Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemakaian Balok Tinggi pada konstruksi makin banyak digunakan, tetapi
pemakaian dan penggunaannya hanya didesain dengan pemakaian tulangan
minimum saja baik untuk tulangan lentur maupun tulangan geser.
Perilaku dan karakteristik dari balok tinggi sangat berbeda dari perilaku dan
karakteristik balok yang mempunyai perbandingan normal. Dan pada desainnya
memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus didalam analisis, perencanaan dan
detail-detail tulangan.
Balok Tinggi pada beton bertulang sering digunakan pada konstruksi beton
bertulang antara lain : balok penghubung, struktur lepas pantai (caisson, dermaga),
dinding geser, dinding penahan, system pondasi (roof foundation), serta balok
diafragma, kriteria dan persyaratan balok tinggi secara umum jika rasio antara
bentang geser dan tinggi efektif balok tidak melebihi nilai 1. Bentang geser yang
dimaksud adalah bagian dari panjang balok yang menerima tegangan geser pada
arah yang sama akibat beban-beban yang bekerja.
Penggunaan balok tinggi yang ada selama ini belum menyentuh pada fungsi
dan peran dari balok tersebut, misalnya ada balok yang menerima gaya dari kolom
diatasnya sedangkan balok tersebut lebih difungsikan sebagai balok terlentur, bukan
sebagai balok yang difungsikan untuk menerima beban geser yang besar.
Pemanfaatan balok-balok pracetak diafragma pada jembatan yang justru
diberi aksial dengan sistem prategang, akan menyebabkan fungsi geser menjadi
berkurang. Persyaratan dimensi panjang dan penampang balok yang menyebabkan
kurang kakunya balok tinggi tersebut, sehingga jika salah pemakaian justru akan
membuat keruntuhan balok sebelum dibebani. Hal-hal tersebut yang sebenarnya
ingin ditelaah lebih jauh pada penelitian ini, sehingga pemakaian balok tinggi
benar-benar dapat optimal dan efisien serta sesuai penggunaannya. Besaran-besaran
seperti kekakuan balok, kemampuan balok ultimit serta displasemen balok akan
menjadi ukuran untuk menyatakan balok tinggi yang didesain cukup aman dengan
2.
3.
4.
5.
Pembebanan benda uji dengan dua titik beban (two point loading).
Manfaat Teoritis :
-
Ikut
memberikan
kontribusi
bagi
b.
Manfaat Praktis :
-
geser longitudinal
Mampu
memberikan
solusi
terhadap
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA & LANDASAN TEORI
2.1. TINJAUAN PUSTAKA
Pemakaian serat karbon polimer (CFRP) yang ditempel pada sisi samping balok
tinggi sebagai perkuatan geser dapat meningkatkan kapasitas geser 50 sampai 100%
untuk balok dengan satu titik beban ditengah bentang, sedangkan peningkatan 40
sampai 66 % diperoleh pada dua titik beban. Demikian juga penempatan posisi atau
arah CRFP juga mempengaruhi kapasitas geser balok tinggi, yakni peningkatan terbesar
terjadi pada posisi CFRP 45 derajat terhadap sumbu balok, pada CFRP arah 90 0 (arah
vertikal) kapasitas geser meningkat 78% untuk satu titik beban dan 44% untuk dua titik
beban, sedangkan pada sudut mendatar tidak berpengaruh (hanya terjadi peningkatan
sebesar 3%). Peningkatan daktilitas juga terjadi pada balok tinggi yang diberi CFRP
pada arah 450 dan arah vertikal hingga 2 kalinya (Zhang, etc., 2004,Daftar Pustaka :4).
Usulan perhitungan untuk balok tinggi yang berlobang pada bagian badan telah
dibuat dengan mengacu pada model strut-and-tie yang sederhana dimana pengaruh
kemiringan penulangan geser menjadi pertimbangan utama. Penulangan geser yang
miring berfungsi untuk menahan retak diagonal yang terjadi pada balok tinggi (Tan,
etc., 2004, Daftar Pustaka: 5).
