Professional Documents
Culture Documents
MODUL OBGYN
OLEH :
1. Suci Leni Mimanda
2. Uphik Try Kurniati
3. Chairunnisa Permata Sari
4. Citra Nabila
5. Sarah Arafhanie
6. Revina Rinda Mutia
7. Pipit Arika
8. Anastasya Shinta Yuliani
9. Windri Of Frita
10. Sri Muharni Sarah
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG 2015
4. BJA
5. His
Konservatif
-rawat di RS
Jika ada pendarahan pervaginam dengan nyeri perut
Jika ada tanda-tanda infeksi dan kehamilan <37 minggu berikan AB untuk
mengurangi morbilitas ibu dan janin AB yang diberikan Ampisilin
Makna klinis:
o TBA
o His
o BJA
:2400 gr(<normal)
:tidak ada
:(+) ada bunyi jantung anak
-Riwayat obstetri:
Usia kehamilan : ( abortus, preterm, aterm, postterm ).
Proses persalinan ( spontan, tindakan, penolong persalinan ).
Keadaan pasca persalinan, masa nifas dan laktasi.
Keadaan bayi ( jenis kelamin, berat badan lahir, usia anak saat ini ).
Pada primigravida :
Lama kawin, pernikahan yang ke .
Perkawinan terakhir ini sudah berlangsung . Tahun.
-Anamnesa tambahan:
Anamnesa mengenai keluhan utama yang dikembangkan sesuai dengan hal-hal yang
berkaitan dengan kehamilan (kebiasaan buang air kecil / buang air besar, kebiasaan
merokok, hewan piaraan, konsumsi obat-obat tertentu sebelum dan selama kehamilan).
Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan fisik umum
1. Kesan umum (nampak sakit berat, sedang), anemia konjungtiva, ikterus,
kesadaran, komunikasi personal.
2. Tinggi dan berat badan.
3. Tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh.
4. Pemeriksaan fisik lain yang dipandang perlu.
2. Pemeriksaan khusus obstetri
3. Auskultasi Digunakan stetoskop monoral (stetoskop obstetrik)
untuk mendengarkan denyut jantung janin (djj). Yang dapat kita
dengarkan adalah:
4. 1. Dari janin: a) djj pada bulan ke 4-5, b) bising tali pusat, dan
c) gerakan dan tendangan janin.
1. 2. Dari ibu: a) bising rahim (uterine souffle), b) bising aorta, dan
c) peristaltik usus
2.
1. Inspeksi :
1. Chloasma gravidarum.
2. Keadaan kelenjar thyroid.
3. Dinding abdomen ( varises, jaringan parut, gerakan janin).
4. Keadaan vulva dan perineum.
2. Palpasi
1. Maksud untuk melakukan palpasi adalah untuk :
1. Memperkirakan adanya kehamilan.
2. Memperkirakan usia kehamilan.
3. Presentasi - posisi dan taksiran berat badan janin.
Memposisikan ibu dengan lutut fleksi (kaki ditekuk 450 atau lutut bagian dalam
diganjal bantal) dan pemeriksa menghadap ke arah ibu
Menengahkan uterus dengan menggunakan kedua tangan dari arah samping
umbilical
Kedua tangan meraba fundus kemudian menentukan TFU
Meraba bagian Fundus dengan menggunakan ujung kedua tangan, tentukan
bagian janin.
Hasil:
Apabila kepala janin teraba di bagian fundus, yang akan teraba adalah
keras,bundar dan melenting (seperti mudah digerakkan)
Apabila bokong janin teraba di bagian fundus, yang akan terasa adalah lunak,
kurang bundar, dan kurang melenting
Apabila posisi janin melintang pada rahim, maka pada Fundus teraba kosong.
Pemeriksaan Leopold II
Tujuan: untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus, pada letak
lintang tentukan di mana kepala janin.
Gambar 3: Palpasi Leopold 2
Teknik:
Posisi ibu masih dengan lutut fleksi (kaki ditekuk) dan pemeriksa menghadap
ibu
Meletakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak
tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian
yang sama
Mulai dari bagian atas tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan)
telapak tangan tangan kiri dan kanan kemudian geser ke arah bawah dan rasakan
adanya bagian yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil
(ekstremitas).
Hasil:
ibu
Meletakkan ujung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak
tangan kanan bawah perut ibu
Menekan secara lembut dan bersamaan/bergantian untuk mentukan bagian
terbawah bayi
Gunakan tangan kanan dengan ibu jari dan keempat jari lainnya kemudian
goyang bagian terbawah janin.
Hasil:
Bagian keras,bulat dan hampir homogen adalah kepala sedangkan tonjolan yang
lunak dan kurang simetris adalah bokong
Apabila bagian terbawah janin sudah memasuki PAP, maka saat bagian bawah
digoyang, sudah tidak bias (seperti ada tahanan).
