You are on page 1of 26

I;

PENDAHULUAN
Sholat merupakan kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan. Sholat
dikatakan lebih afdhol bila berjamaah atau kata lain tidak melakukannya dengan
sendiri karena banyak keutamaan yang diperoleh dengan berjamaah. Banyak orang
yang belum mengetahui kewajiban dan hak antara imam dan ma mum dalam sholat
berjamaah misalnya ma mum tidak boleh mendahului gerakan imam dan lain
sebagainya. Bukan hanya itu, kadang kita juga melakukan sholat tidak pada waktunya
( lihurmati wakti) semisal ketiduran atau yang lain, Allah memberikan alternatif bagi
kaum nya untuk mengqodho sholat tersebut.
Saat kita melakukan perjalanan jauh, kita masih diwajibkan untuk melakukan
sholat. Namun Allah memberikan rukhsan atau keringanan bagi musafir yang
melakukan perjalanan dengan jarak yang telah disyariatkan yaitu melakukan sholat
dengan di jama dan di qoshor. Sebagian orang tidak mengetahui bagaimana kaifiyah
melakukan sholat dengan dijama dan di qoshor. Oleh karena itu dalam makalah ini
kami membahas tentang sholat munfarid, berjamaah, dan cara mengqodho sholat serta
bagaimana tata cara sholat dengan dijama dan qoshor begitu juga persoalan-persoalan
fiqiyah yang berkaitan dengan semuanya.

II;
A;
B;
C;
D;
E;
F;

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Tata Cara Sholat Munfarid dan berjamaah?
Apa Saja Perpautan Bacaan dalam Sholat antara Makmum dan Imam?
Bagaimana Urutan Shof dalam Sholat Berjamaah?
Apa Pengertian dan Landasan Hukum Sholat Qodho, Jama dan Qoshor?
Bagaimana Tata Cara Sholat Qodho, Qoshor dan Jama?
Bagaimana Persoalan-Persoalan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Sholat?

III;
PEMBAHASAN
A; Tata Cara Sholat Munfarid dan Berjamaah
1; Shalat munfarid
a; Pengertian shalat munfarid
Shalat munfarid adalah shalat yang dilakukan dengan sendiri (tidak berjamaah).
b; Tata cara shalat munfarid

Tata cara shalat munfarid yaitu seperti shalat fardhu (wajib) di antaranya
adalah sebagai berikut:

Berdiri bagi yang mampu


Niat
Takbirotul ihram
Bersedekap
Membaca doa iftitah
Membaca surat al- fatihah dan surat al-Quran yang lain
Rukuk sambil membaca tasbih
Itidal
Sujud sambil membaca tasbih
Duduk antara dua sujud
Salam.

2; Shalat berjamaah
a; Pengertian dan hukum shalat berjamaah
Shalat berjamaah adalah shalat yang di kerjakan bersama-sama antara dua
orang atau lebih, seorang menjadi imam dan lainnya menjadi makmum. Hukum
shalat berjamaah adalah sunnah muakkad. 1
Legalitas syara shalat jamaah di tetapkan dalam al- Quran, sunnah, dan
kesepakatan ulama (ijma).
Allah SWT berfirman :
Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak
mendirikan shalat bersama-sama mereka, Maka hendaklah segolongan dari mereka
berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang
shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat), Maka hendaklah mereka
pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan
yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka denganmu,
dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. orang-orang kafir ingin
supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu
kamu dengan sekaligus. dan tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika
kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan
siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan azab yang menghinakan
bagi orang-orang kafir itu. (QS. An-Nisa (4):102)
Dan juga pada hadits yang di riwayatkan Ibnu Umar secara marfu:
1 Sayyid sabiq, Fikih Sunnah , (Bandung: PT Almaarif, 1976 ) hlm 126
2

Artinya:
Shalat jamaah lebih afdhal daripada shalat sendirian dengan tingkat keafdhalan 27
derajat.
b; Ukuran minimal terwujudnya jamaah.
Selain dalam shalat jumat, jamaah sudah terwujud dengan adanya seorang
imam dan makmum, meskipun makmum tersebut seorang wanita, budak,ataupun
anak kecil yang mumayyiz.
c; Ukuran minimal mendapatkan jamaah.
Keutamaan jamaah di dapatkan seseorang jika ia masih mendapati bagian jamaah
bersama imam sebelum salam. Sehingga, siapapun yang mendapatkan shalat sebelum
imam salam, meskipun hanya sekejap, maka ia telah mendapatkan keutaman
berjamaah dalam setiap shalat.
Hal ini dilihat dari sisi keutamaan. Adapun mendapatkan jamaah dari segi hukum
adalah dengan mendapatkan minimal satu rakaat dari shalat jamaah. Jadi, barangsiapa
yang mendapatkan ruku bersama dengan imam, maka ia mendapatkan rakaat shalat ,
dan ini berlaku di semua shalat .
Berbeda dengan ketentuan mendapatkan jamaah dalam shalat jumat (bagi
makmum yang tertinggal). Jika seseorang hanya mendapati satu rakaat shalat jumat,
maka ia harus menambah satu rakaat lagi, sedangkan orang yang tidak mendapatkan
ruku terakhir, maka ia harus shalat 4 rakaat.
d; Syarat- syarat berjamaah.
Syarat syarat berjamaah dapat di kategorikan menjadi dua, yaitu syarat yang
berhubungan dengan imam dan syarat-syaratyang berhubungan dengan makmum.
Bagian pertama, syarat-syarat yang berhubungan dengan imam.seorang iam
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Islam,karena itu adalah syarat utama dalam pendekatan diri seorang hamba
kepada Allah SWT.
Akil
Baligh
Laki-laki, jika yang menjadi makmum adalah laki-laki. Seorang wanita hanya
boleh menjadi imam bagi wanita, dan tidak boleh menjadi imam bagi laki-laki.
Imam haruslah oarang ynag mampu membaca al-Quran dengan baik.dengan
maksud , orang yang bacaannya tidak baik tidak boleh menjadi imam bagi
orang yang bacaannya baik.
Bagian kedua, yaitu syarat-syarat yang berhubungan dengan makmum,
antara lain adalah sebagai berikut:
Tidak boleh mendahului imam,
3

Mengetahui gerakan perpindahan imam, dengan melihat, mendengar,atau


mengikuti jamaah lain.
Mengikuti imam, dengan maksud bahwa gerakan makmum dalam shalat harus
setelah gerakan imam.
Makmum mengetahui status dan keadaan imam, apakah imamnya termasuk
orang yang muqim, (penduduk setempat)atau seorang musafir.
e; Posisi imam dan makmum
Menurut ketentuan syara, jika makmum seorang diri, maka ia berdiri di
samping kanan imam, merujuk pada hadits narasi Ibnu Abbas, ia bercerita: aku
pernah shalat bersama Nabi Muhammad SAW,lalu aku berdiri di samping kiri
beliau, maka beliau meraih rambut kuncirku dan menempatkanku di sebelah
kanannya.
Ini adalah pendapat kebanyakan ahli ilmu dan pendapat keempat imam
mazhab. Jika makmum berdiri di sisi kiri imam, maka shalatnya sah , hanya saja
hal itu melanggar keafdhalan, karena Nabi SAW memerintahkan Ibnu Abbas di
awal shalatnya dan tidak memerintahkan untuk mengulang takbiratul ihram.
Adapun jika makmum berjumlah dua ke atas, maka imam maju ke depan dan
orang yang makmum berdiri di belakangnya. Jika jamaah terdiri dari beberapa
orang laki-laki dewasa, anak-anak laki-laki, dan kaum perempuan, maka yang
berdiri di belakang imam adalah para lelaki dewasa, kemudian anak-anak lakilaki, baru kemudian kaum perempuan.2
B; Perpautan Bacaan dalam Sholat antara Makmum dan Imam
Didalam rumusan masalah ini akan di jelaskan tentang saling terkaitan nya
bacaan dan gerakan sholat antara makmum dan imam. Perpautan bacaan dan gerakan
shalat antara makmum dan imam disini berarti hubungan atau kaitan bacaan-bacaan
shalat yang di baca oleh seorang Imam dengan gerakan-gerakan sholat yang
dilakukan oleh imam tersebut yang kemudian diikuti oleh makmumnya. Dalam subbab ini memiliki hubungan dengan tata tertib dalam mendirikan jamaah yang
meliputi adab-adab seorang imam dan makmum sebelum, dalam, dan sesudah sholat.
Berikut tentang penjelasanya:
1; Adab-adab Imam Rawatib (Imam Yang Tetap)
a; Adab Sebelum Memasuki Shalat
Hendaklah imam membaguskan thaharahnya
2 Abdul Aziz Muhammad Azam & Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, FIQH IBADAH, (Jakarta: Amzah,2010)
hlm:257