Penyelidikan keruntuhan tekan geser telah dilakukan pada balok tinggi dengan
mengambil variasi rasio bentang geser dan tinggi efektif balok (a/d) antara 1,0 sampai
2,5 dengan beban single dan double pada balok. Dijelaskan bahwa mutu beton, rasio
penulangan utama, rasio penulangan geser pada rasio a/d
mempengaruhi keruntuhan tekan geser pada balok tinggi (Zararis, 2003, Daftar
Pustaka : 6).
Desain dengan metode CIRIA pada balok tinggi dengan memakai beton normal
dan mutu tinggi telah dilakukan revisi untuk memperkirakan geser ultimit yang terjadi.
Parameter yang bervariasi diberikan pada penyelidikan tersebut antara lain ; rasio a/d
antara 0,27 sampai 2,7 ; jumlah penulangan utama (1,23 sampai 5,80%), jumlah
penulangan geser dan mutu beton yang digunakan antara 25 sampai 100 MPa (Leong
and Tan, 2003, Daftar Pustaka : 7).
Perkiraan daerah dan dimensi keruntuhan tekan geser juga dapat dilakukan pada
balok tinggi dengan memakai metode AE, yang mengukur besarnya energi lokal dari
sensor-sensor yang diberikan pada permukanan beton. Evaluasi daerah keruntuhan
dapat diketahui dari pengujian tekan uniaxial pada balok berdasarkan amplitudo
maksimum yang diukur dari tegangan maksimum. Panjang daerah keruntuhan balok
hasil pengujian ternyata lebih dari 30% dari hasil pengukuran sensor yang dilakukan
dari berbagai bentuk dan ukuran benda uji (Watanabe, 2002, Daftar Pustaka : 8).
Pengaruh letak beban dengan penulangan geser yang berbeda pada balok tinggi
dengan beton mutu tinggi (fc > 55 MPa) juga telah diteliti, dimana dilakukan pengujian
dengan beban seluruhnya terletak pada tepi atas balok, dan semua pada tepi bawah
balok serta kombinasi tepi atas dan tepi bawah balok dengan ratio Ptop/Pbottom masingmasing 1:1 dan 2:1. Sedangkan variasi penulangan geser yang diteliti antara lain balok
tinggi dengan tulangan utama yang dimiringkan, tulangan geser vertikal serta kombinasi
tulangan geser vertikal dan horizontal. Penelitian ini juga menjelaskan bidang defleksi
balok, lebar retak yang terbentuk, pola retak, model keruntuhan, beban retak diagonal,
kekuatan layan dan ultimit (Tan and Wei, 1999, Daftar Pustaka : 9).
Perbaikan kerusakan pada balok tinggi dapat dilakukan dengan memberikan
sistem perkuatan clamping stirrup externally (jepitan sengkang pada bagian luar
balok), baik untuk balok tinggi konvensional maupun balok tinggi prategang dimana
sistem ini dapat merubah mekanisme peralihan gaya dalam balok tinggi sehingga dapat
menerima beban lebih dari semestinya. Performance dan kekuatan balok tinggi dapat
dikembalikan secara penuh sepanjang kerusakan tersebut adalah keruntuhan geser
diagonal secara splitting (sobekan) dan kurva beban-lendutan akan berkurang 15% pada
balok yang rusak dan diberi perkuatan terhadap balok yang utuh. Jumlah penulangan
geser tidak banyak berpengaruh pada kekuatan bentang geser yang diberi clamp
stirrup. Penempatan perkuatan yang paling baik adalah pada bagian tengah-tengah
bentang geser (Teng, 1996, Daftar Pustaka : 10).
