lo)
= 50 mm
o Panjang Ultimate (lu)
= 55 mm
o Panjang akhir (lf)
= 59 mm
1. Luas penampang
a. Luas penampang awal (Ao)

x Do2 ( mm2 )

x 6,25

= 30,66 mm2
b. Luas penampang Ultimate (Au)

x Du2 ( mm2 )

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

49
Laboratorium Pengujian Bahan

x 5,712

= 25,618 mm2
c. Luas penampang saat patah (Af) =
=

x Df 2 ( mm2 )

2
x 3,01
4

= 7,119 mm2
2. Regangan
a. Regangan Ultimate rekayasa (u) =
=

lulo
lo

x 100

5550
50

x 100

= 10 %
b. Regangan Ultimate sejati (u)

u
= (+1) x 100
ln
10
= (+1) x 100
ln

c. Regangan patah rekayasa (f)

= 9,53 %
lf lo
=
lo
=

d. Regangan patah sejati (f)

x 100

59-50
50

x 100

= 18 %
= 2 x ln

= 2 x ln

Do
Df
6,25
3,01

) x 100
x 100

= 121,770 %
e. Regangan yield (y)

ly-lo
lo

51,150
50

x 100
x 100

= 2,2 %
3. Tegangan
a. Tegangan Ultimate rekayasa (u) =

Pu
Ao

[N/mm2]

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

50
Laboratorium Pengujian Bahan
=

19700
30,692

= 641,861 N/mm2
b. Tegangan Ultimate sejati (u)

Pu
x (u + 1) [N/mm2]
Ao

19700
30,692

x (10 %+1)

= 706,047 N/mm2
c. Tegangan patah rekayasa (f)

Pf
Ao

8200
30,692

[N/mm2]

= 267,171 N/mm2
d. Tegangan patah sejati (f)

=
=

Pf
Af

[N/mm2]

8200
7,119

= 1151,847 N/mm2
Py
=
(N/mm2)
Ay
18,008
=
7,630
= 2360,16 N/mm2

e. Tegangan yield (y)

4. Kontraksi
Do 2 - Df 2
Q =
2
Do

x 100%

6,252 - 3,012
x 100%
6,252
= 76,8%
5. Modulus Elastisitas
u
E =
x 100%
y
2360,167
=
x 100%
2,2
= 1072,8%
=

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

51
Laboratorium Pengujian Bahan

4.5.2 Data Antar Kelompok


a. Spesimen Hardening Air 950oC Holding 30 Menit
Tabel 4.4 Hasil Pengolahan Data Spesimen Dengan Perlakuan Hardening Air 950oC
Holding 30 Menit
N
o

Panjan
g
(mm)

Beba

Diamet

n (N)

er (mm)

Luas
(mm2
)
30,20

Teg.Rekaya
sa (N/mm2)

Teg.Seja
ti

Reg.Rekaya

Reg.Sej

Kontrak

sa (%)

ati (%)

si (%)

(N/mm2)

50

0
2050

6,2

3
28,85

51

0
2990

6,060

4
28,38

678,744

692,319
1029,57

2,000

1,980

4,465

52

0
3560

6,010

0
28,00

989,973

1
1249,41

4,000

3,922

6,035

53

0
3600

5,970

4
27,72

1178,696

8
1287,29

6,000

5,827

7,282

54

0
3370

5,940

3
21,82

1191,940

5
1544,31

8,000

7,696

8,211

55

5,270

1115,788

10,000

69,242

27,750

b. Spesimen Martempering 950oC Holding 30 Menit


Tabel 4.5 Hasil Pengolahan Data Spesimen Dengan Perlakuan Martempering 950oC
Holding 30 Menit
N
o

Panjan
g
(mm)

Beba

Diamet

n (N)

er (mm)

Luas
(mm2
)
33,91

Teg.Rekaya
sa (N/mm2)

Teg.Seja
ti
(N/mm2)

Reg.Rekaya

Reg.Sej

Kontrak

sa (%)

ati (%)

si (%)

50

0
2000

6,57

5
33,40

51

0
2380

6,52

1
30,69

589,705

601,499

2,000

1,980

1,516

52

0
2450

6,250

2
29,33

701,749

729,819

4,000

3,922

9,504

53

0
2500

6,110

2
28,56

798,255

846,150

6,000

5,827

13,513

54

0
2560

6,03

9
27,07

737,131

796,101

8,000

7,696

15,763

55

0
2380

5,870

3
25,79

754,822

830,304

10,000

9,531

20,174

56

0
1800

5,730

7
12,95

701,749

992,363
1389,85

12,000

11,333

23,936

57

4,060

530,734

14,000

92,735

61,812

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

52
Laboratorium Pengujian Bahan

c. Spesimen Normalizing 950oC Holding 30 Menit


Tabel 4.5 Hasil Pengolahan Data Spesimen Dengan Perlakuan Normalizing 950oC
Holding 30 Menit
N
o

Panjan
g
(mm)

Beba
n (N)

Diamet

Luas
2

er

(mm

(mm)

)
31,18

Teg.Seja

Teg.Rekaya

ti

sa (N/mm )

Reg.Rekaya

Reg.Sej

Kontrak

sa (%)

ati (%)

si (%)

(N/mm2)

50

0
1440

6,3

5
28,47

51

0
1500

6,02

5
28,00

461,760

470,996

2,000

1,980

8.691

52

0
1540

5,970

4
27,07

481,000

500,241

4,000

3,922

10,202

53

0
1630

5,870

3
26,43

549,930

582,926

6,000

5,827

13,185

54

0
1700

5,8

1
25,70

522,687

564,502

8,000

7,696

15,243

55

0
1700

5,720

7
25,61

545,134

599,647

10,000

9,531

17,565

56

0
1700

5,710

8
25,17

545,134

610,550

12,000

11,333

17,853

57

0
1730

5,660

1
24,72

545,134

621,453

14,000

13,103

19,285

58

0
1440

5,610

8
25,43

554,754

643,515

16,000

14,842

20,705

10

59

0
1060

5,690

8
11,16

461,760

680,085

18,000

16,551

18,428

11

60

3,770

339,907

949,230

20,000

97,64

64,190

d. Spesimen Annealing 950oC Holding 30 Menit


Tabel 4.5 Hasil pengolahan data Spesimen dengan perlakuan Annealing 950oC Holding
30 menit
Teg.Sej

Panja

Beb

Diame

Luas

Teg.Reka

ng

an

ter

(mm

yasa

(mm)

(N)

(mm)

50

0
114

6,45

88
30,3

0
355,73

51

00
129

6,210

00
29,8

348,755

0
410,43

2,000

1,980

7,303

52

00
132

6,160

14
29,6

394,644

0
428,05

4,000

3,922

8,790

53

00
137

6,140

21
28,6

403,822

1
452,64

6,000

5,827

9,381
12,30

54

00
142

6,040

64
28,1

419,118

8
477,85

8,000

7,696

9
13,75

55

00
145

5,990

92
27,8

434,414

6
496,82

10,000

9,531

5
14,90

56

00
147

5,950

16
27,6

443,592

3
512,67

12,000

11,333

3
15,47

8
9

57
58

00
147

5,930
5,830

30
26,7

449,711
449,711

0
521,66

14,000
16,000

13,103
14,842

4
18,30

N
o

(N/mm2)

ati

Reg.Reka

(N/mm

yasa (%)

Reg.Se
jati
(%)

Kontra
ksi (%)

32,6

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

53
Laboratorium Pengujian Bahan
00
147

06
26,1

4
530,65

1
19,97

0
1

59

00
147

5,770

59
25,5

449,711

9
539,65

18,000

16,551

4
21,90

1
1

60

00
147

5,7

28
24,9

449,711

3
548,64

20,000

18,232

4
23,81

2
1

61

00
147

5,63

05
16,1

449,711

7
557,64

22,000

19,885

0
50,67

3
1

62

00
143

4,53

24
11,4

449,711

1
1081,5

24,000

21,511

4
64,92

4
1

63

00
124

3,82

65
7,40

437,474

50
1674,3

26,000

23,111
121,44

4
77,34

64

00

3,07

379,348

40

28,000

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

54
Laboratorium Pengujian Bahan

Grafik 4.1: Hubungan Tegangan (Rekayasa + Sejati) Dengan Regangan (Rekayasa ) pada Spesimen Tanpa Perlakuan