Hendaklah imam datang di awal waktu ke masjid ( sesudah mendengar


suara adzan). Karena itu, seyogianya para imam mendirikkan rumah dekat
dengan masjid. Maka jika telah berkumpul hadlirin jamaah hendaklah
bersegera melaksanakan shalat. Jika belum ada hadlirin jamaah,
hendaklah ia menanti barang seketika.
Hendaklah imam melaksanakan keikhlasan yang sempurna terhadap para
makmumnya.
Janganlah imam terus saja bertakbir sesudah berdiri di mushalla, sebelum
ia melihat ke kanan kiri, memperhatikan shaf atau barisan.
Hendaklah imam- jika mamumnya seorang saja menyuruh mamumnya
berdiri di sebelelah kananya, jika dua orang maka menyuruh mamum
berdiri di belakanya. Diriwtkan oleh Muslim dan Abu Dawud dari Jabir,
bahwa Jabir bershalat bersama Nabi SAW. Maka Nabi menyuruhnya
berdiri disebelah kanan. Kemudian datang sahabat seorang lagi, lalu
berdirilah di sebelah kiri Nabi. Karena itu Nabi SAW memegang orang itu
dan menegakkan di belakangnya. Dan apabila datang seorang wanita
hendaklah dia berdiri sendiri di belakang jangan masuk ke dalam shaf.
b; Adab-Adab yang Harus Dilaksanakan Imam dalam Shalat
Hendaklah imam mengeraskan suaranya dikala membaca takbirotul ihram,
supaya para mamum mengetahui, bahwa imam telah memulai shalatnya.
Hendaklah imam berdiam agak lama sedikit sesudah bertakbiratul ihram
sebelum membaca Al-fatihah, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi,
supaya dapat selesai segala mamum memasuki shalatnya sebelum imam
membaca Al-fatihah dan supaya dapat mamum membaca zikir iftitah.
Hendaklah imam mengisrarkan taawudz dan basmallah.
Hendaklah imam, menjaharkan Al-fatihah, dan surat di rakaat yang
pertama dan kedua dari shalat jahar dan mensirkannya di rakaat yang lain,
serta memanjangkan surat di rakaat yang pertama dari pada surat di rakaat
yang ke dua.
Hendaklah imam mengerjakan rukun-rukun shalat dengan hati-hati dan
cermat serta perlahan-lahan, supaya para mamum juga dapat mengerjakan
rukun-rukun shalat dengan sempurna.
Hendaklah imam, meneladani benar-benar cara Nabi SAW.
Hendaklah imam. membaca Al-Fatihah di rakaat yang ke dua, setelah para
mamum tegak berdiri.
Hendaklah imam menanti di rukunya dan di tasyahud akhirnya, apabila
merasa ada orang yang hendak mengikutinya (yang ke 8 ini, menurut
pendapat sebagian ulama).
5

c; Adab-Adab Imam Sesudah Shalat


Hendaklah imam menghadap kiblat sesudah bersalaman sekedar membaca
tiga kali istighfar dan Allahuma antas salam wamingkas salam,
tabarakta, ya dzal jalali wal ikram dan sekedar membaca dzikir-dikir
yang dituntut membacanya.
Hendaklah imam, sesudah menunaikan yang tersebut ( jika tidak terus
bangun dan keluar) berpaling menghadap mamum dengan kanannya atau
dengan kirinya dan tetap menghadap mamumnya sekedar lama
bertasyahud atau sekedar lama menanti habis wanita ke luar, terkecuali
jika ada maksud untuk memberikan pelajaran-pelajaran atay nasehat untuk
para mamum.
Hendaklah imam setelah yang demikian bangun pergi ke luar atau
berpindah ke tempat lain untuk mengerjakan shalat sunnat.
CARA MENGGANTIKAN IMAM
Tata cara mengganti imam yang batal pada saat sholat berjamaah adalah
sebagai berikut, baik batalnya dalam keadaan berdiri, rukuk, sujud atau duduk:

Imam yang batal mundur ke belakang, tanpa membaca takbir agar


makmum tak menyangka imam telah meneruskan gerakannya.
Kemudian imam memberi isyarat kepada makmum untuk menggantinya
atau imam memagang salah seorang makmum dan mengisyaratkan untuk
maju dan menggantikan posisinya.
Lalu makmum yang mengganti imam tersebut maju menempati gerakan
imam dan melanjutkan sholat jama'ah.
Sedangkan orang yang paling didahulukan untuk menggantikan imam
yang batal ditengah sholat urutannya sebagai berikut:
Imam rotib (Imam yang memiliki jadwal dimusholla/masjid tersebut)
Makmum yang dipilih oleh imam
Makmum
yang
dipilih
oleh
para
makmum
lainnya.
Ketentuan-ketentuan hukum diatas berdasarkan hadits yang diriwayatkan
oleh Sahl bin Sa'ad As-Sa'idi radhiyallahu 'anhu





:
:



:



6







"Bahwa suatu hari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pergi menemui
Bani 'Amru bin 'Auf untuk menyelesaikan masalah di antara mereka.
Kemudian tiba waktu shalat, lalu ada seorang mu'adzin menemui Abu
Bakar seraya berkata, "Apakah engkau mau memimpin shalat berjama'ah
sehingga aku bacakan iqamatnya?" Abu Bakar menjawab, "Ya." Maka Abu
Bakar memimpin shalat. Tak lama kemudian datang Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam sedangkan orang-orang sedang melaksanakan shalat. Lalu
beliau bergabung dan masuk ke dalam shaf. Orang-orang kemudian
memberi isyarat dengan bertepuk tangan namun Abu Bakar tidak bereaksi
dan tetap meneruskan shalatnya. Ketika suara tepukan semakin banyak,
Abu Bakar berbalik dan ternyata dia melihat ada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi isyarat
yang maksudnya: 'Tetaplah kamu pada posisimu'. Abu Bakar mengangkat
kedua tangannya lalu memuji Allah atas perintah Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam tersebut. Kemudian Abu Bakar mundur dan masuk dalam
barisan shaf lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam maju dan
melanjutkan shalat." (Shahih Bukhari, no. 684 dan Shahih Muslim, no.
421).3
2; Adab-Adab Mamum
Hendaklah para mamum bersatu hati dengan imam, yakni mempunyai
perasaan senang kepadanya dan mengikutinya dengan kerelaan hati karena imam
itu adalah semisal kepala perangkatan dalam menghadap Allah. Jangan lah kiranya
persatuan imam dengan mamumnya pada dhahir saja, namum hendaklah bersatu
padu pada dhahir dan batin.
a; Adab-Adab Mamum Sebelum Bertakbir
Hendaklah para mamum membaca di kala masih duduk menanti shalat:
tasbih, tahliel, tahmied, takbir, istighfar masing-masing sepuluh kali lalu
membaca:

Artinya: wahai tuhanku aku berlindung dengan Engkau dari garis


syaithon dan aku berlindung dengan Engkau wahai Tuhanku, dari
kehadiran syaithan-syaithan itu. (R. Ibnu Sunny dan Abu Dawud)
Hendaklah para mamum ( Jika telah berada di masjid) berdiri buat
mengerjakan shalat di kala bacaan iqamat sampai kepada: Qad qamatish
3 http://www.fikihkontemporer.com/2014/03/tata-cara-mengganti-imam-yang-batal.html diakses
5/4/2015 pukul 9:49

shalah. Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir dari Anas R.A bahwasanya


beliau berdiri untuk shalat adalah ketika muadzdzin membaca
qadqamatish shalah
Hendaklah para mamum berdiri dengan tenang dan khudlu diri kepada
Allah SWT.
Hendaklah para mamum menyempurnakan shaf dan menyusunnya
dengan teratur, beradu dengan bahu, jangan membiarkan shaf itu lapanglapang, atau tidak lapang.
Hendaklah para mamum memenuhi shaf satu demi satu, di mulai dengan
yang pertama, yang kedua dan seterusnya dan shaf itu dibuat dari tengah
ke tepi.
Hendklah para mamum melemahkan dirinya apabila temanya menariknya
untuk kebaikan dan kesempurnaan shaf.
Hendaklah para mamum mengingat benar-benar bahwa kebaikan shaf,
adalah dari kesempurnaan shalat.
b; Adab-Adab Mamum dalam Shalat
Hendaklah para mamum membaca takbiratul ihram, setelah nyata benar
bahwa imam telah selesai membacanya.
Hendaklah para mamum mendengar segala bacaan imam yang di
jahirkan, dan hendaklah para mamum membaca Al-fatihah sendiri-sendiri
( dengan hatinya), beserta dengan imam membacanya.

Apabila imam bertakbir, bertakbirlah kamu dan apabila imam membaca,
maka berdiamlah kamu serta perhatikanlah maknanya. (H.R. Muslim, dari
Abu Hurairah: Al Muntaqa 1: 384).
Hendaklah para mamum membaca amien bersama dengan imam,
jangan mamum terdahulu membacanya dari imam.
Hendaklah para mamum mengerjakan ruku sesudah imam
mengerjakanya, yakni sesudah selesai imam membaca takbiratul intiqaldan
telah duduk menyamakan kepalanya dengan belakangnya, barulah
mamum mengerjakan
Hendaklah para mamum menyuarakan takbiratul intiqal dengan suara
rendah.
Hendaklah para mamum melakukan itidal setelah selesai imam
mengangkat kepalanya dan setelah imam selesai membaca: sami allahu
liman hamidah.
Hendaklah para mamum turun bersujud, setelah imam meletakkan
dahinya di tempat sujud.
8

Hendaklah para mamum bangkit kerakaat kedua dari sujudnya, sesudah


imam tegak berdiri. Ini jika imam tidak duduk istirahat. Jika imam duduk
istirahat, maka mamum bangkit dari sujudnya sesudah imam tegak dari
duduk dan sehabis bunyi takbirnya.
Hendaklah para mamum memberi ingat kepada imamnya apabila imam
lupa perbuatan, maka para mamum memberi ingat dengan tasbieh, jika
yang memberi ingat mamum lelaki, dan dengan menepuk tangan, jika yang
memberi ingat mamum wanita.
Hendaklah para mamum mengulangi kembali ke ruku dan ke sujud, jika
ia bersujud sebelum imam.

MAKMUM MASBUQ
Masbuq pengertiannya, ketinggalan. Mamum masbuq adalah mamum dalam shalat
berjamaah, namun si mamum mulai shalatnya tidak sejak awwal, sehingga mamum
tersebut tidak sempurna membaca Al-Fatihah beserta imam di rekaat pertama.
Tentang mendapatkan fadhilah shalat berjamaah
Untuk mendapatkan fadhilah shalat berjamaah, ini bisa diperoleh dengan cara
mamum ikut bersama imam dalam shalatnya, walaupun ia hanya mendapatkan duduk
yang terakhir sebelum salam. Berdasarkan hadits :











.

Dari Abu Hurairah, dari nabi SAW, beliau bersabda, Apabila kalian mendengar
iqamah, berjalanlah (menuju masjid) untuk shalat, dan hendaklah kalian datang
dengan tenang dan tunduk, dan janganlah tergesa-gesa. Apa yang kalian dapatkan
shalat (bersama imam) maka shalatlah (bersama imam), dan apa yang kalian
ketinggalan maka sempurnakanlah. [HR. Bukhari juz 1, hal. 156]4
Adapun tata cara Tata cara sholat makmum masbuq adalah sebagai berikut:
a; Jika makmum terlambat datang ke masjid dan imam sudah dalam posisi rukuk,
sujud, atau julus (duduk tasyahud), maka ia harus melakukan takbiratul
4 https://www.facebook.com/BelajarHukumIslam/posts/509193469122306 diakses 5/4/2015 pukul 9:49
9

ihram(dengan berdiri) untuk mulai sholat, lalu mengucapkan takbir (Allahu Akbar)
lagi untuk kemudian mengikuti posisi imam. Jika imam masih membaca surat AlFatihah atau surat pendek, maka hanya takbiratul ihram saja.
b;

Setelah imam selesai melakukan salam dan mengakhiri sholat, ia tidak boleh
melakukan salam, tetapi langsung berdiri untuk menambah rakaat yang telah
terlewat.

c; Bila ia baru bisa mengikuti 2 rakaat terakhir sholat dzuhur, ashar, dan isya, maka ia
harus menambah 2 rakaat (tanpa duduk tasyahud) setelah imam melakukan salam.
d; Bila ia baru bisa mengikuti satu rakaat terakhir sholat dzuhur, ashar, dan isya, maka
ketika imam melakukan salam ia harus berdiri dan sholat satu rakaat (dengan AlFatihah dan membaca surat pendek), duduk tasyahud, berdiri lagi untuk rakaat kedua
(dengan Al-Fatihah dan membaca surat pendek), lalu diteruskan berdiri lagi untuk
rakaat ketiga (hanya Al-Fatihah).
e;

Jika ia baru bisa mengikuti rakaat ke-2 dan ke-3 sholat maghrib, maka ia harus
berdiri dan menambah satu rakaat setelah imam melakukan salam.

f;

Jika ia baru bisa mengikuti satu rakaat terakhir sholat maghrib, ia harus berdiri
setelah imam melakukan salam, sholat satu rakaat, lalu duduk untuk membaca
tasyahud, kemudian berdiri lagi untuk melakukan rakaat ke-3, setelah itu duduk
untuk tasyahud akhir dan melakukan salam.

g; Bila makmum bergabung sholat jamaah ketika posisi rukuk, maka ia dianggap telah
mengikuti rakaat tersebut. Jika ia bergabung ketika imam sudah berdiri dari rukuk
atau ketika sujud, ia dianggap telah terlambat mengikuti rakaat tersebut dan harus
melakukannya lagi.5
C; Urutan Shof dalam Sholat Berjamaah
Kewajiban membetulkan shaf, keutamaaan shaf pertama dan shaf sebelah
kanan.
Nabi SAW bersabda:

,
, ,

5 http://bacaansholat5waktu.blogspot.com/2013/04/tata-cara-sholat-makmum-masbuq-terlambat.html
diakses 5/4/2015 pukul 9:49