2.2. LANDASAN TEORI
2.2.1 Umum
Balok tinggi adalah suatu elemen struktur yang mengalami beban seperti balok
biasa, tetapi mempunyai rasio tinggi terhadap lebar yang relatif besar. Balok tinggi
dengan struktur beton bertulang banyak ditemukan pada balok pembagi (transfer
girder), dinding penahan dan dinding geser. Balok tinggi memiliki parameter dimensi
yang berbeda dengan balok konvensional, dimana pada balok yang konvensional
perbandingan tinggi dan lebar balok berkisar antara 1,5 sampai 2. Balok tinggi memiliki
parameter yang diukur dari rasio perbandingan bentang geser terhadap tinggi balok
(a/d), yang biasanya berkisar antara 1 sampai 2,5 . Sedangkan balok dengan rasio a/d
lebih besar dari 2,5 sudah dikategorikan sebagai balok lentur yang konvensional. Balok
tinggi didefinisikan juga sebagai balok yang memiliki rasio bentang bersih terhadap
tinggi efektif (ln/d) kurang dari 5 untuk balok yang diberi beban merata pada sisi atas
atau sisi tekan balok sederhana serta mempunyai bidang geser kurang dari dua kali
tinggi balok. Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan jenis struktur
balok tinggi (Nawy, 1990 dan Winter, 1991, Daftar Pustaka : 3&11) adalah sebagai
berikut :
1.
Rasio bentang geser terhadap tinggi efektif balok (a/d) < 2.5 untuk balok dengan
beban terpusat atau rasio bentang bersih terhadap tinggi efektif (ln/d) < 5 untuk
beban merata.
2.
Panjang bidang geser (a) harus kurang dari 2 kali tinggi balok
3.
Kuat beton bertambah akibat meningkatnya aksi pasak, ikatan antar agregat dan
daerah tekan.
dan ikatan antar agregat. Jika meningkat maka lebar retak akan berkurang oleh
karena itu ikatan antar agregat akan bertambah.
begitu kuat geser beton ringan akan lebih kecil dari beton normal walaupun
keduanya memiliki kuat tekan yang mungkin sama.
Ukuran balok khususnya tinggi balok, memainkan peranan penting
dalam kapasitas geser. Balok yang lebih lebar secara proporsional lebih lemah dari
balok yang lebih ramping. Hal ini disebabkan karena ikatan antar agregat yang
dilewati tidak dapat bertambah secara proposional pada ukuran balok.
M
av
V .d
d
mempengaruhi jenis keruntuhan geser dan ketahanan geser pada balok, dimana :
-
Balok dengan rasio 1,5 < a/d < 7, gagal geser biasanya lebih dahulu terjadi
sebelum tercapai gagal lentur.
2,5
Untuk rasio a/d < 2,5 aksi lengkung secara signifikan meningkatkan kuat geser.
Menurut ACI code, kuat geser balok tinggi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Vu = ( Vc + Vs ) ..................................................................................(2.1)
3,5 2,5
Vc =
Mu
Vu d
1,9 f c' 2500 w
bw d
Vu d
Mu
..................................................
(2.2)
Avv 1 ln / d Avh 11 ln / d
f d...........................................(2.3)
12 sh
12 y
Vs =
sv
dimana :
memperhitungkan
kuat
geser
beton
nominal
SK
SNI
T15-1991-03
Vc
f 1c bw d ...................................................................(2.5)
M 1
Vc 3,5 2,5 u
Vu d 7
Dimana : Mu
f 1c 120 w
Vu d
bw d ....................(2.6)
M u
3,5 2,5
1
2
Vc
Mu
2,50 ................................................................(2.7)
Vu d
f 1c bw d ...................................................................(2.8)
Av 1 d
Vs
s 12
n
d
12
Avh
s2
11
fy.d
..................................(2.9)
Dimana :
Av
s
0.0015 bw s
0.0025 bw s2
b.
c.
d.
yang menyebrangi retak miring yang mungkin terjadi maka penulangan geser
mempunyai tiga fungsi utama :
1. Memikul sebagian dari geser Vs
2. Melawan pertumbuhan dari retak miring dan ikut menjaga
terpeliharanya lekatan antara agregat ( atau perpindahan geser antara
muka retak ) Va
3. Mengikat batang tulangan memanjang untuk tetap ditempatnya dan
dengan demikian meningkatkan kapasitas pasak.
2.2.4
EI
....................................................................................(2.10)
L
Apabila
Apabila
Apabila
b.c 3
n. As.( d c ) 2 ...................................................................(2.12)
3
P.a
3.L 2 4.a 2 ...................................................................(2.13)
24.E.I
Kekakuan yang terjadi pada balok tinggi dapat diambil dari hasil
perbandingan pembebanan dengan defleksi yang terjadi pada saat terjadi crack
pertama kali. Kekakuan geser (Kg) dapat dianalisa pada saat crack geser pertama
terjadi.
