Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
(22020112140107)
(22020112130051)
(22020112140020)
(22020112130032)
(22020112130053)
A 12. 1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013/2014
UNIT I
KONSEP BASIC LIFE SUPPORT
1. Apa bedanya istilah Life Support dan Basic Life Support?
2. Jelaskan tentang indikasi tindakan BLS!
3. Jelaskan tentang cara pengaktifan sistem SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu)!
4. Jelaskan tentang cara pengkajian primary & secondary survey (ABCDE)!
5. Jelaskan tentang jenis penanganan dalam tindakan BLS!
JAWABAN
1. Perbedaan Life Support dan Basic Life Support
a. Life Support
Life Support atau Bantuan Hidup adalah usaha yang dilakukan untuk
mempertahankan kehidupan pada saat penderita mengalami keadaan yang
mengancam nyawa.
b. Basic Life Support (BLS)
BLS adalah pertolongan pertama yang dapat digunakan untuk mencegah kematian
seseorang dalam keadaan gawat darurat (emergency) sampai datangnya bantuan
dan korban dikirim ke fasilitas medis terdekat tanpa menggunakan alat.
2. Indikasi tindakan BLS
a. Mati klinis
1) Bila henti napas, henti jantung
a) henti napas
- Tanda: tak ada gerakan dada & aliran udara pernapasan dari korban
- Pada awal henti napas, oksigen masih ada di sirkulasi otak, alat vital
-
kekurangan oksigen
Reversibel (bisa kembali) bila dilakukan bhd
2) Mati biologis
- Terjadi setelah 10 menit setelah henti napas, henti sirkulasi
- kerusakan sel otak mulai 4-6 menit setelah henti napas, henti sirkulasi
bhd memadai dapat menghindar dari kematian ( kecuali sudah
sampai saatnya)
3. Pengaktifan Sistem SPGDT ( Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu )
Sistem SPGDT ( Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu ) adalah sistem yang
terdiri dari unsur pelayanan pra rumah sakit, pelayanan di rumah sakit dan antar rumah sakit
yang berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life and limb saving
yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat umum dan petugas medis, pelayanan ambulans,
gawat dadrurat dan sistem komunikasi. SPGDT dibagi menjadi :
a. SPGDT-S (Sehari-Hari)
SPGDT-S adalah rangkaian upaya pelayanan gawat darurat yang saling terkait
yang dilaksanakan ditingkat Pra Rumah Sakit di Rumah Sakit antar Rumah
Sakit dan terjalin dalam suatu sistem. Bertujuan agar korban/pasien tetap hidup.
Meliputi berbagai rangkaian kegiatan sebagai berikut :
1. Pra Rumah Sakit
a) Diketahui adanya penderita gawat darurat oleh masyarakat
b) Penderita gawat darurat itu dilaporkan ke organisasi pelayanan penderita
gawat darurat untuk mendapatkan pertolongan medik
c) Pertolongan di tempat kejadian oleh anggota masyarakat awam atau awam
khusus (satpam, pramuka, polisi, dan lain-lain)
d) Pengangkutan penderita gawat darurat untuk pertolongan lanjutan dari
tempat kejadian ke rumah sakit (sistim pelayanan ambulan)
2. Dalam Rumah Sakit
a) Pertolongan di unit gawat darurat rumah sakit
b) Pertolongan di kamar bedah (jika diperlukan)
c) Pertolongan di ICU/ICCU
3. Antar Rumah Sakit
a. Rujukan ke rumah sakit lain (jika diperlukan)
b. Organisasi dan komunikasi
b. SPGDT-B (Bencana)
SPGDT-B adalah kerja sama antar unit pelayanan Pra Rumah Sakit dan Rumah
Sakit dalam bentuk pelayananan gawat darurat terpadu sebagai khususnya pada
terjadinya korban massal yg memerlukan peningkatan (eskalasi) kegiatan
pelayanan sehari-hari. Bertujuan umum untuk menyelamatkan korban sebanyak
banyaknya.
Tujuan Khusus :
1. Mencegah kematian dan cacat, hingga dapat hidup dan berfungsi kembali
dalam masyarakat sebagaimana mestinya.
2. Merujuk melalui sistem rujukan untuk memperoleh penanganan yang lebih
memadai.