10

"Dirikanlah shaf, dan sejajarkanlah bahu, dan tutupilah tempat yang lapang, dan
lembutkanlah dirimu apabila di tarik oleh tangan-tangan saudara-saudarmu , dan
janganlah kamu biarkan lapngan-lapangan syaithan, barang siapa menyambung
shaf, niscaya Allah menyambungnya dan barangsiapa memotng shaf, niscaya
Allah memotongnya (perhubungan denganya).( H.R. Bukhary Muslim dari Anas ,
Tasierul Wushul 2: 273).
Hadits diatas memerintahkan kepada kita untuk mengisi shaf-shaf pertama dan
tidak membiarkan shaf-shaf lapang di depan kita, karena shaf-shaf lapang tersebut
dikhawatirkan diisi oleh syaithan. Nabi muhammad SAW bersabda:

Sempurnakanlah shaf yang di a yang muka, kemudian yang mengiringinya, jika


ada yang kurang hendaklah ( yang kurang itu ), pada shaf yang akhir,
(H.R.Ahmad Abu Daud: Jami Shagier 1: 7)
Dari hadits tersebut menyatakan hendaklah orang-orang laki-laki yang telah
mukallaf berdiri di barisan muka, sesudah itu kanak-kanak dan sesudah itu wanita.
Rasulullah SAW. menempatkan orang-orang lelaki di depan anak-anak dan orangorang perempuan di belakang anak-anak. Kalau anak kecil hanya seorang maka
dia dimasukkan ke dalam shaf orang besar. Demikianlah menurut Ahamd dan
Daud.
Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu saied Al-khudry,
nabi bersabda:

bahwasanya sebaik-baiknya shaf orang laki-laki, ialah shaf yang paling muka,
dan sebaik-baiknya shaf bang paling belakangdan seburuk-buruknya bagi orang
perempuan adalah shaf yang paling muka
Menurut An-Nawawy: shaf orang lelaki memang demikianlah keadaanya. yang
paling baik adalah yang paling muka dan yang paling buruk adalah yang paling
belakang, baik mereka bershalat bersama lelaki atau bersama perempuan. Adapun
shaf para wanita maka shaf yang paling belakng dipandang yang lebih baik. hal ini
jika para perempuan berjamaah dengan orang lelaki , jika mereka bershalat
bersama-sam orang wanita saja, maka keadaan mereka sama dengan orang lakilai.
Maksud wanita lebih baik menempati shaf belakang di bandingkan dengan
shaf yang paling depan dalam berjamaah dengan laki-laki dikarenakan hal
tersebut lebih menjauhkan mereka dari pada hal-hal yang dipingini. karena itu
hendaklah shaf-shaf yang pertama wanita di tempati oleh para wanita-wanita tua,
11

sedangkan para gadis yang masih muda-muda di letakkan di belakang supaya


terhindar dari fitnah.
Berikut ini hadits tentang keutamaan shaf yang pertama dan keutamaan shaf
yang paling kanan dalam berjamaah shalat.


Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya mengucapkan shalawat untuk
orang-orangnya di shaf pertama dan di shaf-shaf yang pertama


Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya bershalawat atas shaf-shaf sebelah
kanan. ( H.R, Abu Daud dan Ibnu Majah, dari Aisyah: JamiShaghier 1: 73)6
D; Pengertian, Landasan Hukum dan Tata Cara Sholat Qodho, Qoshor dan Jama
1; Sholat Qodho
Qodho di dalam bahasa Arab punya arti yang banyak, ia bisa diartikan sebagai
al-Hukmu (hukum), juga bisa berarti al-kholqu wa as-shunu (ciptaan), juga
bermakna al-Amal (pekerjaan), ia juga diartikan dengan ( pelaksanaan). Dan
arti yang terahir inilah yang memiliki hubungan erat dengan permasalahan qodho
sholat.
Secara istilah Ibnu Abidin mendifinisikan dengan:








Mengerjakan suatu kewajiban setelah lewat waktunya.
Qodho itu lawannya ada (( yang berarti:

Mengerjakan kewajiban di waktunya.






Para ulama menyepakati bahwa hukum qodho itu sama dengan hukum
asalnya, artinya jika sholat itu wajib maka meng-qodhonya pun wajib, dan
kewajiban itu tidak akan hilang selamanya, sama seperti tidak akan pernah hilang
nya kewajiban sholat selama nyawa masih dikandung badan. Karena qodho
sholat itu sama dengan hukum asal sholat maka segala ketentuan syarat dan rukun
sholat juga berlaku pada qodho sholat.
Ketentuan-ketentuan hukum dan cara mengqodho sholat :
a; Kewajiban mengqodho sholat yang ditinggalkan.

6 Muhammad Hasybi Ash-Shiddieqy, Pedoman Sholat, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2000) hlm
327-358.

12

Orang yang wajib mengerjakan sholat, kemudian ia tidak mengerjakannya


sampai waktunya habis, maka ia diwajibkan mengqodho sholat yang ia
tinggalkan, berdasarkan sabda Nabi:





Artinya:
ia

hendaklah

maka

sholat,

mengerjakan

lupa

yang

siapa

Barang

melaksanakannya jika telah mengingatnya, tidak ada tebusan baginya kecuali


itu.7
Bergegas mengqodho sholat.

;b

Dan diperbolehkan mengakhirkan qodho sholat yang ditinggalkan, apabila


sholat tersebut ditinggalakan karena ada udzur, seperti ketiduran. Ketentuan ini
didasarkan pada hadits nabi:










Artinya:
Dari Imron, ia berkata: Kami pernah dalam suatu perjalanan bersama Nabi SAW,
kami berjalan di waktu malam hingga ketika sampai di akhir malam kami tidur,
dan tidak ada tidur yang paling enak (nyenyak) bagi musafir melebihi yang kami
alami. Hingga tidak ada yang membangunkan kami kecuali panas sinar
matahari. Dan orang yang pertama kali bangun adalah si fulan, lalu Abu Auf
mengenal si Fulan, namun akhirnya lupa. Dan Umar bin Al Khaththab adalah
7 Shohih Bukhori, no.597 dan Shohih Muslim, no.684.
13

orang keempat saat bangun, Sedangkan Nabi SAW bila tidur tidak ada yang
membangunkannya hingga beliau bangun sendiri, karena kami tidak tahu apa
yang terjadi pada beliau dalam tidurnya. Ketika Umar bangun dan melihat apa
yang terjadi di tengah banyak orang (yang kesiangan) -dan Umar adalah
seorang yang tegar penuh keshabaran-, maka ia bertakbir dengan mengeraskan
suaranya dan terus saja bertakbir dengan keras hingga Nabi SAW terbangun
akibat kerasnya suara takbir Umar. Tatkala beliau bangun, orang-orang
mengadukan peristiwa yang mereka alami. Maka beliau bersabda: Tidak
masalah, atau tidak apa dan lanjutkanlah perjalanan. Maka beliau meneruskan
perjalanan dan setelah beberapa jarak yang tidak jauh beliau berhenti lalu
meminta segayung air untuk wudlu, beliau lalu berwudlu kemudian menyeru
untuk shalat. Maka beliau shalat bersama orang banyak. 8
c; Urutan qodho sholat.
Apabila sholat yang ditinggalkan lebih dari satu, disunatkan untuk
mengqodho sholat-sholat tersebut berurutan, sesuai dengan waktunya.
Kesunatan ini didasarkan pada hadits:












Artinya:
Dari Jabir bin Abdillah RA, bahwasannya Umar bin Khottob RA datang pada
hari peperangan Khondaq setelah matahari akan tenggelam, lalu beliau mulai
mencerca orang-orang kafir Quraisy (karena menyebabkan para sahabat
terlambat sholat ashar), beliau berkata: Wahai Rosulullah, aku belum melakukan
sholat ashar padahal matahari hampir tenggelam. Nabi SAW bersabda: Aku
pun belum sholat ashar. Maka kami bangkit menuju lembah buthhan, lalu Nabi
SAW berwudhu untuk sholat, kami pun ikut berwudhu, lalu Rosulullah SAW
melakukan sholat ashar setelah matahari terbenam (di waktu maghrib), kemudian
setelah itu beliau sholat maghrib.9
8 Shohih Bukhori, no.344.
9 Shohih Bukhori, no.596.
14

d;

Tata cara sholat qodho


Cara mengerjakan sholat qodho itu sama saja dengan sholat ada (sholat yang

dikerjakan pada waktunya) dalam semua hal, mulai dari syarat sah sampai rukunrukunnya. Sedikit perbedaannya terletak pada niatnya, dalam sholat qodho
disunahkan untuk mengganti kata adaan dengan kata qodhoan. Namun, hal
ini tidak wajib, sebab dalam madzhab syafii tidak diwajibkan untuk menyinggung
ada atau qodho ketika niat, hanya saja penambahan kata qodhoan dianjurkan
untuk menghindari perselisihan seputar diwajibkannya penambahan tersebut.
2; Sholat Qoshor
Qoshor artinya singkat. jadi Sholat Qoshor yaitu sholat yang diringkat menjadi
2 rakaat. sholat yang bisa diqoshor yaitu Dhuhur, Ashar, dan Isya. Bagi musafir
bisa menqoshor sholat yang jumlah rakaatnya 4, tidak berlaku sholat yang jumlah
rakaatnya 2 dan 3, ada beberapa syarat melakukan sholat qoshor yaitu:
a; Bepergiannya bukan mengandung unsur negatif.
b; Jarak perjalanan mencapai batas maksimal 16 farsakh, menurut pendapat yang
benar, batas tersebut tidak meliputi jarak atau waktu pulangnya (16 farsakh=16
pos=88,5 km)
c; Sholat yang di qashar berjumlah 4 rakaat, dan sholat-sholat yang tertinggal
karena tidak sempat dikerjakan dirumah (sebelum berangkat) tidak boleh di
kerjakan secara qoshor ditengah bepergian. berbeda jika tertinggalnya itu
sudah berada ditengah perjalanan, bisa dikerjakan ditengah bepergian dengan
qoshor juga, dan tidak boleh dikerjakan di rumah sekembalinya bepergian.
d; Musafir hendaknya berniat menqoshor sholat diwaktu takbirotul ihram.
e; Tidak boleh berma mum pada yang bermukim atau menetap.
Diperbolehkan qoshor ini merupakan rukhsah(keringanan atau kelonggaran
bertolak pada firman Allah SWT, yaitu:
Artinya: Dan apabila kamu bepergian di muka
bumi, maka tidaklah mengapa kamu menqashar shalat(mu), jika kamu
takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu
adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. An-Nisa: 101).10
Di Hadist juga disyariatkan tentang sholat qoshor yaitu :

10 Asy-Syeikh Syamsuddin Abu Abdillah, Terjemah Fathul Qarib, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2010)
hlm 92-94.

15

1 : 18 :

Artinya: Anas r.a. berkata: Kami keluar bersama Nabi saw. dari Madinah menuju
ke Mekkah, maka beliau selalu shalat qashar dua rakaat dua rakaat sehingga
kembali ke Madinah.(Bukhari,Muslim)Yahya bin Abi lshaq tanya: Berapa lama
kamu tinggal di Mekkah? Jawabnya: Sepuluh hari.11
Tata Cara melakukan sholat Qashar
a; Niat shalat qashar ketika takbiratul ihram. adapun niatnya :
Shalat Qashar Dhuhur:



Teks latin: Ushalli fardaz - Dzuhri qasran rokataini lillahi ta'ala
Artinya: Niat shalat fardhu dzuhur secara qashar dua rakaat karena Allah
Shalat Qashar Ashar:


Teks
latin:
Ushalli
fardal
Ashri
qasran
rokataini
lillahi
ta'ala
Artinya: Niat shalat fardhu Ashar secara qashar dua rakaat karena Allah
Shalat Qashar Isya:



Teks
latin:
Ushalli
fardal
Isya'i
qasran
rokataini
lillahi
ta'ala
Artinya: Niat shalat fardhu Isya secara qashar dua rakaat karena Allah
Apabila qashar secara berjamaah, maka tinggal menambah kata "imaman" (sebagai
imam) atau "makmuman" (sebagai makmum) sebelum kata "Lillahi Taala".
b; Mengerjakan shalat yang empat rakaat dilaksanakan dua rakaat kemudian salam.
Para ulama berbeda pendapat tentang batasan waktu sampai kapan seseorang
dikatakan sebagai musafir dan diperbolehkan mengqashar (meringkas) shalat. Jumhur
(sebagian besar) ulama yang termasuk didalamnya imam empat: Hanafi, Maliki,
Syafii dan Hambali rahimahumullah berpendapat bahwa ada batasan waktu tertentu.
Namun para ulama lain diantaranya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim,
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, Muhammad Rasyid Ridha, Syaikh Abdur
Rahman As Sadi, Syaikh Bin Biz, Syaikh Utsaimin dan para ulama lainnya
rahimahumullah

berpendapat

bahwa

seorang

musafir

diperbolehkan

untuk

mengqashar shalat selama ia mempunyai niatan untuk kembali ke kampung


11 Al-Lu'lu' Wal Marjan no 401
16

halamannya walaupun ia berada di perantauannya selama bertahun-tahun. Karena


tidak ada satu dalilpun yang shahih dan secara tegas menerangkan tentang batasan
waktu dalam masalah ini. Dan pendapat inilah yang rajah (kuat) berdasarkan dalildalil yang sangat banyak, diantaranya:
Sahabat Jabir radhiallahu anhu meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu
Alaihi Wassalam tinggal di Tabuk selama dua puluh hari mengqashar shalat. (HR.
Imam Ahmad dll dg sanad shahih)
Sahabat Ibnu Abbas radhiallahu anhuma meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wassalam tinggal di Makkah selama sembilan belas hari
mengqashar shalat. (HR. Bukhari).
Nafi rahimahullah meriwayatkan, bahwasanya Ibnu Umar radhiallahu anhuma
tinggal di azzerbaijan selama enam bulan mengqashar shalat. (Riwayat Al Baihaqi dll
dg sanad shahih).
Dalil-dalil diatas jelaslah bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi Wassalam tidak
memberikan batasan waktu tertentu untuk diperbolehkannya mengqashar shalat bagi
musafir selama mereka mempunyai niatan untuk kembali ke kampung halamannya
dan tidak berniat untuk menetap di daerah perantauan tersebut. (lihat Majmu Fatawa
Syaikh Utsaimin jilid 15, Irwaul Ghalil Syaikh Al Albani jilid 3, Fiqhus Sunnah
1/309-312).12

3; Sholat Jama
Shalat jama' adalah salat yang digabungkan,, maksudnya menggabungkan dua
salat fardu yang dilaksanakan pada satu waktu. 13
Shalat Jama' boleh dilaksanakan karena beberapa alasan berikut :
a; Dalam perjalanan jauh minimal 81 km (menurut kesepakatan sebagian besar imam
madzhab)
b;
Perjalanan itu tidak bertujuan untuk maksiat.
c; Dalam keadaan sangat ketakukan atau khawatir misalnya: perang, sakit, hujan
lebat,
angin
topan
dan
bencana
alam.14