Kg
Pgeser
geser
..............................................................................(2.14)
Dimana :
Pgeser
geser
h
Ln
Jumlah Tul.
Benda Uji
BTTB-0
BTTB-1
BTTB-2
BTTB-3
Dimensi (cm)
Geser
13 x 40 x 100
13 x 40 x 100
13 x 40 x 100
13 x 40 x 100
13 x 40 x 100
13 x 40 x 100
13 x 40 x 100
13 x 40 x 100
13 x 40 x 100
13 x 40 x 100
13 x 40 x 100
13 x 40 x 100
Longitudinal
0
0
0
1
1
1
2
2
2
3
3
3
Rasio Bentang
Jumlah Benda
Geser (a/d)
Uji
0.6
0.8
1
0.6
0.8
1
0.6
0.8
1
0.6
0.8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
= 12
6-100 mm
210 mm
BTTB-0
410 mm
40 cm
100 cm
13 cm
6-100 mm
210 mm
26 mm
BTTB-1
40 cm
410 mm
100 cm
13 cm
210 mm
6-100 mm
BTTB-2
46 mm
40 cm
100 cm
13 cm
210 mm
6-100 mm
66 mm
BTTB-3
40 cm
100 cm
13 cm
Persiapan
Dalam melaksanakan penelitian, diperlukan adanya tahapan tahapan
pekerjaan yang berguna untuk mendukung kelancaran penelitian tersebut.
Aadapun tahapan tahapan pekerjaan yang dimaksud dimulai dari tahap
persiapan yang meliputi :
1. Persiapan Bahan
Pada tahap ini bahan bahan yang akan kita gunakan sebagai material
penyusun beton diuji kelayakannya apakah memenuhi standar yang
ditetapkan atau tidak. Pemilihan material yang mempunyai kualitas yang
baik akan berpengaruh baik juga terhadap kualitas beton yang dihasilkan.
Selain pengujian juga ditentukan kebutuhan tiap bahan guna mencapai
volume yang direncanakan dalam hal ini adalah sebesar 0,9 m3.
2. Persiapan Alat
Tahapan ini meliputi pengenalan alat baik dari segi kapasitas alat, cara kerja
alat dan tingkat ketelitian alat yang akan digunakan selain untu mengetahui
tingkat kelayakan pakai alat tersebut.
3. Persiapan Tenaga Kerja
Persiapan tenaga kerja juga penting selain persiapan alat terutama untuk
penelitian beton yang memerlukan tenaga yang banyak untuk menekan biaya
dan waktu penelitian.
3.4.2
Pengujian Tulangan
Pengujian tulangan yang dilakukan adalah uji tarik yang tujuannya
adalah untuk mengetahui mutu baja tulangan yang akan digunakan dalam hal ini
adalah baja tulangan dengan diameter 6 mm dan 10 mm.
3.4.3
Baja tulangan 10 mm
b.
Baja tulangan 6 mm
c.
Gergaji Besi
d.
e.
f.
g.
h.
Meteran
i.
Kapur Tulis
Pasir
b.
Kerikil
c.
Semen
d.
Air
e.
f.
g.
Ember
h.
Cangkul
i.
Sekop
j.
Vibrator
k.
l.
Cetakan silinder, ( 15 x 30 ) cm
6. Perawatan
3.4.4
Alur Penelitian
Mulai
Tidak
Cek apakah
benda uji
mengalami
keropos
pengujian
Ya
Analisa Data
grouting
Selesai
Gambar 3.3 : Diagram Alir Penelitian
Actuator Frame
3.4.5
Setting Pengujian
Hidraulic Jack
Load Cell
Balok Uji
Pin Supporting
Load Indicator
Dial
gauge
Loading Frame
Hidraulic Pump
L
penelitian,
ditemui
beberapa kendala
yang
2.
3.