Pemeriksaan Leopold IV
Tujuan: untuk mengkonfirmasi ulang bagian janin apa yang terdapat di bagian bawah
perut ibu, serta untuk mengetahui seberapa jauh bagian bawah janin telah memasuki
pintu atas panggul.
Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu, dengan posisi kaki ibu lurus
Meletakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada lateral kiri dan kanan
uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis
Menemukan kedua ibu jari kiri dan kanan kemudian rapatkan semua jari-jari
tangan yang meraba dinding bawah uterus.
Perhatikan sudut yang terbentuk oleh jari-jari: bertemu (konvergen) atau tidak
bertemu (divergen)
Setelah itu memindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah
bayi (bila presentasi kepala upayakan memegang bagian kepala di dekat leher dan
bila presentasi bokong upayakan untuk memegang pinggang bayi)
Memfiksasi bagian tersebut ke arah pintu atas panggul kemudian meletakkan
jari-jari tangan kanan diantara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh
bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul.
Hasil:
Pengukuran tinggi fundus uteri ini dilakukan pada usia kehamilan memasuki trisemester kedua dan ketia.
Rumus McDonalds
Usia kehamilan (hitungan bln) = Tinggi fundus uteri (cm) x 2/7 (atau +3.5)
Usia kehamilan (hitungan mgg) = Tinggi fundus uteri (cm) x 8/7
biasanya dipergunakan 2 buah spekulum, yang satu pada dinding vagina dan
yang lainnya pada dinding depan
bisa juga menggunakan spekulum cusco/cocor bebek
dinding vagina diteliti
diperhatikan keadaan porsio : bentuknya, apakah ada sekret yang keluar dari
kanalis servikalis, apakah ada erosi, polip, ulkus atau tumor
6. Persiapkan spekulum bi-valve yang sesuai, atur katub dan tuas sehingga
spekulum siap digunakan.
7. Hangatkan spekulum bi-valve dengan ukuran yang sesuai dan bila perlu beri
lubrikasi
8. Pisahkan labia dengan ujung jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri dari sisi atas
9. Spekulum bi-valve dalam keadaan tertutup dimasukkan vagina dalam posisi
miring menjauhi dinding vagina sebelah depan dan meatus urtehrae
eksternus (gambar11 )
10. Setelah berada didalam vagina, spekulum diputar 900 dan diarahkan pada fornix
posterior
11. Setelah mencapai fornix posterior, tuas spekulum ditekan sehingga spekulum
terbuka secara optimal (kedua bilah saling menjauh) dan portio terpapar dengan
baik. (gambar 12 )
12. Lakukan pengamatan pada porsio dan fornix vaginae dengan baik. Lepaskan
tuas spekulum, tarik keluar spekulum perlahan-lahan sambil diputar secara
bertahap sejauh 900. Lakukan pengamatan pada keadaan permukaan vagina saat
menarik keluar spekulum (gambar 13 )
13. Spekulum dikeluarkan pada posisi vertikal seperti pada saat dimasukkan.
Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam adalah pemeriksaan genitalia bagian dalam mulai dari vagina
sampai serviks menggunakan dua jari, yang salah satu tekniknya adalah menggunakan
skala ukuran jari(lebar satu jari berarti 1 cm) untuk menentukan diameter dilatasi
serviks (pembukaan serviks atau portio).
Langkah langkah akan melakukan pemeriksaan dalam ( VT ) :
1.
Mencuci tangan
Tangan dicuci sebersih mungkin dengan sabun atau cairan desinfektan, kuku di potong
pendek dan dibersihkan sisa kotoran. Dengan sabun bersihkan tangan, lengan bawah &
lengan atas smp 5 cm di atas siku selama 1 menit kemudian siram dengan air.
2.
Memakai sarung tangan steril
Sewaktu memasukkan sarung tangan jangan sampai tangan menyentuh bagian luar
sarung tangan.
3.
Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri membuka labia sedang tangan kanan
mengambil kapas yang direndam dengan air DTT dan menghapus vulva dari atas ke
bawah. Dengan labia yg masih di buka jari tengah tangan kanan di masukkan ke dalam
vagina dengan menekankan ke arah komisura post kemudian diikuti jari telunjuk.
4.