4.6 Pembahasan

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

55
Laboratorium Pengujian Bahan
-

Grafik hubungan tegangan (rekayasa+sejati) dengan regangan (rekayasa)


pada specimen tanpa perlakuan
Grafik hubungan tegangan-regangan dapat kita lihat bahwa tegangan
sebanding dengan regangan,dimana setiap pertambahan tegangan selalu
diikuti oleh pertambahan regangan. Jika beban ditambah perlahan maka
beban itu menambah nilai regangan sampai batas elastis.
Dari grafik diatas cara untuk mendapatkan nilai tegangan sejati yaitu :
Pu
u =
[N/mm2]
Ao
sedangkan cara untuk mendapatkan nilai tegangan rekayasa yaitu :
Pu
u =
[N/mm2]
Ao
Dari kedua rumus diatas terdapat perbedaan mendasar dimana dalam
menghitung tegangan sejati menggunakan luas permukaan yang selalu
berubah-ubah,karena menggunakan diameter yang selalu berubah setiap
pertambahan panjangnya. Sedangkan dalam menghitung tegangan rekayasa
menggunakan luas permukaan yang selalu konstan. Hal ini menyebabkan
nilai tegangan sejati akan semakin membesar sampai titik patah,sedangkan
nilai tegangan rekayasa akan semakin mengecil setelah melewati titik
ultimate sampai dengan titik patah. Jadi nilai tegangan sejati selalu lebih
besar dari tegangan rekayasa. Disini terjadi perbedaan yang signifikan antara
tegangan sejati yang titik ultimate nya 698,648 N/mm2 dengan tegangan
rekayasa 558,918 N/mm2. Setelah melewati titik ultimate terjadi
perbandingan yang lebih signifikan dimana tegangan rekayasa akan semakin
menurun sampai titik patah 494,071 N/mm2 sedangkan tegangan sejati akan
semakin meningkat sampai titik patah 1285,55 N/mm2
Hal ini sesuai dengan dasar teori dan hipotesa bahwa setiap
pertambahan regangan selalu diikuti dengan pertambahan tegangan.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

56
Laboratorium Pengujian Bahan

Grafik 4.2: Hubungan Tegangan (Rekayasa + Sejati) Dengan Regangan (Rekayasa ) pada Spesimen Hardening
950oC 30

Grafik hubungan tegangan (rekayasa+sejati) dengan regangan (rekayasa)


pada spesimen dengan perlakuan hardening oli 950 C, 30

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

57
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik hubungan tegangan-regangan dapat kita lihat bahwa tegangan
sebanding dengan regangan,dimana setiap pertambahan tegangan selalu
diikuti oleh pertambahan regangan. Jika beban ditambah perlahan maka
beban itu menambah nilai regangan sampai batas elastis.
Dari grafik diatas cara untuk mendapatkan nilai tegangan sejati yaitu :
Pu
u =
[N/mm2]
Ao
sedangkan cara untuk mendapatkan nilai tegangan rekayasa yaitu :
Pu
u =
[N/mm2]
Ao
Dari kedua rumus diatas terdapat perbedaan mendasar dimana dalam
menghitung tegangan sejati menggunakan luas permukaan yang selalu
berubah-ubah,karena menggunakan diameter yang selalu berubah setiap
pertambahan panjangnya. Sedangkan dalam menghitung tegangan rekayasa
menggunakan luas permukaan yang selalu konstan. Hal ini menyebabkan
nilai tegangan sejati akan semakin membesar sampai titik patah,sedangkan
nilai tegangan rekayasa akan semakin mengecil setelah melewati titik
ultimate sampai dengan titik patah. Jadi nilai tegangan sejati selalu lebih
besar dari tegangan rekayasa. Disini terjadi perbedaan yang signifikan
antara tegangan sejati yang titik ultimate nya 706,047 N/mm2 dengan
tegangan rekayasa 641,861 N/mm2. Setelah melewati titik ultimate terjadi
perbandingan yang lebih signifikan dimana tegangan rekayasa akan
semakin menurun sampai titik patah 267,121 N/mm2 sedangkan tegangan
sejati akan semakin meningkat sampai titik patah 1151,80 N/mm2
Hal ini sesuai dengan dasar teori dan hipotesa bahwa setiap
pertambahan regangan selalu diikuti dengan pertambahan tegangan.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

58
Laboratorium Pengujian Bahan

Grafik 4.3: Hubungan Tegangan (Rekayasa + Sejati) Dengan Kontraksi pada Spesimen Tanpa Perlakuan

Grafik hubungan tegangan (rekayasa+sejati) dengan kontraksi pada


spesimen tanpa perlakuan

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

59
Laboratorium Pengujian Bahan
Pada grafik ini menunjukkan nilai tegangan kontraksi adalah
seimbang pada daerah proporsional. Tegangan sejati terus mengalami
perubahan yang signifikan sampai pada titik patah 1285,55 N/mm2, setelah
melewati titik ultimate 698,648 N/mm2, sedangkan pada tegangan rekayasa
cenderung menurun sampai titik patah 494,071 N/mm2 setelah melewati
titik ultimate 590,918 N/mm2.
Nilai tersebut didapat dari rumus :
Tegangan rekayasa f
Tegangan sejati f

=
=

Pf
Ao

Pf
Af

Berdasarkan rumus diatas maka nilai dari tegangan rekayasa lebih


kecil dibandingkan nilai tegangan sejati, karena beban yang digunakan pada
tegangan rekayasa sebanding dengan luas permukaan awalnya saja,
sedangkan pada tegangan sejati beban dibagi dengan luas penampang tiap
spesimen,sehingga hasil pembaginya akan semakin membesar.
Hal ini sesuai dengan dasar teori dan hipotesa bahwa nilai tegangan
rekayasa akan lebih kecil daripada nilai tegangan sejati.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

60
Laboratorium Pengujian Bahan

Grafik 4.4 : Hubungan Tegangan (Rekayasa + Sejati) Dengan Regangan Kontraksi pada Spesimen Hardening
950oC 30

Grafik hubungan tegangan (rekayasa+sejati) dengan kontraksi pada


specimen dengan perlakuan hardening oli 950 C, 30

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

61
Laboratorium Pengujian Bahan
Pada grafik ini menunjukkan nilai kontraksi akan semakin membesar
maka diameternya spesimen nya akan semakin lama mengecil yang diikuti
dengan pertambahan panjang spesimennya. Jika beban ditambah perlahan
maka nilai kontraksinya akan bertambah pula. Ini disebabkan perbedaan
diameter spesimen akibat adanya deformasi oleh beban tarik.
Nilai tegangan sejati lebih besar dibanding tegangan rekayasa, karena
tegangan

rekayasa

menggunakan

nilai

luas

permukaan

yang

konstan,sedangkan pada tegangan sejati menggunakan nilai pembagi yang


semakin lama mengecil akibat adanya beban tarik.
Hal ini berdasarkan rumus :
Pf
Tegangan rekayasa f
=
Ao
Pf
Tegangan sejati f
=
Af
Pada grafik ini terlihat keseimbangan antara tegangan dan kontraksi
pada daerah proporsional, setelah itu terjadi penambahan nilai tegangan
sejati yang signifikan sehingga lebih besar dari nilai tegangan rekayasa. Hal
ini terus terjadi sampai pada titik kontraksi 9,531% yaitu saat nilai tegangan
sejatinya 706,047 N/mm2 dan tegangan rekayasanya 641,861 N/mm2,
setelah melewati titik tersebut, mulai terjadi perbedaan yang lebih
signifikan sampai titik patah, dimana pada tegangan rekayasa cenderung
menurun sampai titik patah 267,171 N/mm2 dan tegangan sejati 1151,850
N/mm2.
Hal ini sesuai dengan dasar teori dan hipotesa bahwa nilai tegangan
rekayasa akan lebih kecil daripada nilai tegangan sejati.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

62
Laboratorium Pengujian Bahan

Grafik 4.5: Hubungan Regangan (Rekayasa + Sejati) Dengan Kontraksi pada Spesimen Tanpa Perlakuan

Grafik hubungan regangan (rekayasa+sejati) dengan kontraksi pada


specimen tanpa perlakuan

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

63
Laboratorium Pengujian Bahan
Grafik regangan-kontraksi menunjukkan bahwa pertambahan nilai
kontraksi selalu diikuti dengan penambahan regangan. Pada regangan
rekayasa dan sejati grafiknya hampir sejajar tapi mulai terjadi perbedaan
pada saat kontraksi 2,784% yaitu saat specimen bertambah 1mm dimana
titik regangan rekayasa 6% dan regangan sejati 8,957%. Hal ini terus terjadi
sampai spesimen patah pada saat nilai kontraksi maksimum sebesar
61,588% dan nilai regangan rekayasa 20,20% serta regangan sejati 95,62%.
Pada grafik ini nilai kontraksi cenderung meningkat secara signifikan yang
diikuti

dengan

nilai

regangan,

sedangkan

pada

regangan

sejati

perubahannya relatif signifikan. Nilai tersebut dibuktikan dengan rumus :


Regangan rekayasa u
Regangan sejati u

lulo
x 100
lo
u
= (+1) x 100
ln
=

Dari rumus diatas menyebabkan nilai regangan sejati akan lebih


rendah dari regangan rekayasa. Karena pada regangan sejati menggunakan
luas permukaan yang konstan pada setiaap pertambahan panjang 1 mm nya
dibandingkan panjang awalnya.
Hal ini sesuai dengan dasar teori dan hipotesa dimana nilai regangan
sejati lebih rendah daripada nilai regangan rekayasa.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

64
Laboratorium Pengujian Bahan

Grafik 4.6: Hubungan Regangan (Rekayasa + Sejati) Dengan Kontraksi pada Spesimen Hardening Oli 950oC 30