BAB IV
2474
kg/m3
Pfirst-
Jumlah Tulangan
Geser
crack
Ppuncak
Geser Longitudinal
(a/d)
(KN)
(KN)
BTTB-0
0
0
0
0.6
0.8
1
11445
11270
6890
16935
13340
9635
BTTB-1
1
1
1
0.6
0.8
1
13985
12300
7730
20210
16850
10915
624
125
BTTB-2
2
2
2
0.6
0.8
1
17360
12575
8350
22560
19490
14010
1053
BTTB-3
3
3
3
0.6
0.8
1
18930
13950
12920
24562
24440
16610
1614
Benda Uji
Regangan Maksimum
Geser
Tulangan Pokok
(x 0.000001)
251
146
101
Longitudinal
(x 0.000001)
Defleksi
Sengkang
(x 0.000001)
9094
1573
1375
(mm)
pada Pu
5.69
1.74
1.34
Defleksi
(mm)
pada Pcr
2.68
1.25
1
1103
4.88
6.33
6.82
2.53
4.17
3.96
256
742
4.62
7.77
5.98
4.23
4.32
2.48
347
686
8.28
4.25
9.58
5.18
1.75
5.66
400
130
1000
10
6
0
6
30
340
25
493
124.8
1248
mm
mm
mm
mm
mm
lonjor
mm, dengan s =
mm
mm
MPa
MPa
kg/m
N
a. untuk a/d
=
a=
0.6
204
mm
M 1
Vc 3,5 2,5 u
Vu d 7
f 1c 120 w
Vu d
bw d
M u
Mu
Vu.d
2.75
2.5
2.5
340
100
mm
Not OK!!
jadi digunakan nilai :
=
=
=
=
Vu.d
Mu
2.5
As
b.d
130
0.007111
4*1/4..102
x
85299
340
340
8700498
=
3.33
dengan menggunakan rumus umum Vc diatas, maka didapat :
Vc
=
123826.5 N
dengan syarat :
Vc
123826.53
(1/2*f'c^0.5)*bw*d
552500 N
OK!!
dipakai nilai Vc =
123826.5 N
2. Kuat Geser Tulangan Geser (Vs)
Av 1 d
Vs
s 12
Av
11
Avh
d
s2
12
=
=
=
fy.d
mm2
syarat minimum :
Av
0.0015 bw.s
56.57 mm2
19.5 mm2
OK!!
karena tidak terdapat tul geser longitudinal, maka kuat geser hanya dipikul oleh sengkang
sebesar :
Vs
=
31143.51
N
jadi, Kapasitas Geser Nominal Balok (Vn) sebesar :
Vn =
Vc
+
Vs
= 123826.5
+
31143.5
=
154970
N
Tabel Rekapitulasi Vn pada BTTB-0
rasio a/d
Vn
0.6
154970.04 N
0.8
143745.56 N
1
126424.13 N
BTTB-0
154970.04
0.00
BTTB-1
197424.39
27.40
BTTB-2
282333.07
82.19
BTTB-3
409696.10
164.37
Dari grafik diatas terlihat bahwa pada rasio penulangan yang sama yaitu a/d =
0.6 terjadi peningkatan nilai Kapasitas Geser Nominal Balok Tinggi sebesar 27.4%,
82.19% dan 164.37% berturut-turut mulai dari BTTB-1, BTTB-2 dan BTTB-3 dimana
nilai peningkatan maksimum terjadi pada tipe balok BTTB-3.
rasio
0.8
% peningkatan Vn
BTTB-0
143745.5551
0
BTTB-1
186199.8980
29.53
BTTB-2
271108.5837
88.60
BTTB-3
398471.6122
177.21
Demikian juga halnya yang terlihat pada a/d = 0.8, nilai maksimum terjadi pada
tipe balok dengan penambahan 3 tulangan geser longitudinal di tiap sisi memanjangnya
memberikan peningkatan nilai Vn sebesar 177.21% diikuti dengan peningkatan sebesar
88.6% dan 29.53% untuk balok dengan jumlah penulangan geser 2 dan 1.
BTTB-0
BTTB-1
BTTB-3
rasio
1.0
% peningkatan Vn
BTTB-0
126424.1265
0
BTTB-1
168878.4694
33.58
BTTB-2
253787.1551
100.74
BTTB-3
381150.1837
201.49
sebesar 33.58%.
