You are on page 1of 3

Sejarah Kebangkrutan Yunani

Riwayat kebangkrutan Yunani sebenarnya bisa ditarik mulai terjadinya krisis keuangan di negeri itu
pada tahun 2008. Hal itu sangat bertolak belakang dengan prediksi yang dilakukan 2001 ketika
Yunani mulai bergabung dengan Uni Eropa dan mengganti mata uangnya dengan euro pada tahun
itu. Selain prediksi keadaan ekonomi yang akan terus tumbuh, diperkirakan juga akan diikuti oleh
ledakan ekonomi. Namun prediksi ini seketika berubah ketika krisis keuangan menerpa tahun 2008
itu.
Kala itu, semua negara di Eropa mengalami resesi, namun karena Yunani merupakan salah satu
negara yang paling miskin dengan hutang bertumpuk, negara itu yang paling menderita dan
merasakan dampaknya.
Dikutip dari Vox, jika saja Yunani tidak bergabung dengan euro, negara ini diperkirakan dapat
meningkatkan ekonomi dengan lebih banyak mencetak mata uangnya, drachma. Hal ini akan
menurunkan nilai drachma di pasar internasional, membuat ekspor lebih kompetitif Yunani.
Langkah ini juga diperkirakan akan menurunkan suku bunga domestik, mendorong investasi domestik
dan mempermudah Yunani melunasi hutang mereka.
Namun, Yunani memutuskan untuk berbagi kebijakan moneter dengan seluruh Eropa. Bank Sentral
Eropa yang didominasi Jerman meluncurkan kebijakan moneter Eropa yang tepat bagi Jerman,
namun di satu sisi memperburuk ekonomi Yunani.
Dilansir dari CNN Indonesia, Yunani memiliki beban utang yang sangat besar, mencapai 177 persen
dari produk domestik bruto, atau PDB, membuat negara ini sulit mengumpulkan uang yang
dibutuhkan untuk melakukan pembayaran utang.
Selama lima tahun terakhir, Yunani melakukan negosiasi dengan Komisi Eropa, Bank Sentral Eropa,
dan Dana Moneter Internasional terkait bantuan keuangan untuk mengatasi beban utang mereka.
Ketiga lembaga ini dikenal dengan sebutan troika. Sejak 2010, Troika memberikan pinjaman kepada
Yunani dengan syarat penaikan pajak dan pemotongan belanja.
Namun, Yunani tak juga mampu menyelamatkan kondisi finansialnya. Keadaan ini berujung pada
kegagalan Yunani untuk membayar utang sebesar US,7 miliar kepada Dana Moneter Internasional,
atau IMF, dengan tenggat waktu yang ditentukan, yaitu Selasa (30/6/2015), menjadikan Yunani
sebagai negara maju pertama yang gagal membayar utang dan hanya hidup dari uang pinjaman
untuk sementara waktu.
Dilaporkan CNN, sesaat sebelum dinyatakan default, atau gagal bayar utang, Yunani kembali
meminta dana talangan dari Eropa. Ini merupakan upaya di ujung keputusasaan, para pemimpin
keuangan Eropa berjanji akan mengadakan pertemuan untuk mempertimbangkannya.
Meski demikian, kecil kemungkinan dana talangan lainnya tersebut akan terjadi. Seorang pejabat
menyatakan kepada CNN, bahwa upaya penyelamatan itu kemungkinan besar memerlukan syarat
yang lebih ketat dari syarat yang telah diberikan Uni Eropa dan ditolak oleh Yunani, yaitu
pengurangan dana pensiun dan peningkatan pajak.