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

65
Laboratorium Pengujian Bahan
-

Grafik hubungan regangan (rekayasa+sejati) dengan kontraksi pada


specimen dengan perlakuan hardening oli 950 C, 30
Grafik regangan-kontraksi menunjukkan bahwa pertambahan nilai
kontraksi selalu diikuti dengan penambahan regangan. Hal ini terjadi karena
regangan dan kontraksi berbanding lurus, regangan menunjukkan deformasi
aksial,yaitu pertambahan dimensi spesimennya tegak lurus dengan sumbu
sehingga jika specimen mengalami pertambahan panjang maka akan selalu
diikuti dengan mengecilnya luas permukaan.
Pada regangan rekayasa dan sejati grafiknya hampir sejajar tapi mulai
terjadi perbedaan pada saat kontraksi 8,759% yaitu saat spesimen
bertambah 1mm dimana titik regangan rekayasa 2% dan regangan sejati
1,98%. Hal ini terus terjadi sampai spesimen patah pada saat nilai kontraksi
maksimum sebesar 76,806% dan nilai regangan rekayasa 18% serta
regangan sejati 121,77%. Pada grafik ini nilai kontraksi cenderung
meningkat secara signifikan yang diikuti dengan nilai regangan, sedangkan
pada regangan sejati perubahannya relatif signifikan. Nilai tersebut
dibuktikan dengan rumus :
Regangan rekayasa u
Regangan sejati u

lulo
x 100
lo
u
= (+1) x 100
ln
=

Dari rumus diatas menyebabkan nilai regangan sejati akan lebih


rendah dari regangan rekayasa. Karena pada regangan sejati menggunakan
luas permukaan yang konstan pada setiaap pertambahan panjang 1 mm nya
dibandingkan panjang awalnya.
Hal ini sesuai dengan dasar teori dan hipotesa dimana nilai regangan
sejati lebih rendah daripada nilai regangan rekayasa.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

66
Laboratorium Pengujian Bahan

Grafik 4.7 : Diagram Perubahan Diameter Tiap Spesimen Tanpa Perlakuan

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

67
Laboratorium Pengujian Bahan
-

Diagram perubahan diameter tiap spesimen tanpa perlakuan.


Pada diagram perubahan diameter tiap spesimen tanpa perlakuan
memiliki perubahan yang fluktuatif pada tiap spesimennya. Perubahan
diameter paling besar terjadi pada segmen ke-4 dengan diameter 3,98
dimana pada segmen ini mengalami patah.
Pada spesimen tanpa perlakuan ini memiliki ukuran butir yang lebih
besar daripada spesimen hardening oli 950 C, 30 sehingga gaya yang
dibutuhkan untuk mematahkan specimen tanpa perlakuan ini adalah lebih
kecil.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

68
Laboratorium Pengujian Bahan

Grafik 4.8 : Diagram Perubahan Diameter Tiap Spesimen Dengan Perlakuan Hardening Oli 950oC, 30

Diagram perubahan diameter tiap spesimen dengan perlakuan hardening oli


950 C, 30

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

69
Laboratorium Pengujian Bahan
Pada diagram perubahan diameter tiap spesimen dengan perlakuan
hardening oli 950 C, 30 memiliki perubahan yang fluktuatif pada tiap
spesimennya. Perubahan diameter paling besar terjadi pada segmen ke-9
dengan diameter 3,01 dimana pada segmen ini mengalami patah.
Pada spesimen dengan perlakuan hardening oli 950 C, 30 ini
memiliki ukuran butir yang lebih kecil daripada spesimen tanpa perlakuan
sehingga gaya yang dibutuhkan untuk mematahkan spesimen tanpa
perlakuan ini adalah lebih besar

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

70
Laboratorium Pengujian Bahan

Grafik 4.9: Hubungan Tegangan Rekayasa Dengan Regangan Rekayasa pada Spesimen Tanpa Perlakuan dan
Berbagai Spesimen

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

71
Laboratorium Pengujian Bahan

Grafik hubungan tegangan rekayasa dengan regangan rekayasa pada


spesimen tanpa perlakuan dan berbagai perlakuan
Dalam grafik ini dapat dilihat urutan dari yang besar ke kecil
berdasarkan nilai tegangan ultimate-nya setiap perlakuan yaitu hardening
air 950 C, 30 sebesar 1191,95 N/mm2, martempering 550 C, 30 sebesar
798,255 N/mm2, hardening oli 950 C, 30 sebesar 641,861 N/mm2, tanpa
perlakuan sebesar 558,918 N/mm2, normalizing 950 C, 30 sebesar 554,754
N/mm2, annealing 950 C, 30 sebesar 449,711 N/mm2.
Pada grafik ini terjadi penyimpangan pada hardening oli 950 C, 30
yang seharusnya berada diatas martempering 550 C, 30. Hal ini
kemungkinan disebabkan pada perlakuan martempering menggunakan
media pendingin berupa air, sehingga tingkat ukuran butirannya jadi lebih
kecil disbanding dengan hardening oli yang menggunakan oli sebagai
media

pedinginnya,

sehingga

pendinginannya

lebih

lambat

dan

menyebabkan ukuran butirnya menjadi besar. Dan kemungkinan pula pada


saat pembersihan spesimen dilakukan secara berlebihan.

4.7 Kesimpulan dan Saran


4.7.1 Kesimpulan
1. Dalam grafik ini dapat dilihat urutan dari yang besar ke kecil berdasarkan nilai
tegangan ultimate-nya setiap perlakuan yaitu hardening air 950o C, 30 sebesar
1191,95 N/mm2, martempering 550o C, 30 sebesar 798,255 N/mm2, hardening
oli 950o C, 30 sebesar 641,861 N/mm2, tanpa perlakuan sebesar 558,918
N/mm2, normalizing 950o C, 30 sebesar 554,754 N/mm2, annealing 950o C,
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

72
Laboratorium Pengujian Bahan
30 sebesar 449,711 N/mm2. Padahal berdasarkan teori dan hipotesa jika suhu
dan holding sama maka urutan dari tinggi ke rendah yaitu hardening
air,hardening oli, martempering, tanpa perlakuan, normalizing, dan annealing.
2. Pada grafik ini terjadi penyimpangan pada hardening oli 950o C, 30 yang
seharusnya berada diatas martempering 550o C, 30. Hal ini kemungkinan
disebabkan pada perlakuan martempering menggunakan media pendingin
berupa air, sehingga tingkat ukuran butirannya jadi lebih kecil dibanding
dengan hardening oli yang menggunaka oli sebagai media pedinginnya,
sehingga pendinginannya lebih lambat dan menyebabkan ukuran butirnya
menjadi besar. Dan kemungkinan pula pada saat pembersihan spesimen
dilakukan secara berlebihan.
3. Pada grafik tegangan-kontraksi dengan specimen tanpa perlakuan dengan
perlakuan hardening oli 950o C, 30 menunjukkan tegangan akan turun setelah
titik ultimate sedangkan kontraksi akan terus bertambah.
4. Pada grafik regangan-kontraksi dengan specimen tanpa perlakuan dengan
perlakuan hardening oli 950o C, 30 menunjukkan regangan akan dan kontraksi
berbanding lurus, yaitu setiap pertambahn regangan akan selalu diikuti dengan
pertambahan kontraksi.
5. Pada diagram perubahan diameter tiap spesimen dengan perlakuan hardening
oli 950o C, 30 terjadi patah pada segmen ke-9 sedangkan pada spesimen tanpa
perlakuan terjadi patah pada segmen ke-4.

4.7.2 Saran
1. Perlunya pengkalibrasian pada alat uji untuk memperoleh hasil yang maksimal.
2. Jadwal asistensi seharusnya ditetapkan waktunya sehingga mempermudah
praktikan untuk asistensi
3. Praktikan harus benar-benar serius dalam menjalani praktikum sehingga tidak
ada yang kena siding maupun denda

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

73
Laboratorium Pengujian Bahan

BAB V
PENGUJIAN KEMAMPUKERASAN
5.1 Tujuan Pengujian
1. Mengetahui kemampukerasan suatu bahan
2. Mengetahui pengaruh suhu pemanasan terhadap kemampukerasan bahan
3. Mengetahui pengaruh penahanan terhadap kemampukerasan bahan
4. Mengetahui cara menentukan kemampukerasan bahan
5.2 Sifat Kemampukerasan (Hardenability) Baja
Merupakan respon dari baja ketika baja tersebut diberikan perlakuan
panas berupa pengerasan. Sifat kemampukerasan yang tinggi dapat ditunjukkan
dengan semakin cepatnya proses pengerasan yang dialami baja sehingga selurih
menjadi keras (dimulai dari daerah yang didinginkan hingga bagian terjauh dari
titik pendinginan atau titik terdalam dari baja yang didinginkan).
5.3 Pelaksanaan Pengujian
5.3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

74
Laboratorium Pengujian Bahan

Spesifikasi Alat yang Digunakan


1. Kertas gosok
Digunakan untuk menghilangkan kotoran dan kerak pada benda
uji.

Gambar 5.1 Kertas Gosok


Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya

2. Penjepit
Digunakan untuk memindahkan benda uji setelah pemanasan
dalam dapur.

Gambar 5.2 Penjepit


Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT-UB
3. Dapur listrik
Digunakan untuk memberikan pemanasan pada benda uji.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

75
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 5.3 Dapur Listrik


Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT-UB

4. Bejana pendingin
Digunakan untuk mendinginkan benda uji dengan
menyemprotkan air kepada salah satu ujung benda uji.

Gambar 5.4 Bejana Pendingin


Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT-UB
5.