Kesimpulan dari ketiga grafik diatas adalah : bahwa dengan adanya variasi jumlah
tulangan geser longitudinal, akan berpengaruh pada besar Vs dan pada akhirnya akan
memberikan nilai Vn yang besar pula. Vn maksimum terdapat pada tipe balok BTTB-3
dengan 3 tulangan geser longitudinal.
4.3 Grafik Hubungan Pu dengan Defleksi pada tiap balok dengan a/d yang sama
Dari ketiga grafik diatas, tidak terlihat jelas hubungan antara besar Pu terhadap
Defleksi pada masing-masing balok dengan a/d yang sama. Hal ini dimungkinkan
karena kurangnya ketelitian pada saat pengujian.
Pgeser
geser
f'c
fy
Ec
Es
n
As
=
=
=
=
=
=
=
25
524
4700.f'c^0.5
23500
210000
Es/Ec
8.93617
4*1/4..d2
314.29
Mpa
MPa
Mpa
Mpa
mm2
50.038
b.c3
3
5476850
=
24.Ec.Icr
=
13455.93
Pgeser
Kg
=
geser
=
3580.20
mm
+ n. As.(d - c)2
mm4
(3L2 - 4a2)
mm
N/mm
Balok
BTTB-0
BTTB-1
BTTB-2
BTTB-3
a
mm
204
272
340
204
272
340
204
272
340
204
272
340
BTTB-2
BTTB-3
Tabel Perhitungan Kekakuan Geser Balok Tinggi
n
As
P/2
Ec
Icr
emp
exp
Kgemp
Kgexp
8.94
8.94
8.94
8.94
8.94
8.94
8.94
8.94
8.94
8.94
8.94
8.94
mm
50.04
50.04
50.04
50.04
50.04
50.04
50.04
50.04
50.04
50.04
50.04
50.04
mm2
314.29
314.29
314.29
314.29
314.29
314.29
314.29
314.29
314.29
314.29
314.29
314.29
N
169350
133400
96350
202100
168500
109150
225600
194900
140100
245620
244400
166100
N
84675
66700
48175
101050
84250
54575
112800
97450
70050
122810
122200
83050
Mpa
23500
23500
23500
23500
23500
23500
23500
23500
23500
23500
23500
23500
mm4
5476850.13
5476850.13
5476850.13
5476850.13
5476850.13
5476850.13
5476850.13
5476850.13
5476850.13
5476850.13
5476850.13
5476850.13
mm
15.85
15.88
13.46
18.91
20.06
15.24
21.11
23.20
19.57
22.98
29.10
23.20
mm
5.69
1.74
1.34
4.88
6.33
6.82
4.62
7.77
5.98
8.28
4.25
9.58
kN/mm
5343.81
4199.76
3580.20
5343.81
4199.76
3580.20
5343.81
4199.76
3580.20
5343.81
4199.76
3580.20
kN/mm
14881.37
38333.33
35951.49
20706.97
13309.64
8002.20
24415.58
12541.83
11714.05
14832.13
28752.94
8669.10
%
perbedaan
64.09
89.04
90.04
74.19
68.45
55.26
78.11
66.51
69.44
63.97
85.39
58.70
rasio
BTTB-0
0.6
14881.37
peningkatan Kgexp
%
0
BTTB-1
20706.97
BTTB-2
24415.58
BTTB-3
14832.13
39.15
64.07
-0.33
rasio
BTTB-0
0.8
38333.3
penurunan Kgexp
%
0
BTTB-1
13309.6
BTTB-2
12541.8
BTTB-3
28752.9
65.28
67.28
24.99
rasio
BTTB-0
1.0
35951.49
penurunan Kgexp
%
0
BTTB-1
8002.20
BTTB-2
11714.05
BTTB-3
8669.10
77.74
67.42
75.89
Secara teori, nilai kekakuan akan berbanding lurus dengan penambahan jumlah
tulangan geser longitudinal. Sama seperti pada point 4.3 yaitu pada grafik hubungan Pu
dengan Defleksi , nilai kekakuan yang ditunjukkan pada ketiga grafik diatas pada tiap
balok dengan Pu masing-masing pada a/d yang sama juga tidak menunjukkan hubungan
yang jelas dikarenakan kurangnya ketelitian dalam pengujian.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian mengenai Balok Tinggi yang telah dilakukan, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Dari hasil perhitungan kapasitas geser pada bab sebelumnya, pengaruh
penambahan tulangan geser longitudinal sangat jelas terlihat dengan adanya
peningkatan Kapasitas Geser (Vn) dimana peningkatan yang maksimum terjadi
pada tipe balok BTTB-3. Hal ini dikarenakan semakin banyak penambahan
tulangan geser, tegangan geser yang pada awalnya hanya dipikul sengkang,
didistribusikan ke tulangan-tulangan geser yang menyebabkan peningkatan
kapasitas geser balok itu sendiri terhadap beban yang bekerja diatasnya.