3. Menanggulangi korban bencana.
Prinsip mencegah kematian dan kecacatan :
1. Kecepatan menemukan penderita.
2. Kecepatan meminta pertolongan.
Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan :
1. Ditempat kejadian.
2. Dalam perjalanan kepuskesmas atau rumah-sakit.
3. Pertolongan dipuskesmas atau rumah-sakit.
4. Pengkajian primary & secondary survey (ABCDE)
1) Primary survey (ABCDE)
a. Airway.
Tanda-tanda objebtif-sumbatan Airway
menurun.
Listen (dengar) adanya suara-suara abnormal. Pernapasan yang berbunyi
tekanan diastolik)
Jika aliran darah ke organ vital sudah dapat dipertahankan lagi, maka
timbullah hipotensi
Perdarahan yang tampak dari luar harus segera dihentikan dengan balut
leher.
c. Dada dan paru
Inspeksi. Dada diinspeksi terutama mengenai postur, bentuk dan
tactil vremitus
Perkusi. Perhatikan adanya hipersonor atau dull yang menunjukkan
udara (pneumotorak) atau cairan (hemotorak) yang terdapatb pada rongga
pleura.
Auskultasi. Berguna untuk mengkaji aliran udara melalui batang
tidak lecet
Pasang tourniquet antara luka dengan jantung, dengan cara menyimpul
berhenti
Setiap 10 15 menit tourniquet harus dilonggarkan dengan cara
paru, melakukan irigasi usus, aspirasi, kumbah lambung, irigasi usus, bedah pada
keracunan pencernaan, dan terapi obat yang dibutuhkan.
d. Transportasi
Menggunakan seluruh kemampuan tubuh sebagai alat untuk mengangkat,
memindahkan serta mencegah cidera pada korban kecelakaan.
Jenis jenis pemindahan darurat:
- Tarikan baju
- Tarikan selimut
- Tarikan bahu atau lengan
- Tarikan ala pemadam kebakaran
- Menggendong
- Memapah
- Membopong
- Piggy bag, dan lain-lain.
Peraturan dasar mengangkat korban:
- Rencanakan gerakan anda sebelum mengangkat korban
- Gerakan paha anda untuk mengangkat bukan punggung
- Usahakan posisi korban ketika diangkat sedekat mungkin dengan anda
- Gunakan tubuh anda sebagai satu kesatuan
Dalam keadaan darurat untuk penyelamatan nyawa seseorang atau pasien dan
tidak ada dokter di tempat kejadian, perawat dapat melakukan pelayanan
kesehatan diluar kewenangan ...
c. UU No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan Pasal 82 ayat (2) dan (3)
Pasal 82 ayat (2): ...pelayanan kesehatan meliputi pelayanan pada tanggap
darurat dan bencana.
Pasal 82 ayat (3): Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mencakup pelayanan kegawatdaruratan yang bertujuan untuk menyelamatkan
nyawa dan mencegah kecacatan lebih lanjut.
d. Pasal 232 UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Setiap orang yang mendengar, melihat, dan atau mengetahui terjadinya
kecelakaan lalu lintas wajib:
Memberikan pertolongan kepada korban kecelakaan lalu lintas
Melaporkan kecelakaan tersebut kepada kepolisian negara republik
indonesia dan/ atau
Memberikan keterangan kepada kepolisian negara republik indonesia
e. Pasal 531 UU No. 1 tahun 1946 (KUHP)
Barangsiapa menyaksikan sendiri ada orang didalam keadaan bahaya maut, lalai
memberikan atau mengadakan pertolongan padanya sedang pertolongan itu dapat
diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan menguatirkan, bahwa ia sendiri
atau orang lain akan kena bahaya, dihukum kurungan selama lamanya 3 bulan
atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-
SUMBER
Djoko, Widodo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta: Interna
Publishing
http://afristianismadraga.wordpress.com/2009/12/22/penanganan-cidera-perdarahan/
diakses tanggal 12 September 2013 pukul 17.30 WIB
http://keperawatansehat.blogspot.com/2013/03/bls-basic-life-suport_8.html diakses
tanggal 10 September 2013 pukul 19.21WIB
Novita Natalia. http://traumacenterindonesia.blogspot.com/2013/03/pemeriksaan-dantindakan-awal-pada.html diakses tanggal 11 September 2013 pukul 18.15 WIB
.