Electrical Brinell Hardness Test


Digunakan untuk mengukur

nilai

kekerasan

material.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

suatu

76
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 5.5 Electrical Brinell Hardness Test


Sumber: Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT-UB

6. Stopwatch
Digunakan untuk mengukur waktu holding.

Gambar 5.6 Stopwatch


Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT-UB
7. Centrifugal Sand Paper Machine
Digunakan untuk meratakan permukaan specimen

.
Gambar 5.7 Centrifugal Sand Paper Machine
Sumber : Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT-UB

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

77
Laboratorium Pengujian Bahan
8.

Penggaris
Digunakan untuk memberi tanda pada spesimen yang akan
diukur kekerasannya.

Gambar 5.8 Penggaris


Sumber : Cahya Rusda D. : 2012

9. Drawing Pen
Digunakan untuk menandai spesimen dengan jarak
tertentu.

Gambar 5.9 Drawing Pen


Sumber : Cahya Rusda D. : 2012

Komposisi Kimia Spesimen


Baja yang digunakan dalam pengujian ini adalah Baja Assab 760
dengan komposisi kimia 98,75% Fe, 0,5% C, 0,5% Mn dan 0,25% Si.
Pergeseran titik eutectoid dipengaruhi oleh unsur paduannya.
Sehingga kita bisa menggambarkan dimana titik pergeserannya. Tabel
dibawah ini merupakan komposisinya
Tabel 5.1 Komposisi Kimia Spesimen
No Logam
Komposisi
Suhu Eutectoid
1
Mn
0,5%
725
2
Si
0,25%
730

%C
0,74
0,72

Temperatur Eutectoid

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

78
Laboratorium Pengujian Bahan
U

(TC x %C)

TC=

c= A

%C
i=0

( 725 x 0,74 ) +(730 x 0,72)


(0,74+ 0,72)
= 727,47 oC

Kadar Karbon
U

(TC x %C)

%C= c=A

TC
i=0

( 725 x 0,74 ) +(730 x 0,72)

(725+730)
= 0,727 %

Gambar 5.10 Pergeseran Titik Eutectoid

Bentuk dan Dimensi Spesimen

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

79
Laboratorium Pengujian Bahan

Skala = 1 : 2
Satuan = mm
Gambar 5.11 Bentuk dan Dimensi Spesimen

5.3.2 Prosedur Pengujian


Ada beberapa prosedur pengujian jominy yaitu :
1. Permukaan benda uji dibersihkan dari kotoran dan kerak dengan kertas gosok.
2. Spesimen dipanaskan dan diholding dengan suhu dan waktu tertentu.
3.
Spesimen dipindakan dari dapur listrik ke bejana pendingin untuk proses
pendinginan. Pendinginan dimulai dari ujung salah satu spesimen.
4. Setelah pendinginan selesai, spesimen dibersihkan dengan kertas gosok.
5. Spesimen dibagi menjadi 10 bagian dengan jarak jarak 2; 4; 6; 8; 10; 15; 20;
30; 40; 60 mm dari ujung spesimen yang disemprot.
6. Kekerasan spesimen diukur dengan microhardness vickers tester.
5.4 Hipotesa
Kemampukerasan adalah istilah untuk menyatakan kamampuan suatu logam
dikeraskan dengan cara mengubah fasanya menjadi fasa martensit dengan suatu
proses heat treatment. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampukerasan adalah
Kadar karbon = Semakin banyak kandungan karbon dalam material tersebut,

maka semakin keras juga material tersebut


Unsur paduan = unsur yang meningkatkan kemampukerasan baja seperti Mn, Si,

dan Cr
Ukuran butir = Semakin besar ukuran butir maka tingkat suatu material semakin

rendah.
Suhu pemanasan = Kemampuan keras lebih tinggi jika pemanasan dilakukan

sampai suhu austenite


Waktu holding = semakin lama waktu holding semakin meningkatkan

kemampukerasan
Homogenitas = jika strukturnya homogen semakin tinggi sifat kemampukerasan
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

80
Laboratorium Pengujian Bahan

Kecepatan pendinginan = Setelah logam dipanaskan, lalu didinginkan secara

cepat maka logam tersebut menjadi semakin keras


Konduktivitas thermal = Semakin besar konduktivitas thermal suatu material,

maka akan meningkatkan sifat kemampukerasannya.


Viskositas Media Pendingin = semakin tinggi tingkat viskositas media
pendinginannya semakin tinggi sifat kemampukerasannya

Semakin lama waktu holding akan meningkatkan homogenitas suatu


spesimen sehingga hardenabilitynya semakin tinggi. Sedangkan untuk pemanasan
dengan suhu semakin tinggi maka butiran yang terbentuk semakin kecil sehingga
kemampukerasannya meningkat.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

81
Laboratorium Pengujian Bahan
5.5 Pengolahan Data
5.5.1 Data Kelompok
Tabel 5.2 Data Tanpa Perlakuan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Y1

X1

(VHN)
376,8
365,4
361,2
354,1
350,4
342,1
337,1
329,5
324,6
320,1
3461,3

(mm)
2
4
6
8
10
15
20
30
40
60
195

lnY1

X12

X1 lnY1

5,931715
5,900993
5,889432
5,869579
5,859075
5,835103
5,82038
5,797576
5,782594
5,768633
58,45508

4
16
36
64
100
225
400
900
1600
3600
6945

11,86343
23,60397
35,33659
46,95663
58,59075
87,52655
116,4076
173,9273
231,3037
346,118
1131,635

Persamaan
X1 ln Y1 a X12 b X1 = 0
- 6945a - 195b = -1131,635
ln Y1 a X1 nb = 0
-195 a - 10 b = 58,455
Eliminasi
-6945a - 195b
-6945a 356,1538b
161,1538 b
a

= -1131,635
= -2081,897
= 5,897
= -0,0026

Perhitungan :
1. ln Yn
= aXn + b
ln Y1
= aX1 + b
ln Y1
= (-0,0026) 2 + 5,897
ln Y1
ln Y1
Y1
2. ln Yn
ln Y2
ln Y2
ln Y2
ln Y2
Y2

= -0,0052 + 5,897
= 5,8918
= 362,056
= aXn + b
= aX2 + b
= (-0,0026) 4 + 5,897
= -0,0104 + 5,897
= 5,8866
= 360,178

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

82
Laboratorium Pengujian Bahan
3. ln Yn
ln Y3
ln Y3
ln Y3
ln Y3
Y3
4. ln Yn
ln Y4
ln Y4
ln Y4
ln Y4
Y4
5. ln Yn
ln Y5
ln Y5
ln Y5
ln Y5
Y5
6. ln Yn
ln Y6
ln Y6
ln Y6
ln Y6
Y6

= aXn + b
= aX3 + b
= (-0,0026) 6 + 5,897
= -0,0156 + 5,897
= 5,8814
= 358,31
= aXn + b
= aX4 + b
= (-0,0026) 8 + 5,897
= -0,0208 + 5,897
= 5,8762
= 356,452
= aXn + b
= aX5 + b
= (-0,0026) 10 + 5,897
= -0,026 + 5,897
= 5,871
= 354,603
= aXn + b
= aX6 + b
= (-0,0026) 15 + 5,897
= -0,039 + 5,897
= 5,858
= 350,023

7. ln Yn
ln Y7
ln Y7
ln Y7
ln Y7
Y7
8. ln Yn
ln Y8
ln Y8
ln Y8
ln Y8
Y8
9. ln Yn
ln Y9
ln Y9
ln Y9
ln Y9
Y9
10. ln Yn
ln Y10
ln Y10
ln Y10
ln Y10
Y10

= aXn + b
= aX7 + b
= (-0,0026) 20 + 5,897
= -0,052 + 5,897
= 5,845
= 345,502
= aXn + b
= aX8 + b
= (-0,0026) 30 + 5,897
= -0,078 + 5,897
= 5,819
= 336,635
= aXn + b
= aX9 + b
= (-0,0026) 40 + 5,897
= -0,104 + 5,897
= 5,793
= 327,996
= aXn + b
= aX10 + b
= (-0,0026) 60 + 5,897
= -0,156 + 5,897
= 5,741
= 311,376

Jumlah Kuadran Deviasinya


Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

83
Laboratorium Pengujian Bahan
= [ ln Y1 ( ax1 + b ) ]2 + [ ln Y2 ( ax2 + b ) ]2 + + [ ln Y10
( ax10 + b ) ]2
= 0,00159 + 0,00021 + 0,000065 + 0,000044 + 0,00014 + 0,00052 +
0,00061 + 0,00046 + 0,00011 + 0,00076
= 0,00451

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

84
Laboratorium Pengujian Bahan
Tabel 5.3 Perlakuan 900oC ; 55
Y1
X1
No
lnY1
(VHN) (mm)
1
759,6
2
6,632792
2
408,3
4
6,012002
3
385,2
6
5,953763
4
368,4
8
5,909169
5
347,3
10
5,850189
6
309
15
5,733341
7
302,8
20
5,713073
8
296,7
30
5,692722
9
294,9
40
5,686636
10 293,8
60
5,682899

3766
195
58,86659

X12

X1 lnY1

4
16
36
64
100
225
400
900
1600
3600
6945

13,26558
24,04801
35,72258
47,27335
58,50189
86,00012
114,2615
170,7816
227,4655
340,974
1118,294