Akibat krisis Yunani, terdapat penurunan tajam di pasar keuangan global pada Senin (29/6/2015).
Para investor disarankan untuk menunggu perkembangan lebih lanjut dari krisis ini. Namun pada
Selasa (30/6/2015), pasar keuangan kembali telah kembali stabil.
Sebagian besar utang Yunani berasal bukan dari bank swasta, melainkan dari lembaga besar Eropa
dan negara-negara zona euro lainnya. Hal ini dilakukan agar jika Yunani gagal membayarnya, sistem
finansial dunia tidak terlalu terguncang.
Selain kepada IMF, Yunani juga memiliki tenggat pembayaran utang besar lainnya kepada Bank
Sentral Eropa pada 20 Juli mendatang.
Hingga kini, seluruh bank di Yunani masih ditutup untuk mencegah warga menarik semua uang
mereka di bank, karena bank-bank di Yunani tidak akan sanggup mengeluarkan begitu banyak uang
tunai. Penarikan harian di bank terbatas sampai 60 euro atau sekitar Rp887 ribu.
Dapat dikatakan, Yunani kini tengah mengalami masa depresi, dengan situasi perekonomian yang
jatuh sebanyak seperempatnya dalam beberapa tahun terakhir. Tingkat pengangguran di negara ini
pun melonjak menjadi di atas 25 persen.
Dampaknya bagi Indonesia
Meski bukan mitra dagang utama Indonesia, Kepala Ekonom Standard Chartered Bank Eric Sugandi
memperkirakan krisis utang Yunani secara tidak langsung akan turut menekan bursa saham dan nilai
tukar mata uang Indonesia.
Dampaknya ke kita itu indirect, secara psikologis berpengaruh terhadap financial, tuturnya kepada
CNN Indonesia, Rabu (1/7/2015).
Menurutnya, kejatuhan ekonomi Yunani akan mengganggu psikologis investor terhadap euro. Hal ini
akan membuat dolar Amerika Serikat semakin menguat terhadap seluruh mata uang di dunia, tak
terkecuali rupiah.
Kalau rupiah melemah, maka investor akan mengalami potential loss. Tapi ini hanya bersifat jangka
pendek, tuturnya.
Eric mengatakan krisis yang terjadi di Yunani sebenarnya sudah berlangsung lama. Menurutnya,
negara tersebut sejak awal belum siap untuk bergabung dengan komunitas ekonomi Eropa.
Jadi meskipun default, Yunani tidak serta merta terdepak dari Uni Eropa, tuturnya.
Dampak bagi dunia
Secara internasional, wacana mengenai ancaman bangkrutnya Yunani, memicu tumbuhnya rasa
tidak aman di pasar, yang kemudian terus memuncak. Ini reaksi wajar dari sebuah ramalan
kemungkinan bangkrut.
Menimbang skenario kebangkrutan Yunani, Menteri Ekonomi dan Teknologi Jerman Philipp Rsler
akhir pekan lalu melontarkan pertimbangannya, Untuk menstabilkan Euro, tidak boleh ada tabu
pemikiran. Termasuk konsekuensi terakhir berupa kebangkrutan terkendali, jika secepatnya tersedia
instrumen yang diperlukan untuk itu.

Reaksi pasar amat tegas. Kurs saham di seluruh Eropa merosot. Index saham gabungan Jerman
DAX, bahkan untuk sementara jatuh ke nilai terendah sejak dua tahun terakhir. Juga nilai tukar mata
uang Euro terhadap Dollar AS mengalami penurunan.
Pakar strategi pasar dari Monument Securitas di London, Marc Oswald, menuding politisi Jerman ikut
bertanggung jawab mengguncang situasi pasar, dengan perdebatan terbuka yang kasar mengenai
kemungkinan bangkutnya Yunani. Dan bahkan mengenai dikeluarkannya negara itu dari zona Euro.
Pasar bereaksi dengan menarik diri dan melindungi kapitalnya.
Pasar memang memerlukan perlindungan. Sebab, jika Yunani benar-benar bangkrut, uang yang
dipinjamkan ke negara ini, sebagian akan hangus. Negara-negara pengguna mata uang Euro telah
memberikan pinjaman atau menjamin kredit Yunani senilai milyaran Euro. Jika uang ini hangus,
artinya volume utang negara penggunan Euro juga akan meningkat secara sepadan. Demikian
dikatakan Stefan Homburg, pimpinan Institut Ilmu Ekonomi di Universitas Hannover.
Jika terjadi seperti ramalan, bahwa Yunani suatu saat mengatakan, tidak mampu lagi membayar
utangnya, maka tingkat utang Jerman akan naik, jauh melewati batasan utang, yang juga dapat
membahayakan bonafiditas Jerman, tambah Stefan Homburg.
Jika itu terjadi, sebagai konsekuensinya Jerman harus membayar bunga lebih tinggi bagi utang
barunya. Dampak lanjutannya, negara-negara yang sudah dilanda krisis keuangan, seperti Portugal,
Spanyol, Italia dan Irlandia, dengan cepat akan dilanda kesulitan, akibat naiknya tingkat suku bunga
pinjaman.
Di pasar keuangan, diduga akan muncul dua kemungkinan. Di satu sisi, kesiapan memberikan
pinjaman uang kepada negara-negara Euro yang lemah akan terus menurun. Dan di sisi lainnya,
akan muncul spekulasi, negara Euro mana yang akan menyusul Yunani. Artinya akan terjadi efek
domino.
Akibat bangkrutnya Yunani, banyak bank yang juga terancam bahaya. Memang beberapa bulan lalu,
sejumlah bank telah menjual surat utang Yunani kepada Bank Sentral Eropa. Tapi dalam beberapa
hari terakhir terlihat, bahwa saham perbankan di Jerman dan Perancis terus mengalami kerugian
besar.
Dalam situasi darurat, negara kembali harus melakukan intervensi, menolong perbankan dengan
uang pendapatan pajak. Pada akhirnya, mata uang Euro yang akan mendapat tekanan. Sebab Bank
Sentral Eropa saat ini ibaratnya sudah tertimbun gunung surat utang Yunani. Jika negara itu bangkrut,
surat utang itu tidak ada nilainya lagi. Juga nilai tukar Euro akan terus jatuh. Sejauh mana
kemerosotannya tidak dapat diramalkan. (Sumber: CNN Indonesia dan DW.com).

(diambildari:simomot.com/2015/07/06/riwayat-kebangkrutan-yunani-dan-dampaknya-bagi-indonesiadan-dunia/)

You might also like