12 http://www.syahidah.web.id/2011/07/seputar-shalat-jamak-dan-qashar-dan.html diakses 3 April 2015


pukul 6:29
13 Drs. M. Thalib. Op. Cit, hlm.71
14 http:///G1NCRA%20%20Shalat%20Jama,%20Shalat%20Qasar,%20Shalat%20Qodo.htm diakses 5/4/2015
pukul 8:26

17

Shalat Jama' dapat dilaksanakan dengan dua cara :


1; Jama' Takdim (jamak yang didahulukan)
Yakni menjama' dua shalat yang dilaksanakan pada waktu yang pertama.
Misalnya menjama' shalat dzuhur dengan ashar, dikerjakan pada waktu duhur (4
rakaat salat duhur dan 4 rakaat shalat asar) atau menjama' shalat magrib dengan
isya dilaksanakan pada waktu magrib (3 rakaat shalat magrib dan 4 rakaat shalat
isya).
2; Jama' Takhir (jama' yang diakhirkan)
Yakni menjama' dua shalat yang dilaksanakan pada waktu yang kedua. Misalnya
menjama' shalat dzuhur dengan ashar, dikerjakan pada waktu ashar atau menjama'
shalat maghrib dengan isya dilaksanakan pada waktu isya.
Cara Melaksanakan Shalat Jama' Takdim
Misalnya shalat dzuhur dengan ashar : shalat duhur dahulu empat rakaat
kemudian shalat ashar empat rakaat, dilaksanakan pada waktu dzuhur. Tata caranya
sebagai

berikut:

1) Berniat shalat dzuhur dengan jama' takdim. Bila dilafalkan yaitu:

















Saya niat shalat dzuhur empat rakaat digabungkan dengan shalat ashar dengan
jamak
2)Takbiratul

takdim
ihram. Shalat

karena
Dhuhur

Allah
empat

rakaat

Taala
sampai

Salam

3) Berdiri lagi dan berniat shalat yang kedua (ashar), jika dilafalkan sebagai berikut:

















Saya niat shalat ashar empat rakaat digabungkan dengan shalat dzuhur dengan
jamak
4)Takbiratul
Cara

takdim
Ihram. Shalat

karena
Ashar

Melaksanakan

Allah
empat

Shalat

rakaat
Jama'

taala.
-

Salam
Takhir.

Misalnya shalat maghrib dengan isya diawali dengan shalat magrib dulu tiga rakaat
kemudian salat isya empat rakaat, dilaksanakan pada waktu isya. Tata caranya
sebagai

berikut:

1) Berniat menjamak shalat magrib dengan jama' takhir.














18

Saya niat shalat maghrib tiga rakaat digabungkan dengan shalat isya dengan jamak
takhir

karena

2)Takbiratul

ihram.

Shalat

Allah
Maghrib

tiga

Taala

rakaat

sampai

Salam

3) Berdiri lagi dan berniat shalat yang kedua (isya), jika dilafalkan sebagai berikut;













Saya berniat shalat isya empat rakaat digabungkan dengan salat magrib dengan
jamak

takhir

karena

Allah

Taala.

4) Takbiratul Ihram. Shalat Isya empat rakaat sampai Salam


E; Persoalan-Persoalan yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Sholat
1; Persoalan yang Berkaitan dengan Sholat Munfarid, Berjamaah, Qadha dan Imam
Makmum
Seorang makmum ketika berniat sholat mengikuti imam dengan disebut

namanya, misalnya nama si Fulan, ternyata yang menjadi imam saat itu bukan
si Fulan, melainkan orang lain, maka batal salat makmum tersebut. Berbeda
jika makmum menentukan imamnya hanya dengan isyarat, misalnya
berniat(sengaja) mengikuti Zaid ini tapi kenyataannya lain, bahkan yang
menjadi imam adalah Umar, maka sah sholat nya.15
Makmum sholat fardhu dibelakang imam yang sholat sunnah. Tidak ada
halangan bagi seseorang yang sholat fardhu dibelakang imam yang sedang
sholat sunnah atau sebaliknya, selama gerakan sama.16
Seorang imam baru ingat setelah sholat kalau dirinya berhadast atau terkena
najis yang ringan dan imam tahu bahwa sebagian makmum masbuq telah
melakukan rukuk bersamanya sebelum menyempurnakan bacaan Al Fatihah ,
maka imam wajib memberitahu kepada makmum masbuq agar mengulangi
sholatnya jika sudah selesai dan waktunya tidak lama. jika tidak maka imam
harus melaksanakan satu rakaat lagi dan sujud syahwi sedang untuk makmum
yang tidak masbuq maka imam tidak wajib memberi tahu.17
Meninggalkan sholat fardhu karena ada udzur maka sah dan tidak haram
melakukan sholat sunnah tapi jika sebaliknya maka haram melakukan sholat
sunnah, tapi sah sholatnya menurut pendapat Imam Ibnu Hajar, tapi menurut

15 Asy-Syeikh Syamsuddin Abu Abdillah, Terjemah Fathul Qarib, (Surabaya: Mutiara Ilmu, 2010)
hlm 90-91.
16 Hasbiyallah, Fiqh dan Ushul Fiqih, (Bandung: PT REMAJA ROSYDAKARYA, 2013) hlm 184

17 Djamaluddin Miri, Ahkamul Fuqaha, ( Jawa Timur: Khalista Surabaya, 2004) hlm 149
19

Imam Zarkasyi tidak sah. orang yang ketinggalan melaksanakan sholat wajib
tanpa udzur maka harus segera mengqodhonya.18
Ada pendapat dan fatwa yang mengatakan bahwa makmum tidak wajib
membaca al fatihah, karena al fatihah ditanggung imam. dan makmum
berkewajiban mendengarkan bacaan imam, menurut firman Allah yang
artinya bila ada pembacaan Al quran, maka kamu sekalian harus
mendengarkan dengan mengheningkan. pendapat ini ditanggapi oleh
Muktamar NU ke 13 di Banten yaitu kalau yang dimaksud disini bukan
makmum masbuq maka pendapat dan fatwa itu tidak benar, menurut pendapat
yang shahih dan madzhab syafiI, makmum harus membaca al-fatihah, dan
maksud firman Allah di atas itu melarang berbicara sewaktu mendengarkan
bacaan Al quran atau melarang membaca keras di belakang imam, bukan
membaca al fatihah bagi makmum.19
Hukum berjamaah dengan imam beraliran Khawarij(golongan yang tidak
mengikuti salah satu empat madzhab, yang memberi hukum menurut Al
quran dan hadist yang diartikan sendiri) hukum si makmum tidak sah dan
makmum wajib Iadah(mengulang sholat).20
Mayoritas ahli fikih berpandangan orang yang melakukan shalat fardhu
sendirian dengan tidak berjamaah kemudian dia mendapati shalat berjamaah,
maka ia boleh mengulang shalatnya secara berjamaah untuk mendapatkan
keutamaan jamaah. Adapun orang yang sudah melakukan shalat fardhu secara
berjamaah meskipun jamaahnya sedikit, maka ia tidak boleh mengulanginya
lagi dengan ikut shalat jamaah baik jamaah yang ada lebih sedikit maupun
banyak.21
Kalangan fuqaha sepakat bahwa, jika imam tertimpa hadas dalam shalat dan
mengambil keputusan menghentikan sholat, maka shalat makmum tidak batal.
Namun, mereka berbeda pendapat mengenai imam yang mengimami dalam
keadaan junub, dan makmum mengetahui situasi itu setelah usai salat.
Sebagian fuqaha berpendapat
bahwa shalat
makmum tetap
sah,
sedangkan fuqaha lainnya menganggap batal. Bahkan ada fuqaha yang
membedakan apakah keadaan junub itu disadari oleh imam atau imam itu
lupa. Apabila imam menyadari itu, mereka berpendapat shalat makmum batal.