Persamaan
X1 ln Y1 a X12 b X1 = 0
- 6945a - 195b = -1118,294
ln Y1 a X1 nb = 0
-195 a - 10 b = 58,86659
Eliminasi
-6945a - 195b
= -1118,294
-6945a 356,1538b
= -2096,569
161,1538 b = 6,07
a = -0,0114
Perhitungan :
1. ln Yn
= aXn + b
ln Y1
= aX1 + b
ln Y1
= (-0,0114) 2 + 6,07
ln Y1
= -0,0228 + 6,07
ln Y1
= 6,0472
Y1
= 422,927
2. ln Yn
ln Y2
ln Y2
ln Y2
ln Y2
Y2
3. ln Yn
ln Y3
ln Y3
ln Y3
ln Y3

= aXn + b
= aX2 + b
= (-0,0114) 4 + 6,07
= -0,0456 + 6,07
= 6,0244
= 413,393
= aXn + b
= aX3 + b
= (-0,0114) 6 + 6,07
= -0,0684 + 6,07
= 6,0016

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

85
Laboratorium Pengujian Bahan
Y3
ln Yn
ln Y4
ln Y4
ln Y4
ln Y4
Y4
ln Yn
ln Y5
ln Y5
ln Y5
ln Y5
Y5
ln Yn
ln Y6
ln Y6
ln Y6
ln Y6
Y6
ln Yn
ln Y7
ln Y7

= 404,075
= aXn + b
= aX4 + b
= (-0,0114) 8 + 6,07
= -0,0912 + 6,07
= 5,9788
= 394,966
= aXn + b
= aX5 + b
= (-0,0114) 10 + 6,07
= -0,114 + 6,07
= 5,955
= 386,063
= aXn + b
= aX6 + b
= (-0,0114) 15 + 6,07
= -0,171 + 6,07
= 5,899
= 364,673
= aXn + b
= aX7 + b
= (-0,0114) 20 + 6,07

ln Y7
ln Y7
Y7
8. ln Yn
ln Y8
ln Y8
ln Y8
ln Y8
Y8
9. ln Yn
ln Y9
ln Y9
ln Y9
ln Y9
Y9
10. ln Yn
ln Y10
ln Y10
ln Y10
ln Y10
Y10

= -0,228 + 6,07
= 5,842
= 344,468
= aXn + b
= aX8 + b
= (-0,0114) 30 + 6,07
= -0,342 + 6,07
= 5,728
= 307,354
= aXn + b
= aX9 + b
= (-0,0114) 40 + 6,07
= -0,456 + 6,07
= 5,614
= 274,239
= aXn + b
= aX10 + b
= (-0,0114) 60 + 6,07
= -0,684 + 6,07
= 5,386
= 218,328

4.

5.

6.

7.

Jumlah Kuadran Deviasinya


= [ ln Y1 ( ax1 + b ) ]2 + [ ln Y2 ( ax2 + b ) ]2 + + [ ln Y10
( ax10 + b ) ]2

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

86
Laboratorium Pengujian Bahan
=

0,342918 + 0,000154 + 0,002288 + 0,004848 + 0,011196 +

0,027443 + 0,016622 + 0,001245 + 0,005276 + 0,088149


= 0,500139

5.5.2

Data Antar Kelompok


Suhu Sama Holding Beda
Tabel 5.4 Perlakuan 900oC Holding 15
Y1
X1
No
lnY1
(VHN) (mm)
1
545,5
2
6,301703
2
467,2
4
6,146757
3
385,4
6
5,954282
4
324,3
8
5,781669
5
301,7
10
5,709433
6
290,2
15
5,67057
7
264,5
20
5,577841
8
243,7
30
5,495938
9
229,8
40
5,437209
10
220,5
60
5,395898
Tabel 5.5 Perlakuan 900oC
X1
Y1
No
(mm
(VHN)
)
1
381
2
2
358,2
4
3
325,4
6
4
318,7
8
5
304,3
10
6
281,5
15
7
270,8
20
8
258
30
9
234,3
40
10
205,2
60

X12

X1 lnY1

4
16
36
64
100
225
400
900
1600
3600

12,60341
24,58703
35,72569
46,25335
57,09433
85,05856
111,5568
164,8781
217,4884
323,7539

lnY1

X12

X1 lnY1

5,942799
5,881091
5,785055
5,76425
5,718014
5,640132
5,601381
5,55296
5,456602
5,323985

4
16
36
64
100
225
400
900
1600
3600

11,8856
23,52437
34,71033
46,114
57,18014
84,60199
112,0276
166,5888
218,2641
319,4391

Holding 35

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

87
Laboratorium Pengujian Bahan

Tabel 5.6 Perlakuan 900oC Holding 55


Y1
X1
No
lnY1
X12
(VHN) (mm)
1
759,6
2
6,632792
4
2
408,3
4
6,012002
16
3
385,2
6
5,953763
36
4
368,4
8
5,909169
64
5
347,3
10
5,850189
100
6
309
15
5,733341
225
7
302,8
20
5,713073
400
8
296,7
30
5,692722
900
9
294,9
40
5,686636
1600
10 293,8
60
5,682899
3600
Tabel 5.7 Perlakuan 900oC Holding 75
X1
Y1
No
(mm
lnY1
X12
(VHN)
)
1
405,9
2
6,006107
4
2
333,4
4
5,809343
16
3
283,8
6
5,64827
36
4
258
8
5,55296
64
5
218,7
10
5,387701
100
6
212,2
15
5,357529
225
7
206,9
20
5,332236
400
8
198,6
30
5,291293
900
9
182,4
40
5,206202
1600
10
175,2
60
5,165928
3600

Tabel 5.8 Perlakuan 900oC Holding 95


Y1
X1
No
lnY1
(VHN) (mm)
1
362,3
2
5,892473
2
328,7
4
5,795145

X1 lnY1
13,26558
24,04801
35,72258
47,27335
58,50189
86,00012
114,2615
170,7816
227,4655
340,974

X1 lnY1
12,01221
23,23737
33,88962
44,42368
53,87701
80,36294
106,6447
158,7388
208,2481
309,9557

X12

X1 lnY1

4
16

11,78495
23,18058

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

88
Laboratorium Pengujian Bahan
3
4
5
6
7
8
9
10

301,2
298,2
275,3
256,8
242,7
237,6
232,8
229,5

6
8
10
15
20
30
40
60

5,707774
5,697764
5,617861
5,548298
5,491826
5,470589
5,45018
5,435903

Suhu beda Holding sama


Tabel 5.9 Perlakuan 800oC Holding 55
Y1
X1
No
lnY1
(VHN) (mm)
1
545,5
2
6,301703
2
467,2
4
6,146757
3
385,4
6
5,954282
4
324,3
8
5,781669
5
301,7
10
5,709433
6
290,2
15
5,67057
7
264,5
20
5,577841
8
243,7
30
5,495938
9
229,8
40
5,437209
10
220,5
60
5,395898

Tabel 5.10 Perlakuan 850oC Holding 55


Y1
X1
No
lnY1
(VHN) (mm)
1

765,7

459,8

327,1

324,9

322

10

300,4

15

6,64079
6,13079
2
5,79026
6
5,78351
7
5,77455
2
5,70511

36
64
100
225
400
900
1600
3600

34,24665
45,58212
56,17861
83,22446
109,8365
164,1177
218,0072
326,1542

X12

X1 lnY1

4
16
36
64
100
225
400
900
1600
3600

12,60341
24,58703
35,72569
46,25335
57,09433
85,05856
111,5568
164,8781
217,4884
323,7539

X12
4
16
36
64
100
225

X1 lnY1
13,2815
8
24,5231
7
34,7416
46,2681
4
57,7455
2
85,5767

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

89
Laboratorium Pengujian Bahan
7

278,3

20

5
5,6287

400

270,9

30

5,60175

900

261,6

40

10

245,3

60

5,56681

1600

7
5,50248

3600

2
112,574
168,052
5
222,672
7
330,148
9

Tabel 5.11 Perlakuan 900oC Holding 55


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Y1

X1

(VHN) (mm)
759,6
2
408,3
4
385,2
6
368,4
8
347,3
10
309
15
302,8
20
296,7
30
294,9
40
293,8
60

lnY1

X12

X1 lnY1

6,632792
6,012002
5,953763
5,909169
5,850189
5,733341
5,713073
5,692722
5,686636
5,682899

4
16
36
64
100
225
400
900
1600
3600

13,26558
24,04801
35,72258
47,27335
58,50189
86,00012
114,2615
170,7816
227,4655
340,974

Tabel 5.12 Perlakuan 950oC Holding 55


X1
Y1
No
(mm
lnY1
X12
(VHN)
)
1
323,7
2
5,779817
4
2
311,6
4
5,74172
16
3
293,3
6
5,681196
36
4
289,4
8
5,66781
64
5
274,3
10
5,614222
100
6
258,7
15
5,555669
225
7
241,8
20
5,488111
400
8
237,6
30
5,470589
900
9
218,6
40
5,387244
1600
10
208,7
60
5,340898
3600

X1 lnY1
11,55963
22,96688
34,08718
45,34248
56,14222
83,33504
109,7622
164,1177
215,4897
320,4539

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

90
Laboratorium Pengujian Bahan

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

91
Laboratorium Pengujian Bahan

Grafik 5.1 Hubungan Antara Jarak Penyemprotan dengan Kekerasan pada Suhu 900oC holding 55 Menit dan Tanpa
Perlakuan

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

92
Laboratorium Pengujian Bahan
a. Pembahasan data kelompok dengan tanpa perlakuan
Grafik di atas adalah grafik hubungan antara jarak penyemprotan
dengan kekerasan pada suhu 900oC holding 55 menit dan tanpa perlakuan.
Dimana yang berwarna biru adalah data jarak penyemprotan dengan
kekerasan pada suhu 900oC holding 55 menit sedangkan yang berwarna
merah data jarak penyemprotan dengan tanpa perlakuan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampukerasan antara lain:


Kadar karbon = Semakin banyak kandungan karbon dalam material

tersebut, maka semakin keras juga material tersebut


Unsur Paduan = Unsur yang meningkatkan kemampukerasan baja seperti

Mn, Si, dan Cr


Ukuran Butir = Semakin besar ukuran butir maka tingkat kemampukerasan

suatu logam semakin rendah.