Setelah kedua jari tangan kanan masuk, tangan kiri dipindahkan ke atas simpisis
untuk menekan bagian bawah janin. Jangan sekali- kali mengeluarkan jari yang telah
masuk dalam vagina sebelum pemeriksaan selesai
Pencegahan infeksi
1. Terhadap diri sendiri
2) Bila kepala : teraba keras, bulat dan teraba sutura serta ubun-ubun kecil/besar
3) Penurunan sesuai dengan bidang Hodge
Bidang Hodge adalah garis khayal dalam panggul untuk mengetahui seberapa jauh
penurunan kepala janin pada panggul. Diambil dari nama penemunya yaitu Hodge
Bidang Hodge dipelajari untuk menentukan sampai di mana bagian terendah janin
turun ke dalam panggul pada persalinan dan terdiri atas empat bidang:
1. Bidang Hodge I: bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
simfisis dan promontorium.
2. Bidang Hodge II: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian
bawah simfisis.
3. Bidang Hodge III: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak setinggi
spina iskiadika kanan dan kiri.
4. Bidang Hodge IV: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan III, terletak
setinggi os koksigeus.
2.
2. Meraba promontorium
Dicoba dengan 2 jari yang ada di liang sanggama, bila promontorium dapat dicapai
ada dugaan kesempitan panggul
Normal : promontorium tidak tercapai
3. Meraba linea inominata
Diperiksa apakah linea inominata teraba seluruhnya. Bila ya maka dugaan panggul
sempit
4. Meraba tulang kelangkang
Diperiksa cekungan tulang kelangkang dan apakah tulang tungging (koksigis) menonjol
kedepan. Normal : tulang kelangkang cekung 2 arah dari atas kebawah dan dari kiri
ke kanan.
5. Meraba ligamentum sakro spinosum
Diukur panjangnya ligamentum sakro spinosum. Normal : panjang 2 jari atau lebih, bila
kurang 2 jari maka dugaan panggul sempit
6. Meraba spina ischiadika
Diperiksa spina ischiadika menonjol. Jarak antara spina ischiadika memberi gambaran
tentang keadaan panggul tengah.
7. Mengukur conjugata diagonalis
a) Bila promontorium tercapai dengan jari yang berada di liang sanggama diukur
conjugata diagonalis yaitu dari pinggir bawah symphisis sampai promontorium
b) Ukuran conjugata diagonalis memberi perkiraan conjugata vera dengan
mengurangi ukuran conjugata diagonalis 1,5 cm. Normal conjugata diagonalis : 12,5
cm/lebih.
3. Keadaan abnormal/patologis
1.
2.
3.
4.
Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini ternasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalan dalam
mengelola KPD akan membawa akibat meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas
jam kemungkinan infeksi telah terjadi, proses persalinan umumnya berlangsung lebih
dari 6 jam.
Beberapa penulis meyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau
ditunggu sampai 6-8 jam dengan alasan penderita akan menjadi inpartu dengan
sendirinya. Dengan mempersingkat periode laten durasi KPD dapat diperpendek
sehingga resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus tindakan dapat dikurangi.
Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat terhadap keadaan
janin, ibu dan jalannya proses persalinan berhubungan dengan komplikasinya.
Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan komplikasi yang fatal bagi bayi dan
ibunya (his terlalu kuat) atau proses persalinan menjadi semakin kepanjangan (his
kurang kuat). Induksi dilakukan dengan mempehatikan bishop score jika > 5 induksi
dapat dilakukan, sebaliknya < 5, dilakukan pematangan servik, jika tidak berhasil akhiri
persalinan dengan seksio sesaria.
II.6.2. penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterm (< 37 minggu)
Pada kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak dijumpai
tanda-tanda infeksi pengelolaanya bersifat koservatif disertai pemberian antibiotik yang
adekuat sebagai profilaksi
Penderita perlu dirawat di rumah sakit,ditidurkan dalam posisi trendelenberg,tidak perlu
dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan kehamilan
diusahakan bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan uteronelaksen atau tocolitic agent
diberikan juga tujuan menunda proses persalinan.
Tujuan dari pengelolaan konservatif dengan pemberian kortikosteroid pada pnderita
KPD kehamilan kurang bulan adalah agar tercapainya pematangan paru,jika selama
menunggu atau melakukan pengelolaan konservatif tersebut muncul tanda-tanda
infeksi, maka segera dilakukan induksi persalinan tanpa memandang umur kehamilan
Induksi persalinan sebagai usaha agar persalinan mulai berlangsung dengan jalan
merangsang timbulnya his ternyata dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi yang
kadang-kadang tidak ringan. Komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi gawat janin
sampai mati, tetani uteri, ruptura uteri, emboli air ketuban, dan juga mungkin terjadi
intoksikasi.
Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan dengan tindakan bedan sesar.
Seperti halnya pada pengelolaan KPD yang cukup bulan, tidakan bedah sesar
hendaknya dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi seyogyanya
ada indikasi obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat janin, partus tak maju,
dll.
Selain komplikasi-kompilkasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif. Ternyata