18 Djamaluddin Miri, Ahkamul Fuqaha, (Jawa Timur: Khalista Surabaya, 2004) hlm 193-194
19 Djamaluddin Miri, Ahkamul Fuqaha, ( Jawa Timur: Khalista Surabaya, 2004) hlm 196-197
20 Djamaluddin Miri, Ahkamul Fuqaha ,( Jawa Timur: Khalista Surabaya, 2004) hlm 199

21 Abdul Aziz Muhammad azzam dan Abdul Wahhab Sayyid Hawwas, Fiqih Ibadah, (jakarta: Amzah,
2010) hlm 268
20

Sebaliknya, apabila keadaan itu tidak disadari, maka sholat makmum dianggap
sah.22
Membatalkan shalat tanpa udzur merupakan tindakan haram, akan tetapi jika
terdapat udzur maka tidak haram hukumnya membatalkan shalat. Bahkan jika
memang udzur tersebut harus dilakukan maka membatalkan shalat menjadi
wajib, misalnya membatalkan shalat untuk mengeluarkan mushaf yang
tergeletak di tempat najis, atau menyelamatkan orang buta yang akan jatuh ke
dalam lubang. Bagi wanita, ia diperbolehkan membatalkan shalat sunnahnya
untuk memenuhi hak suaminya. Disunnakan juga membatalkan shalat fardhu
karena mendapatkan shalat jamaah.23
Suatu ketika saya sedang shalat wajib secara munfarid, pada saat membaca
surah pendek, menyusul seseorang yang makmum kepada saya. Apakah saya
harus membaca surah itu secara zahir (suara yang terdengar) mulai dari AlFatihah atau hanya membaca surah yang tersisa itu ? Jawaban : Membaca
dengan suara yang terdengar pada shalat Subuh, Magrib, dan Isya, baik
sendirian mapun berjamaah hukumnya tidak wajib, tetapi sunnah. Karena itu,
dalam kasus di atas Anda tidak perlu mengulangi bacaan Anda karena adanya
makmum. Anda dapat melanjutkan shalat Anda sebagai imam tanpa harus
mengeraskan suara Anda.24
Makmum orang mengerjakan sholat fardhu dengan orang mengerjakan sholat
sunnah. Menurut kalangan ulama madzhab SyafiI, Al-AuzaI, Atha, Ibnu Al
Mundzir dan Ahmad bahwa orang yang mengerjakan sholat fardhu boleh
makmum kepada orang yang sedang menjalankan sholat sunnah berdasarkan
hadist Jabir bin Abdullah bahwasanya ia pernah makmum sholat isya dengan
Rasulullah SAW kemudian kaumnya datang lalu beliau menjadi imam mereka
dalam sholat tersebut. dalam kondisi ini, sholat fardhu yang ditunaikannya
dengan makmum pada orang yang sholat sunnah tetap dianggap sah. namun
kalangan ulama mazhab Maliki menyatakan batalnya sholat fardhu yang
dikerjakan dengan makmum pada orang yang sholat sunnah, alasan mereka
berpegang pada hadist :sesungguhnya imam ditunjuk untuk di makmumi ,
maka janganlah kamu berbeda dengan nya. sah juga orang yang sholat
sunnah makmum kepada orang yang sholat fardhu menurut kalangan Hanafi,
Hanbali dan Syafii.

22 Ibnu Rusya, Bidayatul Mujtahid, (Jakarta: Pustaka Amani, 2002) hlm 350
23 Abdul Aziz Muhammad azzam dan Abdul Wahhab Sayyid Hawwas, Fiqih Ibadah, (jakarta: Amzah, 2010)
hlm 269

24 Sumber : Quraish Shihab Menjawab , Dialog Jumat, Republika, Jumat, 24 Oktober 2003 / 28
Syaban 1424 H.http://jalmilaip.wordpress.com/2012/02/12/membaca-bacaan-shalat-dengan-suara-yangterdengar/ 30-03-2015 pukul 10.31 WIB

21

Makmum orang yang sholat sambil duduk kepada mushalli yang berdiri dan
sebaliknya. ada dua pendapat. pendapat pertama, tidak sah. makmum harus
ikut duduk pula menurut imam Ahmad,Ishaq, didukung Ibnu Al-Mundzir ,
Ibnu Huzaiamah dan Ibnu Abdull Barr. pendapat kedua, sah. orang yang sholat
berdiri boleh bermakmum kepada orang yang sholat dengan duduk jika
memang ada udzur menurut Imam SyafiI, Abu Hanifah, dan para sahabatnya.
Makmum orang yang berwudhu kepada orang yang bertayamum sah sholatnya
hal ini merujuk pada cerita Amru bin Ash ketika ia diutus Rasulullah SAW
dalam perang Dzat as salasil, ia bercerita aku mengalami mimpi basah
dimalam yang sangat dingin, sehingga aku khawatir mati jika harus mandi,
maka aku pun bertayammum, kemudian sholat shubuhbersama temantemanku. ketika kami kembali ke Madinah dan menceritakan pada
Rasulullah. Rasulullah SAW bersabda, Hai Amru kau sholat dengan temantemanmu dalam keadaan junub? lalu Amru menjawab dengan mengutip
firman Allah SWT Dan jangan lah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya
Allah maha penyayang kepadamu, maka akupun bertayamum kemudian
sholat. setelah itu respon Nabi SAW hanya tertawa dan tidak berkomentar
apa-apa.
Makmum orang yang melakukan satu sholat fardhu pada orang yang
melakukan sholat fardhu lain hukumnya sah menurut ulama madzhab SyafiI,
Zhahiri, dan imam Ahmad. Ibnu Qudamah mengatakan dalam Al-Mughni :
jika seseorang sholat dhuhur dibelakang orang yang sholat ashar, maka disini
ada dua versi pendapat Ismai bin Said membolehkannya, sedangkan dari
lainnya mengatakan tidak boleh.25
apabila dua orang berdiri menjadi imam bagi orang yang ada di belakangnya
dan masing-masing tidak bermakmum kepada yang lain, baik salah satunya
berada di depan, sejajar, berdekatan, maupun berjauhan lalu orang-orang
mengerjakan sholat dibelakang keduanya , sholat makmum yang berada di
belakangnya tidak sah, karena mereka tidak memfokuskan niat pada salah satu
orang. jika salah satu imam rukuk lalu makmum ikut rukuk, makmum itu telah
keluar secara fili sekalipun tidak disertai niat keterkaitan dengan imam yang
satunya. apabila imam yang satu lagi rukuk pada rakaat pertama, lalu yang
lebih dahulu rukuk pada rakaat kedua mengikutinya, pada rakaat kedua ini
mereka dianggap keluar dari keterkaitan dengan imam yang mendahulukan
rukuk. apabila orang-orang bermakmum kepada dua imam itu secara
bersamaan, kemudian mereka tidak keluar dari keterkaitan dari keduanya ,

25 Abdul Aziz Muhammad azzam dan Abdul Wahhab Sayyid Hawwas, Fiqih Ibadah, (jakarta: Amzah, 2010)
hlm 249-253

22

sholat mereka tidak sah, karena mereka telah memulai sholat dengan dua
imam pada satu waktu dan hal itu tidak boleh dilakukan.26
Jama ah sholat lebih dari satu dalam waktu yang sama tidak diperbolehkan,
karena hal itu tidak pernah terjadi pada zaman Rasulullah, Sahabat dan ulama
salaf. ini bertentangan dengan hikmah disyariatkan sholat berjamaah yaitu
untuk menyatukan kalimat dan barisan. disamping itu bacaan yang dibaca
akan menimbulkan suara bisik yang mengganggu dan ini jelas haram.27