Suhu Pemanasan = Kemampuan keras lebih tinggi jika pemanasan

dilakukan sampai suhu austenite


Waktu Holding = Semakin lama waktu holding semakin meningkatkan

kemampukerasan
Homogenitas = Jika strukturnya homogen semakin tinggi sifat

kemampukerasan
Kecepatan Pendinginan = Setelah logam dipanaskan, lalu didinginkan

secara cepat maka logam tersebut menjadi semakin keras


Konduktivitas Thermal = Semakin besar konduktivitas thermal suatu

material, maka akan meningkatkan sifat kemampukerasannya.


Viskositas Media Pendingin = semakin tinggi tingkat viskositas media
pendinginannya semakin tinggi sifat kemampukerasannya
Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa dalam landasan teori

terbukti, dimana semakin besar suhu yang dipanaskan berpengaruh terhadap


sifat kemampukerasan. Dan untuk bagian ujung yang terkena pendinginan
pertama kali memiliki kekerasan yang paling besar dan bagian yang paling
ujung yang tidak terkena langsung pendinginan paling kecil.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

93
Laboratorium Pengujian Bahan

Grafik 5.2 Hubungan Antara Jarak Penyemprotan dengan Kekerasan pada Suhu 900oC dan Holding Variasi

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

94
Laboratorium Pengujian Bahan
b. Data Antar Kelompok dengan Suhu Sama, Holding Beda
Grafik di atas adalah grafik hubungan antara jarak penyemprotan
dengan kekerasan pada suhu 900oC dengan holding variasi. Dimana yang
berwarna biru adalah data suhu 900oC holding 15 menit, berwarna merah
data suhu 900oC holding 35 menit, bewarna hijau data suhu 900oC holding
55 menit, bewarna ungu data suhu 900oC holding 75 menit, dan bewarna
oranye data suhu 900oC holding 95 menit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampukerasan adalah


Kadar karbon = Semakin banyak kandungan karbon dalam material

tersebut, maka semakin keras juga material tersebut


Unsur Paduan = Unsur yang meningkatkan kemampukerasan baja seperti

Mn, Si, dan Cr


Ukuran Butir

kemampukerasan suatu logam semakin rendah.


Suhu Pemanasan = Kemampuan keras lebih tinggi jika pemanasan

dilakukan sampai suhu austenite


Waktu Holding = Semakin lama waktu holding semakin meningkatkan

kemampukerasan
Homogenitas = Jika strukturnya homogen semakin tinggi sifat

kemampukerasan
Kecepatan Pendinginan = Setelah logam dipanaskan, lalu didinginkan

secara cepat maka logam tersebut menjadi semakin keras


Konduktivitas Thermal = Semakin besar konduktivitas thermal suatu

material, maka akan meningkatkan sifat kemampukerasannya.


Viskositas Media Pendingin = semakin tinggi tingkat viskositas media

Semakin

besar

ukuran

butir

maka

tingkat

pendinginannya semakin tinggi sifat kemampukerasannya


Berdasarkan data grafik untuk spesimen yang memiliki sifat
kemampukerasan dari segi distribusi kekerasan diujung spesimen dari yang
paling tinggi ke rendah dengan perlakuan quenching.
1. Suhu pemanasan 900oC 55 menit
2. Suhu pemanasan 900oC 15 menit
3. Suhu pemanasan 900oC 75 menit
4. Suhu pemanasan 900oC 35 menit
5. Suhu pemanasan 900oC 95 menit
Sehingga dari urutann di atas,spesimen dengan perlakuan panas
900oC holding 55 menit memiliki kekerasan yang lebih tinggi daripada
spesimen yang lainnya. Hal ini tidak sesuai dengan dasar teori yang
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

95
Laboratorium Pengujian Bahan
menyatakan semakin lama waktu holding, maka akan meningkatkan sifat
kemampukerasan. Itu bisa saja disebabkan pada saat spesimen didinginkan
dengan bejana pendingin debit air yang disempotkan lebih banyak dan keras
dibanding dengan spesimen lainnya.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

96
Laboratorium Pengujian Bahan

Grafik 5.3 Hubungan Antara Jarak Penyemprotan dengan Kekerasan pada Suhu Variasi dan Holding 55 Menit

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

97
Laboratorium Pengujian Bahan

c. Data Antar Kelompok Suhu Beda, Holding Sama


Grafik di atas adalah grafik hubungan antara jarak penyemprotan
dengan kekerasan pada suhu variasi dengan holding sama. Dimana yang
berwarna merah adalah data suhu 800oC holding 55 menit, berwarna biru
data suhu 850oC holding 55 menit, bewarna hijau data suhu 900 oC
holding 55 menit dan bewarna oranye data suhu 950oC holding 55 menit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampukerasan adalah


Kadar karbon = Semakin banyak kandungan karbon dalam material

tersebut, maka semakin keras juga material tersebut


Unsur Paduan = Unsur yang meningkatkan kemampukerasan baja

seperti Mn, Si, dan Cr


Ukuran Butir = Semakin besar ukuran butir maka tingkat

kemampukerasan suatu logam semakin rendah.


Suhu Pemanasan = Kemampuan keras lebih tinggi jika pemanasan

dilakukan sampai suhu austenite


Waktu Holding = Semakin

meningkatkan kemampukerasan
Homogenitas = Jika strukturnya homogen semakin tinggi sifat

kemampukerasan
Kecepatan Pendinginan = Setelah logam dipanaskan, lalu didinginkan

secara cepat maka logam tersebut menjadi semakin keras


Konduktivitas Thermal = Semakin besar konduktivitas thermal suatu

material, maka akan meningkatkan sifat kemampukerasannya.


Viskositas Media Pendingin = semakin tinggi tingkat viskositas media

lama

waktu

holding

semakin

pendinginannya semakin tinggi sifat kemampukerasannya.


Berdasarkan data grafik untuk spesimen yang memiliki sifat
kemampukerasan dari segi distribusi kekerasan diujung spesimen dari
yang paling tinggi ke rendah dengan perlakuan quenching.
1.
2.
3.
4.

Suhu pemanasan 800oC 55 menit


Suhu pemanasan 850oC 55 menit
Suhu pemanasan 900oC 55 menit
Suhu pemanasan 950oC 55 menit
Sehingga dari urutan di atas, spesimen dengan perlakuan panas

950oC holding 55 menit memiliki kekerasan yang paling rendah daripada


spesimen lainnya. Hal ini tidak sesuai dengan dasar teori yang

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

98
Laboratorium Pengujian Bahan
menyatakan

semakin

besar

suhu

pemanasan,

maka

sifat

kemampukerasannya semakin tinggi. Kemungkinan disebabkan pada saat


[perlakuan panas fase austenite yang terbentuk lebih banyak dan
homogenitas ukuran butir yang kecil lebih tinggi. Sehingga pada saat
pendingan fase martensite yang terbentuk lebih banyak dan untuk
spesimen dengan suhu 950oC holding 55 menit mengalami pendinginan
yang tidak sempurna. Sehingga fase austenite sedikit dan martensite
sedikit pula.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

99
Laboratorium Pengujian Bahan
5.7
5.7.1

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
1 Dari hasil pengujian kemampukerasan dengan berbagai data suhu sama
holding beda terdapat grafik yang menyimpang dari urutan yang tertinggi ke
terendah adalah jarak penyemprotan dengan kekerasan pada suhu 900oC
holding 55 menit, suhu 900oC holding 15 menit, suhu 900oC holding 75
menit, suhu 900oC holding 35 menit, dan suhu 900oC holding 95 menit.
Padahal menurut dasar teori dan hipotesa, jika semakin lama holding time,
maka urutandari tertinggi ke tereandah adalah suhu 900oC holding 95 menit,
suhu 900oC holding 75 menit, suhu 900oC holding 55 menit, suhu 900oC
2.

holding 35 menit, dan suhu 900oC holding 15 menit


Spesimen yang mendapatkan perlakuan panas mempunyai nilai kekerasan
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan spesimen yang tanpa perlakuan

panas
5.7.3 Saran
1 Sebaiknya praktikan sebelum asistensi mempelajari materi yang akan
diasistensikan
2. Sebaiknya asisten lebih meluangkan waktunya untuk asisteni
3. Sebaiknya laboratorium mengganti atau memeperbaiki barang yang sudah
rusak

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

100
Laboratorium Pengujian Bahan
BAB VI
PACK CARBURIZING
6.1 Tujuan Pengujian
1. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas pack carburizing terhadap sifat
mekanik permukaan material.
2. Untuk mengetahui pengaruh variasi temperatur terhadap kedalaman pengerasan.
3. Untuk mengetahui pengaruh variasi media pendingin terhadap kedalaman
pengerasan.
4. Untuk mengetahui proses pack carburizing.
6.2 Pack Carburizing
Pack Carburizing merupakan proses yang dilakukan untuk mengeraskan
permukaan suatu material dengan metode difusi atom karbon. Pada proses ini benda
kerja dimasukkan dalam kotak baja yang didalamnya telah dikelilingi bahan yang
mengandung karbon dan dicampur dengan katalis BaCO3. Kemudian dipanaskan
sehingga terjadi difusi atom karbon dari bahan pengarbonan kedalam spesimen.
Sehingga kandungan atom karbon dalam spesimen akan semakin tinggi dan
membuat permukaannya semakin keras.
6.3 Pelaksanaan Pengujian
6.3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
Spesifikasi Alat yang Digunakan
a. Alat
1. Kotak Baja
Digunakan sebagai wadah spesimen serta bahan pengarboan
ketika akan dipanaskan dalam dapur listrik.