2. Penambahan jumlah tulangan geser longitudinal akan mengubah perilaku balok
tinggi tersebut menjadi balok lentur, yang ditunjukkkan dengan peningkatan
regangan pada tulangan pokok (410) yang ditunjukkan pada hasil pembacaan
Strain Gauges pada a/d = 0.8 yaitu sebesar 146s pada BTTB-0, 624s pada
BTTB-1, 1053s pada BTTB-2 dan 1614s pada BTTB-3.
3. Nilai kekakuan geser yang didapat dari hasil eksperimen lebih besar bila
dibandingkan dengan nilai kekakuan geser secara empiris, hanya saja baik
secara eksperimen maupun empiris hasil perhitungan tersebut tidak dapat
memperlihatkan hubungan yang jelas antara defleksi , besarnya beban yang
diterima dan jumlah pemberian tulangan geser longitudinal karena beberapa
faktor terutama kurangnya ketelitian saat pengujian.
5.2 Saran
Agar penelitan mengenai balok tinggi selanjutnya dapat lebih baik dan
akurat, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Adanya penambahan variasi jumlah tulangan geser longitudinal sampai
batas yang diijinkan (Pmax) dan rasio a/d, penggunaan sengkang miring dan
parameter-parameter lain yang berpengaruh terhadap kapasitas geser balok
tinggi.
2. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kuat lentur balok tinggi karena
dari hasil penelitian ini diperlihatkan perubahan perilaku balok tinggi lebih
kearah balok lentur setelah diberikan variasi penulangan geser.
3. Adanya jadwal yang terencana dengan baik agar penelitian dapat selesai
tepat pada waktunya.
4. Perhitungan Mix Design yang tepat agar diperoleh benda uji sesuai rencana
5. Material, perlengkapan dan peralatan dipersiapkan dengan baik dengan
memperhatikan kualitas dan kelayakan pakai agar mendapat hasil penelitian
yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Nawy
E.G,1990,
Beton
Bertulang
Suatu
Pendekatan
Dasar,
Eresco,Bandung
4.
Laminates,
Journal
of
Composites
for
Construction,
Vol
8,
No.5,
Tan, K.H., C.Y Tang, and K.Tong, 2004, Shear Strength Prediction of
Pierced Deep Beams with Inclined Web Reinforcement, Magazine of Concrete
Research, Vol.56, Issue.8, pp.443-452.
6.
7.
Leong, C.L., and Tan. K.H, 2003, Proposed Revision on CIRIA Design
Equation for Normal and High Strength Concrete Deep Beams, Magazine of
Concrete Research, Vol.55 Issue.3, pp 267-278.
8.
9.
Tan, K.H and Weng, L.W, 1999, High-strength Concrete Deep Beams with
Different Web Reinforcement under Combined Loading, Australian Conference on
the Mechanics of Structures and Materials, 8-10 December 1999, Sydney.
10.
Teng, Susanto., Fung-Kew.K., Soon-Ping. P., Lingwei W.G, and Tan K.H,
1996, Performance of Strengthened Concrete Deep Beams Predamaged in Shear,
ACI Structural Journal, Vol.93, No.2, March-April 1996, pp159-171.
11.
12.