2; Persoalan yang Berkaitan dengan Sholat Jama dan Qashar


Seorang musafir yang singgah di suatu tempat sebelum sampai tempat yang
dituju boleh menjalankan jama dan qoshor dalam tempat persinggahan nya,
asal tidak niat singgah sampai empat hari empat malam.28
apala musafir mengerjakan sholat mengikuti seseorang dan ia tidak
mengetahui dengan pasti apakah orang yang didepannya itu musafir atau
muqim, ia harus mengerjakan sholat 4 rakaat kecuali jika ia mengetahui imam
nya 2 rakaat pula.
seorang musafir tidak boleh menjamak dua waktu sholat sebelum tiba waktu
sholat yang pertama dari kedua. apabila ia melakukan hal itu ia harus
mengulangi sholatnya.
apabila seorang bermaksud menjamak dhuhur dan ashar lalu memulai dengan
sholat ashar kemudian dhuhur. sholat dhubur cukup baginya , namun ashar
tidak sah. sholat ashar tidak dianggap sah apabila dilakukan mendahului sholat
dhuhur.29
musafir dalam melakukan sholat jamak tetap dengan adzan ketika melakukan
sholat yang pertama dan iqomah setiap hendak melaksanakan keduanya.30
IV. KESIMPULAN
Tata cara shalat munfarid yaitu seperti shalat fardhu, di awali dengan
takbiratul ihram dan di akhiri dengan salam. serta sholat ini dilaksanakan seorang diri.
26 Asmaji Muchtar, Fatwa-Fatwa Imam Syafii-Masalah Ibadah,(Jakarta:PT. Kalola Printing,2014) hlm 117118
27 Abdul Aziz Muhammad azzam dan Abdul Wahhab Sayyid Hawwas, Fiqih Ibadah, (jakarta: Amzah, 2010)
hlm 267
28 Djamaluddin Miri, Ahkamul Fuqaha , Jawa Timur: Khalista Surabaya, 2004, hlm 127-128.
29 Asmaji Muchtar, Fatwa-Fatwa Imam Syafii-Masalah Ibadah,(Jakarta:PT. Kalola Printing,2014)
hlm 56
30 Abdul Aziz Muhammad azzam dan Abdul Wahhab Sayyid Hawwas, Fiqih Ibadah, (jakarta: Amzah,
2010) hlm 299

23

-tata cara shalat berjamaah yaitu, jika makmum seorang diri, maka posisi makmum
berada di sebelah kanan imam. Jika makmum terdiri dari beberapa orang laki-kaki,
perempuan, dan beberapa anak laki-laki, maka posisi imam ada di paling depan,
kemudian beberapa laki-laki, beberapa anak laki-laki,kempudian yang terakhir adalah
perempuan. Ukuran minimal rakaat jamaah adalah, jika seorang makmum masih
mendapati rakaat sebelum salam walaupun sekejap. Dan ukuran minimal jamaah
adalah seorang imam dan seorang makmum.
Perpautan bacaan dan gerakan shalat antara makmum dan imam disini berarti
hubungan atau kaitan bacaan-bacaan shalat yang di baca oleh seorang Imam dengan
gerakan-gerakan sholat yang dilakukan oleh imam tersebut yang kemudian diikuti
oleh makmumnya.
Kewajiban membetulkan shaf, keutamaaan shaf pertama dan shaf sebelah
kanan.
Qodho di dalam bahasa Arab punya arti yang banyak, ia bisa diartikan sebagai
al-Hukmu (hukum), juga bisa berarti al-kholqu wa as-shunu (ciptaan), juga bermakna
al-Amal (pekerjaan), ia juga diartikan dengan ( pelaksanaan). Dan arti yang
terahir inilah yang memiliki hubungan erat dengan permasalahan qodho sholat.
Sedangkan pengertian qodho menurut istilah adalah Mengerjakan suatu kewajiban
setelah lewat waktunya.
Sholat Qoshor yaitu sholat yang diringkat menjadi 2 rakaat. sholat yang bisa
diqoshor yaitu Dhuhur, Ashar, dan Isya. ada beberapa syarat melakukan sholat
qoshor yaitu:
1;
2;
3;
4;
5;

Bepergiannya bukan mengandung unsur negatif.


jarak perjalanan mencapai batas maksimal 16 farsakh
sholat yang di qashar berjumlah 4 rakaat,
musafir hendaknya berniat menqoshor sholat diwaktu takbirotul ihram.
tidak boleh berma mum pada yang bermukim atau menetap.
Diperbolehkan qoshor ini merupakan rukhsah (keringanan atau kelonggaran

bertolak pada firman Allah SWT di QS. An-Nisa: 101


Tata Cara melakukan sholat Qashar
1; Niat shalat qashar ketika takbiratul ihram.
2; Mengerjakan shalat yang empat rakaat dilaksanakan dua rakaat kemudian salam
Salat jama' adalah salat yang digabungkan,, maksudnya menggabungkan dua
salat fardu yang dilaksanakan pada satu waktu.

24

Shalat Jama' boleh dilaksanakan karena beberapa alasan berikut :


a; Dalam perjalanan jauh minimal 81 km (menurut kesepakatan sebagian besar imam
madhab)
b; Perjalanan itu tidak bertujuan untuk maksiat.
c; Dalam keadaan sangat ketakukan atau khawatir misalnya: perang, sakit, hujan
lebat, angin topan dan bencana alam.

Salat jama dapat dilaksanakan dengan dua cara:


1; Jama taqdim ( jama yang di awalkan)
Yakni menjama' dua shalat yang dilaksanakan pada waktu yang pertama.
2; Jama takhir ( ama yang diakhirkan)
Yakni menjama dua shalat yang dilaksanakan pada waktu yang kedua.
Persoalan yang Berkaitan dengan Sholat Munfarid, Berjamaah, Qadha dan
Imam Makmum
a; Makmum berniat sholat mengikuti imam dengan disebut namanya
b; Makmum sholat fardhu dibelakang imam yang sholat sunnah.
c; Imam baru ingat setelah sholat kalau dirinya berhadast atau terkena najis yang
ringan
d; Meninggalkan sholat fardhu karena ada udzur tapi melakukan sholat sunnah
e; Pendapat dan fatwa yang mengatakan bahwa makmum tidak wajib membaca
al fatihah, karena al fatihah ditanggung imam
f; Hukum berjamaah dengan imam beraliran Khawarij
g; Orang yang melakukan shalat fardhu sendirian dengan tidak berjamaah
kemudian dia mendapati shalat berjamaah
h; Imam tertimpa hadas dalam shalat dan mengambil keputusan menghentikan
sholat
i; Membatalkan shalat tanpa udzur
j; Membaca surah secara dzahir atau tidak
k; Makmum orang mengerjakan sholat fardhu dengan orang mengerjakan sholat
sunnah
l; Makmum orang yang sholat sambil duduk kepada mushalli yang berdiri dan
sebaliknya.
m; Makmum orang yang berwudhu kepada orang yang bertayamum
n; Makmum orang yang melakukan satu sholat fardhu pada orang yang
melakukan sholat fardhu lain
o; Berma mum pada dua imam
25

p; Jamaah sholat lebih dari satu dalam waktu yang sama.


Persoalan yang Berkaitan dengan Sholat Jama dan Qashar
a;
b;
c;
d;

Musafir sholat di persinggahan


Musafir tidak mengetahui imam muqim atau musafir juga
Menjama sholat tidak pada waktu diantara 2 sholatnya
Adzan dan Iqamat dalam sholat jama

V. PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami paparkan tentang Sholat part II semoga
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan pada kami khususnya. Dan tentunya makalah
ini tidak lepas dari kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat
kami butuhkan guna memperbaiki makalah selanjutnya.

26

You might also like