Gambar 6.1: Kotak Baja


Sumber: Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT-UB
2. Dapur Listrik
Digunakan untuk memanaskan kotak baja agar spesimen
didalamnya mengalami difusi atom karbon dari bahan pengarbonan
masuk kedalam spesimen.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

101
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 6.2: Dapur Listrik


Sumber: Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT-UB
3. Mikrohardness Vikers Tester
Alat yang digunakan untuk menguji kekerasan dari spesimen hasil
perlakuan panas pack carburizing.

Gambar 6.3: Mikrohardness Vikers Tester


Sumber: Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT-UB

4. Alat Penimbang
Alat ini digunakan untuk mengukur massa dari bahan
pengarbonan dan katalis agar sesuai dengan takaran yang dibutuhkan
untuk pengujian.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

102
Laboratorium Pengujian Bahan

Gambar 6.4: Alat Penimbang


Sumber: Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT-UB
5. Sentrifugal Sand Paper
Alat yang digunakan untuk menghaluskan permukaan spesimen
uji agar tidak ada kerak, karat ataupun kotoran yang menempel pada
permukaannya.

Gambar 6.5: Sentrifugal Sand Paper


Sumber: Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Mesin FT-UB
b. Bahan
1. Baja Assab 760
2. Carbon ( Arang )
3. Barium Carbonat ( BaCO3 )
4. OLI
5. Air
6. Air Es
7. Air Garam

Komposisi Kimia Spesimen


Spesimen yang digunakan adalah baja assab 760 dengan komposisi:
1. Mangan (Mn) : 0,5%
2. Silikon (Si) : 0,25%
3. Karbon (C) : 0,5%
4. Besi (Fe) : 98,75%
Pergeseran Titik Eutectoid
Penambahan unsur paduan mangan dan silikon akan akan
mengakibatkan pergeseran titik eutectoid.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

103
Laboratorium Pengujian Bahan
Tabel 6.1 Komposisi Kimia Spesimen
Unsur Paduan
Mn
Si

Tc =

Komposisi
0,5
0,25

Suhu
725oC
730oC

% C Eutectoid
0,74%
0,72%

Tc x
(%C )

( 725 x 0,74 ) +( 730 x 0,72)


=
0,74+ 0,72
o
= 727,43 C
Tc x
(%C )
%C =
Tc

( 725 x 0,74 ) +( 730 x 0,72)


=
725+730
= 0,729%

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

104
Laboratorium Pengujian Bahan

Keterangan: E = Garis titik Eutectoid


E = Garis Pergeseran Titik Eutectoid
Gambar 6.6: Pergeseran Titik Eutectoid

Bentuk dan Dimensi Spesimen

Keterangan: Skala = 1:1


Satuan = mm
Gambar 6.7: Bentuk dan Dimensi Spesimen

6.3.2 Prosedur Pengujian


1. Siapkan kotak baja dan bersihkan dari terak-terak yang masih menempel.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

105
Laboratorium Pengujian Bahan
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Siapkan arang, BaCO3, serta alat penimbang.


Bersihkan benda uji dari terak atau kotoran yang masih menempel.
Timbang arang dan BaCO3 sesuai dengan komposisi yang ditentukan.
Campurkan arang dan BaCO3 yang telah ditimbang.
Masukkan benda uji kedalam kotak baja.
Setelah semua bahan dimasukkan kedalam kotak baja, masukkan kotak baja

kedalam dapur listrik dan dilakukan pemanasan serta holding.


8. Setelah pemanasan selesai, dilakukan pendinginan dengan media pendingin.
9. Dilakukan pengujian kekerasan pada permukaan benda uji yang telah
dihaluskan sebelumnya menggunakan sentrifugal sand paper ataupun kertas
gosok.
10. Lakukan pengujian kekerasan pada permukaan benda uji yang telah dipotong
dan diambil 5 titik percobaan.
6.4 Hipotesa
1. Perlakuan panas pack carburizing mempengaruhi sifat mekanik permukaan
material.
2. Variasi suhu mempengaruhi kekerasan spesimen karena suhu yang tinggi
berfungsi sebagai aktivator yang dapat merenggangkan ikatan atom pada
spesimen sehingga atom dari arang akan mudah masuk mengisi celah-celah
kosong diantara butiran atom spesimen.
3. Variasi media pendingin mempengaruhi kekerasan spesimen karena semakin
cepat waktu pendinginan, semakin banyak struktur martensit yang terbentuk
sehingga kekerasannya pun meningkat.
4. Holding Time berpengaruh terhadap kedalaman pengerasan dimana semakin
lama holding time diberikan maka kekerasannya akan semakin dalam.

6.5 Pengolahan Data


6.5.1 Data Kelompok
Tabel 6.2 Data Spesimen Suhu 950oC Holding 60' Media PendinginOli
Jarak dari tepi
Titik
Kekerasan (VHN) Rata-rata
(m)
850,2
1
500
850
850,2
850,4
2
1000
832,4
832,4

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

106
Laboratorium Pengujian Bahan

1500

2000

2500

831,3
833,4
711,5
712,2
710,5
672,1
672
672,1
626,3
627,7
625,9

Tabel 6.3 Data Tanpa Perlakuan


Jarak dari tepi
Titik
Kekerasan (VHN)
(m)
1
500
240,4
2
1000
240,4
3
1500
240,4
4
2000
240,4
5
2500
240,4

711,4

672,1

626,6

Rata-rata
240,4
240,4
240,4
240,4
240,4

6.5.2 Data Antar Kelompok


Suhu Berbeda Media Pendingin Sama
Tabel 6.4 Data Spesimen Suhu 800oC Holding 60' Oli
Jarak dari tepi
Titik
Kekerasan (VHN) Rata-rata
(m)
680,1
1
500
680,7
680,4
680,4
592,4
2
1000
593,2
592,8
592,7
532,6
3
1500
532,6
532,4
532
4
2000
488,6
488,1
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

107
Laboratorium Pengujian Bahan

2500

488
487,8
457,9
457,9
457,9

457,9

Tabel 6.5 Data Spesimen Suhu 850oC Holding 60' Oli


Jarak dari tepi
Titik
Kekerasan (VHN)
Rata-rata
(m)
724,4
1
500
724,1
724,4
724,6
673,5
2
1000
673,5
673,3
673
609,9
3
1500
608,9
609,7
610,3
568,6
4
2000
568,7
568,6
568,6
502,4
5
2500
502,2
502,3
502,4

Tabel 6.6 Data Spesimen Suhu 900oC Holding 60' Oli


Jarak dari tepi
Titik
Kekerasan (VHN)
Rata-rata
(m)
741,7
1
500
741,5
741,7
741,9
722,3
2
1000
722
722,3
722,6
686,3
3
1500
685,3
686,3
687,3
631,4
4
2000
633,6
631,6
629,8
609,9
5
2500
609,9
609,8
609,7
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

108
Laboratorium Pengujian Bahan
Tabel 6.7 Data Spesimen Suhu 950oC Holding 60' Oli
Jarak dari tepi
Titik
Kekerasan (VHN)
Rata-rata
(m)
850,2
1
500
850
850,2
850,4
832,4
2
1000
831,3
832,4
833,4
711,5
3
1500
712,2
711,4
710,5
672,1
4
2000
672
672,1
672,1
626,3
5
2500
627,7
626,6
625,9

Suhu Sama Media Pendingin Berbeda


Tabel 6.8 Data Spesimen Suhu 950oC Holding 60' Oli
Jarak dari tepi
Titik
Kekerasan (VHN)
Rata-rata
(m)
850,2
1
500
850
850,2
850,4
832,4
2
1000
831,3
832,4
833,4
711,5
3
1500
712,2
711,4
710,5
672,1
4
2000
672
672,1
672,1
5
2500
626,6
626,3
627,7
Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

109
Laboratorium Pengujian Bahan
625,9
Tabel 6.9 Data Spesimen Suhu 950oC Holding 60' Air Garam
Jarak dari tepi
Titik
Kekerasan (VHN)
Rata-rata
(m)
772,3
1
500
771,3
771,5
770,9
656,1
2
1000
656,2
656,5
657,1
611,7
3
1500
611,6
611,6
611,6
588,6
4
2000
588,6
588,8
589,1
580,4
5
2500
580,3
580,4
580,4

Tabel 6.10 Data Spesimen Suhu 950oC Holding 60'


