Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Alamat
Diagnosis
: Ny. Ym
: 34 tahun
: Perempuan
: Ibu Rumah Tangga
: Jakarta pusat
: G2P1A0 hamil aterm dengan bekas SC
9. Riwayat Operasi
:
Op SC pada tahun 2012
10. Khusus Pasien Wanita :
Hamil (+), menyususi (-)
11. Keadaan Umum Pasien :
Composmentis
12. Observasi Tanda Vital :
a. Tekanan darah : 110/70
b. Nadi : 80 x/mnt
c. RR : 20x/mnt
d. Berat Badan : 65 kg
13. Pemeriksaan Fisik :
Gigi goyang (-), obesitas (-), ortopneu (-), tanda-tanda dekompensasi kordis berat (-),
gangguang mobilisasi leher (-), skoliosis berat (-), gangguan respirasi (-), malampati (II)
14. Hasil Laboratorium :
Hemoglobin 9, 2 mg/dl
:2
2. Diagnosis Pra-Bedah
3. Diagnosis PascaBedah
: P2A0
4. JenisPembedahan
: SeksioSesaria
5. JenisAnestesia
6. Premedikasi
:-
PERSIAPAN OPERASI
1. Puasa 6-8 jam
2. Saat di ruang persiapan, pasien di infus dg RA
3. Pasien dibawa ke ruang operasi
4. Pasien diposisikan terlentang di meja operasi
2
TEKANAN DARAH
110/80 mmHg
NADI
70 x/mnt
SpO2
100
MEDIKASI
1. Decain 10,5 mg
2. Fentanyl 0,025 mg
15.15
120/80 mmHg
70 x/mnt
3. Catapres 0,03 mg
1. Methylergometrine
100
Maleate 0,4 mg
2. Sinto
(oxytocine)
10 IU
15.45
100/60 mmHg
60 x/mnt
100
16.15
16.20
110/70 mmHg
120/80 mmHg
65 x/mnt
70 x/mnt
100
100
3. Ondansetron 4 mg
1. Ephedrine 10 mg
2. RA
Ceftriaxone 200
1. As. Traneksamat 50
100
mg
2. Ketorolak 10 mg
Ket. Operasi selesai
16.30
120/80 mmHg
70 x/mnt
PASCA ANESTESIA
-
Jumlah cairan
Jumlah perdarahan
: 300 cc
Lama anestesia
:-
Lama pembedahan
: 1 jam 35 menit
Pasien dipindahkan ke RR
Nilai
Aldrette score
WK
RR
Score
C
KS
ACT
3
Pucat,
100%
(2)
SpO2 Nafas
dalam
(2)
110/70
Sadar
Gerak 4
mmHg
penuh
(2)
(2)
ext
(1)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANALGESIA SPINAL
Definisi
Analgesia spinal ialah pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid.
Anestesia spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang
subaraknoid. Teknik ini sedarhana, cukup efektif dan mudah dikerjakan.
Indikasi:
1. Bedah ekstremitas bawah
2. Bedah panggul
3. Bedah obstetri-ginekologi
4. Bedah urologi
5. Bedah abdomen bawah
6. Tindakan sekitar rektum-perineum
Kontra indikasi:
1. Absolut :
a. Pasien menolak
b. Infeksi pada tempat suntikan
c. Hipovolemia berat, syok
d. Koagulapati/ mdapat terapi antikoagulan
e. Tekanan intrakranial meningkat
f. Fasilitas resusitasi minim
g. Kurang pengalaman/ tanpa didampingi konsultan anestesia.
2. Relatif :
a. Infeksi sistemik (sepsis, bakteremia)
b. Infeksi sekitar tempat suntikan
c. Kelainan neurologis
d. Kelainan psikis
e. Bedah lama
f. Penyakit jantung
g. Hipovolemia ringan
h. Nyeri punggung kronis
Persiapan Analgesia spinal
1. Informed consent
2. Pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan tulang punggung dan lain-lainnya.
5
Peralatan monitor
Tekanan darah, nadi, pulse oximeter dan EKG.
Peralatan resusitasi/ anestesi umum
Jarum spinal, dengan ujung tajam (ujung bambu runcing = Quincke-Babcock) atau ujung
pensil (pencil point, whitecare)
atau L4-L5.
Tempat tusukan L2-L3; L3-L4; atau L4-L5.
Sterilkan tempat tusukan dengan alkohol atau povidone iodine.
Penyuntikan jarum spinal no.22, 23, atau 25 pada bidang median atau paramedian.
Mandrin dicabut dan diharapkan likuor menetes keluar.
Bila likuor tidak keluar tetapi yakin ujung jarum pada posisi benar, maka jarum diputar
90o.
10. Setelah likuor menetes, obat dimasukkan pelan-pekan (0,5ml/detik)
Peralatan Analgesia spinal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Hipotensi berat
Bradikardi
Hipoventilasi
Trauma pembuluh darah
Trauma saraf
Mual-muntah
Gangguang pendengaran
Blok spinal tinggi atau spinal total
2. FENTANIL (SUBLIMAZE)
Penggunaan : analgesia, anesthesia
a. Dosis spinal: bolus 5-20 ug (0,1-0,4 ug/Kg) (pada kasus 0,025mg)
b. Awitan aksi: epidural/spinal 4-10 menit
c. Efek puncak: epidural/spinal <30 menit
d. Lama aksi : epidural/spinal 1-2 jam
e. ES : hipotensi, bradikardi, depresi pernapasan, apne, pusing, mual, muntah
f. Farmakologi : merupakan zat sintetik sprit petidin dgn kekuatan 75-125 kali lebih
poten dibanding morfin. larut dalam lemak dan menembus sawar jaringan dengan
mudah. efek depresi napasnya lebih lama dibanding efek analgesinya.
premedikasi,pengobatan
keadaan
penarikan
DAFTAR PUSTAKA
9
Latief, SA. Petunjuk Praktis Anestesiologi, edisi kedua. 2001. Bagian Anestesiologi
10