Jarak dari tepi
Titik
Kekerasan (VHN)
(m)
1052,7
1
500
1050,3
1054,9
1010,6
2
1000
1010,6
1010,5
920,8
3
1500
921,3
918,9
862,4
4
2000
862,2
862,4
772,9
5
2500
772,7
772,5

Air
Rata-rata
1052,6

1010,6

920,3

862,3

772,7

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

110
Laboratorium Pengujian Bahan
Tabel 6.11 Data Spesimen Suhu 950oC Holding 60' Air Es
Jarak dari tepi
Titik
Kekerasan (VHN)
Rata-rata
(m)
1186,6
1
500
1186,9
1186,8
1186,8
965,1
2
1000
965
965,3
965,7
963,2
3
1500
963,8
963,6
963,7
953,3
4
2000
953,2
953,3
953,3
946,1
5
2500
946
946,1
946,1

Tabel 6.12 Data Spesimen Suhu 950oC Holding 60' Udara


Jarak dari tepi
Titik
Kekerasan (VHN)
Rata-rata
(m)
615,3
1
500
615,1
615,2
615,3
562,4
2
1000
562,5
562,3
561,9
492,1
3
1500
492,1
492,1
492
433,7
4
2000
433
433,4
433,6
392,1
5
2500
392,7
392,4
392,5

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

111
Laboratorium Pengujian Bahan

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

112
Laboratorium Pengujian Bahan

Grafik 6.1: Perbandingan Kekerasan Spesimen Tanpa Perlakuan dengan Spesimen Pack Ca
Media Pendingin Oli Holding Time 60

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

113
Laboratorium Pengujian Bahan
6.6 Pembahasan
6.6.1 Data Kelompok
Dari grafik perbandingan kekerasan spesimen tanpa perlakuan dengan
spesimen pack carburizing suhu 950oC media pendingin oli holding time 60 menit
terlihat memiliki kekerasan yang berbeda. Nilai kekerasan pada spesimen tanpa
perlakuan adalah sama disetiap titik yakni sebesar 240,4 VHN. Hal ini disebabkan
karena spesimen tanpa perlakuan memiliki homogenitas yang tinggi daripada
spesimen dengan pack carburizing. Sedangkan pada spesimen pack carburizing
950oC memiliki tingkat kekerasan yang lebih tinggi dari pada spesimen tanpa
perlakuan dan kekerasannya cenderung menurun dari tepi ke tengah spesimen.
Hal ini terjadi karena adanya penambahan atom karbon dari arang yang berdifusi
kedalam spesimen.
Secara berturut-turut nilai kekerasan spesimen pack carburizing dari tepi
sebesar 850,2 VHN; 832,4 VHN; 711,4 VHN; 672,1 VHN dan 626,6 VHN. Ini
menunjukkan bahwa bagian yang paling tepi adalah yang paling keras karena
pada bagian itu adalah awal titik masuknya atom karbon yang berdifusi dari arang
ke spesimen. Pemanasan dengan suhu 950 oC membuat ikatan atom pada spesimen
merenggang sehingga atom karbon dari arang dapat dengan mudah masuk ke
spesimen. Holding time selama 60 menit akan menahan renggangan ikatan atom
selama beberapa waktu sehingga akan membuat atom karbon masuk semakin
kedalam. Hal inilah yang membuat kekerasan dibagian tepi lebih tinggi dan
semakin ke tengah cenderung menurun kekerasannya.
Pada spesimen dengan suhu 950oC kekerasanya memang lebih tinggi
daripada spesimen tanpa perlakuan namun kekerasannya masih kurang baik, ini
terlihat dari grafiknya yang nampak curam atau cenderung menurun daripada
grafik pada spesimen tanpa perlakuan. Hal ini dapat disebabkan karena distribusi
karbon pada spesimen dengan suhu 950oC kurang merata sehingga kekerasannya
jauh berbeda disetiap titik pengujian.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

114
Laboratorium Pengujian Bahan

Grafik 6.2 Perbandingan Kekerasan Spesimen Pack Carburizing Suhu Berbeda Media Pendingin OLI Holding Time
60

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

115
Laboratorium Pengujian Bahan
B. Data Antar Kelompok
a. Suhu Berbeda Media Pendingin Sama
Dari grafik perbandingan kekerasan spesimen pack carburizing dengan
suhu berbeda dan media pendingin serta holding time yang sama terlihat
perbedaan kekerasan disetiap titiknya. Dan disetiap perlakuan, semakin dalam
jarak pengujian dari tepi spesimen semakin menurun tingkat kekerasannya.
Tingkat kekerasan tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah spesimen
pack carburizing dengan perlakuan suhu 950oC, 900oC, 850oC dan 800oC.
Hal ini menunjukkan tingkat kekerasan tertinggi pada suhu 950 oC dan
terendah pada suhu 800oC. Ini sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi suhu
maka kekerasan yang dihasilkan akan semakin tinggi. Karena suhu merupakan
energi aktivasi yang membuat struktur ikatan atom FCC pada austenite
merenggang sehingga atom karbon dari arang dapat dengan mudah berdifusi
masuk kedalam spesimen. Semakin tinggi suhu maka akan semakin banyak
atom karbon yang masuk ke spesimen dan membuat kekerasan spesimen
semakin tinggi.
Pada spesimen dengan suhu 900oC kekerasannya nampak lebih baik, ini
terlihat dari grafiknya yang lebih landai daripada grafik pada perlakuan lain.
Hal ini dapat disebabkan karena distribusi karbon pada spesimen dengan suhu
900oC lebih merata sehingga kekerasannya tidak jauh berbeda disetiap titik
pengujian.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

116
Laboratorium Pengujian Bahan

Grafik 6.3: Perbandingan Kekerasan Spesimen Pack Carburizing Suhu 950o C Media Pendingin Berbeda Holding
Time 60

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

117
Laboratorium Pengujian Bahan
b. Suhu Sama Media Pendingin Berbeda
Dari grafik perbandingan kekerasan spesimen pack carburizing
dengan suhu 950oC holding time 60 dan media pendingin berbeda
menunjukkan perbedaan kekerasan disetiap titiknya. Terjadinya perbedaan
tingkat kekerasan ini berhubungan dengan kemampuan media pendingin
untuk mendinginkan spesimen dalam waktu tertentu. Kemampuan ini
bergantung dari temperatur, viskositas dan densitas media pendingin.
Tingkat kekerasan tertinggi sampai terendah berturut-turut adalah
spesimen pack carburizing dengan media pendingin air es, air, oli, air
garam dan udara. Spesimen yang didinginkan dengan air es memiliki
kekerasan yang tinggi karena temperaturnya lebih rendah daripada media
pendingin lainnya. Pada grafik dengan media pendingin air kekerasannya
berada dibawah grafik air es, itu karena temperatur air es lebih rendah,
sedangkan untuk viskositas dan densitas dari keduanya tidak jauh berbeda.
Pada posisi ketiga terjadi penyimpangan dimana harusnya grafik air garam
berada dibawah grafik air dan diatas grafik oli karena densitasnya lebih
rendah dan viskositasnya lebih tinggi dari oli. Ini seharusnya membuat laju
pendinginan pada media air garam lebih cepat.
Penyimpangan dapat terjadi karena dua hal. Pertama, kadar karbon
dalam spesimen pengujian dengan air garam lebih sedikit dikarenakan
pada saat proses penghalusan spesimen, permukaannya ikut terkikis
sehingga beberapa atom karbonnya hilang. Kedua, adanya penurunan
besarnya viskositas oli dikarenakan penggunaan oli secara terus menerus
sehingga viskositasnya berkurang. Pendinginan menggunakan udara
memiliki kekerasan yang paling rendah karena densitasnya kecil dan tidak
memiliki nilai viskositas.
Pada spesimen dengan media air garam kekerasannya nampak lebih
baik, ini terlihat dari grafiknya yang lebih landai daripada grafik pada
perlakuan lain. Hal ini dapat disebabkan karena distribusi karbon pada
spesimen dengan media air garam lebih merata sehingga kekerasannya
tidak jauh berbeda disetiap titik pengujian.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

118
Laboratorium Pengujian Bahan
6.7 Kesimpulan dan Saran
6.7.1 Kesimpulan
1. Perlakuan panas pack carburizing mempengaruhi sifat mekanik permukaan
material dimana akan menyebabkan material bertambah kekerasannya.
2. Proses pack carburizing dipengaruhi oleh suhu, dimana semakin tinggi suhu
kekerasannya juga semakin meningkat.
3. Proses pack carburizing dipengaruhi oleh media pendingin, dimana semakin
cepat waktu pendinginan maka kekerasannya akan semakin tinggi.
4. Lamanya waktu penahanan (holding time) berpengaruh terhadap kedalaman
pengerasan dimana semakin lama holding time diberikan maka kekerasannya
akan semakin dalam.
6.7.2 Saran
1. Dalam praktikum perlu ditunjukkan secara langsung bagaimana proses pack
carburizing dilakukan.
2. Perlu dibuat jadwal asistensi yang tetap agar pelaksanaan praktikum dapat
lebih lancar.
3. Masih ada beberapa barang yang kurang tertata rapi rapi dan kebersihan
laboratorium hendaknya selalu dijaga baik oleh asisten praktikum maupun
praktikan.

Laporan Praktikum Uji Material Semester Ganjil 2013/2014

You might also like